Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN ACARA PENYULUHAN TENTANG KELUARGA BERENCANA

(Disusun Guna Memenuhi Stase Keperawatan Maternitas)

Disusun Oleh:

Siti Ngafinah

24191374

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
KELUARGA BERENCANA (KB)

Topik/Materi : Keluarga Berencana


Pokok Bahasan : Macam-macam alat kontrasepsi
Sasaran : Pasien nifas
Hari/Tgl : Rabu, 1 Juli 2020
Waktu : 30 Manit
Tempat : Bangsal di bangsal nifas RSUD Panembahan Senopati Bantul
Pemateri : Siti Ngafinah
A. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan sasaran mampu mengetahui dan
memahami tentang alat kontrasepsi atau KB.
2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan, sasaran diharapkan dapat:
a) Menjelaskan definisi Keluarga Berencana (KB)
b) Menjelaskan tujuan KB
c) Menjelaskan jenis-jenis alat kontrasepsi
B. SASARAN
Pasien di bangsal nifas RSUD Panembahan Senopati Bantul
C. SUP POKOK BAHASAN
1. Definisi KB
2. Tujuan KB
3. Jenis-jenis alat kontrasepsi
4. Cara kerja dari tiap jenis alat kontrasepsi
5. Keuntungan dari tiap jenis alat kontrasepsi
6. Keterbatasan dari tiap jenis alat kontrasepsi
D. METODE PEMBELAJARAN
1. Jenis model pembelajaran : pertemuan (tatap muka) dengan jaga jarak.
2. Landasan teori : ceramah dan tanya jawab
3. Langkah pokok :
a. Menciptakan suasanan pertemuan yang baik
b. Mengajukan pertanyaan
E. Media
1. Laptop
2. Leaflet
F. KEGIATAN PENYULUHAN
Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Peserta Metode Media
Pendahulua 5 Menit 1. Memberi salam 1. Menjawab salam Ceramah dan -
n 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan Tanya jawab
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan dan pokok materi memperhatikan
yang akan disampaikan 3. Menjawab pertanyaan
4. Mengkaji pengetahuan warga tentang KB
Inti 15 Menit 1. Menjelaskan materi 1. Mendengarkan dan Ceramah dan Leaflet
1. Definisi KB memperhatikan Tanya jawa
2. Tujuan KB 2. Mengajukan
3. Jenis-jenis alat kontrasepsi pertanyaan dan
4. Cara kerja dari tiap jenis alat kontrasepsi menjawab pertanyaan
5. Keuntungan dari tiap jenis alat kontrasepsi
6. Keterbatasan dari tiap jenis alat kontrasepsi
2. Memberikan kesempatan peserta untuk bertanya
Penutup 10 Menit 1. Memberikan pertanyaan kepada peserta 1. Mengajukan Tanya jawab Leaflet
2. Meminta peserta untuk menjelaskan kembali materi pertanyaan
yang telah di berikan dengan singkat 2. Menjawab pertanyaan
3. Memberikan reinforcement positif kepada peserta yang diberikan oleh
4. Menyimpulkan hasil penyuluhan penyuluh
5. Menutup acara, dengan salam penutup 3. Menjawab salam
G. MATERI
(Terlampir)
H. KRITERIA PEMANTAUAN
1. Pemantauan
a) Input
- Kegiatan penyuluhan dihadiri minimal 2 peserta dengan menjaga jarak.
- Media penyuluhan yang digunakan adalah Laptop dan Leaflet
- Paket penyuluhan sesuai SPO
- Waktu kegiatan penyuluhan adalah 30 menit
- Tempat penyuluhan adalah di ruang penyuluhan
- Pengorganisasi penyuluhan disiapkan beberapa hari sebelum kegian
penyuluhan
b) Proses
- Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti penyuluhan
- Tidak ada peserta yang meninggalkan kegiatan penyuluhan
- Narasumber menguasai materi dengan baik
c) Output
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan peserta mengerti dan memahani materi
penyuluhan
d) Outcome
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan ada perubahan prilaku kesehatan yang
lebih baik
I. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta hadir 100%
b. Settingan tempat teratur
c. Suasa tenang dan tidak ada yang hilir mudik
2. Evaluasi Proses
a. Selama proses berlangsung peserta mengikuti seluruh kegiatan.
b. Selama kegiatan berlangsung peserta aktif.
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta dapat menjelaskan Definisi KB
b. Tujuan KB
c. Jenis-jenis alat kontrasepsi
d. Cara kerja dari tiap jenis alat kontrasepsi
e. Keuntungan dari tiap jenis alat kontrasepsi
f. Keterbatasan dari tiap jenis alat kontrasepsi

J. Referensi
1. Sofian Amru. 2011. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta: Buku Kedokteran
2. Prawirohardjo Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka
3. Handayani, Sri. 2010.  Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka
Rihama
4. Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan
5. Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
6. Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
7. Wiknjosastro, Hanifa. 2007. IlmuKandungan. Jakarta: YBPS
Lampiran
A. Definis KB
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak
kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program atau
cara untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu untuk mendapatkan
objek-objek tertentu, menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan
kehamilan yang diinginkan, mengatur interval kehamilan, menentukan jumlah anak
dalam keluarga, mengontrol saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri.
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, alat yang digunakan
untuk menunda kehamilan dan menjarangkan jarak kelahiran.
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-
usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro, 2007). Kontrasepsi yaitu
pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan
menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).

B. Tujuan KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak
agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya (Sulistyawati, 2013). Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan
angka kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan
kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan
menghentikan) maksud dari kebijakaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan
anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan
melahirkan pada usia tua (Hartanto, 2012).
Menurut WHO (dalam Imbarwati, 2015), keluarga berencana adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami isteri untuk:
1. Mendapatkan objektif tertentu
2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
4. Mengatur interval diantara kelahiran
5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
6. Menentukan jumlah anak dalam keluarga
Menurut Imbarwati (2015) kebijakan Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui usaha penurunan tingkat kelahiran.
Kebijakan KB ini bersama-sama dengan usaha pembangunan yang lain selanjutnya akan
meningkatkan kesejahteraan keluarga.

C. Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi


1. Metode kontrasepsi sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa
alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain:
Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode
Lendir Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara
suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat
yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida (Handayani, 2010).
2. Metoode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi
(mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi
progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan
suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat
pada pil, suntik dan implant (Handayani,2010)
3. Metode Kontrasepsi dengan alat kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang
mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung
hormon (Handayani, 2010). AKDR yang mengandung hormon Progesterone atau
Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20
mengandung Leuonorgestrel (Hartanto, 2012).
4. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita
(MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi
karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii
sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering
dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran
vas deferens sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi
(Handayani,2010)

D. Kontrasepsi Hormonal
1. Definisi Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang
palingefektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi (Baziad, 2008).
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron
memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga
terjadi hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi (Manuaba, 2010).
2. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal
Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik, terhadap kelenjar
hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap perkembangan
folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat
menghambat pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga
perkembanagan dan kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi. Di samping itu
progesteron dapat menghambat pengeluaran Hormone Luteinizing (LH). Estrogen
mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus endometrium
yang belum siap untuk menerima implantasi (Manuaba, 2010). Selama siklus tanpa
kehamilan, kadar estrogen dan progesteron bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu
hormon mencapai puncaknya, suatu mekanisme umpan balik (feedback)
menyebabkan mula-mula hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan
isyarat-isyarat kepada ovarium untuk mengurangi sekresi dari hormon tersebut dan
menambah sekresi dari hormon lainnya. Bila terjadi kehamilan, maka estrogen dan
progesteron akan tetap dibuat bahkan dalam jumlah lebih banyak tetapi tanpa adanya
puncak-puncak siklus, sehingga akan mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen bekerja
secara primer untuk membantu pengaturan hormon realising factors of hipotalamus,
membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum di dalam ovarium dan
merangsang perkembangan endometrium. Progesteron bekerja secara primer menekan
atau depresi dan melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus dan mencegah pelepasan
ovum yang terlalu dini atau prematur dari ovarium, serta juga merangsang
perkembangan dari endometrium (Hartanto, 2012). Adapun efek samping akibat
kelebihan hormon estrogen, efek samping yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi
cairan, sakit kepala, nyeri pada payudara, dan fluor albus atau keputihan. Rasa mual
kadang-kadang disertai muntah, diare, dan rasa perut kembung. Retensi cairan
disebabkan oleh kurangnya pengeluaran air dan natrium, dan dapat meningkatkan
berat badan. Sakit kepala disebabkan oleh retensi cairan. Kepada penderita pemberian
garam perlu dikurangi dan dapat diberikan diuretik. Kadang - kadang efek samping
demikian mengganggu akseptor, sehingga hendak menghentikan kontrasepsi
hormonal tersebut. Dalam kondisi tersebut, akseptor dianjurkan untuk melanjutkan
kontrasepsi hormonal dengan kandungan hormon estrogen yang lebih rendah. Selain
efek samping kelebihan hormon estrogen, hormon progesteron juga memiliki efek
samping jika dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan tidak
teratur, bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnya berat badan, acne (jerawat),
alopsia, kadang-kadang payudara mengecil, fluor albus (keputihan), hipomenorea.
Fluor albus yang kadang-kadang ditemukan pada kontrasepsi hormonal dengan
progesteron dalam dosis tinggi, disebabkan oleh meningkatnya infeksi dengan
candida albicans.
Komponen estrogen menyebabkan mudah tersinggung, tegang, retensi air, dan
garam, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat
menstruasi, meningkatkan pengeluaran leukorhea, dan menimbulkan perlunakan
serviks. Komponen progesteron menyebabkan payudara tegang, acne (jerawat), kulit
dan rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram (Manuaba,
2010).
3. Macam-Macam Kontrasepsi Hormonal
a. Kontrasepsi Pil
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron oleh
ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovariumselama siklus haid yang normal,
sehingga juga menekan releasingfactors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi.
Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah ovulasi, tetapi juga
menimbulkan gejala-gejala pseudo pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual,
muntah, payudara membesar, dan terasa nyeri (Hartanto, 2012).
1) Efektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5- 99,9% dan 97%
(Handayani, 2010).
2) Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
a) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengamdung
hormon aktif estrogen atau progestin, dalam dosisi yang sama, dengan 7
tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap
hari.
b) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen, progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon
aktif, dosis hormon bervariasi.
c) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen atau progestin, dengan tiga dosis yang berbeda 7 tablet
tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi setiap hari
3) Cara kerja KB Pil menurut Saifuddin (2010) yaitu:
a) Menekan ovulasi
b) Mencegah implantasi
c) Mengentalkan lendir serviks
d) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan terganggu.
4) Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu:
a) Tidak mengganggu hubungan seksual
b) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
c) Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
d) Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopouse
e) Mudah dihentikan setiap saat
f) Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan
g) Membantu mencegah: kehamilan ektopik,kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea.
5) Keterbatasan KB Pil menurut Sinclair (2010) yaitu:
a) Amenorhea
b) Perdarahan haid yang berat
c) Perdarahan diantara siklus haid
d) Depresi
b) Kenaikan berat badan
c) Mual dan muntah
d) Perubahan libido
e) Hipertensi
f) Jerawat
g) Nyeri tekan payudara
h) Pusing
i) Sakit kepala
j) Kesemutan dan baal bilateral ringan
k) Mencetuskan moniliasis
l) Cloasma
m) Hirsutisme
n) Leukorhea
o) Pelumasan yang tidak mencukupi
p) Perubahan lemak
q) Disminorea
r) Kerusakan toleransi glukosa
s) Hipertrofi atau ekropi serviks
t) Perubahan visual
u) Infeksi pernafasan
v) Peningkatan episode sistitis
w) Perubahan fibroid uterus.
b. Kontrasepsi Suntik
1) Efektivitas kontrasepsi Suntik.
Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik mempunyai
efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per tahun,
jika penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah
ditentukan. DMPA maupun NET EN sangat efektif sebagai metode
kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita akan mengalami kehamilan dalam
1 tahun pemakaian DMPA dan 2 per 100 wanita per tahun pemakain NET
EN.
2) Jenis kontrasepsi Suntik Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis:
kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu :
a) Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang
diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik intramuscular (di daerah
pantat).
b) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg
Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik
intramuscular (di daerah pantat atau bokong).
3) Cara kerja kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
a) Mencegah ovulasi
b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma.
c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii.
4) Keuntungan kontrasepsi Suntik
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah
kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak
mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit
jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek
samping sangat kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat
digunakan oleh perempuan usia lebih 35 tahun sampai perimenopause,
membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik,
menurunkan kejadian tumor jinak payudara, dan mencegah beberapa
penyebab penyakit radang panggul (Sulistyawati, 2013).
5) Keterbatasan
Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati
(2013) yaitu:
a) Gangguan haid
b) Leukorhea atau Keputihan
c) Galaktorea
d) Jerawat
e) Rambut Ronto
f) Perubahan Berat Badan
g) Perubahan libido
c. Kontrasepsi Implant
1) Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
a) Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena, Indoplant, atau
Implanon
b) Nyaman
c) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
d) Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
e) Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
f) Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak,
dan amenorea
g) Aman dipakai pada masa laktasi.
2) Jenis kontrasepsi Implant
a) Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang
3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6 mg
levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
b) Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjan kira-kira 40
mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3- Keto-desogestrel
dan lama kerjanya 3 tahun.
c) Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg.
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
3) Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
a) Lendir serviks menjadi kental
b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
c) Mengurangi transportasi sperma
d) Menekan ovulasi.
4) Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
a) Daya guna tinggi
b) Perlindungan jangka panjang
c) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
e) Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
f) Tidak mengganggu ASI
g) Klien hanya kembali jika ada keluhan
h) Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
i) Mengurangi nyeri haid
j) Mengurangi jumlah darah haid
k) Mengurangi dan memperbaiki anemia
l) Melindungi terjadinya kanker endometrium
m) Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara
n) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
o) Menurunkan kejadian endometriosis
5) Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa
perdarahan bercak (spooting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah
darah haid, serta amenorhea
E. Kondom
1. Metode barier pada pria (kondom)
Kondom Pria: Adalah sarung karet tipis yang dipakai oleh pria pada waktu
bersenggama
Cara Kerja
Sarung karet ini mencegah sperma bertemu dengan ovum
Efektivitas
Dalam teori: 98%. Dalam praktek: 85%. Efektif jika digunakan benar tiap kali
berhubungan.Namun efektivitasnya kurang jika dibandingkan metode pil, AKDR,
suntikan KB.
Keuntungan
a. Dapat dipaki sendiri
b. Dapat mencegah penularan penyakit kelamin
c. Tidak mempengaruhi kegiatan menyusui
d. Dapat digunakan sebagai pendukung metode lain
e. Tidak mengganggu kesehatan
f. Tidak ada efek samping sistemik
g. Tersedia secara luas
h. Tidak perlu resep atau penilaian medis
i. Tidak mahal (jangka pendek)
Keterbatasan
a. Angka kegagalan relatif tinggi
b. Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna
memasang kondom
c. Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus setiap senggama
d. Kondom mudah robek dan bocor.
Kontraindikasi
a. Alergi.
2. Wanita (barier intra-vaginal)
Menghalangi masuknya spermatozoa kedalam traktus genetalia interna wanita dan
immobilisasi/mematikan spermatozoa oleh spermisidnya.
Keuntungan
a. Mencegah kehamilan
b. Mengurangi insiden penyakit akibat hubungan seks
Keterbatasan
a. Angka kegagalan relatif tinggi
b. Harus dipasang terlebih dahulu 6 jam sebelum senggama
Macam barier intra-vaginal
a. Diafragma
b. Cervical sap
c. Spons (sponge)
d. Kondom wanita
a. Kontrasepsi IUD (IUCD, COPPER-T, SPIRAL)
IUD adalah suatu benda kecil dari plastic lentur, kebanyakan mempunyai lilitan
tembaga yang dimasukkan kedalam rahim. IUD adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan
kedalam rahim yang megandungtembaga.Kontrasepsi ini sangat efektif digunakan bagi
ibu yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi yang mengandung hormonal dan
merupakan kontrasepsi jangka panjang 8 -10 tahun.Tetapi efek dari IUD dapat
menyebabkan perdarahan yanglama dan kehamilan ektopik. Angka kegagalan pada tahun
petama 2,2%.
2. Jenis – jenis IUD
Jenis IUD ada beberapa macam yaitu : Lippe lopp yang terbuat dari plastic,
berbentuk huruf S. TCU – 380A adalah alat yang berbentuk T, yang dililit tembaga
pada lengan horizontal dan lilitan tembaga memiliki inti perak pada batang. Sof – T
adalah IUD tembaga yang berbentuk mirip rongga uterus. Multiload 375, kawat
tembaga yang dililit pada batangnya dan berbentuk 2/3 lingkaran elips. Nova T
mempunyai inti perak pada kawat tembaganya pada batang dan sebuah lengkung
besar pada ujung bawah.Levonogestrel adalah alat yang berbentuk T mempunyai
arah merekat padalengan vertical.
3. Keuntungan
Keuntungan pemakaian kontrasepsi IUD adalah :
a) Dapat segera aktif setelah pemasangan.
b) Metode jangkapanjang, tidak mempengaruhi produksi asi.
c) Tidak mengurangi laktasi.
d) Kesuburan cepat kembali setelah IUD dilepas.
e) Dapat di pasang segera setelah melahirkan.
f) Meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena rasa aman terhadap
resiko kehamilan.
Menurut PKMI. 2007 keuntungan IUD ada beberapa hal, yaitu :
a) Sangat efektif 0,6 - 0,8 kehamilan / 100 perempuan dalam 1 tahun pertama
pemakaian.
b) IUD dapat segera aktif setelah pemasangan.
c) Metode jangka panjang (8 – 10 tahun pemakaian).
d) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
e) Tidak ada efek samping hormonal.
f) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume asi.
g) Dapat digunakan hingga menopause.
h) Tidak ada interaksi dengan obat – obatan.
4. Efek Samping
Efek samping adalah akibat yang ditimbulkan atau reaksi yang disebabkan oleh
benda asing yang masuk kedalam tubuh dan tidak diharapkan. Efek samping IUD
menurut Saifuddin. 2010 antara lain : Haid lebih banyak dan lama. Saat haid terasa
sakit. Perdarahan spoting. Terjadinya pedarahan yang banyak. Kehamilan insitu
5. Indikasi
Indikasi pemakaian kontrasepsi IUD adalah : Wanita yang menginginkan
kontrasepsi jangka panjang. Multigravida. Wanita yang mengalami kesulitan
menggunakan kontrasepsi lain.
6. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja IUD adalah mencegah terjadinya pembuahan dengan
penghambatan bersatunya ovum dengan sperma, mengurangi jumlah sperma yang
mencapai tuba fallopi dan menonaktifkan sperma. Mekanisme kerja IUD adalah
menghambat bersatunya sperma dan ovum, mengurangi jumlah sperma yang
mencapai tuba fallopi, menonaktifkan sperma, menebalkan lendir serviks sehingga
menghalangi pergerakan sperma. Mekanisme kerja IUD adalah dapat menimbulkan
reaksi radang pada endometrium dengan mengeluarkan leokosit yang dapat
menghancurkan blastokista atau sperma.IUD yang mengandung tembaga juga dapat
menghambat khasiat anhidrase karbon dan fosfase alkali, memblok bersatunya
sperma dan ovum, mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba fallopi dan
menonaktifkan sperma. IUD dapat menimbulkan infeksi benda asing sehingga akan
terjadi migrasi leokosit, makrofag dan menimbulkan perubahan susunan cairan
endometrium yang akan menimbulkan gangguan terhadap spermatozoa sehingga
gerakannya menjadi lambat dan akan mati dengan sendirinya.. IUD bentuk insert,
contohnya lippes loop, menimbulkan reaksi benda asingdengan terjadinya migrasi
leokosit, limfosit dan makrofag. Pemadatan lapisanendometrium menyebabkan
gangguan nidasi hasil konsepsi sehingga kehamilan tidak terjadi.
7. Kerugian
Kerugian pemakaian kontrasepsi IUD adalah : Menstruasi yang lebih banyak dan
lebih lama. Infeksi dapat terjadi saat pemasangan yang tidak steril. Ekspulsi (IUD
yang keluar atau terlepas dari rongga rahim). Sedangkan kerugian pemakaian
kontrasepsi IUD adalah : Haid menjadi lebih lama dan banyak. Perdarahan spoting
(bercak – bercak). Kadang – kadang nyeri haid yang hebat, perlu tenaga terlatih
untuk memasangkan dan membuka IUD.
8. Kontra Indikasi
Kontra indikasi pemakaian kontrasepsi IUD adalah : Wanita yang sedang hamil.
Wanita yang sedang menderita infeksi alat genitalia. Perdarahan vagina yang tidak
diketahui. Wanita yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi IUD. Wanita yang
menderita PMS. Wanita yang pernah menderita infeksi rahim. Wanita yangpernah
mengalami pedarahan yang hebat.
9. Waktu Pemasangan
Waktu pemasangan IUD yang baik menurut Manuaba 2010 antara lain : Bersamaan
dengan menstruasi, Segera setelah menstruasi, Pada masa akhir masa nifas,
Bersamaan dengan seksio secaria, Hari kedua dan ketiga pasca persalinan,Segera
setelah post abortus.
10. Waktu Pencabutan
Waktu pencabutan IUD yang baik menurut (Manuaba 2010) antara lain : Ingin hamil
lagi, Terjadi infeksi, Terjadi perdarahan, Terjadi kehamilan insitu.
11. Jadwal Pemeriksaan Ulang
Setelah dilakukan pemasangan IUD maka ibu harus melakukan jadwal pemeriksaan
ulang antara lain :
a) Dua minggu setelah pemasangan
b) Satu bulan setelah pemeriksaan pertama
c) Tiga bulan setelah pemeriksaan kedua
d) Setiap enam bulan sekali sampai satu tahun
e) Jika ada keluhan
12. Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan karena pemasangan kontrasepsi IUD menurut
Manuaba 2010 yaitu :
a) Perforasi, sering terjadi saat pemasangan dengan disertai ras sakit sehingga
perlu dibuka segera dan dilakukan observasi terhadap infeksi atau perdarahan
infeksi dapat menimbulkan kehamilan ektopik karena pernah memakai IUD
b) Abortus infeksi. Pemasangan IUD tanpa diketahui telah terjadi kehamilan dapat
menimbulkan perdarahn yang banyak karena terjadi peningkatan aliran darah
menuju uterus dan mudah terjadi infeksi sampai abortus serta sepsis.
b. Kontrasepsi mantap
Kontap adalah kontrasepsi permanen yang digunakan untuk mencegah kehamilan.
Kontap ada 2 macam yaitu tubektomi yang digunkan pada wanita dan vasektomi yang
digunakan pada pria. Keunggulan kontap adalah merupakan kontrasepsi yang hanya
dilakukan atau dipasang sekali, relatif aman. Angka kegagalan kontap pada pria 0,1%-
0,5 5 dalam tahun pertama sedangkan kegagalan pada kontap wanita kurang dari 1%
perseratus setelah satu tahun pemasangan. Kontap adalah alat kontrasepsi mantap yang
paling efektif digunakan, aman dan mempunyai nilai demografi yang tinggi. Kontap ada
2 macam yaitu tobektomi yang dilakukan pada wanita dan vasektomi yang dilakukan
pada pria.
1. Tubektomi
Tubektomi adalah satu – satunya kontrasepsi yang permanent.metode ini melibatkan
pembedahan abdominal dan perawatan di rumah sakit yang melibatkan waktu yang
cukup lama.
a. Efektivitas
Tubektomi ini mempunyai efektivitas nya 99,4 % - 99,8 % per 100 wanita
pertahun. Dengan angka kegagalan 1 – 5 per 100 kasus
b. Keuntungan
Keuntungan tobektomi adalah efektivitas tinggi, permanen, dapat segera efektif
setelah pemasangan.
c. Kerugian
Kerugian tobektomi adalah melibatkan prosedur pembedahan dan anastesi, tidak
mudah kembali kesuburan.
d. Indikasi
Indikasi tubektomi adalah wanita usia subur, sudah mempunyai anak, wanita
yang tidak menginginkan anak lagi.
e. Kontra indikasi
Kontra indikasi adalah ketidak setujuan terhadap operasi dari salah satu
pasangan, penyakit psikiatik, keadaan sakit yang dapat meningkatkan resiko saat
operasi.
f. Efek samping
Efek samping tubektomi dalah jika ada kegagalan metode maka ada resiko
tinggi kehamilan ektopik, meras berduka dan kehilangan.
2. Vasektomi
Vasektomi adalah pilihan kontrasepsi permanent yang popular untuk
banyakpasangan.Vasektomi adalah pemotongan vas deferen, yang merupakan
saluranyang mengangkut sperma dari epididimis di dalam testis ke vesikula
seminalis.
a. Efektivitas
Vasektomi adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif.Angka kegagalan
langsungnya adalah 1 dalam 1000, angka kegagalan lanjutnya adalah antara
1dalam 3000.
b. Keuntungan
Keuntungan adalah metode permanent, efektivitas permanen,
menghilangkankecemasan akan terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan,
proseduraman dan sederhana.
c. Kontra indikasi
Kontra indikasi adalah ketidak mampuan fisik yang serius, masalah
urologi,tidak didukung oleh pasangan.
d. Efek samping
Efek samping adalah infeksi, hematoma, granulose sperma.
G. Metode KB sederhana tanpa alat
1. KB alamiah
Metode alamiah sering juga disebut dengan metode pantang berkala, yaitu tidak
melakukan senggama pada masa subur seorang wanita yaitu sekitar waktu terjadinya
ovulasi.
Cara kerja :
Untuk menggunakan keluarga berencana alamiah secara efektif, pasangan perlu
memodifikasi prilaku seksual mereka. Pasangan harus mengamati tanda-tanda
fertilitas wanita secara harian dan mencatatnya. Mengenal masa subur dan tidak
melakukan aktifitas seksual pada masa subur jika tidak menginginkan kehamilan.
Efektivitas :
Bila digunakan secara sempurna efektivitas metode KBA dapat mencapai 65%.
Manfaat :
a. Dapat digunakan baik untuk menghindari atau untuk menginginkan
kehamilan
b. Tidak ada efek samping
c. Meningkatkan pengetahuan mengenai fungsi reproduksi wanita
d. Menumbuhkan kepercayaan diri tidak tergantung kepada kontrasepsi
e. Meningkatkan keterlibatan pihak pria
f. Tidak tergantung dengan tenaga medis
g. Ekonomi.

Indikasi :
Keluarga Berencana Alamiah merupakan metode yang sesuai untuk :
a. Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan
b. Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur
c. Pasangan dengan tidak dapat mengguanakan metode lain
d. Tidak keberatan jika terjadi kehamilan.

Keuntungan
a. Lebih sederhana.
b. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
c. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.
d. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
e. Konsepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko
kesehatan yang berhubungan dengankontrasepsi
f. Tidak memerlukan biaya.
g. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi

Keterbatasan
a. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
b. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
c. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.
d. Pasangan suami istri harus tahumasa subur dan masa tidak subur
e. Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.
f. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
g. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
2. Metode Kalender
Metode Kalender adalah metode kontrasepsi sederhana ysng dilakukan oleh
pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada
masa subur atau ovulasi. Knaus (ahli kebidanan Vienna) berpendapat bahwa ovulasi
terjadi tepat 14 hari sebelum menstrusi berikutnya.Sedangkan Ogino (ahli ginekologi
Jepang)  berpendapat bahwa ovulasi tidak terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi
tetapi terjadi 12 atau 16 hari sebelum menstruasi berikutnya.
Efektifitas KB kalender
Bagi wanita dengan siklus haid teratur, efektifitasnya lebih tinggi dibandingkan
wanita yang siklus haidnya tidak teratur . Angka kegagalan berkisar 6-42).
Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif adalah :
a. Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma
dalam saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari).
b. Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi,
diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan masa
tidak subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi tidak tepat.
c. Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri.
d. Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan
perubahan jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya.

Keuntungan KB Kalender
a. Ditinjau dari segi ekonomi : KB kalender dilakukan secara alami dan tanpa
biaya sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli alat
kontrasepsi.
b. Dari segi kesehatan : sistem kalender ini jelas jauh lebih sehat karena bisa
dihindari adanya efek sampingan yang merugikan seperti halnya memakai
alat kontrasepsi lainnya (terutama yang berupa obat).
c. Dari segi psikologis : yaitu sistem kalender ini tidak mengurangi kenikmatan
hubungan itu sendiri seperti bila memakai kondom misalnya. Meski tentu
saja dilain pihak dituntut kontrol diri dari pasangan untuk ketat berpantang
selama masa subur.

Kerugian KB kalender
Kerugian metode kalender, yaitu :
a. Diperlukan banyak pelatihan untuk biasa menggunakannya dengan benar
b. Memerlukan pemberian asuhan (non – medis) yang sudah terlatih
c. Memerlukan penahanan nafsu selama fase kesuburan untuk menghindari
kehamilan
Manfaat
Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi
maupun konsepsi. Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.
Dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan melakukan
hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa
hamil.
Efek Samping
Terlalu lama berpantang kadang kala tidak tertahankan, terutama bila masa
berpantang terlalu lebar (lama).
Indikasi KB kalender
Metode ini mudah dilaksanakan, tetapi dalam prakteknya sukar menentukan pada
saat ovulasi dengan tetap. Hanya sedikit wanita yang mempunyai daur haid teratur,
lagi pula dapat terjadi variasi, lebih-lebih setelah persalinan dan pada tahun-tahun
menjelang menopaus. Yang bisa menggunakan / Indikasi menurut Handayani
(2010): Wanita/pasangan :
a. Dari Semua usia subur
b. Dari semua paritas, termasuk wanita nullipara
c. Yang oleh karena alasan religious atau filosofis tidak bisa menggunakan
metode lain
d. Tidak bisa memakai metode lain
e. Bersedia menahan nafsu birah ilebih dari seminggu setiap siklus
f. Bersedia dan terdorong untuk mengamati, mencatat dan menginterpretasikan
tanda-tanda kesuburan.
Kontraindikasi KB kalender
a. Yang seharusnya tidak menggunakan/kontak indikasi Perempuan yang dari
segi umur, paritas atau masalah kesehatannya membuat kehamilan menjadi
suatu kondisi resiko tinggi
b. Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah (abortus),
kecuali MOB
c. Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur
d. Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerja sama (berpantang) selama
waktu tertentu dalam siklus haid.
e. Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genitalianya.

Cara Menghitung Masa Subur dengan Sistem Kalender


Masa berpantang dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Hari pertama mulai subur = siklus haid terpendek – 18
Hari subur terakhir = siklus haid terpanjang – 11
Sebenarnya, cara tersebut hanya cocok bagi wanita yang siklus haidnya teratur
mencatat pola siklus haidnya paling sedikit selama 6 bulan dan sebaiknya selama 12
bulan. Setelah itu barulah ditentukan kapan mulainya hari subu pertama dan hari
subur terakhir dengan mempergunakan rumus diatas . Contoh : Seorang wanita
mempunyai siklus haid yang amat teratur setiap bulan, yaitu selama 28 hari sesuai
dengan bulan Arab. Dengan demikian, siklus haid terpendek wanita itu adalah 28
hari, dan siklus terpanjang juga 28 hari (haidnya sangat teratur). Jika wanita tersebut
ingin memakai sistem kalender, menurut rumus diatas: Hari pertama ia subur : 28 –
11 = hari ke 17. Jadi, masa berpantangan adalah mulai dari hari ke 10 sampai hari ke
17, dihitung mulai dari hari pertama haid. Hari tersebut harus ditandai dengan spidol
merah pada kalender.
Seorang wanita memiliki siklus haid yang tidak teratur. Setelah dicatat selama
6 bulan sampai 12 bulan, diperoleh siklus haid terpendek adalah 22 hari dan
terpanjang 40 hari.Jika wanita tadi ingin memakai sistem kalender unutk mencegah
kehamilan, dengan memaki rumus di atas diperoleh : Hari pertama subur = 22 – 18 =
hari ke 4 Hari terakhir subur = 40 – 11 hari = hari ke 29. Masa berpantang koitus
mulai dari hari ke-4 sampai hari ke-29, yaitu hari dalam satu bulan.
Kalkulasi masa subur secara tradisional didasarkan pada 3 asumsi :
a. Ovulasi terjadi pada hari ke-14 tambah kurang 2 hari sebelum permulaan
haid berikutnya.
b. Spermatozoa bertahan hidup 2-3 hari
c. Ovum hidup selama 24 jam.
3. Metode Suhu Basal
Suhu basal adalah cara mengukur suhu badan memakai termometer, sewaktu
bangun pagi hari (dalam keadaan istirahat penuh), setiap hari. Hasil pengukiran
dicatat pada Kartu Pencatatan Suhu Badan. Tujuan pencatatan suhu basal untuk
mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan
alat yang berupa thermometer basal. Thermometer basal ini dapat digunakan secara
oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang
sama selama 5 menit.
Suhu normal tubuh sekitar 35,5-360 C. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun
terlebih dahulu dan naik menjadi 37-380 C kemudian tidak akan kembali pada suhu
350 C. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi. Kondisi kenaikan suhu tubuh ini
akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun kembali sekitar 2 derajat dan
akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena
produksi progesteron menurun. Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak
terjadi kenaikan suhu tubuh, kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga
tidak terjadi kenaikan suhu tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus
luteum yang memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan
suhu tubuh dan terus berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi
kehamilan. Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan
terus memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.
Suhu Basal sebagai Kontrasepsi dilakukan dengan wanita mengukur suhu
tubuhnya setiap hari untuk mengetahui suhu tubuh basalnya. Menjelang ovulasi,
suhu badan akan turun (pada hari ke-12 dan ke-13 siklus haid). Pada hari ke-14,
terjadi ovulasi, lalu pada hari ke-15 dan ke-16 siklus haid, suhu akan naik lagi
sampai lebih tinggi dari suhu sebelum ovulasi. Dengan cara tadi, masa berpantang
akan lebih pendek, tetapi efektivitas metode pantang berkala akan meningkat.
Setelah ovulasi suhu basal ( BBt / basal body temperature ) akan sedikit turun dan
akan naik sebesar ( 0,2 – 0,4 ° C ) dan menetap sampai masa ovulasi berikutnya.
Hal ini terjadi karena setelah ovulasi hormone progesterone disekresi oleh
korpus luteum yang menyebabkan suhu tubuh basal wanita naik, Aturan perubahan
suhu:
a. Mengukur suhu pada waktu yang hampir sama setiap pagi ( sebelum bangkit
dari tempat tidur ) dan mencatat suhu ibu pada kartu yang telah disediakan
oleh instruktur KBA.
b. Memakai catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus
haid untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang normal, rendah.
Mengabaikan suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
c. Menarik garis pada 0,05°C – 0,1°Cdi atas suhu tertinggi dari 10 suhu 10 hari
tersebut. Ini dinamakan garis pelindung ( cover line ) atau garis suhu.
d. Masa tak subur mulai pada sore setelah hari ketiga berturut-turut suhu berada
di atas garis pelindung tersebut.

Catatan : Jika salah satu dari 3 suhu tersebut di bawah garis pelindung (cover
line ) selama perhitungan 3 hari, ini mungkin tanda bahwa ovulasi belum terjadi.
Untuk menghindari kehamilan menunggu sampai 3 hari berturu-turut suhu
tersebut di atas garis pelindung sebelum memulai senggama. Ketika mulai masa
tak subur, tidak perlu untuk mencatat suhu basal ibu. Ibu dapat berhenti mencatat
sampai haid berikut mulai dan bersenggama sampai hari pertama haid
berikutnya.

Kerugian
a. Membutuhkan motivasi
b. Perlu diajarkan oleh spesialis keluarga berencana alami
c. Suhu tubuh basal dipengaruhi oleh penyakit, ganggiuan tidur, stress, alcohol
dan obat-obatan, misalnya aspirin
d. Apabila suhu tubuh tidak diukur pada sekitar waktu yang sama setiap hari
akan menyebabkan ketidakakuratan suhu tubuh basal
e. Tidak mendeteksi permulaan masa subur sehinggamempersulit untuk
mencapai kehamilan
f. Membutuhkan masa pantang yang lama, karena ini hanyalah mendeteksi
pasca ovulasi.

Keuntungan
a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasangan terhadap masa subur.
b. Membantu wanita yang mengalami siklus tidak teratur dengan cara
mendeteksi ovulasi.
c. Dapat membantu menunjukan perubahan tubuh lain seperti lender serviks.
d. Berada dalam kendali wanita.
e. Dapat digunakan mencegah atau meningkatkan kehamilan

Kontraindikasi
a. Sikluls haid yang tidak teratur.
b. Riwayat siklus haid yang an-ovulatori.
c. Kurve suhu badan yang tidak teratur.
d. Sang istri sedang sakit atau demam, sehingga suhu basalnya tidak bisa
diketahui secara tepat.

Indikasi
a. Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan
b. Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur
c. Pasangan dengan tidak dapat mengguanakan metode lain
d. Tidak keberatan jika terjadi kehamilan.

Efek Samping
Pantang yang terlampau lama dapat menimbulkan stress atau frustasi. Hal ini dapat
diatasi dengan pemakaian kondom atau tablet wanita sewaktu senggama.
Efektifitas
Daya guna teoritis adalah 15 kehamilan per 100 wanita pertahun. Daya guna
pemakaian adalah 20 – 30 kehamilan per 100 wanita/tahun. Daya guna dapat
ditingkatkan dengan menggunakan pula cara rintangan, misalnya kondom atau obat
spermisida di samping pantang berkala.
4. Metode Lendir Serviks
Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode keluarga berencana
alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan
mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari ovulasi.
Metode lendir serviks adalah metode mengamati kualitas dan kuantitas lendir serviks
setiap hari. Periode subur ditandai dengan lendir yang jernih, encer, dan licin.
Abstinensia (tidak melakukan hubungan seksual) diperlukan selama menstruasi, setiap
hari selama periode preovulasi (berdasarkan lendir serviks), dan sampai waktu lendir
masa subur muncul sampai 3 hari setelah lendir masa subur itu berhenti.
Cara kerja
Metode lendir serviks yakni pengamatan dilakukan pada lendir serviks. Pengamatan
lendir serviks dapat dilakukan dengan:
a. Merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari.
b. Melihat langsung lendir pada waktu tertentu.

Menjelang ovulasi lendir ini akan mengandung banyak air (encer) sehingga mudah
dilalui sperma. Setelah ovulasi lendir kembali menjadi lebih padat. Jika lendir mulai
keluar atau bagi wanita yang mengalami keputihan (sering mengeluarkan lendir) lendir
mengencer, bergumpal-gumpal dan lengket, hal ini menunjukan akan terjadi ovulasi.
Sehingga senggama harus dihindari dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Pada puncak masa subur, yaitu menjelang dan pada saat ovulasi lendir akan keluar
dalam jumlah lebih banyak menjadi transparan, encer dan bening seperti putih telur dan
dapat ditarik diantara dua jari seperti benang. Tiga hari setelah puncak masa subur dapat
dilakukan senggama tanpa alat kontrasepsi. Lendir dari servirks tidak dapat diamati pada
saat sedang terangsang dan beberapa jam setelah senggama, karena dinding vagina juga
akan mengeluarkan lendir yang akan memalsukan lendir servik.
Manfaat
Metode mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu dengan
berpantang senggama pada masa subur. Selain itu, metode ini juga bermanfaat bagi
wanita yang menginginkan kehamilan.
Kelebihan
a. Mudah digunakan.
b. Tidak memerlukan biaya.
c. Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain yang
mengamati tanda-tanda kesuburan.

Kekurangan
a. Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan metode
kontrasepsi lain (misal metode simptothermal).
b. Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya.
c. Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-tanda
kesuburan.
d. Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.

Indikasi
a. Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun tidak
teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun pramenopause.
b. Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara.
c. Perempuan kurus atau gemuk.
d. Perempuan yang merokok.
e. Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu seperti hipertensi sedang, varises,
dismenorea, sakit kepala sedang atau hebat, mioma uteri, endometritis, kista
ovarii, anemia defisiensi besi, hepatitis virus, malaria, trombosis vena dalam, atau
emboli paru.
f. Pasangan dengan alasan agama atau filosofi untuk tidak menggunakan metode
lain.
g. Perempuan yang tidak dapat menggunakan metode lain.
h. Pasangan yang ingin pantang senggama lebih dari seminggu pada setiap siklus
haid
i. Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi, mencatat, dan menilai
tanda dan gejala kesuburan

Kontraindikasi
a. Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya membuat
kehamilan menjadi suatu kondisi risiko tinggi.
b. Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah abortus), kecuali
MOB.
c. Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur, kecuali MOB
d. Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerjasama (berpantang) selama waktu
tertentu dalam siklus haid.
e. Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genitalianya.

Efek samping
a. Komplikasi yang langsung tidak ada
b. Persoalan timbul bila terjadi kegagalan/kehamilan.
5. Metode Symtothermal
Metode Simptothermal merupakan metode keluarga berencana alamiah ( KBA ) yang
mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi wanita. Metode simptothermal
mengkombinasikan metode suhu basal tubuh dan mukosa serviks. Metode ini mengamati
tiga indikator  kesuburann yaitu perubahan suhu basal tubuh, perubahan mukosa/ lendir
serviks, dan perhitungan masa subur melalui metode kalender Metode simptothermal
akan lebih akurat memprediksikan hari aman pada wanita daripada menggunakan salah
satu metode saja. Ketika menggunakan metode ini bersama-sama, maka tanda-tanda dari
satu dengan yang lainnya akan saling melengkapi.
Manfaat
a. Metode simptothermal digunakan sebagai alat kontrasepsi atau menghindari
kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seksual ketika berpotensi subur
(pantang saat masa subur).
b. Metode simptothermal digunakan sebagai konsepsi atau menginginkan
kehamilan.

Cara Kerja
Pengguna/klien metode simptothermal harus mendapat instruksi atau petunjuk tentang
metode lendir serviks, metode suhu basal tubuh maupun metode kalender. Hal ini
bertujuan agar pengguna dapat menentukan masa subur dengan mengamati perubahan
suhu basal tubuh maupun lendir serviks.
a. Klien dapat melakukan hubungan seksual hingga dua hari berikutnya setelah haid
berhenti (periode tidak subur sebelum ovulasi).
b. Ovulasi terjadi setelah periode tidak subur awal yang ditandai dengan mulai
keluarnya lendir dan rasa basah pada vagina sama dengan metode lendir serviks.
Lakukan pantang senggama karena ini menandakan periode subur sedang
berlangsung.
c. Pantang senggama dilakukan mulai ada kenaikan suhu basal 3 hari berurutan dan
hari puncak lendir subur.
d. Apabila dua gejala ini tidak menentukan periode tidak subur awal, periode subur,
periode tak subur akhir maka ikuti perhitungan periode subur yang terpanjang
dimana masa pantang senggama harus dilakukan.

Efektifitas
Angka kegagalan dari penggunaan metode simptothermal adalah 10-20 wanita akan
hamil dari 100 pasangan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan kesalahan dalam belajar,
saran atau tidak ada kerjasama pasangan. Namun, studi lain juga menyatakan angka
kegagalan dari metode simptothermal mempunyai angka kegagalan hanya 3 persen
apabila di bawah pengawasan yang ketat.
Hal yang Mempengaruhi Metode Simptothermal Menjadi Efektif
Metode simptothermal akan menjadi efektif apabila:
a. Pencatatan dilakukan secara konsisten dan akurat.
b. Tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, karena dapat mengubah siklus
menstruasi dan pola kesuburan.
c. Penggunaan metode barier dianjurkan untuk mencegah kehamilan.
d. Kerja sama dengan pasangan adalah perlu, karena ia harus bersedia untuk
membantu untuk menghindari kehamilan baik dengan tidak melakukan hubungan
seksual atau menggunakan beberapa metode penghalang selama hari-hari paling
subur.
Hal yang Mempengaruhi Metode Simptothermal Tidak Efektif
Metode simptothermal dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:
a. Wanita yang mempunyai bayi, sehingga harus bangun pada malam hari.
b. Wanita yang mempunyai penyakit.
c. Pasca perjalanan.
d. Konsumsi alkohol.
Keuntungan
Metode simptothermal mempunyai keuntungan antara lain:
a. Tidak ada efek fisik seperti obat-obatan, alat, bahan kimia atau operasi yang
dibutuhkan.
b. Aman.
c. Ekonomis.
d. Meningkatkan hubungan kerjasama antar pasangan.
e. Dapat langsung dihentikan apabila pasangan menginginkan kehamilan.
f. Tidak memerlukan tindak lanjut atau alat kontrasepsi lain setelah belajar metode
simptothermal dengan benar.

Keterbatasan
Metode simptothermal mempunyai keterbatasan antara lain:
a. Tidak cocok digunakan oleh wanita yang mempunyai bayi, berpenyakit, pasca
perjalanan maupun konsumsi alkohol.
b. Metode simptothermal kurang efektif karena pengguna harus mengamati dan
mencatat suhu basal tubuh maupun perubahan lendir serviks.
c. Metode simptothermal memerlukan kerjasama antara pasangan suami istri.
d. Pengguna harus mendapatkan pelatihan atau instruksi yang benar.

Indikasi
a. Pencatatan dilakukan secara konsisten dan akurat.
b. Tidak menggunakan kontrasepsi hormonal,karena dapat mengubah siklus
menstruasi dan pola kesuburan.
c. Penggunaan metode barier dianjurkan untuk mencegah kehamilan. 

Kontra-indikasi
a. Wanita yang mempunyai bayi, sehingga harus bangun pada malam hari.
b. Wanitayang mempunyai penyakit. 
c. Pasca perjalanan.
6. Coitus Interputus
Nama lain dari coitus interuptus adalah senggama terputus atau ekspulsi pra ejakulasi
atau pancaran ekstra vaginal atau withdrawal methods atau pull-out method. Dalam
bahasa latin disebut juga interrupted intercourse.
Metode Withdrawal adalah metode kontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum
terjadi ejakulasi intravaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia eksterna wanita.
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah penarikan penis dari vagina sebelum
terjadinya ejakulasi
Cara kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke
dalam vagina, maka tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat
dicegah. Ejakulasi di luar vagina untuk mengurangi kemungkinan air mani mencapai
rahim.
a. Sebelum melakukan hubungan seksual, pasangan harus saling membangun
kerjasama dan pengertian terlebih dahulu. Keduanya harus mendiskusikan dan
sepakat untuk menggunakan metode senggama terputus.
b. Sebelum melakukan hubungan seksual, suami harus mengosongkan kandung kemih
dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi
sebelumnya.
c. Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera mengeluarkan penisnya dari vagina
pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina.
d. Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama.
e. Pastikan suami tidak terlambat melaksanakannya.
f. Senggama dianjurkan tidak dilakukan pada masa subur.

Efektifitas
Efektivitas metode ini umumnya dianggap kurang berhasil. Metode coitus interuptus
akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan konsisten. Angka kegagalan 4-27
kehamilan per 100 perempuan per tahun. Pasangan yang mempunyai pengendalian diri
yang besar, pengalaman dan kepercayaan dapat menggunakan metode ini menjadi lebih
efektif.
Kegagalan dengan cara ini dapat disebabkan oleh :
a. Adanya pengeluaran mani sebelum ejakulasi (praejaculatory fluid), yakni dapat
mengandung sperma, apalagi pada koitus yang berulang (repeated coitus).
b. Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina
c. Pengeluaran semen pada vulva (petting), oleh karena adanya hubungan antara
vulva dan kanalis servikalis uteri melalui benang lendir serviks uteri yang pada
masa ovulasi mempunyai spinnbarkeit yang tinggi.

Manfaat
Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi.
Manfaat kontrasepsi :
a. Alamiah.
b. Efektif bila dilakukan dengan benar.
c. Tidak mengganggu produksi ASI.
d. Tidak ada efek samping.
e. Tidak membutuhkan biaya.
f. Tidak memerlukan persiapan khusus.
g. Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
h. Dapat digunakan setiap waktu.

Manfaat non kontrasepsi :


a. Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.
b. Menanamkan sifat saling pengertian.
c. Tanggung jawab bersama dalam ber-KB.

Keterbatasan
Metode coitus interuptus ini mempunyai keterbatasan, antara lain . Sangat tergantung
dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi dan tumpahan sperma selama senggama.
a. Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual (orgasme).
b. Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat dan setelah interupsi
coitus.
c. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual.
d. Kurang efektif untuk mencegah kehamilan.
7. Metode Amenorea Laktasi
Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM)
adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan
minuman lainnya.
Pada periode menyusui sering wanita menjadi tidak haid akibat hormon laktasi.
Ternyata disamping haid, ovulasi juga ikut terhambat. Supaya methode ini bekerja
dengan baik, ibu-ibu harus memberikan ASI saja (eksklusif). Interval menyusui pada
malam hari tidak melebihi 6 jam dan interval siang tidak lebih 4 jam. Semakin sering dan
lama bayi menyusui maka semakin kecil ovulasi akan timbul.
Cara Kerja :
Cara kerja dari Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah menunda atau menekan
terjadinyaovulasi. Pada saat laktasi/menyusui, hormon yang berperan
adalah prolaktin dan oksitosin. Semakin sering menyusui, maka
kadar prolaktin meningkat dan hormon gonadotrophinmelepaskan hormon penghambat
(inhibitor). Hormon penghambat akan mengurangi kadarestrogen, sehingga tidak
terjadi ovulasi.
Selama menyusui, penghisapan air susu oleh bayi menyebabkan perubahan hormonal
dimana hipotalamus mengeluarkan GnRH yang menekan pengeluaran hormone LH dan
menghambat ovulasi. Ini adalah metode yang efektif bila kriteria terpenuhi : menyusui
setiap 4 jam pada siang hari, dan setiap 6 jam pada malam hari. Makanan tambahan
hanya diberikan 5-10% dari total.
Metode Amenorea Laktasi (MAL) dapat dipakai sebagai alat kontrasepsi, apabila :
a. Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif bila diberikan minimal
8 kali sehari.
b. Belum mendapat haid.
c. Umur bayi kurang dari 6 bulan.

Kelebihan
a. Ekonomis.
b. Mengurangi perdarahan pasca melahirkan.
c. Memberikan nutrisi yang baik pada bayi.
d. pencegahan kehamilan segera setelah melahirkan,
e. tidak mengganggu kesehatan,
f. merangsang seorang wanita untuk menyusui

Kekurangan

a. Hanya melindungi pada 6 bulan pertama.


b. Angka kegagalan/kehamilan 6 per 100 wanita per tahun.
c. tidak sepenuhnya efektif, harus memenuhi criteria, tidak melindungi dari PMS

Manfaat
Metode Amenorea Laktasi (MAL) memberikan manfaat kontrasepsi dan non kontrasepsi.
Manfaat kontrasepsi dari MAL antara lain:
a. Efektifitas tinggi (98 persen) apabila digunakan selama enam bulan pertama
setelah melahirkan, belum mendapat haid dan menyusui eksklusif
b. Dapat segera dimulai setelah melahirkan.
c. Tidak memerlukan prosedur khusus, alat maupun obat.
d. Tidak memerlukan pengawasan medis.
e. Tidak mengganggu senggama.
f. Mudah digunakan.
g. Tidak perlu biaya.
h. Tidak menimbulkan efek samping sistemik.
i. Tidak bertentangan dengan budaya maupun agama.

Manfaat non kontrasepsi dari MAL antara lain :


Untuk bayi
a. Mendapatkan kekebalan pasif.
b. Peningkatan gizi.
c. Mengurangi resiko penyakit menular.
d. Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi air, susu formula atau alat
minum yang dipakai.
Untuk ibu
a. Mengurangi perdarahan post partum/setelah melahirkan.
b. Membantu proses involusi uteri (uterus kembali normal).
c. Mengurangi resiko anemia.
d. Meningkatkan hubungan psikologi antara ibu dan bayi.

Indikasi
Metode Amenorea Laktasi (MAL) dapat digunakan oleh wanita yang ingin menghindari
kehamilan dan memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Wanita yang menyusui secara eksklusif.
b. Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang dari 6 bulan.
c. Wanita yang belum mendapatkan haid pasca melahirkan.

Kontraindikasi
a. Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid.
b. Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.
c. Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.
d. Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan.
e. Wanita yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati.
f. Wanita yang menggunakan obat-obatan jenis ergotamine, anti metabolisme,
cyclosporine, bromocriptine, obat radioaktif, lithium atau anti koagulan.
g. Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan.
h. Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme.

Efek samping
a. Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan
b. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
c. Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif.

Anda mungkin juga menyukai