Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“Pendidikan Kesehatan Tentang IMD (INISIASI MENYUSUI DINI)”

Oleh :

RUANG PERINATOLOGI

INSTALASI RAWAT JALAN


POLI OBGYN
RSUD dr. HARYOTO LUMAJANG
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Topik / masalah : IMD (Inisiasi Menyusui Dini)


2. Tempat : Poli Obgyn
3. Hari/Tanggal :
4. Waktu :
5. Sasaran : Ibu Hamil
6. penyaji : Petugas Poli Obgyn
7. media : poster dan lembar balik

A. Latar Belakang
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi saat ini telah banyak dilakukan oleh
masyarakat dunia. Inisiasi menyusu dini (IMD) terdapat kolostrum yang merupakan
makanan yang sangat tepat dan baik bagi bayi hingga usia 6 bulan dan dilanjutkan
pemberian ASI sampai umur 2 tahun (Yusuf, 2019).
Inisiaisi menyusui dini (IMD) adalah memberikan ASI segera setelah bayi dilahirkan,
baiasanya dalam waktu 30 menit sampai dengan 1 jam setelah bayi dilahirkan. Bayi
diberikan kesempatan untuk memulai atau inisiasi menyusu sendir segera setelah
dilahirkan dengan membiarkan sentuhan atau kontak kulit bayi dengan kulit ibu
setidaknya 1 jam atau lebih, sampai menyusu pertama selesai. Proses IMD ini merupakan
salah satu langkah untuk meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif yang nantinya akan
menekan angka kematian bayi pada usia kurang dari 28 hari (neonatal). (Nasrullah,
2021)
Melalui Inisiasi Menyusu Dini (IMD) bayi dapat sesegera mungkin mendapatkan
kolostrum yang terdapat didalam ASI. Bayi yang mendapat kesempatan IMD lebih dulu
mendapatkan kolostrum yang berguna untuk meningkatkan kekebalan tubuh neonatal
daripada yang tidak diberi kesempatan (Ilmiah & Keperawatan, 2018).
Pentingnya pemberian IMD merupakan salah satu cara dalam menyukseskan
Kesehatan bayi secara fisik dan psikis yang selama ini masih kurang diterapkan karena
cenderung mengabaikan IMD dengan anggapan bahwa putting mengandung kuman dan
kotor pada saat ibu bersalin (Fauziah Nasution, 2017).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan Ibu hamil dapat memahami konsep IMD
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peserta dapat:
a. Menyebutkan pengertian ASI
b. Menyebutkan komponen IMD
c. Menyebutkan manfaat IMD
d. Menyebutkan faktor yang mempengaruhi IMD
e. Menyebutkan Cara melakukan IMD

C. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan pengajar Kegiatan peserta
1. 5 menit Pembukaan
a. Mengucapkan salam a. Memperhatikan
b. Memperkenalkan anggota kelompok dan b. Memperhatikan
pembimbing
c. Menjelaskan topik penyuluhan c. Memperhatikan
d. Menjelaskan tujuan penyuluhan d. Memperhatikan
e. Membuat kontrak waktu dan meminta e. Memperhatikan
kerja sama dengan audiens
2. 20 menit Pelaksanaan
a. Menggali pengetahuan klien tentang a. Menjelaskan
pengertian IMD
b. Memberi reinforcement positif pada b. Memperhatikan
peserta yang menjelaskan
c. Menjelaskan pengertian IMD c. Mendengarkan dan
d. Menjelaskan komponen IMD memperhatikan
e. Menjelaskan manfaat IMD d. Mendengarkan
f. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi e. Mendengarkan dan
IMD memperhatikan
g. Menjelaskan cara melakukan IMD
3. 5 menit Evaluasi :
a. Memberikan kesempatan peserta
a. Menjawab pertanyaan
untuk bertanya
b. Menanyakan kepada peserta tentang
b. Memperhatikan
materi yang telah diberikan, dan
reinforcement kepada peserta yang
dapat menjawab pertanyaan. c. Memperhatikan

d. Menjawab salam
4. 2 Terminasi :
menit  Mengucapkan terimakasih atas peran serta  Mendengarkan
peserta.
 Menjawab salam
 Mengucapkan salam penutup

D. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Penyelenggaraan dilaksanakan di RSUD dr. HARYOTO
b. Persiapan penyuluhan dilakukan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
a. Peserta mendengarkan materi penyuluhan dengan baik dan ada respon positif
dari peserta.
b. Peserta mengajukan pertanyaan dan mampu menjawab pertanyaan secara benar.
3. Evaluasi hasil
Peserta yang mengikuti penyuluhan memahami Konsep materi penyuluhan.
IMD (INISIASI MENYUSUI DINI)

A. PENGERTIAN

Inisiaisi menyusui dini (IMD) adalah memberikan ASI segera seelah bayi
dilahirkan, baiasanya dalam waktu 30 menit sampai dengan 1 jam setelah bayi dilahirkan.
Bayi diberikan kesempatan untuk memulai atau inisiasi menyusu sendir segera setelah
dilahirkan dengan membiarkan sentuhan atau kontak kulit bayi dengan kulit ibu
setidaknya 1 jam atau lebih, sampai menyusu pertama selesai. Apabila dalam 1 jam tidak
ada reaksi menyusu, maka bayi didekatkan ke puting susu ibu tetapi tetap beri kesempatan
bayi untuk inisiasi menyusu. Dalam proses ini, kontak kulit ibu dengan kulit bayi lebih
bermakna dibandingkan dengan proses inisiasi itu sendiri. (Nasrullah, 2021)
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) memberikan kesempatan pada bayi baru lahir untuk
menyusu pada ibunya dalam satu jam pertama kehidupannya, karena sentuhan bayi
melalui refleks hisapnya yang timbul mulai 30-40 menit setelah lahir akan menimbulkan
rangsangan sensorik pada otak ibu untuk memproduksi hormone prolaktin dan
memberikan rasa aman pada bayi (Siahaan & Panjaitan, 2020)
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) merangsang produksi ASI, menghasilkan
perlindungan antibodi untuk bayi baru lahir dan mengurangi perdarahan ibu postpartum,
dan praktiknya menentukan keberhasilan pembentukan dan durasi menyusui yang lebih
lama.

B. Komponen IMD
Dalam prosedur ini, inisiasi menyusui dini terdiri dari 2 komponen utama yaitu
kontak antar kulit ibu dan bayi (skin-to-skin), dan upaya menyusu (sucking).
Dalam istilah yang lain, IMD disebut juga sebagai proses Breast Crawl. Ada beberapa
hal yang menyebabkan bayi mampu menemukan sendiri puting ibunya dan mulai
menyusu, yaitu (Nasrullah, 2021):
1. Sensory Inputs, atau indera yang terdiri dari:
- Penciuman: terhadap bau khas ibunya
- Penglihatan: karena bayi baru dapat mengenal pola hitam putih, bayi akan mengenali
puting puting dan wilayah areola ibunya, karena warna gelapnya
- Pengecap: bayi mampu merasakan cairan amnion yang melekat pada jari-jari
tangannya sehingga bayi pada saat baru lahir suka menjilati jarinya sendiri.
- Pendengaran: sejak dari dalam kandungan suara ibu adalah suara yang paling
dikenalnya.
- Perasa: dengan skin to skin antara bayi dengan ibu adalah sensai pertama yang
memberi kehangatan dan rangsangan lainnya.
2. Central component, otak bayi yang baru lahir sudah siap untuk segera mengeksplorasi
lingkungannya, dan lingkungan yang paling dikenalnya adala tubuh ibunya.
Rangsangan ini harus dilakukan, karena jika terlalu lama dibiarkan, bayi akan
kehilangan kemampuan ini. Inilah yang menyebabkan bayi yang langsung dipisah dari
ibunya, akan lebih sering menangis daripada bayi yang langsung ditempelkan ke tubuh
ibunya.
3. Motor utputs, bayi yang merangkak diatas tubuh ibunya, merupakan gerak yang paling
alamiah yang dapat dilakukan bayi setetlah lahir. Selain berusaha mencapai puting
ibunya, gerakan ini juga memberi banyakmanfaat untuk sang ibu, misalnya mendorong
pelepasan plasenta dan mengurangi perdarahan.

C. Manfaat IMD
Manfaat untuk bayi antara lain (Nasrullah, 2021):
1. Menurunkan angka kematian bayi karena hipotermi
2. Dada ibu menhangatkan bayi dengan suhu yang tepat
3. Bayi mendapatkan kolostrum yang kaya akan antibodi, penting untuk
pertumbuhan usus dan ketahana bayi terhadap infeksi
4. Bayi dapat menjilat kulit ibu dan menelan bakteri yang aman, berkoloni di
ususbayi dan menyaingi pathogen
5. Menyebabkan kadar glukosa darah bayi yang lebih baik pada beberapa jam
stelah persalinan
6. Pengeluaran mekonium lebih dini, sehingga menurunkan intensitas ikterus
normal pada bayi baru lahir
Manfaat IMD untuk ibu antara lain:
1. Ibu dan bayi menjadi lebih tenang
2. Jalinan kasih ibu dan bayi lebih baik sebab bayi siaga dalam 1-2 jam pertama
3. Sentuhan, jilatan, usapan puting susu ibu akan merangsang pengeluaran hormon
oksitosin
4. Membantu kontraksi uterus, mengurangi resiko perdarahan , dan mempercepat
pelepasan plasenta.
D. Faktor yang mempengaruhi IMD
Inisiasi menyusui dini (IMD) dalam satu jam kelahiran dapat mencegah 22%
kematian bayi baru lahir. Beberapa faktor mempengaruhi praktik pemberian ASI termasuk
karakteristik sosio-demografi dan kebidanan ibu, dan faktor-faktor yang berkaitan dengan
waktu sekitar kelahiran anak. Faktor-faktor yang terkait dengan inisiasi menyusui dini
antara lain: geografis, sosial ekonomi, individu dan kesehatan. (Belawati, 2021)
Berbagai faktor yang menyebabkan praktik IMD di Indonesia rendah antara lain
adalah tingkat pendidikan, sikap, dan motivasi ibu menyusu yang kurang dipengaruhi oleh
perilaku dan tindakan bidan serta dukungan keluarga (Sirajuddin, 2013)
1. Kondisi Ibu
Disadari bahwa ibu yang berpengetahuan cukup berpeluang besar untuk
melakukan suatu pekerjaan, tetapi hal tersebut belum menjamin ibu mengambil
keputusan. Salah satu penyebabnya adalah pengaruh situasi dan kondisi ibu yang
masih kelelahan dalam menjalani proses persalinan sehingga proses IMD tidak
dilaksanakan.
Kondisi emosi yang stabil menentukan sikap ibu yang positif. Kestabilan
emosi tersebut dapat diraih apabila suami atau keluarga memberikan dukungan dan
motivasi secara maksimal. Dukungan memberikan suatu kesan bahwa ia dicintai dan
diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai sehingga dengan sendirinya akan
berpengaruh terhadap emosional. Ibu lebih tenang, nyaman, dan percaya diri dalam
melakukan proses IMD pada bayi.
2. Kondisi bayi
IMD hanya bisa dilakukan pada bayi-bayi yang lahir sehat dan stabil, dengan
ditandai apgar score diatas 8 serta tidak ada kegawatan. Bayi dengan berat bada lahir
rendah juga tidak selalu dilakukan IMD, terutama bayi-bayi dengan BB<1500, karena
kebanyakan bayi premature dan BBLR terdapat kegawatan nafas yang memerlukan
tindakan khusus, sehingga IMD tidak memungkinkan dilakukan
3. Proses persalinan
Poses persalina juga berpengaruh terhadap IMD. Pada proses persalinan pervaginam
seperti spontan, subrach, dan vacum ekstraksi, IMD dapat dilakukan dengan catatan
kondisi ibu dn bayi stabi. Pada proses persalinan sectio saecaria, tidak dilakukan
dikarenakan kondisi ibu yang masih dalam pengaruh anestesi.
4. Dukungan keluarga
Demikian juga dengan sikap, diantaranya pada saat proses persalinan ibu tidak
didampingi keluarga, sehingga motivasi dari ibu itu sendiri kurang, apalagi tidak
dibarengi dengan pengetahuan yang cukup tentang manfaat IMD.
Hal tersebut berarti ibu yang mendapatkan dukungan keluarga berpeluang 6,8
kali lebih besar melakukan IMD dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan
dukungan dari keluarga.
5. Pendidikan dan pengetahuan
Pendidikan yang cukup berpengaruh 5,9 kali lebih besar terhadap pelaksanaan
IMD dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan kurang. Semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin tinggi juga daya penalaran terhadap setiap informasi
yang diberikan sehingga lebih mudah untuk melakukan tindakan.
6. Peran tenaga kesehatan
Penelitian menemukan bahwa tindakan bidan berpengaruh 2,6 kali lebih besar
terhadap pelaksanaan IMD dibandingkan dengan bidan yang tidak melakukan
tindakan. Hal ini bisa dipahami, karena bidan merupakan orang yang pertama dan
utama dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan IMD. Frekuensi kontak antara ibu
dan bidan lebih sering di bandingkan dengan tenaga kesehatan yang lain sehingga
peran bidan dalam memberikan informasi, konseling, serta tindakan yang nyata sangat
menentukkan keberhasilan pelaksanaan IMD. Tindakan bidan akan memberi peluang
yang besar kepada ibu untuk melakukan IMD pada bayi. Tindakan tersebut berupa
membantu melaksanakan IMD, dan tidak memberikan susu botol atau susu formula
kepada bayi.

E. Cara melakukan IMD


Segera setelah bayi lahir, bayi dikeringkan secepatnya terutama kepala, mulut
dan hidung, kecuali tangannya, tanpa menghilangkan vernix. Petugas memposisikan bayi
tengkurap di dada dan perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi
setinggi puting susu. Memberikan selimut untuk ibu dan bayi, dan memakaikan topi pada
bayi. dengan tetap mendampingi ibu, petugas menganjurkan ibu menyentuh bayi untuk
merangsang bayi dan membantu ibu mengenali perilaku bayi sebelum menyusui.
Posisi ibu dan bayi dipertahankan selama kurang lebih 1 jam, petugas meng
observasi tanda vital bayi selama proses IMD. Pisahkan bayi dari ibu, setelah 1 jam dan
atau bayi bisa menyusui pada ibu. Penting untuk mencatat respon ibu dan bayi selama
proses IMD
DAFTAR PUSTAKA
Siahaan, J. M., & Panjaitan, M. (2020). Simulasi Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah
Kerja Puskesmas Bandar Baru Kecamatan Sibolangit tahun 2020. Jurnal Pengabdian
Masyarakat (Kesehatan), 2(1), 12–17.
Yusuf, K. (2019). Karakteristik dan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Inisiasi Menyusu
Dini (IMD). Ghidza: Jurnal Gizi Dan Kesehatan, 3(1), 33.
https://doi.org/10.22487/j26227622.2019.v3.i1.12118
Rismawati, Fadjriah Ohorella, 2021. Pentingnya Iniasiasi Menyusu Dini (IMD) pada Bayi
Baru Lahir. MEGA PENA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Volume 1, Nomor 1,
(2021) pp. 21-25
Belawati, Yeny Ristaning.2021. Efektivitas Inisiasi Menyusui Dini (Imd) dan Faktor – Faktor
yang Mempengaruhi Keberhasilannya: Tinjauan Literatur. Jurnal Manajemen Kesehatan
Indonesia. Volume 9, nomor 1, (2021) pp. 53-58
Sirajuddin, Saifuddin. Tahir Abdullah, dan Sutriyani N Lumula. 2013. Determinan
Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini. Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.
8, No. 3, Oktober 2013

Anda mungkin juga menyukai