Anda di halaman 1dari 22

i

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sadar akan pentingnya keadaan sosial dan lingkungan para ahli kesehatan
masyarakat khususnya epidemiology dan ahli promosi kesehatan
mengembangkan pendekatan sosial dan ekologi pada upaya promosi
kesehatan. Pendekatan tersebut pada dasarnya merupakan gabungan
antara pendekatan promosi kesehatan yang bercirikan penerapan ottawa
charter dengan pendekatan determinan sosial kesehatan. Pendekatan promosi
kesehatan yang menjadi perhatian utama adalah penerapan Ottawa Charter
(WHO, 2011) berupa lima kegiatan utama yaitu; Peningkatan ketrampilan
individu, Gerakan Masyarakat, Lingkungan yang mendukung, Reorientasi
pelayanan kesehatan dan Kebijakan yang mendukung kesehatan masyarakat
(healthy public policy).
Sosial dan ekologi model kesehatan adalah kerangka pikir upaya
peningkatan kesehatan baru dapat dicapai dengan melakukan upaya pada
faktor determinan sosial dan lingkungan yang diintegrasikan dengan upaya
pada faktor biologis dan medis (Whiteley, 2011)
Promosi kesehatan upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit
dilakukan melalui perubahan perilaku. Ini dapat diketahui dengan
memperhatikan beberapa kegiatan seperti misalnya upaya perubahan perilaku
merokok untuk mencegah kejadian infeksi pernapasan dan kanker paru,
hubungan seks dengan kondom untuk mencegah peningkatan penyakit PMS,
cuci tangan dengan sabun untuk mencegah diare dan lain lain. Dikalangan ahli
epidemiologiy terutama ahli epidemiologi komunitas dan sosial (community
and social epidemiology)
Model sosioekologi mengembangkan kerangka pikir bahwa pelbagai
tingkatan dan lapisan masyarakat (keluarga, komunitas, lingkungan kerja dan
kehidupan, kebijakan kota dan nasional mempengaruhi perilaku individu dan
keluarga sena komunitas mempengaruhi terjadinya penyakit dan masalah
kesehatan (Whiteley, 2011).

1
2

Pendekatan sosio ekologi kesehatan berkembang karena adanya pendapat


bahwa pendekatan merupakan faktor resiko pada individu yang yang
melindungi dan mendorong timbulnya masalah kesehatan personal dan harus
dianalisa dalam kerangka kontektual bagaimana orang itu hidup dan bekerja;
Untuk ini perlu analisa sebab utama kontekstual dan kebijakan struktural yang
menyebabkan hal itu, sering kali konteks dan kebijakan pada tingkat lokal,
kota dan nasional melalui berbagai macam mekanisme mempengaruhi
kejadian dan penularan penyakit /masalah kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1 Apa yang dimaksud dengan strategi promosi kesehatan?
2 Apa yang dimaksud dengan strategi promosi kesehatan menurut WHO?
3 Apa yang dimaksud Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Otawa
Charter?
4 Apa yang dimaksud dengan Strategi Promosi Kesehatan Socio Ecological
Promotion?
5 Bagaimana Prinsip Pendekatan Socio-ecology Promotion?
6 Apa Saja Faktor Pendekatan Socio-ecology Promotion?
7 Apa Saja Lima Pendekatan Promkes (Similarly, Ewles dan Simnett
(1999))?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui strategi promosi kesehatan.
2. Untuk mengetahui strategi promosi kesehatan menurut WHO.
3. Untuk mengetahui Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Otawa
Charter.
4. Untuk mengetahui Strategi Promosi Kesehatan Socio Ecological
Promotion.
5. Untuk mengetahui Prinsip Pendekatan Socio-ecology Promotion.
6. Untuk mengetahui Faktor Pendekatan Socio-ecology Promotion.
7. Untuk mengetahui Lima Pendekatan Promkes (Similarly, Ewles dan
Simnett (1999)).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Strategi Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan merupakan upaya meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui proses pembelajaran diri oleh, untuk dan bersama
masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai dengan
kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan (Subaris, 2016).
Strategi promosi kesehatan adalah cara mencapai atau mewujudkan visi
dan misi promosi kesehatan secara efektif dan efisien, berupa advokasi, bina
suasana, gerakan pemberdayaan dan kemitraan.

2.2 Strategi Promosi Kesehatan menurut WHO


Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara
global ini terdiri dari 3 hal, yaitu :
1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang
lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan.
Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada
para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di
berbagai tingkat, sehingga para penjabat tersebut mau mendukung
program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat
pembuat keputusan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan dalam bentuk undang- undang, peraturan pemerintah, surat
keputusan, surat instruksi, dan sebagainya.
Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk, baik secara
formal maupun informal. Secara formal misalnya, penyajian atau
presentasi dan seminar tentang issu atau usulan program yang ingin

4
5

dimintakan dukungan dari para pejabat yang terkait. Kegiatan advokasi


secara informal misalnya sowan kepada para pejabat yang relevan dengan
program yang diusulkan, untuk secara informal meminta dukungan, baik
dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau fasilitas
lain. Dari uraian dapat disimpulkan bahwa sasaran advokasi adalah para
pejabat baik eksekutif maupun legislatif, di berbagai tingkat dan sektor,
yang terkait dengan masalah kesehatan (sasaran tertier).
2. Dukungan Sosial (Social support)
Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari
dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh
masyarakat formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah
agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan
sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat (penerima
program) kesehatan.
Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada
dasarnya adalah mensosialisasikan program-program kesehatan, agar
masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi terhadap program-
program tersebut Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai
upaya bina suasana, atau membina suasana yang kondusif terhadap
kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial ini antara lain: pelatihan
pelatihan paratoma, seminar, lokakarya, bimbingan kepada toma, dan
sebagainya. Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau
bina suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat (sasaran
sekunder).
3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan
pada masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah
mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk
kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan,
antara lain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan
6

masyarakat dalam bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan untuk


kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income generating skill).
Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak
terhadap kemampuan dalam 5 pemeliharaan kesehatan mereka, misalnya:
terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes,
dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan semacam ini di masyarakat sering
disebut gerakan masyarakat untuk kesehatan. Dari uaraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat.

2.3 Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Otawa Charter


1 Health Public Policy
Adalah ͢kegiatan yang ditujukan kepada para pembuat keputusan/
penentu kebijakan yang berwawasan kesehatan. Setiap kebijakan
pembangunan di bidang apa saja harus mempertimbangkan dampak
kesehatannya bagi masyarakat. Misalnya, orang yang mendirikan pabrik/
industri, sebelumnya harus dilakukan analisis dampak lingkungan agar
tidak tercemar dan tidak berdampak kepada masyarakat. Dalam proses
pembangunan adakalanya aspek kesehatan sering diabaikan, oleh karena
itu adanya kebijakan yang berwawasan kesehatan, diharapkan bisa
mengedepankan proses pembangunan dengan tetap memperhatikan aspek-
aspek kesehatan. Kegiatan ini ditujukan kepada para pengambil kebijakan
(policy makers) atau pembuat keputusan (decision makers)baik di institusi
pemerintah maupun swasta. Sebagai contoh: adanya perencanaan
pembangunan PLTN di daerah jepara, para pengambil kebijakan dan
pembuat keputusan harus benar-benar bisa memperhitungkan untung
ruginya. harus diperhatikan kemungkinan dampak radiasi yang akan
ditimbulkan, serta kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa berdampak
pada kesehatan.
2 Suportive Empowerment
Adalah kegiatan untuk mengembangkan jaringan kemitraan dan
suasana yang mendukung yang ditujukan pada:
7

a Pemimpin organisasi masyarakat


b Pengelola tempat
c Tempat umum
Diharapkan memperhatikan dampak terhadap lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan non fisik mendukung atau kondusif
terhadap kesehatan masyarakat. Contoh: perlunya jalur hijau didaerah
perkotaan, yang akhir-akhir ini sering diabaikan pemanfaatannya oleh
oknum-oknum tertentu. perlunya perlindungan diri pada kelompok
terpapar pencemaran udara, seperti penggunaan masker pada penjaga loket
jalan tol, petugas polantas, dsb.
3. Health Service
Adanya kesalahan persepsi mengenai pelayanan kesehatan,
tanggung jawab pelayanan kesehatan kadang hanya untuk pemberi
pelayanan (health provider), tetapi pelayanan kesehatan juga merupakan
tanggung jawab bersama antara pemberi pelayanan kesehatan (health
provider) dan pihak yang mendapatkan pelayanan. Bagi pihak pemberi
pelayanan diharapkan tidak hanya sekedar memberikan pelayanan
kesehatan saja, tetapi juga bisa membangkitkan peran serta aktif
masyarakat untuk berperan dalam pembangunan kesehatan. dan sebaliknya
bagi masyarakat, dalam proses pelayanan dan pembangunan kesehatan
harus menyadari bahwa perannya sangat lah penting, tidak hanya sebagai
subyek, tetapi sebagai obyek. Sehingga peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan sangat lah diharapkan. Melibatkan masyarakat
dalam pelayanan kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatannya sendiri. Bentuk pemberdayaan masyarakat yaitu LSM yang
peduli terhadap kesehatan baik dalam bentuk pelayanan maupun bantuan
teknis (pelatihan-pelatihan) sampai upaya swadaya masyarakat sendiri.
Contoh: semakin banyaknya upaya-upaya kesehatan yang bersumber daya
masyarakat (UKBM), seperti posyandu, UKGMD, Saka bhakti Husada,
poskestren, dll.
8

4. Personal Skill
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari
kelompok, keluarga dan individu- individu. Meningkatnya keterampilan
setiap anggota masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri (personal skill) sangat penting. Masing-masing
individu mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang baik terhadap:
a. Cara–cara memelihara kesehatannya
b. Mengenal penyakit dan penyebabnya
c. Mampu mencegah penyakit
d. Mampu meningkatkan kesehatannya
e. Mampu mencari pengobatan yang layak bilamana sakit
5. Community Action
Derajat kesehatan masyarakat akan efektif apabila unsur-unsur
yang ada di masyarakat tersebut bergerak bersama-sama. Dari kutipan
piagam Ottawa, dinyatakan bahwa: Promosi Kesehatan adalah upaya yang
dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan sendiri. Adanya gerakan ini
dimaksudkan untuk menunjukan bahwa kesehatan tidak hanya milik
pemerintah, tetapi juga milik masyarakat. Untuk dapat menciptakan
gerakan kearah hidup sejahtera, masyarakat perlu dibekali dengan
pengetahuan dan ketrampilan. selain itu masyarakat perlu diberdayakan
agar mampu berperilaku hidup sehat.
Kewajiban dalam upaya meningkatkan kesehatan sebagai usaha
untuk mewujudkan derajat setinggi-tingginya, teranyata bukanlah semata-
mata menjadi tanggung jawab tenaga kesehatan. Masyarakat justru yang
berkewajiban dan berperan dalam mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Hal ini sesuai yang tertuang dalam Pasal 9 , UU N0. 36 tahun
2009 Tentang kesehatan, yang berbunyi “Setiap orang berkewajiban ikut
mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya”.
9

Untuk Memperkuat kegiatan-kegiatan komunitas (strengthen


community actions) promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan
komunitas yang konkret dan efisien dalam mengatur prioritas, membuat
keputusan, merencanakan strategi dan melaksanakannya untuk mencapai
kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini adalah memberdayakan
komunitas kepemilikan mereka dan kontrol akan usaha dan nasib mereka.
Pengembangan komunitas menekankan pengadaan sumber daya manusia
dan material dalam komunitas untuk mengembangkan kemandirian dan
dukungan sosial, dan untuk mengembangkan sistem yang fleksibel untuk
memperkuat partisipasi publik dalam masalah kesehatan. Hal ini
memerlukan akses yang penuh serta terus menerus akan informasi,
memelajari kesempatan untuk kesehatan, sebagaimana penggalangan
dukungan. Gerakan Masyarakat merupakan suatu partisifasi masyarakat
yang menunjang kesehatan. Contoh adanya gerakan 3M dalam program
pemberantasan DBD, gerakan jum’at bersih, perlu diketahuai di negeri
tetangga malaysia ada gerakan jalan seribu langkah (hal ini bisa kita
contoh), bahkan untuk mengukurnya disana sudah dijual alat semacam
speedometer.

2.4 Strategi Promosi Kesehatan Socio Ecological Promotion


Sosial dan ekologi model kesehatan adalah kerangka pikir upaya
peningkatan kesehatan baru yang dapat dicapai dengan melakukan upaya pada
faktor determinan sosial dan lingkungan yang ditandem/ diintegrasikan
dengan upaya pada faktor biologis dan medis (Whiteley, 2011). Secara
tradisional di kalangan kedokteran dan ahli promosi kesehatan, upaya
pencegahan dan penanggulangan penyakit dilakukan melalui perubahan
perilaku. Ini dapat diketahui dengan memperhatikan beberapa kegiatan seperti
misalnya upaya perubahan perilaku merokok untuk mencegah kejadian infeksi
pernapasan dan kanker paru, hubungan seks dengan kondom untuk mencegah
peningkatan penyakit PMS, cuci tangan dengan sabun untuk mencegah diare
dan lain lain.
10

Dikalangan ahli epidemiologiy terutama ahli epidemiologi komunitas dan


sosial (community and social epidemiology) berdasarkan studi yang dilakukan
disadari adanya pandangan biomedis yang mengutamakan upaya pengobatan
untuk membunuh kuman penyakit dalam upaya mengatasi masalah kesehatan
dan pendekatan pada individu yang sakit kurang tepat untuk menjelaskan dan
menyelesaikan masalah kesehatan perorangan, kelompok (population health)
dan kesehatan masyarakat, berkaitan dengan itu dikembangkan pendekatan
sosial ekologi pada program dan penelitian masalah kesehatan. Sejalan dengan
berkembangnya pendekatan sosial ekologi, sosial epidemiologi juga
berkembang. Bidang ini menjadi lebih dikenal di oleh kalangan kesehatan
masyarakat dengan adanya upaya WHO Health pada tahun 2005 (WHO,
2005) yang menghasilkan banyak publikasi kunci tentang faktor sosial yang
mempengaruhi berbagai masalah kesehatan dan memperjelas ruang lingkup
kegiatan kesehatan masyarakat yang perlu dilakukan. (WHO, 2008) Model
sosio ekologi mengembangkan kerangka pikir bahwa berbagai tingkatan dan
lapisan masyarakat, keluarga, komunitas, lingkungan kerja dan kehidupan,
kebijakan kota dan nasional mempengaruhi perilaku individu, keluarga,
komunitas serta mempengaruhi terjadinya penyakit dan masalah kesehatan.

2.5 Prinsip Pendekatan Socio-ecology Promotion


Pendekatan sosio ekologi secara sederhana didasarkan atas 3 prinsip, yaitu:
1. Lingkungan dan manusia saling berinteraksi mengakibatkan kejadian
kesakitan dan kesehatan secara dinamis dan interaktif
2. Lingkungan yang dimaksud tidak hanya lingkungan fisik akan tetapi
mencakup lingkungan sosial yang dibedakan atas tatanan berbagai
tingkatan (multiple level) yang dibedakan atas tingkatan personal,
keluarga, interaksi personal dan komunitas, institusi dan organisasi sosial
dan tatanan yang lebih luas ditingkat meso, kebijakan tingkat nasional,
kota dan lokal yang berkaitan dengan lingkungan fisik dan sosial
3. Perubahan individu dan konteksual secara bersamaan lebih efektif dan
lebih besar mencapai sasaran dibandingkan pendekatan indivdu. Model
11

sosioekologi mengembangkan kerangka pikir bahwa berbagai tingkatan


dan lapisan masyarakat, keluarga, komunitas, lingkungan kerja dan
kehidupan, kebijakan kota dan nasional mempengaruhi perilaku dan
kesehatan individu, keluarga dan komunitas.
Adapun 6 prinsip utama pada pendekatan sosioekologi yang patut
dipahami (Blankenship et al, 2000) yaitu:
a. Mengidentifikasi fenomena sebagai masalah sosial.
b. Melihat masalah dari berbagai level dengan berbagai cara metode analis.
c. Menerapkan perspektif teori diversitas.
d. Mengenal interaksi lingkungan dan manusia sebagai hal yang dinamis dan
aktif.
e. Menganalisa tatanan konteks social, histories, kultural dan institusional
melalui interaksi masyarakat dan lingkungan
f. Memahami dan mengerti kehidupan masyarakat sehari hari dalam
kesederhanaannya Lebih lanjut dalam menerapkan pendekatan
sosioekologi faktor yang dianalisa dibedakan atas faktor individu,
hubungan interpersonal, keluarga dan komunitas, situasi kehidupan dan
kerja, kebijakan dan kondisi makro dan struktural.

2.6 Faktor Pendekatan Socio-ecology Promotion


Ada Beberapa faktor yang yang perlu dianalisa terkait dengan Socio-
ecology promotion anatara lain, yaitu :
1. Kebijakan dan kondisi makro dan struktural
Kondisi dan kebijakan global, nasional dan lokal yang berkaitan
dengan ekonomi, sosial dan lingkungan mencakup juga ekonomi,
urbanisasi, kultural, perhatian pada wanita dan kelompok marginal,
diskriminasi, lingkungan, transportasi, perumahan,air , sanitasi dll.
2. Situasi kehidupan dan kerja
Layanan kesehatan dan publik, lingkungan gedung dan fasilitas
yang tersedia, status pekerjaan dan posisi sosio ekonomi dan akses pada
keputusan.
12

3. Komunitas, keluarga dan interpersonal


Jejaring social dan dukungan sosial, jaminan sosial, kebersamaan
yang tercakup dalam sosial kapital, pengetahuan kesehatan dan perilaku
kesehatan termasuk norma dan kebiasaan masyarakat serta kegiatan
masyarakat dan kelompok
4. Individu
Perilaku, lingkungan, dan akses pada layanan kesehatan
pencegahan dan pengobatan.
Serupa dengan itu, atas dasar kerangka pikir sosio ekologi, upaya
perubahan dan upaya promosi dan advokasi kesehatan perlu dilakukan pada
lima tingkatan yang dibedakan atas tingkatan individu, interpersonal,
komunitas, situasi, si/kelembagaan, struktur mencakup kebijakan dan
sistemyang lebih makro Analisis masalah sosioekologi pada masalah
kesehatan masyarakat misalnya masalah HIV/AIDS yang mendorong
sekelompok ahli kesehatan masyarakat, mengembangkan pendekatan
intervensi multi level. Pada tabel dibawah dapat dilihat faktor yang berkaitan
dengan upaya penanggulangan HIV/AIDS dan kegemukan yang dapat
dibedakan atas faktor individu, komunitas, masyarakat, kebijakan nasional
dan regional.
Faktor yang Faktor yang
No Tingkatan berkaitan dengan berkaitan dengan
penyakit kegemukan
HIV/AIDS
1 Individu Banyak pasangan, tak Kebiasaan jajan dan
menggunakan makan berlebihan,
kondom, tak disunat, kurang bergerak dan
perilaku individu juga olahraga
berlebihan perilaku
individu juga
dipengaruhi norma
masyarakat, nilai
yang dianut
2 Komunitas Stigma dan Kebiasaan
diskriminasi pada kumpul kumpul
ODHA dan keluarga, sambil jajan,
Issu homoseksualitas, komunitas sambil
13

moral yang bejad merokok, ngopi


membuat orang takut dan makan
melakukan jajanan maupun
pemeriksaan status dicafe atau
serologiknya tempat restoran
fast food
termasuk rapat
rapat dengan
snack
4 Kebijakan Politis Melarang kelompok Keterbatasan
PSK dan fasilitas pelayanan
transgender, kesehatan untuk
pengidap skrining penyakit
HIV/AIDS untuk sindrom metabolik
diekspos dipublik dan obesitas
dan tempat-tempat
umum dan berobat
dengan fasilitas
kesehatan umum,
melarang untuk
bekerja seperti orang
sehat. Keterbatasan
fasilitas pelayanan
kesehatan
Keterbatasan fasilitas
pelayanan untuk
ODHA

5 Kebijakan Anggaran yang Program terpadu


Nasional terbatas untuk penanggulangan
program Program nasional prevensi
penanggulangan penyakit tidak
nasional prevensi menular dan
AIDS obesitas Kebijakan
lintas sektoral yang
mendukung
pencegahan faktor
risiko penyakit
kronik
6 Kebijakan Perdagangan bebas, Perdagangan
Regional kebijakan obat untuk bebas dan
ODHA kampanye fast
food dan model
hidup foya foya
dan pesta makan
diluar rumah
14

Atas dasar pendekatan ini pada beberapa tahun terakhir ini dikalangan
pemerhati dan peneliti HIV/AIDS, perhatian akan pentingnya intervensi
struktural menjadi perhatian banyak ahli seperti misalnya analisa masalah
kesehatan masyarakat termasuk HIV yang berkaitan faktor sosial, ekonomi
dan politik yang menghambat pencapai kegiatan dan program pada tingkat
individu dan masyarakat dan komunitas / populasi tertentu misalnya
populasi kunci pada program HIV/AIDS (Blankenship et al, 2000; Parker et
al, 2000).
Atas dasar uraian diatas terlihat adanya kebutuhan untuk melihat masalah
kesehatan tidak hanya dari segi perilaku individu akan tetapi butuh analisa
faktor yang diluar individu seperti komunitas,regional , kebijakan nasional
bahkan global. Analisa faktor itu sejalan dengan perkembangan sosial
determinan kesehatan, khususnya menganalisa faktor sosio ekologi yang
menyangkut faktor diluar faktor individu. Pendekatan ini agak berbeda
dengan pendekatan kedokteran klinik dan pendekatan perubahan perilaku
individu yang menekankan faktor individu dan keluarga. Oleh karena itu
untuk setiap masalah kesehatan para ahli kesehatan masyarakat dan promosi
kesehatan serta peneliti kesehatan perlu membuat panduan bagi para provider
kesehatan dan peneliti kesehatan akan upaya yang dilakukan pada populasi
sasaran, komunitas sasaran dan analisa kebijakan, tidak hanya berorientasi
pada perubahan perilaku individu sebab keadaan komunitas, kebijakan tingkat
kota dan nasional mengakibatkan individu tidak 185 Penerapan pendekatan
sosial. (Charles S) mungkin melaksanakan perilaku hidup sehat misalnya
anjuran berolahraga dan makan buah dan sayur, mustahil penduduk miskin
melakukannya bila sayur dan buah mahal, Lebih murah mi instan dan jajanan
berlemak disamping tidak adanya sarana serta waktu untuk berolahraga.
Untuk ini dibutuhkan kegiatan, yaitu
1. Pembuatan panduan bagi pemberi layanan kesehatan dan pemerhati
kesehatan
2. Upaya advokasi bagi pihak yang bertanggung jawab merancang kegiatan
promosi kesehatan
15

3. Upaya advokasi bagi pihak dinas kesehatan


4. Upaya advokasi bagi kelompok komunitas pemerhati kesehatan dan lain
lain termasuk masyarakat, individu dan keluarganya
5. Penelitian kesehatan yang berorientasi pada analisis faktor komunitas dan
kebijakan yang mendukung perilaku sehat dan menjadi sebab perilaku
tidak sehat.

2.7 Lima Pendekatan Promkes (Similarly, Ewles dan Simnett (1999)


1. Pendekatan Medik
Tujuan dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan
kecacatan yang didefinisikan secara medis, seperti penyakit infeksi,
kanker, dan penyakit jantung. Pendekatan ini melibatkan kedokteran untuk
mencegah atau meringankan kesakitan, mungkin dengan metode
persuasive maupun paternalistic. Sebagai contoh, memberitahu orang tua
agar membawa anak mereka untuk imunisasi, wanita untuk memanfaatkan
klinik keluarga berencana dan pria umur pertengahan untuk dilakukan
screening takanan darah. Pendekatan ini memberikan arti penting dari
tindakan pencegahan medik dan tanggung jawab profesi kedokteran untuk
membuat kepastian bahwa pasien patuh pada prosedur yang dianjurkan.
2. Pendekatan Perubahan
Perilaku Tujuan dari pendekatan ini adalah mengubah sikap dan
perilaku individu masyarakat, sehingga mereka mengambil gaya hidup
“sehat’’. Contohnya antara lain mengajarkan orang bagaimana
menghentikan merokok, mendorong orang untuk melakukan latihan
olahraga, memelihara gigi, makan makanan yang baik dan seterusnya.
Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini akan merasa yakin bahwa
gaya hidup “sehat’’ merupakan hal paling baik bagi kliennya dan akan
melihatnya sebagai tanggung jawab mereka untuk mendorong sebanyak
mungkin orang untuk mengadopsi gaya hidup sehat yang menguntungkan.
3. Pendekatan Edukasional
16

Tujuan dari pendekatan ini adalah memberikan informasi dan


memastikan pengetahuan dan pemahaman tentang perihal kesehatan dan
membuat keputusan yang ditetapkan atas dasar informasi yang ada.
Informasi tentang kesehatan disajikan dan orang dibantu untuk menggali
nilai dan sikap, dan membuat keputusan mereka sendiri. Bantuan dalam
melaksanakan keputusan-keputusan itu dan mengadopsi praktek kesehatan
baru dapat pula ditawarkan, program pendidikan kesehatan sekolah,
misalnya menekankan membantu murid mempelajari ketrampilan hidup
sehat, tidak hanya memperoleh pengetahuannya. orang-orang yang
mendukung pendekatan ini akan memberi arti tinggi bagi proses
pendidikan, akan menghargai hal individu untuk memilih perilaku mereka
sendiri, dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka mengangkat
bersama persoalan-persoalan kesehatan yang mereka anggap menjadi hal
yang paling baik bagi klien mereka.
Promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan Hal ini bukan hal
umum untuk promosi kesehatan dikelirukan dengan pendidikan kesehatan.
Istilah ini tidak seharusnya digunakan dengan dapat dipertukarkan.
Promosi kesehatan mencakup seluruh aktivitas yang bertujuan untuk
mempromosikan gaya hidup sehat; pendidikan kesehatan merupakan
bagian integral dari prosesnya. Dines dan Crib (1993) menggambarkan
promosi kesehatan sebagai istilah cakupan luas dibandingkan pendidikan
kesehatan dan menunjuk kepada pendidikan kesehatan plus. Penjelasan ini
menyediakan sedikit kejelasan untuk cakupan promosi kesehatan.
Aktivitas promosi kesehatan yang termasuk, contohnya, pengembangan
komunitas kerja dan aksi politik menyimpang di luar jangkauan promosi
kesehatan dan dicakup dalam disiplin promosi kesehatan yang lebih luas.
Pendekatan tradisional ke dalam pendidikan kesehatan ditujukan
untuk mencegah penyakit, dalam meningkatkan gaya hidup sehat.
Pendekatan ini dimulai sejak abad ke-19 di mana masyarakat diajari dan
meningkat kegelisahannya dipandu ke gaya hidup sehat untuk mencegah
penyakit. Sasaran dari pendidikan kesehatan modern adalah bekerja
17

dengan pendekatan individual sebuah tingkat atau bagian dari kesehatan


melalui strategi kemungkinan. Hal ini menggunakan dasar yang
terfasilitasi. Pengenalan pendekatan membujuk dan peningkatan
kegelisahan diproduktifkan untuk hal pokok dan penghargaan kesehatan.
Landasan dari pendidikan kesehatan modern adalah pemberdayaan.
Pendidikan kesehatan modern dilihat sebagai elemen penting dalam
promosi kesehatan. perawat secara aktif termasuk ke dalam bagian antara
promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan dan memiliki relasi yang
unik dengan perempuan dan keluarganya untuk mempengaruhi
penggunaan gaya hidup sehat.
4. Pendekatan Berpusat Pada Klien
Tujuan dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat
membantu mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan
lakukan, dan membuat keputusan dan pilihan mereka sendiri sesuai
dengan kepentingan dan nilai mereka. Peran promotor kesehatan adalah
bertindak sebagai fasilitator, membantu orang mengidentifikasi
kepedulian-kepedulian mereka dan memperoleh pengetahuan serta
ketrampilan yang mereka butuhkan agar memungkinkan terjadi perubahan.
Pemberdayaan diri sendiri klien dilihat sebagai central dari tujuan ini.
Klien dihargai sama yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan
kemampuan berkontribusi dan siapa yang mempunyai hak absolute untuk
mengontrol tujuan kesehatan mereka sendiri.
5. Pendekatan Perubahan Sosial
Tujuan dari pendekatan ini adalah melakukan perubahan-
perubahan pada lingkungan fisik, social dan ekonomi, supaya dapat
membuatnya lebih mendukung untuk keadaan yang sehat. Hal utama
bukan untuk mengubah tetapi mempengaruhi kesehatan masyarakat.
Contohnya adalah mengubah masyarakat, bukan pada pengubahan
perilaku individu-individunya. Orang-orang yang menerapkan pendekatan
ini memberikan nilai penting bagi hak demokrasi mereka mengubah
masyarakat, mempunyai komitmen pada penempatan kesehatan dalam
18

agenda politik di berbagai tingkat dan pada pentingnya pembentukan


lingkungan yang sehat daripada pembentukan kehidupan individu-individu
orang yang tinggal di tempat itu.
Pendekatan ini menyatakan kemunduran sosial ekonomi sebagai
faktor dari sakit. Hal ini dipusatkan dengan membuat lingkungan,
perubahan sosial dan ekonomi dengan rencana kebijakan, aksi perubahan
politik dan kolaborasi yang lebih luas dengan pembuat keputusan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sosial Ekologi mengakui bahwa kesehatan dipengaruhi oleh faktor-
faktor sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan. Pendekatan ini memandang
individu sebagai bagian dari sistem yang lebih besar dan mengidentifikasi
determinan sosial kesehatan yang berperan penting dalam pembentukan
perilaku dan kondisi kesehatan. Multi-Level dan Multi-Sectoral Approach:
mendorong kerja sama antara berbagai sektor, termasuk pemerintah, sektor
kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan masyarakat sipil. Ini menciptakan
kesempatan untuk merancang program promosi kesehatan yang komprehensif
dan berkelanjutan.
Pendekatan Sosial Ekologi menekankan pentingnya melibatkan
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program promosi
kesehatan. Ini memberikan masyarakat kendali atas upaya kesehatan mereka
sendiri dan memungkinkan solusi yang lebih berkelanjutan.
Mengatasi Ketidaksetaraan Kesehatan: mengakui peran ketidaksetaraan
dalam kesehatan masyarakat. Dengan memahami determinan sosial, program-
program promosi kesehatan dapat dirancang untuk mengatasi ketidaksetaraan
kesehatan yang ada.
Pentingnya Pendidikan Kesehatan menjadi kunci dalam strategi Sosial
Ekologi. Mengedukasi masyarakat tentang faktor-faktor yang memengaruhi
kesehatan mereka dan memberikan keterampilan yang diperlukan untuk
mengambil keputusan sehat adalah bagian integral dari pendekatan ini.

3.2 Saran
Berikut adalah beberapa saran untuk mengimplementasikan Sosial
Ekologi sebagai strategi promosi kesehatan:
1. Pengembangan Kebijakan yang Mendukung: Pemerintah dan lembaga
kesehatan perlu mengembangkan kebijakan yang mendukung
pendekatan.

19
20

2. Melibatkan masyarakat dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi


program promosi kesehatan adalah kunci. Masyarakat harus
diberdayakan untuk mengambil peran aktif dalam perbaikan kesehatan
mereka sendiri.
3. Penelitian dan Evaluasi yang berkelanjutan dan evaluasi program-
program Sosial Ekologi harus dilakukan untuk memahami dampaknya
terhadap kesehatan masyarakat.
4. Pemerintah, sektor kesehatan, pendidikan, dan lingkungan perlu bekerja
sama dalam mempromosikan kesehatan. Kemitraan yang kuat akan
memperkuat pendekatan Sosial Ekologi.
5. Pendidikan Kesehatan yang Komprehensif harus menjadi bagian integral
dari program Sosial Ekologi.
6. Penerapan Sosial Ekologi sebagai strategi promosi kesehatan
membutuhkan komitmen, kerja sama, dan upaya bersama dari berbagai
pihak.
DAFTAR PUSTAKA

Emilia, O., & Prabandari, Y. S. (2019). Promosi kesehatan dalam lingkup


kesehatan reproduksi. Ugm Press.
Hasnidar, H., & Tasnim, T. (2020). Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Ishak, S. N. (2022). Analisis Implementasi Strategi Promosi Kesehatan dalam
Pencegahan Penyakit Tuberkulosis (TB) (Studi Kasus di Wilayah
Kerja Puskesmas Kalumata Kota Ternate). Media Publikasi Promosi
Kesehatan Indonesia (MPPKI), 5(12), 1567-1577.
Nuryani, D. D., Ulfa, A. M., Yanti, D. E., & Aryastuti, N. (2023). BUKU AJAR
PROMOSI KESEHATAN (Untuk Mahasiswa Farmasi). Penerbit Tahta
Media.
Putri, P. M. S., Shaluhiyah, Z., & Suryoputro, A. (2022). Film dan Focus Group
Discussion: Strategi Promosi Kesehatan untuk Menurunkan Stigma
Masyarakat terhadap Orang dengan HIV/AIDS. Preventia: The
Indonesian Journal of Public Health, 7(2), 35-45.
Rosita, H. (2017). Climate change and the aquaculture sector of Sarawak/Rosita
Hamdan (Doctoral dissertation, University of Malaya).
Sulaiman, E. S. (2021). Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan: Teori
dan Implementasi. UGM PRESS.

Anda mungkin juga menyukai