Anda di halaman 1dari 15

EVALUASI PROGRAM PROMOSI KESEHATAN SENAM KREASI

HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSLESMAS PRONOJIWO

Untuk Memenuhi Tugas Ujian Praktik Mata Kuliah


Evaluasi Program Promosi Kesehatan
Yang Dibina Oleh Ibu Fiashriel Lundy, SKep.Ns.M.kes

Disusun Oleh :

Lutfiana Apriliyawati (P17421173005)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KESEHATAN TERAPAN
D-IV PROMOSI KESEHATAN
2020
KATA PENGANTAR

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Program
Promosi Kesehatan, karena berdasarkan kebutuhan dari materi diskusi kelas tentang
kegiatan promosi kesehatan di masyarakat dengan maksud untuk menambah wawasan
dan ilmu pengetahuan tentang materi dari promosi kesehatan dan ilmu perilaku itu
sendiri. Untuk materi ini kami usahakan dalam kelengkapan dan ketepatan materi
dengan silabus mata kuliah Implementasi Program Promosi Kesehatan agar tidak
rancu dan juga dapat bermanfaat bagi teman- teman mahasiswa.
Segala upaya telah di lakukan untuk membuat dan melengkapi isi makalah ini,
namun tidak mustahil dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu kami mengharapkan saran agar di jadikan masukan untuk tugas di lain
waktu. Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa terutama di kelas kami dan
juga tentunya mahasiswa offering lain.

Malang, Mei 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang memerlukan


penanggulangan yang baik, karena morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus
meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang membesar. Pada tahun 2025
mendatang, diproyeksikan sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi. Prosentase
penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara berkembang. Data
Global Status Report on Noncommunicable Disesases 2010 dari WHO menyebutkan,
40% negara ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi, sedangkan negara
maju hanya 35%. Kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi
sebanyak 46%. Sementara kawasan Amerika menempati posisi terakhir dengan 35%.
Di kawasan Asia Tenggara, 36% orang dewasa mengalami hipertensi (Candra, 2013).

Komplikasi karena hipertensi mengakibatkan kematian kurang lebih 9,4 kasus


di dunia setiap tahunya, sebesar 45% kematian akibat penyakit jantung, dan kematian
51% karena stroke. Diprediksiakan tahun 2030 akan meningkat hingga 23,3 juta
kematian (Kemenkes RI, 2014). Maka bagi penderita yang sudah menahun, sangat
penting dalam menerapkan self management hipertensi agar mencegah dan
mengurangi dampak dari komplikasi. Akan tetapi banyak penderita berperilaku buruk
dan tidak patuh dengan terapi antihipertensi dipengaruhi oleh nilai serta kepercayaan
klien (Black & Hawks, 2014).

Selain itu hasil penelitian lain menyebutkan bahwa salah satu faktor dominan
dalam mempengaruhi self management yaitu adanya komunikasi penderita dengan
petugas kesehatan yang merupakan implementasi dalam menentukan asuhan yang
tepat (Mulyati, Yetti, & Sukmarini, 2013).

Sebagai tenaga kesehatan berperan penting dalam mengetahui self


management penderita hipertensi, agar dapat menggambarkan perilaku penderita
dalam mencegah komplikasi sejak dini. Selanjutnya bagi ahli tenaga kesehatan dapat
menentukan intervensi yang tepat seperti pendidikan serta promosi kesehatan tentang
cara melakukan self manajement dari penyakit hipertensi.
Asuhan self management secara tepat dapat mengendalikan serta
meminimalkan resiko terjadinya komplikasi, tujuannya untuk mengurangi dan
mengontrol tekanan darah menjadi stabil. Agar tekanan darah terkontrol maka self
management yang efektif terdiri dari ketersediaan informasi, cara mengatasi masalah,
pengobatan yang tepat, serta dukungan dari berbagai pihak. Selain itu modifikasi gaya
hidup dengan cara menurunkan berat badan bagi yang obesitas, menjaga pola makan
DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang tinggi kalium, kalsium, diit
rendah natrium, melakukan aktifitas fisik, olahraga, menghindari minuman
beralkohol, terapi obat antihipertensi, mengurangi jumlah komsumsi garam, berhenti
merokok (Chapman & Bogle, 2014).

Sebelum melakukan pencegahan komplikasi hipertensi dengan meningkatkan


self management diperlukan pengetahuan untuk menumbuhkan sikap awareness
(kesadaran) yakni menyadari dalam mengetahui objek atau stimulus terlebih dahulu.
Kemudian Interest, artinya orang yang tertarik kepada stimulus. Evaluation atau
menimbang baik dan tidak stimulus tersebut bagi dirinya. Selanjutnya Trial atau orang
yang telah mencoba perilaku baru yang dapat berpengaruh. Tahap akhir yaitu
Adoption, subjek akan berperilaku baru sesuai dengan kesadaran, pengetahuan, dan
cara bersikap terhadap stimulus yang ada (Purwandari & Nugroho, 2015).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana evaluasi Program Senam Kreasi Hipertensi di tatanan Puskesmas?

1.3 Fokus Masalah

Mengevaluasi program Program Senam Kreasi Hipertensi di tatanan


Puskesmas

1.4 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hasil evaluasi program Program Senam Kreasi Hipertensi di


tatanan Puskesmas
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Model Precede Proceed

Precede Proceed Model (PPM) adalah model perencanaan yang berasal dari
Johns Hopkins University dan dirancang sebagai cara untuk mengajarkan siswa
tentang promosi kesehatan. Model ini juga dibuat untuk perencanaan, intervensi, dan
kerangka evaluasi. PPM didasarkan pada asumsi bahwa intervensi akan efektif jika
mereka (1) berasal dari masyarakat, (2) direncanakan secara menyeluruh, (3)
didasarkan pada data, (4) termasuk intervensi masyarakat melihat sebagai layak, (5 )
meliputi beberapa strategi yang disusun menjadi sebuah program kohesif, dan (6)
mengandalkan umpan balik dan kemajuan evaluasi. Green dan Kreuter (1992), dalam
mengembangkan PPM, menyarankan bahwa program yang dikemas terpusat akan
sulit untuk beradaptasi di lapangan, karena setiap masyarakat harus menilai kebutuhan
dan prioritas sendiri. PRECEDE merupakan singkatan dari “Predisposisi, Reinforcing,
and Enabling Constructs in Educational/Environmental Diagnosis and Evaluasi”.
Sementara PROCEDE singkatan dari “Policy, Regulacy, and Organizarional
Constructs in Educational and Environmental Development”. Model ini banyak
digunakan dalam kegiatan praktik promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
Bagian Precede model berfokus pada mengidentifikasi faktor-faktor pendidikan yang
mempengaruhi perubahan.

Precede model ditambahkan pada tahun 1991 untuk mengakui pentingnya


lingkungan psikis , peraturan, kebijakan, dan faktor organisasi dalam membentuk
kesehatan, dan berfokus pada mengidentifikasi faktor-faktor ekologi yang
mempengaruhi perubahan. Tujuan dari PPM adalah untuk mengidentifikasi cara yang
paling efektif untuk mempromosikan perubahan dengan melakukan penilaian
kebutuhan lokal dan evaluasi program. Model ini didasarkan pada epidemiologi,
sosial-kognitif psikologi, pendidikan, dan prinsip-prinsip manajemen (Green, Kreuter,
Deeds, & Partridge, 1980). Precede Proceed Model dibagi menjadi beberapa fase dan
mengidentifikasi prioritas untuk tindakan.

Langkah pertama adalah melakukan penilaian sosial di mana anggota


masyarakat dan peserta yang terlibat mengidentifikasi kebutuhan promosi kesehatan
mereka sendiri. Dalam langkah kedua, penilaian epidemiologi dilakukan dengan
menggunakan statistik vital dan negara atau survei nasional untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan yang memiliki dampak terbesar pada masyarakat tertentu. Selama
langkah ketiga, penilaian perilaku dan lingkungan dilakukan untuk menilai factor
yang berkontribusi terhadap masalah yang diidentifikasi. Ini dapat menjadi gaya
hidup individu, faktor lingkungan, atau pengaruh sosial. Masing-masing faktor yang
penting dalam hal kontribusi terhadap masalah kesehatan yang dipilih dan dievaluasi
berdasarkan apakah itu dapat atau tidak dapat diubah. Faktor-faktor yang paling
penting dan paling mudah untuk diubah dianggap sebagai target prioritas. Pada
langkah empat, factor predisposisi, reinforcing dan enabling adalah faktor yang
dipertimbangkan. Faktor predisposisi adalah anteseden yang memberikan alasan atau
motivasi untuk perilaku kesehatan. Faktor penguat (reinforcing) berupa dukungan
sosial, pengaruh teman sebaya, dan penguatan dari kelompok perwakilan, sementara
faktor-faktor pemungkin (enabling) mencakup layanan dan sumber daya dan
kebijakan yang diperlukan untuk kesehatan. Tujuan--tujuan yang terukur juga
dikembangkan pada langkah empat. Pada langkah lima, strategi intervensi yang
dirancang berdasarkan pada kebijakan, sumber daya, dan keadaan-keadaan dalam
konteks organisasi yang mempengaruhi intervensi. Hambatan pada tingkat ini, seperti
komitmen staf dan kurangnya ruang, perlu dipertimbangkan.

Dalam langkah enam sampai sembilan, merupakan evaluasi proses dampak


yang dibentuk untuk menilai perubahan factor predisposisi, reinforscing , enabling,
perilaku, dan faktor-faktor lingkungan yang menentukan kemungkinan bahwa
perubahan akan terjadi. evaluasi hasil juga diidentifikasi. pendekatan partisipatif
untuk perencanaan yang mendorong keterlibatan individu dan masyarakat merupakan
aspek kunci dari model (Best et al, 2003;. Glanz, Rimer & Lewis, 2002; Green &
Kreuter, 1999). Tujuan dari Precede Proceed model untuk menggambarkan tingkat
proksimal, menengah, dan distal terkait program promosi kesehatan. Beberapa kritik
terhadap model ini karena sulit untuk digunakan; karena sangat terstruktur, linear
Model efek, yang terlalu kompleks (Whitehead, 2001a).
2.2 Program Penyakit Tidak Menular

Menurut Permenkes Nomor 71 tahun 2015 tentang penanggulangan penyakit


tidak menular, Penyakit tidak menular menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
menimbulkan kesakitan, kecacatan dan kematian yang tinggi, serta menimbulkan
beban pembiayaan kesehatan sehingga perlu dilakukan penyelenggaraan
penanggulangan melalui pencegahan, pengendalian dan penanganan yang
komprehensif, efisien, efektif, dan berkelanjutan.

Indonesia menyadari bahwa PTM menjadi salah satu masalah kesehatan dan
penyebab kematian yang  merupakan ancaman global bagi pertumbuhan ekonomi di
Indonesia, Program PTM telah direvisi dengan rencana strategis PTM tahun 2015-
2019, dan rencana kerja PTM Indonesia 2015-2019 telah diluncurkan Oktober 2015

Pencegahan dan Pengendalian faktor risiko PTM meliputi 4 cara, yaitu :


1. Advokasi, kerjasama, bimbingan dan manajemen PTM
2. Promosi, pencegahan, dan pengurangan faktor risiko PTM melalui
pemberdayaan masyarakat
3. Penguatan kapasitas dan kompetensi layanan kesehatan, serta kolaborasi sektor
swasta dan professional
4. Penguatan surveilans, pengawasan dan riset PTM

2.3 Indikator program P2PTM


Indikator program P2PTM menurut SDGs ialah mengurangi hingga sepertiga
angka kematian dini akibat penyakit tidak menular pada tahun 2030. Target Global :
1. Penurunan kematian dini akibat PTM 25% tahun 2025
2. Penurunan konsumsi tembakau 30%
3. Penurunan asupan garam 30%
4. Penurunan kurang aktivitas fisik 10%
5. Penurunan tekanan darah tinggi 25%
6. Cakupan pengobatan esensial dan teknologi untuk pengobatan PTM 80%
7. Penurunan konsumsi alcohol 10%
RPJMN 2015 – 2019
1. Penurunan prevalensi hipertensi dari 25.8% pada tahun 2013 menjadi 23.4%
tahun 2019
2. Pengendalian obesitas usia ≥18 tahun tetap 15.4%
3. Penurunan prevalensi merokok ≤ 18 tahun dari 7.2% tahun 2013 menjadi 5.4%
tahun 2019
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Bentuk kegiatran Senam Kreasi Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas


Pronojiwo

Jenis kegiatan : Senam Kreasi Hipertensi

Tempat : Halaman Puskesmas Pronojiwo

Waktu pelaksanaan : Minggu pertama dan minggu ke tiga setiap bulan

Sasaran : masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas


Pronojiwo

Penanggung Jawab : Petugas Promosi Kesehatan

3.2 Indikator Evaluasi tentang Senam Kreasi Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pronojiwo

Input :

1. Masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pronojiwo


2. Tokoh masyarakat ( Ketua kepala desa, masyarakat yang berpengaruh, kader)

Proses :

1. Dilaksanakannya senam kreasi hipertensi kepada masyarakat setiap 2 minggu


sekali

Output :

1. Terdapat peningkatan jumlah masyarakat yang mengikuti kegiatan senam kreasi


Hipertensi Hipertensi
2. Masyarakat dapat melakukan pencegahan dini terhadap hipertensi sebagai
penerapan dalam kegiatan senam kreasi Hipertensi Hipertensi
3. Outcome :
1. Angka kejadian penyakit tidak menular ( Hipertensi) menurun menjadi 50%
2. Terkontrolnya Angka kejadian penyakit tidak menular ( Hipertensi)
3.2 EVALUASI

TAHAPAN INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME

Perencanaan  Masyarakat yang berada di Pelaksanaan Senam Kreasi Masyarakat dapat melakukan Hipertensi
Hipertensi yang di terkontrol di
wilayah kerja Puskesmas pencegahan dini terhadap hipertensi
dampiungi Oleh petugas lingkungan
Pronojiwo Promosi kesehatan selama 2 sebagai penerapan dalam kegiatan tersebut
minggu sekjali setiap bulan
senam kreasi Hipertensi Hipertensi
 Tokoh masyarakat

Implementasi  Masyarakat yang berada di Pelaksanaan Senam Kreasi Masyarakat dapat melakukan Hipertensi
Hipertensi yang di terkontrol di
wilayah kerja Puskesmas pencegahan dini terhadap hipertensi
dampiungi Oleh petugas lingkungan
Pronojiwo Promosi kesehatan selama 2 sebagai penerapan dalam kegiatan tersebut
minggu sekjali setiap bulan
senam kreasi Hipertensi Hipertensi
 Tokoh masyarakat

Evaluasi Masih banyak masyarakat yang Audiens melaksakan senam Kehadiran audiens 25 orang dari Hipertensi
belum mengikui program ini sesuai dengan yang 102 orang target progam ini terkontrol di
dilakukan instruktur lingkungan
tersebut
3.3 RENCANA TINDAK LANJUT

NO MASALAH ALTERNATIF RENCANA TUJUAN SASARAN WAKTU INDIKATOR


PEMECAHAN KEGIATAN HASIL
MASALAH

1. Masih banyaknya Meminta bantuan melakukan Untuk Tokoh - Kehadiran


masyarakat yang belum tokoh masyarakat advokasi pada meningkatkan masyarakat masyarakat
mengikuti program ini sekitar untuk tokoh kehadiran menjadi 50%
menginformasika masyarakat masyarakat
n kegitan tersebut sekitar
pada masyarakat
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Input :

3. Masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pronojiwo


4. Tokoh masyarakat ( Ketua kepala desa, masyarakat yang berpengaruh, kader)

Proses :

2. Dilaksanakannya senam kreasi hipertensi kepada masyarakat setiap 2 minggu


sekali

Output :

4. Terdapat peningkatan jumlah masyarakat yang mengikuti kegiatan senam kreasi


Hipertensi Hipertensi
5. Masyarakat dapat melakukan pencegahan dini terhadap hipertensi sebagai
penerapan dalam kegiatan senam kreasi Hipertensi Hipertensi

Outcome :

3. Angka kejadian penyakit tidak menular ( Hipertensi) menurun menjadi 50%


4. Terkontrolnya Angka kejadian penyakit tidak menular ( Hipertensi)

Hasul evaluasi program Senam Kreasi Hipertensi Adalah masih banyak


masyarakat yang belum mengikuti program Tersebut. Sehingga untuk rencana tindak
lanjutnya untuk permasalah tersebut yaitu akan dilakukan advokasi ulang kepada
pemangku kebujakan disetiap desa agar mensosialisasikan program tersebut pada
masyarakat.

1
4.2 Saran

1. Untuk Puskesmas

Petugas kesehatan di puskesmas mengadakan program penyuluhan atau


edukasi secara berkala yang bertujuan agar pasien hipertensi mengetahui
komplikasi yang dapat terjadi akibat hipertensi tidak terkontrol dan meningkatkan
kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat-obatan antihipertensi.

1
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta
Rahajeng E, Tuminah S. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia.
Jakarta : IDI. [Diakses pada : 4 September 2013]. indonesia.digitaljournals.org
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. 2012. Masalah Hipertensi di Indonesia.
Jakarta : Kementerian
Kesehatan. [Diakses pada : 4 September 2013].
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-masalah-
hipertensi-di-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai