A. Latar Belakang
Usia kehamilan merupakan salah satu predikator penting bagi kelangsungan hidup
janin dan kualitas hidupnya. Umumnya kehamilan disebut cukup bulan bila
berlangsung antara 37-41 minggu dihitung dari hari pertama siklus haid terakhir
pada siklus 28 hari. Banyak kejutan terjadi pada perempuan hamil seperti
merasakan tendangan pertama bayinya atau gejala morning sickness. Tapi kejutan
yang paling tidak diinginkan oleh ibu hamil adalah melahirkan bayi secara
prematur (Krisnadi, Effendi & Pribadi,2009, hlm. 1).
Angka kejadian bayi prematur di Indonesia masih berada di atas rata-rata negara
lain yaitu mencapai 30%-40% padahal di negara maju hanya sebesar 10-15%.
Angka kematian bayi prematur di Indonesia juga masih cukup tinggi yaitu
mencapai 30%-40% (Pdpersi, 2002).
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka
kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong
tinggi. Angka kematian bayi di Indoesia tercatat 51,0 per 1000 kelahiran hidup
pada tahun 2003, ini memang bukan gambaran yang baik karena masih terbilang
tinggi bila di bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN. Penyebab kematian
bayi terbanyak adalah karena gangguan perinatal. Dari seluruh kematian
perinatal sekitar 2 – 27% disebabkan karena kelahiran prematur dengan berat
lahir rendah (BBLR). Sementara itu prevalensi prematur pada saat ini
diperkirakan 7 – 14% yaitu sekitar 459.200 – 900.000 bayi (Depkes RI, 2005).
Semua penyakit pada neonatus dapat mengenai bayi prematur, tetapi ada beberapa
penyakit tertentu yang terutama terdapat pada bayi prematur. Hal ini disebabkan
oleh faktor pertumbuhan, misalnya belum cukup surfaktan terbentuk pada
penyakit membran hialin. Demikian pula kejadian hiperbilirubinemia pada bayi
prematur lebih tinggi dibandingkan dengan neonatus cukup bulan karena faktor
kematangan hati (Hasan & Alatas, 2005, hlm.1053).
Bayi prematur juga cenderung mengalami komplikasi. Beberapa masalah yang
khususnya rentan bagi bayi prematur mencakup kesulitan memberi makan, suhu
tubuh tidak normal, kesulitan bernafas, enterokolitis nekrotik, ikterus akibat
prematuritas, perdarahan intraventrikular, anemia (Karyuni & Melliya, 2007, hlm.
33-34). Bayi prematur membutuhkan perawatan yang lebih khusus dan istimewa
dibandingkan bayi cukup bulan, hal ini disebabkan oleh bayi prematur lebih
rentan terhadap infeksi. Kelahiran prematur menuntut adaptasi pada kehidupan
ekstrauterin sebelum sistem organ berkembang dengan baik. (Hoffman, Rudolph,
2006, hlm. 264)
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup
di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian
makanan dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta mencegah
kekurangan vitamin dan zat besi (Prawirohadjo, 2006, hlm. 778). Bayi prematur
yang dirawat di rumah sakit juga dapat dimasukkan dalam inkubator, dan setelah
kondisi bayi memungkinkan untuk dibawa pulang perlu dilakukan perawatan
lanjutan oleh orang tua ( Maulana, 2008, hlm. 200).
Bayi prematur boleh keluar dari rumah sakit jika sudah mendapatkan beratnya
kembali dan bisa makan cukup, menunjukkan kemampuan untuk mengendalikan
suhu tubuhnya dalam suhu ruangan yang normal dan bebas dari penyakit.
Sebagian besar bayi dipulangkan jika beratnya sudah mencapai 1600 sampai 1800
dan menunjukkan peningkatan berat yang tetap (Gupte, 2004, hlm.74). Perlu
diketahui oleh orang tua sebaiknya 3 hari setelah dibawa pulang, segera kontrol
kembali ke dokter untuk memastikan bahwa tidak ada masalah apa pun selama
kepulangannya (Maulana, 2008, Untuk melakukan perawatan lanjutan di rumah,
ibu harus yakin bahwa dia terlatih untuk memberi makan bayinya, tahu
bagaimana menjaga lingkungan sekitarnya dalam keadaan aseptik dan
mempelajari cara dan perlengkapan untuk menjaga bayi tetap hangat. Di rumah
hendaknya ibu berusaha agar bayinya tidak disentuh oleh yang menjenguknya
mengingat bayi prematur rentan terhadap infeksi (Gupte, 2004, hlm.74).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan orang tua memahami tentang perawatan bayi
prematur.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan 75% peserta dapat menyebutkan :
a. Pengertian bayi prematur
b. Menyebutkan tanda-tanda bayi prematur
c. Menjelaskan dengan bahasa sendiri perawatan bayi prematur di rumah sakit
maupun di rumah.
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik : Perawatan Bayi prematur
2. Sasaran : orang tua Bayi pematur
3. Metoda : ceramah dan diskusi
4. Media : power point, leaflet
5. Waktu Tempat : Ruang Neonatus RSD Mayjen HM Ryacudu
Kotabumi
6. Pengorganisasian
A. Moderator :
B. Pemateri :
C. Fasilitator. :
D. Observer :
Uraian Tugas
1. Moderator
- Membuka acara
- Memperkenalkan mahasiswa
- Menjelaskan tujuan dan topik
- Menjelaskan kontrak waktu
- Menyerahkan jalannya penyuluhan pada pemateri
- Mengarahkan alur diskusi
- Memimpin jalannya diskusi
- Menutup acara
2. Pemateri
Mempresentasikan materi untuk penyuluhan
3. Fasilitator
- Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam jalannya penyuluhan.
- Membantu dalam menanggapi pertanyaan dari peserta.
4. Observer
Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir.
D. Kegiatan Penyuluhan
2. 20 menit Pelaksanaan
Menjelaskan pengertian bayi prematur Menjelaskan
Menjelaskan tanda-tanda bayi prematur Memperhatikan
Menjelaskan perawatan bayi premature Memperhatikan
di rumah sakit dan di rumah. Memperhatikan
Memberi kesempatan pada peserta Memberi
untuk bertanya pertanyaan
Memberi reinforcement positif Memperhatikan
Menjawab pertanyaan yang diajukan Memperhatikan
3. 5 menit Penutup
Meminta peserta untuk memberikan Memberi
pertanyaan atas penjelasan yang tidak pertanyaan
dipahami
Menjawab pertanyaan yang diajukan Memperhatikan
Menyimpulkan diskusi Berpartisipasi
Melakukan evaluasi Menjawab
Mengucapkan salam pertanyaan
Menjawab salam
E. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Laporan telah dikoordinasi sesuai rencana
b. 60% peserta mengikuti penyuluhan
c. Tempat dan media serta alat penyuluhan sesuai rencana
2. Evaluasi Proses
a. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
b. Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan
c. 70% peserta aktif dan tidak meninggalkan ruangan selama penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu :
a. Menyebutkan pengertian bayi prematur
b. Menyebutkan tanda0tanda bayi prematur
c. Menyebutkan dan menjelaskan
perawatan bayi prematur
Materi penyuluhan
PERAWATAN BAYI PREMATUR
A. PENGERTIAN
Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia
kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi prematur
ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa
memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan berat
badan kurang 2500 gram (Surasmi, Handayani & Kusuma, 2003).
B. ETIOLOGI
Faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur diantaranya:
1 faktor ibu, riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum,
malnutrisi, kelainan uterus, hidromion, penyakit jantung / penyakit kronik
lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma, kebiasaan, yaitu
pekerjaan yang melelahkan, merokok
2 faktor janin, cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramion, ketuban pecah dini
3 keadaan sosial ekonomi yang rendah (Prawirohardjo, 2006).
Untuk merawat bayi prematur memang dibutuhkan penanganan khusus, dan peran
ibu sangat penting. Hal itu karena organ-organ tubuh bayi belum berkembang
secara maksimal dan bayi prematur ini sangat rentan terhadap infeksi. Sehingga
risiko mengalami gangguan kesehatan sangat tinggi (Hoffman, Rudolph, 2006).
Langkah-langkah perawatan lanjutan bayi prematur di rumah di antaranya adalah:
1. Asupan gizi
Bayi prematur membutuhkan susu berprotein tinggi. Namun dengan kuasa
Tuhan, ibu-ibu hamil yang melahirkan bayi prematur dengan sendirinya akan
memperoleh ASI yang proteinnya lebih tinggi dibanding dengan ibu yang
melahirkan bayi yang cukup bulan. Kalaupun ibu mengalami masalah dengan
ASI-nya, ada susu khusus yang diperuntukkan bagi bayi prematur. Yang harus
diingat, karena kapasitas saluran cernanya masih amat terbatas, maka
pemberian susu sebaiknya jangan terlalu banyak. Namun, agar kebutuhannya
tercukupi, tingkatkan frekuensi pemberiannya. Jika bayi tidak dapat menyusu
dengan cukup baik guna mendaptkan volume susu yang banyak ibu
hendaknya memberikan perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian
makan alternatif. Ibu dapat memberikan makan dengan cangkir, cangkir dan
sendok, atau alat lain yang bersih.
2. Jaga suhu tubuhnya
Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh yang
belum stabil. Oleh karenanya, orang tua harus mengusahakan agar lingkungan
sekitarnya tidak memicu kenaikan atau penurunan suhu tubuh bayi. Langkah
yang bisa ditempuh dengan menempati kamar yang tidak terlalu panas
ataupun terlalu dingin, sehingga dapat mempengaruhi suhu tubuhnya.
3. Pastikan semuanya bersih
Seperti sudah disebutkan diatas, bayi prematur lebih rentan terserang penyakit
dan infeksi. Karenanya orang tua harus berhati-hati menjaga keadaan sikecil
supaya tatap bersih sekaligus memanimalisasi kemungkinan terserang infeksi.
Salah satu langkah penting yang disarankan adalah imbauan bagi siapa saja
yang akan memegang bayi supaya mencuci tangan terlebih dahulu. Kalau ada
anggota keluarga yang sakitpun sebaiknya jauh-jauh saja dari si kecil.
4. BAK dan BAB BAK dan BAB bayi prematur masih terhitung wajar, kalau
setelah di susui lalu dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak
wajar apabila tanpa diberi susu pun bayi terus BAK atau BAB. Untuk kasus
seperti ini, tak ada jalan lain kecuali segera membawanya ke dokter.
5. Berikan stimulus yang sesuai Setelah dipastikan 4 hal tersebut tidak ada
masalah, orang tua tidak perlu khawatir untuk melakukan aktivitas rutin
lainnya. Semisal mengajaknya bermain, menimang, menggendong, dan
sebagainya. Untuk merangsang indra penglihatannya, tunjukkan perbedaan
warna gelap dan terang, gambar-gambar dan mainan berwarna cerah, serta
ekspresi wajah ayah dan ibu. Berikan stimulus yang sesuai dengan usianya
(Maulana, 2009).
6. Metode kanguru Kangaroo Mother Care (KMC) atau perawatan bayi lekat
(PBL) adalah kontak kulit diantara ibu dan bayi secara dini, terus menerus dan
dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif. Tujuannya agar bayi kecil tetap
hangat. Dapat dimulai segara bayi lahir atau setelah bayi stabil. KMC dapat
dilakukan di rumah sakit di rumah setelah bayi pulang. Bayi tetap bisa di
rawat dengan KMC meskipun belum bisa menyusu. Berikan ASI peras
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian umum (Depkes, 2003, hlm.
107). Metode kanguru merupakan salah satu metode perawatan bayi berat
lahir rendah untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir, metode kanguru
merupakan perawatan bayi baru lahir dalam keadaan telanjang, bayi hanya
memakai popok dan topi, dan bayi diletakkan secara vertikal/tegak didada
antara ke dua payudara ibu, di mana ibu dalam keadaan telanjang dada,
kemudian diselimuti (Maryuni & Nurhayati, 2009).
7. Pemijatan bayi Ternyata, dari kebanyakan penelitian melaporkan bayi
prematur yang biasanya lahir dengan berat badan lahir rendah mengalami
kenaikan berat badan yang lebih besar dan berkembang lebih baik setelah
dilakukan pemijatan secara teratur. Pemijatan bayi dengan berat badan lahir
rendah bisa dilakukan setelah bayi dalam keadaan stabil, telah melampaui
masa kritis dan dapat dilakukan tiga kali dalam sehari. Waktu memijat bayi
yang terbaik apabila orang tua dan bayi telah siap memulai, pagi hari sebelum
mandi atau sebelum makan, siang hari sebelum minum, dan sore hari sebelum
minum atau sebelum tidur. Alat-alat yang perlu dipersiapkan sebelum memijat
bayi yaitu, lotion atau minyak minyak yang lembut, selimut/popok/kain
bedong, handuk, dan pakaian ganti bayi.
langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pemijatan bayi yaitu:
a. letakkan bayi dalam posisi telungkup atau telentang
b. lakukan pijatan dengan kekuatan tekanan sedang selama 1 menit pada
bagian kepala dan muka, pundak, punggung, kaki dan tangan
c. lakukan gerakan dari atas kepala, kebawah bagian muka, ke atas bagian
kepala, dan seterusnya
d. lakukan gerakan dari belakang leher, ke bahu, dan seterusnya
e. lakukan gerakan dari atas punggung ke pinggang, kembali ke punggung,
dan seterusnya
f. lakukan dari paha ke bawah, kembali ke paha, kemudian ke bawah dan
lakukan usapan pada kedua kaki
g. lakukan gerakan dari pangkal lengan ke bawah, ke atas pangkal lengan,
ke bawah, dan seterusnya
h. letakkan bayi dalam posisi telentang, lakukan dan rentangkan tiap-tiap
lengan dan kaki setelah dipijat (Maryuni & Nurhayati, 2009).
Gupte, S, M.D. 2004. Panduan Perawatan Anak, Jakarta : Pustaka Populer Obor.
Nurhayati & Maryuni. 2009. Asuhan Kegawat daruratan dan Penyulit Pada Neonatus,
Jakarta : CV Trans Info Media.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Jakarta : Salemba Medika.
Surasmi A, Handayani S., Kusuma H. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta:
EGC.
Prawihardjo, S. 2006. Ilmu Kebidanan. Cetakan kedelapan, Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
_____________. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBPSP