Anda di halaman 1dari 24

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“CARA MENYUSUI YANG BENAR”

Disusun Oleh :
1. Puji Putra Pratama (SN202031).
2. Hafidz Renaldi A (SN202011)
3. Santi Nurhaliza (SN202039)
4. Hegita Purnamaningtyas (SN202012)
5. Muhammad Ihsannudin (SN202025)
6. Febe Ardhina (SN202007)

PRODI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

A. PENDAHULUAN
Menyusui suatu proses yang alami dimana tahapan memberikan makanan
pada bayi berupa air susu ibu (ASI) langsung dari payudara ibu (Depkes RI).
Menyusui adalah proses pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi sejak lahir
sampai berusia 2 tahun. Jika bayi diberikan ASI saja sampai usia 6 bulan tanpa
menambahkan dan mengganti dengan makanan atau minuman lainnya merupakan
proses menyusui eksklusif. Asi eksklusif dapat melindungi bayi dan anak terhadap
penyakit berbahaya dan mempererat ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan
anak. Proses menyusui secara alami akan membuat bayi mendapatkan asupan gizi
yang cukup dan limpahan kasih sayang yang berguna untuk perkembangannya
(Hidayati, 2016).
Menurut Padilla (2016), masa nifas adalah masa sesudahnya persalinan
terhitung dari saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan ke
keadaan sebelum hamil lamanya masa nifas kurang lebih 6 minggu. Pada nifas ini
terjadi perubahan – perubahan fisiologis maupun psikologis seperti perubahan
laktasi pengeluaran air susu ibu, perubahan system tubuh dan perubahan psikis
lainnya. Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Untuk mencapai
keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik-teknik menyusui
yang benar. Indikator dalam proses menyusui yang efektif meliputi posisi ibu dan
bayi yang benar (body position), perlekatan bayi yang tepat (latch), keefektifan
hisapan bayi pada payudara (effective sucking). Teknik menyusui yang benar
akan mendorong keluarnya ASI secara maksimal sehingga keberhasilan menyusui
bisa tercapai (Evi Rinata , Tutik Rusdyati, 2016).
Praktek cara menyusui yang benar perlu diajarkan pada setiap ibu yang baru
saja melahirkan karena menyusui itu sendiri bukan suatu hal yang relaktif atau
instingtif, tetapi merupakan suatu proses. Proses belajar menyusui yang baik
bukan hanya untuk ibu yang baru pertama kali melahirkan, tetapi juga untuk ibu
yang pernah menyusu bayinya. Ini disebabkan setiap bayi yang baru lahir
merupakan individu tersendiri yang mempunyai spesifikasi tertentu. Dengan
demikian ibu perlu belajar berinteraksi dengan manusia baru, ini agar dapat
sukses dalam memberikan yang terbaik baginya (Padilla, 2014).
Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, UNICEF
dan WHO merekomendasikan sebaiknya bayi hanya disusui air susu ibu (ASI)
selama paling sedikit 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi
berumur dua tahun(WHO, 2018). Agar ibu dapat mempertahankan ASI eksklusif
selama 6 bulan, WHO merekomendasikan agar melakukan inisiasi menyusui
dalam satu jam pertama kehidupan, bayi hanya menerima ASI tanpa tambahan
makanan atau minuman, termasuk air, menyusui sesuai permintaan atau sesering
yang diinginkan bayi, dan tidak menggunakan botol atau dot (WHO, 2018).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan kegiatan penyuluhan diharapkan Ibu mengetahui dan
mengerti tentang posisi yang baik dan benar saat pemberian ASI pada bayi
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan kegiatan penyuluhan diharapkan peserta mampu:
 Mengetahui pengertian ASI
 Mengetahui pengertian ASI Eksklusif
 Mengetahui pengertian ibu menyusui
 Mengetahui manfaat dan kerugian menyusui
 Mengetahui cara menyusui yang baik dan benar
C. RENCANA KEGIATAN
1. Topik
Cara menyusui yang benar
2. Metode
 Ceramah
 Tanya Jawab
3. Sasaran
Ibu yang mempunyai bayi usia 0 – 24 bulan yang bisa mengaplikasikan
zoomeeting.
4. Waktu dan Tempat
Tanggal : 28 Juli 2021
Jam : 09.00WIB
Tempat : Via Zoom Meeting
5. Jumlah Peserta
12 orang
6. Media
Media : Power Point dan soft file leaflet
7. Setting Tempat
Rumah masing – masing peserta
8. Susunan Acara
No Fase Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran
.
1. Pra - Menyiapkan alat dan
Interaksi bahan
2. Interaksi 5 menit a. Memberi salam a. Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri b. Memperhatikan
c. Menjelaskan maksud c. Menyampaikan
dan tujuan pendapat dan
d. Kontrak waktu mengajukan
e. Menjelaskan proses pertanyaan
jalannya acara
penyuluhan
f. Menanyakan kesiapan
3. Kerja 20 menit a. Menjelaskan a. Memperhatikan
materi penyuluhan dan
pada sasaran mendengarkan
dengan metode dengan seksama
ceramah dan tanya b. Bertanya
jawab yang
meliputi :
 Pengertian ASI
 Pengertian ASI
Eksklusif
 Pengertian ibu
menyusui
 Manfaat dan
Kerugian Menyusui
 Cara menyusui
yang baik dan benar
b. Mereview yang
sudah disampaikan
c. Memberi
kesempatan untuk
bertanya
d. Menjawab
pertanyaan
4. Terminasi 5 menit a. Mengajukan a. Menjawab
pertanyaan pertanyaan
b. Melakukan kontrak b. Menjawab salam
kegiatan berikutnya /
tindak lanjut
c. Mengucapkan salam

9. Pembagian Tugas
 Moderator : - Muhammad Ihsannudin
- Puji Putra Pratama
 Operator : Hafidz Renaldi A
 Notulen : Hegita Purnamaningtyas
 Presentator : - Santi Nurhaliza
- Febe Ardhina
D. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
 Kehadiran peserta 75 %
 Persiapan alat dan media penyuluhan dan demonstrasi
2. Evaluasi Proses
 Moderator, penyuluh, observer, fasilitator dan peserta mampu menjalankan
fungsi dan perannya dengan baik.
 Peserta antusias dalam mendengarkan penyuluhan dengan kriteria : tidak
berbicara dengan peserta lainnya, menyimak penyaji dalam menyampaikan
materi, peserta aktif dalam diskusi dengan bertanya dan menjawab pertanyaan
yang diajukan penyaji.
 Peserta mendengarkan penjelasan yang disampaikan penyaji dan bertanya
tentang hal-hal yang belum dimengerti.
3. Evaluasi Hasil
Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diberikan penyaji.

E. LAMPIRAN MATERI

A. Teknik Menyusui
a. Pengertian Teknik Menyusui
Menyusui adalah keterampilan yang dipelajari oleh ibu dan bayi,
dimana keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan
nutrisi pada bayi selama 6 bulan (Mulyani, 2013). Teknik menyusui yang
benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi
ibu dan bayi dengan benar (Rini dan Kumala, 2017). Manfaat dari teknik
menyusui yang benar yaitu putting susu tidak lecet, perlekatan menyusu pada
bayi kuat, bayi menjadi tenang dan tidak terjadi gumoh (Wahyuningsih,
2019).
Hasil penjelasan di atas, dapat disimpulkan teknik menyusui yaitu cara
ibu memberikan ASI kepada anaknya dengan memperhatikan perlekatan dan
posisi yang benar, sehingga putting susu ibu tidak lecet atau luka saat
menyusui dan bayi menyusu dengan nyaman dan tidak gumoh.
b. Teknik Menyusui yang Benar
Teknik menyusui yang benar yang diungkapkan Banowati (2019)
yaitu :
1) Sebelum mulai menyusui putting dan areola mammae dibersihkan terlebih
dahulu dengan kapas basah atau ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan
pada putting dan sekitar kalang payudara.
2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu / payudara.
a) Ibu duduk atau berbaring dengan santai, jika duduk akan lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (hal ini bertujuan supaya kaki ibu tidak
menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
b) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan menggunakan satu lengan,
kepala bayi terletak pada siku ibu (kepala tidak
boleh menengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).
c) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satunya di depan.
d) Perut bayi menempel pada badan ibu, posisi kepala bayi menghadap payudara
(tidak hanya menoleh atau membelokkan kepala bayi).
e) Telingan dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang di
bawah, jangan terlalu menekan putting susu atau kalang payudara saja.
4) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (roting refleks) dengan cara
menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.
5) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dan putting susu serta kalang payudara dimasukkan ke mulut
bayi.
a) Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk kedalam mulut bayi,
sehingga putting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah
kalang payudara.
b) Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disangga.
c) Melepas isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai kosong, sebaiknya diganti
dengan payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi yaitu jari kelingking
ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke
bawah.

6) Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah untuk mengeluarkan udara dari lambung
supaya bayi tidak muntah setelah menyusu. Cara menyendawakan bayi adalah
bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggungnya ditepuk secara perlahan atau dengan cara bayi tidur tengkurap
dipangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
Teknik menyusui yang benar yang diungkapkan Rini dan Kumala
(2017) yaitu :
1) Cuci tangan yang bersih dengan menggunakan sabun, perah sedikit ASI
kemudian oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai.
2) Posisi ibu harus nyaman, biasanya duduk tegak di tempat tidur/kursi, ibu
harus merasa rileks.
3) Lengan ibu menopang kepala bayi, leher dan seluruh badan bayi (kepala dan
tubuh berada dalam garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu,
hidung bayi di depan putting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian rupa
sehingga perut bayi menghadap perut ibu. Kepalanya harus sejajar dengan
tubuhnya, tidak melengkung ke belakang/menyamping, telinga, bahu, dan
panggul bayi berada dalam satu garis lurus.
4) Ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan
mengamati bayi yang siap menyusu: membuka mulut, bergerak mencari dan
menoleh. Bayi harus berada dekat dengan payudara ibu dan ibu tidak harus
mencondongkan badan dan bayi tidak merenggangkan lehernya untuk
mencapai putting susu ibu.
5) Ibu menyentuhkan putting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga mulut
bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke putting susu ibu
hingga bibir bayi dapat menangkap putting susu tersebut. Ibu memegang
payudara dengan satu tangan dengan cara meletakkan empat jari di bawah
payudara dan ibu jari

di atas payudara. Ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf “C”.
6) Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dagu rapat
ke payudara ibu dan hidungnya menyentuh bagian atas payudara.
7) Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi,
jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus,
hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan putting
susu ibu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyentuh bibir bayi ke putting
susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
8) Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan putting dari mulut bayi
dengan cara memasukkan jari kelingking ibu di antara mulut dan payudara.
9) Menyendawakan bayi dengan menyenderkan bayi di pundak atau
menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk-nepuk punggung bayi.
Hasil penjelasan teknik menyusui di atas, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1) Sebelum menyusui, ibu harus cuci tangan terlebih dahulu.
2) Payudara dibersihkan dengan kapas basah supaya bersih dari debu dan
keringat.
3) ASI dikeluarkan sedikit untuk membasahi putting dan areola.
4) Posisi ibu duduk bersandar, pada kursi yang rendah sehingga punggung ibu
bersandar di sandaran kursi sehingga ibu bisa duduk nyaman dalam
menyusui.
5) Bayi digendong dengan satu lengan, posisi kepala bayi berada di lengkung
siku ibu dan bokong bayi disangga dengan telapak tangan ibu.
6) Posisi tangan bayi, satu dibelakang badan ibu dan satu di depan.
7) Perut bayi dan perut ibu menempel, kepala bayi menghadap ke payudara ibu.

8) Lengan dan telinga bayi harus lurus atau sejajar.


9) Ibu melihat bayi dengan tatapan penuh kasih sayang.
10) Ibu jari memegang payudara bagian atas, dan jari yang lain memegang
payudara bagian bawah. Sehingga membentuk huruf “C”.
11) Sentuhkan putting susu ibu ke pipi bayi, ini adalah cara merangsang bayi
untuk membuka mulutnya.
12) Setelah mulut bayi terbuka, kepala bayi didekatkan ke payudara ibu,
kemudian putting dan areola dimasukkan ke mulut bayi.
13) Ketika menyusui bayi, usahakan hampir semua bagian areola masuk ke mulut
bayi.
14) Menyusui dengan bergantian, payudara satu dengan payudara satunya lagi.
15) Selesai bayi menyusu, hisapan bayi dilepas dengan cara menekan dagu bayi
ke bawah.
16) Agar bayi bisa bersendawa dapat dilakukan dengan cara, bayi digendong
tegak dan bersandar pada bahu ibu, atau ditengkurapkan di pangkuan ibu
sambil ditepuk pelan-pelan punggungnya.
c. Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar
Mulyani (2013) mengungkapkan ada beberapa tanda untuk mengetahui
bayi telah menyusu dengan teknik yang benar, yaitu sebagai berikut :
1) Badan bayi menempel dengan perut ibu.
2) Mulut bayi terbuka lebar.
3) Dagu bayi menempel dengan payudara ibu.
4) Sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi, areola bagian bawah lebih
banyak yang masuk.
5) Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
6) Putting ibu tidak terasa nyeri.
7) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
8) Kepala bayi agak menengadah.
Rini dan Kumala (2017) mengungkapkan apabila bayi telah menyusui
dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
1) Bayi nampak tenang.
2) Badan bayi menempel dengan perut ibu.
3) Mulut bayi terbuka lebar.
4) Dagu bayi menempel dengan payudara ibu.
5) Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi.
6) Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu.
7) Lidah bayi menopang putting dan areola bagian bawah.
Hasil penjelasan cara pengamatan teknik menyusui yang benar di atas,
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Bayi nyaman saat menyusu.
2) Bayi dengan mudah membuka mulutnya dan menghisap ASI.
3) Dagu bayi menempel pada payudara ibu.
4) Sebagian besar areola bisa masuk ke mulut bayi.
5) Bayi nampak menghisap ASI dengan kuat.
6) Ibu tidak merasakan nyeri pada payudara terutama bagian putting.
7) Lengan dan telinga bayi bisa lurus dalam satu garis.
8) Posisi kepala bayi sedikit menengadah.
d. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyusui
Roslina dan Sindi (2018) menyatakan keberhasilan pemberian ASI
eksklusif di pengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun
faktor eksternal. Faktor internal meliputi pengetahuan, pendidikan, sikap ibu
dan keadaan payudara. Sedangkan faktor eksternal meliputi sosial budaya,
ekonomi, pelayanan kesehatan, industri susu formula serta pengaruh dan
peran keluarga serta masyarakat. Selain itu, menurut Mulawati dan Susilowati
(2016) mengatakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan menyusui, antara lain faktor ibu (39,7%), faktor bayi
(36,7%), teknik menyusui (22,1%), dan faktor anatomis payudara (1,5%).
e. Faktor yang Mempengaruhi Produksi Asi
Mulyani (2013) menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi
produksi ASI, antara lain :
1) Makanan
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap
produksi ASI. Apabila makanan yang ibu konsumsi cukup gizi dan pola
makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan lancar.
2) Ketenangan jiwa dan fikiran
Untuk memproduksi ASI yang baik, kondisi kejiwaan dan fikiran ibu harus
tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang akan
menurunkan volume ASI.
3) Penggunaan alat kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu yang menyusui perlu diperhatikan
supaya tidak mengurangi produksi ASI. Contoh alat kontrasepsi yang bisa
digunakan untuk ibu menyusui adalah kondom, IUD, pil khusus ataupun
suntik hormonal 3 bulanan.
4) Perawatan payudara
Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara mempengaruhi
hipofisis untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin.
5) Anatomis payudara
Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI. Selain itu,
perlu diperhatikan juga bentuk anatomis papilla atau putting susu.
6) Faktor fisiologis
ASI terbentuk karena pengaruh hormon prolaktin yang menentukan produksi
ASI dan mempertahankan sekresi air susu.

7) Pola istirahat
Faktor istirahat dapat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Jika
kondisi ibu terlalu capek ataupun kurang istirahat maka ASI juga akan
berkurang.
8) Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan
Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi dan
pengeluaran ASI akan semakin banyak.
9) Berat lahir bayi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI
yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat normal
(BBL>2500gr). Kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah ini meliputi
frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi
berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan
oksitosin dalam memproduksi ASI.
10) Umur kehamilan saat melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir juga mempengaruhi produksi ASI, karena
bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat
lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI
lebih rendah daripada bayi yang lahir cukup bulan. Lemahnya kemampuan
menghisap pada bayi prematur disebabkan karena berat badan lahir yang
rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
11) Konsumsi rokok dan alkohol
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan menggangu hormon
prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi
pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin.
Meskipun minuman alkohol dosis rendah, disatu sisi dapat membuat ibu
merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi
lain etanol dapat menghambat pelepasan oksitosin.

Roesli dalam Alam dan Syahrir (2016) menyebutkan teknik menyusui


adalah salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ASI, jika teknik
menyusui tidak benar dapat menyebabakan putting susu ibu lecet dan
menjadikan ibu enggan untuk menyusui dan bayi jarang menyusu karena bayi
enggan menyusu akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya.
f. Lama dan Frekuensi Menyusui
Banowati (2019) menyebutkan lama menyusui tiap payudara adalah
sekitar 10-15 menit untuk bayi usia 1-12 bulan. Ibu menyusui sebaiknya
sesuai dengan keinginan bayi, tanpa dijadwal karena kadar protein ASI rendah
sehingga bayi akan menyusu sering, biasanya antara 1,5-2 jam sekali dan ASI
dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Sehingga frekuensi
menyusui kira-kira 8-12 kali/24 jam, setiap kali menyusui kedua payudara
harus digunakan dan usahakan sampai payudara terasa kosong agar produksi
ASI tetap baik. Mulyani (2013) menyebutkan lama menyusu berbeda-beda
setiap periode menyusui. Bayi menyusu rata-rata selama 5-15 menit,
walaupun terkadang ada yang lebih.
Hasil penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ketika menyusui bayi
sebaiknya tidak dijadwal, karena bayi biasanya menyusu antara 1,5-2 jam
sekali. Bayi rata-rata menyusu sekitar 5-15 menit, walaupun terkadang ada
yang lebih. Frekuensi menyusui bayi kira-kira 8-12 kali/24 jam, sebaiknya
setiap kali menyusui kedua payudara harus digunakan dan usahakan
menyusui sampai payudara terasa kosong.
g. Dampak yang Timbul Jika Tidak Menyusui dengan Benar Wahyuningsih
(2019) menyebutkan dampak yang sering terjadi
pada ibu dan bayi jika ibu tidak menyusui dengan benar yaitu putting susu ibu
menjadi lecet, ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi
produksi ASI, bayi enggan menyusu, bayi menjadi kembung. Meihartati dan
Sari (2018) menyebutkan teknik menyusui yang tidak benar dapat
menyebabkan putting susu ibu lecet dan ASI tidak keluar secara optimal. Hal
ini dapat menimbulkan gangguan dalam proses menyusui sehingga pemberian
ASI tidak adekuat, pemberian asi yang tidak adekuat dapat mengakibatkan
payudara bengkak karena sisa-sisa ASI pada duktus.
Hasil penjelasan di atas, dapat disimpulkan dampak yang timbul jika
tidak menyusui dengan benar adalah putting susu ibu menjadi lecet, ASI tidak
keluar secara maksimal sehingga akan berpengaruh terhadap produksi ASI,
bayi akan enggan menyusu, perut bayi menjadi kembung, pemberian ASI
tidak adekuat, payudara bengkak.
h. Posisi Menyusui
Posisi menyusui ada beberapa jenis, menurut Mulyani (2013)
menyebutkan posisi menyusui ada 8, antara lain :
1) Posisi Berdiri
Pada posisi berdiri diharapkan bayi merasa nyaman saat menyusu. Cara
menyusui dengan berdiri yaitu :
a) Bayi dapat digendong dengan kain atau alat penggendong bayi.
b) Pada saat menyusui saat berdiri sebaiknya tetap disangga dengan lengan ibu
agar bayi merasa tenang dan usahakan tidak terputus saat menyusu.
c) Letakkan badan bayi saat menyusu dengan posisi dada ibu dengan diletakkan
di tangan bayi dibelakang atau disamping ibu agar tubuh ibu tidak mengganjal
saat menyusu dan bisa nyaman saat menyusu dengan posisi berdiri.

Gambar 2.1 Posisi Berdiri


2) Posisi Rebahan
Posisi rebahan bisa dilakukan dengan cara menyusui sebagai berikut :
a) Saat posisi rebahan ibu dapat duduk di atas tempat tidur dan punggung
bersandar pada sandaran tempat tidur atau dapat di ganjal dengan bantal.
b) Kaki ibu dengan posisi lurus di atas tempat tidur.
c) Saat menyusui bayi menghadap ke payudara ibu atau perut ibu.
d) Pada saat menyusui posisi tangan ibu menyangga bayi secara merata dari
kepala, bahu hingga pantatnya.
e) Posisikan paha ibu untuk turut membantu menyangga tubuh bayi, namun
kalau kurang dapat ditambah dengan bantal.

Gambar 2.2 Posisi Rebahan


3) Posisi Duduk
Posisi menyusu dengan duduk dapat dilakukan posisi santai dan tegak
menggunakan kursi yang rendah agar posisi kaki ibu menapak ke lantai dan
punggung ibu bisa bersandar pada sandaran kursi. Adapun caranya posisi
dengan duduk yaitu dengan cara :
a) Dengan menggunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi
ditidurkan di atas pangkuan ibu.
b) Bayi dipegang satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkungan siku ibu
dan bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah
atau bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
c) Posisi lengan bayi satu diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di
depan badan ibu.

d) Posisi perut bayi menempel ke badan ibu dan kepala bayi menghadap ke
payudara ibu.
e) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

Gambar 2.3 Posisi Duduk


4) Posisi Menggendong (The Cradle Hold)
Posisi menggendong sangat baik untuk ibu yang bersalin secara
normal. Posisi menggendong dengan cara :
a) Peluk bayi dan kepala bayi pada lekuk siku tangan.
b) Jika bayi menyusu pada payudara kanan, letakkan kepalanya pada lekuk siku
tangan kanan dan bokongnya pada telapak tangan kanan.
c) Mengarahkan badan bayi dan kuping bayi berada dengan satu garis lurus
dengan tangan bayi yang ada di atas atau berbaring menyamping dengan
muka, perut dan lutut menempel pada dada dan perut ibu.
d) Posisi bayi saat menyusui seolah-olah merangkul badan ibu supaya
mempermudah bayi dalam mencapai payudara.
e) Tangan kiri ibu memegang payudara jika diperlukan.
Gambar 2.4 Posisi Menggendong (The Cradle Hold)
5) Posisi Menggendong Menyilang (Transisi)
Posisi ini sangat baik untuk bayi yang mengalami kesulitan
menempelkan mulutnya ke putting susu karena payudara ibu yang besar
sementara mulut bayi yang kecil dan posisi ini juga baik untuk bayi yang
sedang sakit. Cara posisi menggendong menyilang yaitu :
a) Posisi ini dengan cara telapak tangan menyangga kepala bayi.
b) Jika menyusui pada payudara kanan maka menggunakan tangan kiri untuk
memegangi bayi.
c) Memeluk bayi sehingga kepala, dada dan perut bayi untuk menghadap ibu.
d) Arahkan mulutnya ke putting susu dengan ibu jari dengan tangan ibu di
belakang kepala dan bawah telinga bayi.
e) Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika
diperlukan.

Gambar 2.5 Posisi Menggendong Menyilang (Transisi)


6) Posisi Football (Mengepit)
Posisi football sangat baik untuk ibu yang sedang menjalani operasi
caesar yang berfungsi untuk menghindari bayi berbaring diatas perut dan
posisi ini juga dapat digunakan untuk bayi lahir kecil atau memiliki kesulitan
dalam menyusu, putting susu ibu datar atau flat nipple dan bisa digunakan
untuk posisi menyusui untuk bayi kembar. Cara menyusui posisi football
dengan cara yaitu :

a) Telapak tangan menyangga kepala bayi dan bayi diselipkan ke bawah tangan
ibu seperti memegang bola atau tas pada tangan.
b) Menyusui dengan payudara kanan maka memegang dengan payudara kanan,
demikian pula sebaliknya.
c) Arahkan mulut bayi ke putting susu ibu, mula-mula dagu bayi atau dengan
tindakan ini harus dilakukan dengan hati-hati, jika mendorong bayinya
dengan keras kearah payudara. Bayi akan menolak menggerakkan kepalanya
atau melawan tangan ibu.
d) Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi dan bayi menggunakan
tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

Gambar 2.6 Posisi Football (Mengepit)


7) Posisi Berbaring Miring
Posisi berbaring miring ini baik untuk ibu yang pertama kali menyusui
atau ibu merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada ibu
menyusui yang melahirkan melalui operasi caesar. Hal yang harus
diperhatikan dengan posisi berbaring miring adalah pertahankan jalan nafas
bayi agar tidak tertutup oleh payudara ibu. Adapun cara menyusui dengan
posisi berbaring miring adalah :
a) Posisi dilakukan dengan posisi berbaring tempat tidur.
b) Mintalah bantuan pasangan untuk meletakkan bantal dibawah kepala dan
bahu, serta diantara lutut. Hal ini akan membuat punggung dan pinggul pada
posisi yang lurus.
c) Muka ibu dan bayi tidur berhadapan dan bantu menempelkan mulut bayi ke
putting susu.
d) Letakkan bantal kecil atau lipatan selimut di bawah kepala bayi agar bayi
tidak menegangkan lehernya untuk mencapai putting dan ibu tidak perlu
membungkukkan badan kea rah bayinya, sehingga bayi akan tidak cepat lelah.

Gambar 2.7 Posisi Berbaring Miring


8) Posisi Menyusui dengan Kondisi Khusus
Posisi-posisi yang dapat dilakukan untuk posisi menyusui dengan
kondisi khusus yaitu :
a) Posisi menyusui pasca operasi caesar bisa menggunakan dua posisi yaitu :
(1) Posisi dengan berbaring miring.
(2) Posisi football atau mengepit.
b) Posisi double football atau mengepit sama dengan ibu yang melahirkan
melalui saksio caesaria, posisi football juga tepat untuk bayi yang kembar,
dimana kedua bayi disusui bersamaan kiri dan kanan, dengan cara :
(1) Kedua tangan ibu memeluk masing-masing satu kepala bayi, seperti
memegang bola.
(2) Letakkan tepat di bawah payudara ibu.
(3) Membiarkan posisikan kaki menjuntai keluar.
(4) Untuk memudahkan, kedua bayi diletakkan pada satu bidang datar yang
memiliki ketinggian kurang lebih sepinggang ibu.
(5) Dengan demikian, ibu cukup menopang kepala kedua bayi kembarnya saja.
(6) Cara lain adalah dengan meletakkan bantal diatas pangkuan ibu.

Gambar 2.8 Posisi double football


c) Posisi menyusui dengan ASI berlimpah, biasanya dilakukan untuk ibu yang
memiliki ASI yang berlimpah dan memancar secara penuh dan alirannya
deras, posisi untuk mengurangi resiko tersedak pada bayi dengan cara ibu
tidur terlentang lurus di tempat tidur dan sementara bayi di atas perut ibu
dalam posisi berbaring lurus dengan kepala menghadap ke payudara ibu atau
bayi dengan posisi tengkurap di atas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan
kepala bayi dengan posisi ini bayi tidak akan tersedak.

Gambar 2.9 Posisi Menyusui ASI Berlimpah

2. Buku Saku
a. Pengertian Buku Saku
Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai solusi
dalam mengatasi rendahnya motivasi belajar adalah media pembelajaran
berupa buku saku, buku saku adalah sumber belajar yang termasuk dalam
media cetak (Nurhayati, 2019). Buku saku merupakan salah satu media cetak,
buku saku dipilih karena sifatnya yang ringkas, sederhana dan memuat
banyak informasi (Hidayah dan Sopiyandi,
2018). Buku saku adalah buku yang berukuran kecil dan dapat dimasukkan ke
dalam saku serta mudah untuk dibawa kemana-mana (KBBI, 2019). Buku
saku juga dapat membuat proses belajar menjadi lebih efisien dalam hal
waktu dan tenaga, karena dicetak dengan ukuran kecil sehingga mudah
dibawa dan dapat dimanfaatkan kapanpun dan dimanapun (Ahmad et al.,
2017). Siregar dalam Ahmady dan Ashari (2018) menyatakan penelitian yang
lain juga mengungkapkan bahwa efektifitas buku saku terhadap perubahan
pengetahuan adalah signifikan secara statistik.
b. Kelebihan dan Kekurangan Buku Saku
Kelebihan buku saku adalah berisikan materi-materi yang praktis,
tampilannya menarik, mudah dibawa kemana pun, dan dapat membuat siswa
terfokus dalam pembelajaran. Buku saku dikemas dengan berbagai tulisan
dan gambar-gambar yang menarik sehingga menumbuhkan motivasi untuk
mempelajari materi yang ada pada buku saku. Materi dapat dipelajari sesuai
dengan kebutuhan, minat, dan kecepatan masing-masing. Mudah dibawa
kemana pun sehingga dapat dipelajari kapan saja (Nurhayati, 2019). Selain
itu, ada kelebihan lain yang diungkapkan oleh Riyana (2012) yaitu dapat
menyajikan pesan atau informasi dalam jumlah yang banyak, pesan atau
informasi dapat dipelajari oleh siswa sesuai dengan kebutuhan dan minat
masing- masing, dapat dipelajari kapan dan dimana saja karena mudah untuk
dibawa, akan lebih menarik jika dilengkapi dengan gambar dan warna,
perbaikan atau revisi mudah untuk dilakukan. Penggunaan media cetak seperti
buku saku terbukti berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan, hal ini
didukung oleh penelitian Munawaroh et al., (2019) mengemukakan bahwa
edukasi gizi dengan media buku saku efektif dalam meningkatkan
pengetahuan. Hasil penelitian Caesar dan Dewi (2018) juga menunjukkan
terdapat pengaruh yang signifikan media buku saku terhadap pengetahuan
pada kader kesehatan. Hasil penelitian Azadirachta dan Sumarmi (2017)
menunjukkan bahwa media buku saku lebih efektif dalam meningkatkan
pengetahuan dan praktik siswa
pada kelompok perlakuan dari pada kelompok kontrol yang diberikan media
leaflet hal ini di karenakan siswa merasa sedikit bingung dengan alur
membaca leaflet karena sewaktu dibagikan leaflet mereka membaca dari
bagian akhir leaflet terlebih dahulu, mereka tidak menyadari yang mana
bagian awal leaflet, serta karena leaflet ini hanya berupa satu lembar kertas
yang menyebabkan leaflet ini rawan untuk hilang, sehingga siswa tidak bisa
membaca lagi materi yang ada dalam leaflet tersebut. Leaflet lebih banyak
berisi materi dari pada gambar yang menyebabkan siswa menjadi kurang
tertarik untuk membaca leaflet. Hal ini pula yang menyebabkan siswa
menjadi lupa dengan materi yang telah disampaikan menggunakan media
leaflet, sehingga nilai pengetahuan mereka tidak meningkat secara
signifikan. Hasil penelitian Endiyono dan Yuliardian (2019)
mengungkapkan pemberian buku saku tanggap bencana memberikan
pengaruh dalam meningkatkan pengetahuan kader kesehatan. Hasil
penelitian Suaebah et al., (2018) menunjukkan bahwa ada pengaruh
pemberian buku saku terhadap perubahan pengetahuan remaja obesitas.
Hasil penelitian Evrianasari dan Dwijayanti (2017) menunjukkan ada
pengaruh pemberian buku saku terhadap pengetahuan catin (calon
pengantin). Penelitian Siwiendaryanti et al., (2019) dengan judul edukasi
pencegahan filariasis dengan buku saku mandiri didapatkan hasil seluruh
responden mengalami peningkatan pengetahuan.
Kekurangan buku saku adalah bahan bercetak kurang sukar dikemas
dalam waktu yang singkat, penyediaan bahan pembelajaran cetak
memerlukan waktu yang cukup lama dan mudah rusak seperti sobek, rusak
terkena air (Nurhayati, 2019). Selain itu, ada kekurangan lain yang
diungkapkan oleh Riyana (2012) yaitu proses pembuatannya membutuhkan
waktu yang lama, bahan cetak yang tebal mungkin dapat membosankan dan
mematikan minat untuk membacanya, apabila jilid dan kertasnya jelek,
bahan cetak akan mudah rusak dan sobek.
LAPORAN PENDIDIKAN KESEHATAN

A. PERSIAPAN
Membagikan link zoom sebelum acara dimulai, lalu
Mengaktifkan Zoom sebelum jam 1 siang, membuat absen bagi untuk
peserta seminar dan peserta seminar untuk melakukan absen terlebih
dahulu, melakukan pengecekan lagi materi di Ppt dan pengecekan ke
aplikasi Zoom.
B. PELAKSANAAN
Memberi salam ke semua peserta, Memperkenalkan diri ke
peserta, Menjelaskan maksud dan tujuan ke peserta, Kontrak waktu,
Menjelaskan proses jalannya acara penyuluhan, Menanyakan kesiapan,
Menjelaskan materi penyuluhan tentang ibu menyusui dengan metode
ceramah dan tanya jawab, Mengajukan pertanyaan dan yang terakhir
Mengucapkan terimakasih dan salam.
C. HASIL
Dari hasil Penkes tentang ibu menyusui untuk peserta sangat
antusias sekali, tanya jawab antara narasumber dan audien sangat bagus,
hingga diakhir acara masih saja ada peserta yang menanyakan tentang
materi, Untuk materi sangat jelas dan mudah dipahami peserta, dan
peserta juga paham bagaimana cara menyusui yang benar dan juga ada
peserta memanfaatkan untuk berkonsultasi tentang permasalahannya,
untuk kehadiran ada 12 peserta.
D. Dokumentasi
a. Absen peserta
1. "Yurinda alifa ","25 ","Nguwer rt 17 rw 04 duyungan, sidoharjo,
sragen, jawa tengah","Ibu rumah tangga"
2. "Fajar","29","Semarang","Perawat"

3. "Canti Clarinta","23th","Surakarta ","Mahasiswa"

4. "Alisa Dewi","25th","Kusumodilagan 02/03","IRT"

5. "April","21","Kadilangu, Baki, Sukoharjo","Mahasiswa"

6. "Arinda Putri Setyawan","23 ","Jl. Kahuripan Utara Raya No. 70,


Sumber, Banjarsari, Surakarta","Perawat "
7. "Febe dwi endah","22 ","Kartasura","Wiraswasta"

8. "Auliya Nur Jannah","24","Sidomulyo Makamhaji


Kartasura","IRT"
9. "ALDILA AYU NOOR SYABANI","24","JL. KH SAMANHUDI
NO.72 KLATEN","POLRI"
10. "Andita Sari","25","Sukoharjo","Perawat"

11. "ANINDYA HERSETYA","23","Cilegon Banten","IRT"

12. "Mei widiyasari","24tahun","Suruh kalong 006/007, pandeyan,


tasikamdu, karanganyar","Perawat"

b. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai