Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kebijakan Pelayanan Kesehatan

Kebijakan merupakan suatu rangkaian alternative yang siap dipilih


berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Kebijakan merupakan suatu hasil analisis
yang mendalam terhadap berbagai alternative yang bermuara kepada keputusan
tentang alternative terbaik.

Kebijakan adalah rangkaian dan asas yang menjadi garis besar dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan, dan cara bertindak
(tentagorganisasi, atau pemerintah); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau
maksud sebagaigaris pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran
tertentu.

Menurut UU RI No. 23, tahun 1991, tentang kesehatan, kesehatan adalah


keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara soial dan ekonomi (RI, 1992).

Pengertian ini cenderung tidak berbeda dengan yang dikembangkan oleh


WHO kesehatan adalah suatu kaadaan yang sempurna yang mencakup fisik,
mental,kesejahteraan dan bukan hanya terbebasnya dari penyakit atau
kecacatan.Menurut UU No. 36, tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spritualmaupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosialdan ekonomis.

Jadi, analisis kebijakan dalam pelaynan kesehatanan adalah pengunaan


berbagai metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan
informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan ditingkat
politik dalam rangka memecahkan masalah kebijakan kesehatan.

Analisis kebijakan kesehatan awalnya adalah hasil pengembangan dari


analisis kebijakan public, akibat dari semakin majunya ilmu pengetahuan dan
kebutuhan akan analisis kebijakan dalam bidang kesehatan itulah akhirnya bidang
kajian analisis kebijakan kesehatan muncul. Sebagai suatu bidang kajian ilmu
yang baru, analisis kebijakan kesehatan memiliki peran dan fungsi dalam
pelaksanaannya. Peran dan fungsi itu adalah:

1. Adanya analisis kebijakan kesehatan akan memberikan keputusan yang fokus


pada masalah yang akan diselesaikan.
2. Analisis kebijakan kesehatan mampu menganalisis multi disiplin ilmu. Satu
disiplinkebijakan dan kedua disiplin ilmukesehatan. Pada peran ini analisis
kebijakankesehatan menggabungkan keduanya yang kemudian menjadi sub
kajian barudalam khazanah keilmuan.
3. Adanya analisis kebijakan kesehatan, pemerintahmampu memberikan
jenistindakan kebijakan apakah yang tepat untuk menyelesaikan suatu
masalah.
4. Memberikan kepastian dengan memberikan kebijakan/keputusan yang sesuai
atassuatu masalah yang awalnya tidak pasti.

B. Kebijakan Pelayanan Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan


masyarakat melalui pembelajaran diri oleh dan untuk masyarakat agar dapat
menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan (Kemenkes, 2013). Sedangkan WHO memberi
pengertian bahwa promosi kesehatan merupakan “the process of enabling
individuals and communities to increase control over the determinants of health
and thereby improve their health” (proses mengupayakan individu-individu dan
masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dalam mengendalikan faktor-faktor
yang mempengaruhi kesehatan, dengan demikian meningkatkan derajat
kesehatan). Promosi kesehatan pada prinsipnya merupakan upaya dalam
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk,
dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta kegiatan
yang sumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan
didukung kebijakan kebijakan public yang berwawasan kesehatan.

Tujuan promosi kesehatan memungkinkan individu meningkatkan kontrol


terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas
mengenai pemberdayaan diri sendiri. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat serta sesuai dengan sosial budaya
setempat. Demi mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik dari fisik,
mental maupun sosial, masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan
aspirasi dan kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya (Kemenkes, 2013).

Sasaran promosi kesehatan menurut Maulana (2012), pelaksanaan promosi


kesehatan dikenal memiliki 3 jenis sasaran yaitu sasaran primer, sekunder dan
tersier.

1. Sasaran primer kesehatan adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah
tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Masyarakat diharapkan
mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Akan tetapi disadari bahwa
mengubah perilaku bukanlah sesuatu yang mudah. Perubahan perilaku
pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) akan sulit dicapai jika
tidak didukung oleh sistem nilai dan norma sosial serta norma hukum yang
dapat diciptakan atau dikembangkan oleh para pemuka masyarakat, baik
pemuka informal maupun pemuka formal. Keteladanan dari para pemuka
masyarakat, baik pemuka informal maupun formal dalam mempraktikkan
PHBS. Suasana lingkungan sosial yang kondusif (social pressure) dari
kelompok-kelompok masyarakat dan pendapat umum (public opinion).
Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS, yang
dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang bertanggung
jawab dan berkepentingan (stakeholders), khususnya perangkat pemerintahan
dan dunia usaha (Maulana, 2011).

2. Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal


(misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka
formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain),
organisasi kemasyarakatan dan media massa. Mereka diharapkan dapat turut
serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga
(rumah tangga) dengan cara: berperan sebagai panutan dalam
mempraktikkan PHBS. Turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan
menciptakan suasana yang kondusif bagi PHBS. Berperan sebagai kelompok
penekan (pressure group) guna mempercepat terbentuknya PHBS (Maulana,
2011).

3. Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang lain yang berkaitan
serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya.
Mereka diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara: 1. Memberlakukan
kebijakan/peraturan perundang-undangan yang tidak merugikan kesehatan
masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan
masyarakat. 2. Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-
lain) yang dapat mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu
sehat dan keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas
pada umumnya (Maulana, 2012)

Strategi promosi kesehatan menurut Notoatmodjo (2005), perlu dilaksanakan


strategi promosi kesehatan paripurna yang terdiri dari pemberdayaan, bina
suasana, advokasi dan kemitraan.

1. Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam


mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu,
keluarga atau kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu,
mau dan mampu mempraktikkan PHBS. Dalam upaya promosi kesehatan,
pemberdayaan masyarakat merupakan bagian yang sangat penting dan
bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak. Pemberdayaan adalah proses
pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara
terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta
proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi
tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude)
dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan
(aspek practice) (Notoatmodjo, 2005).

2. Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif


dan mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan
dalam mengadopsi PHBS dan melestarikannya (Notoatmodjo, 2005).
3. Advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu
yang diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik
dari segi materi maupun non materi (Notoatmodjo, 2005).

Ruang lingkup promosi kesehatan, Berdasarkan konferensi International


Promosi Kesehatan dikelompokan menjadi lima area berikut:

1. Kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan (Health Public Policy)


kegiatan ditujukan pada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan. Hal
ini berarti setiap kebijakan pembangunan dalam bidang apapun harus
mempertimbangkan dampak kesehatan bagi masyarakat

2. Mengembangkan jaringan kemitraan dan lingkungan yang mendukung


(create partnership and supportive environmental). Kegiatan ini bertujuan
mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung terhadap
kesehatan. Kegiatan ini ditujukan kepada pemimpin organisasi masyarakat
serta pengelola tempat-tempat umum dan diharapkan memperhatikan
dampaknya terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
non-fisik yang mendukung atau kondusif terhadap kesehatan masyarakat.

3. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health serice) adalah


penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang merupakan tanggung jawab
bersama antara pemberi dan penerima pelayanan orientasi pelayanan
diarahkan dengan menempatkan masyarakat sebagai subjek yang dapat
memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya sendiri. Hal tersebut
berarti pelayanan lebih diarahkan kepada pemberdayaan masyarakat.

4. Meningkatkan keterampilan individu (increase individual skills). Kesehatan


masyarakat adalah kesehatan yang terdiri atas kelompok, keluarga, dan
individu. Kesehatan masyarakat terwujud apabila kesehatan kelompok,
keluarga, dan individu terwujud. Oleh sebab itu, peningkatan keterampilan
anggota masyarakat atau individu sangat penting untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat memelihara serta
meningkatkan kualitas kesehatannya.

5. Memperkuat kegiatan masyarakat (strengthen community action), derajat


kesehatan masyarakat akan terwujud secara efektif jika unsur-unsur yang
terdapat di masyarakat tersebut bergerak sama-sama. Memperkuat kegiatan
masyarakat berarti memberikan bantuan terhadap kegiatan yang sudah
berjalan di masyarakat sehingga lebih dapat berkembang. Disamping itu,
tindakan ini memberi kesempatan masyarakat untuk berimprovisasi, yaitu
melakukan kegiatan dan berperan serta dalam pembangunan kesehatan.

C. Program Usaha Kesehatan Sekolah

Salah satu permasalahan serius yang dihadapi bangsa Indonesia adalah


masalah kesehatan khususnya masalah kesehatan anak usia sekolah. Populasi anak
usia sekolah dasar merupakan komponen yang cukup penting dalam masyarakat,
mengingat jumlahnya yang cukup besar diperkirakan 23% atau sepertiga dari
jumlah penduduk Indonesia. Dari jumlah itu diperkirakan 55 juta diantaranya
mengikuti pendidikan di tingkat SD/Madrasah Ibtidaiyah, SLTP/Madrasah
Tsanawiyah dan SMU/Madrasah Aliyah yang kelak menjadi orang tua dan calon
pemimpin bangsa yang mana sebagai calon pemimpin bangsa diperlukan jiwa
yang sehat (Pribadi, 2013).

Masalah yang sering timbul pada anak usia sekolah yaitu gangguan perilaku,
gangguan perkembangan fisiologis hingga gangguan dalam belajar dan juga
masalah kesehatan umum. Berbagai macam masalah yang muncul pada anak usia
sekolah, namun masalah yang biasanya terjadi yaitu masalah kesehatan umum.
Masalah kesehatan umum yang terjadi pada anak usia sekolah biasanya berkaitan
dengan kebersihan perorangan dan lingkungan seperti gosok gigi yang baik dan
benar, kebersihan diri, serta kebiasaan cuci tangan pakai sabun (Permata, 2010).
Menurut Rahardjo (2007), membuktikan dalam survey Kesehatan Rumah Tangga
tahun 2001 terdapat 76,2% anak Indonesia pada kelompok usia 12 tahun (kira-kira
8 dari 10 anak) mengalami gigi berlubang.

Hal ini jelas bahwa adanya permasalahan yang cukup serius yaitu minimnya
kesadaran dan pengetahuan kesehatan gigi dimasyarakat. Menurut Permata
(2010), banyak anak usia sekolah yang menderita diare dikarenakan sebelum dan
sesudah makan mereka tidak mencuci tangan. Bakteri yang ada di tangan ikut
masuk ke dalam tubuh bersama makanan yang dimakan dan menyebabkan infeksi
seperti diare. Berbagai macam jenis penyakit yang dapat timbul terkait kebiasaan
cuci tangan yaitu diare, Infeksi Saluran Pernapasan, Flu Burung (H1N1), dan
cacingan (Depkes RI, 2008).

Upaya pemerintah dalam mengatasi masalah tentang kebersihan yaitu dengan


mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1193/Menkes/SK/ X/2004
tentang Visi Promosi Kesehatan RI adalah “Perilaku Hidup Bersih Sehat 2010”
atau “PHBS 2010”. PHBS terdiri dari beberapa indikator khususnya PHBS
tatanan sekolah yaitu mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai
sabun, mengonsumsi jajanan di warung/ kantin sekolah, menggunakan jamban
yang bersih & sehat, olahraga yang teratur dan terukur, memberantas jentik
nyamuk, tidak merokok, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
setiap bulan, dan membuang sampah pada tempatnya (Depkes, 2005).

Salah satu wadah untuk mengembangkan promosi PHBS anak usia sekolah
adalah layanan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Kegiatan UKS di tinjau dari segi
sarana dan prasarana, pengetahuan, sikap peserta didik di bidang kesehatan,
warung sekolah, makanan seharihari/gizi, kesehatan pribadi secara umum
memperlihatkan bahwa prinsip hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik
belum mencapai tingkat yang di harapkan. Begitu pula dengan sasaran upaya
kesehatan di tinjau dari cakupan sekolah, peserta didik di kaitkan dengan wajib
belajar, mutu penyelenggaraan dan sarana prasarana belum seimbang dengan
usaha pencapaian tujuan UKS serta PHBS belum mencapai tingkat yang di
harapkan di samping itu ancaman sakit terhadap murid masih tinggi dengan
adanya penyakit endemis dan kekurangan gizi (Depkes, 2010).

Dalam Sistem Kesehatan Nasional indikator derajat kesehatan itu dapat


dilihat dari Discomfort or illness, yaitu keluhan sakit dari masyarakat tentang
keadaan somatik, kejiwaan, maupun sosial dari dirinya. Dari beberapa indikator
kesehatan khususnya peserta didik tersebut diharapkan dapat terpenuhi melalui
pemberdayaan UKS yang optimal. Semakin baik pelaksanaan UKS, semakin
meningkatnya pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan maupun lingkungan
sekolah yang sehat untuk tercapainya derajat kesehatan yang baik. Implikasi
Keperawatan menurut Mubarak dan Chayatin (2012). Tujuan perawat kesehatan
di sekolah adalah untuk secara aktif mengidentifikasi faktor-faktor yang ada pada
siswa sebagai upaya pencegahan bagi peserta didik agar selalu siap belajar.

Permasalahan kesehatan yang dilaksanakan sesuai dengan tahap


perkembangan pada anak, dalam hal ini anak usia sekolah (7-12 tahun). Kegiatan
yang dilakukan adalah screening, penemuan kasus, surveillance status imunisasi,
pengelolaan keluhan ringan, dan pemberian obat-obatan. Dalam melaksanakan
upaya peningkatan kesehatan sekolah, diperlukan kerjasama multidisiplin yang
terdiri atas perawat komunitas, guru, orangtua, pihak administrasi, konseling,
tenaga medis, pekerja sosial, dokter gigi, dan ahli gizi. Menurut Effendy (2008),
peranan perawat dalam usaha kesehatan sekolah antara lain : Sebagai pelaksana
asuhan keperawatan di sekolah, Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan
peserta didik dengan melakukan pengumpulan data, analisa data, dan perumusan
masalah dan prioritas masalah, Menyusun perencanaan kegiatan UKS bersama
TPUKS, Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kegiatan yang
disusun, Penilaian dan pemantauan hasil kegiatan UKS, Pencatatan dan pelaporan
sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Sebagai pengelola kegiatan UKS.

Perawat kesehatan yang bertugas di puskesmas dapat menjadi salah seorang


anggota dalam TPUKS, atau dapat juga di tunjuk sebagai seorang Koordinator
UKS ditingkat puskesmas. Bila perawat kesehatan ditunjuk sebagai koordinator
maka pengelolaan pelaksanaan UKS menjadi tanggungjawabnya atau paling tidak
ikut terlibat dalam tim pengelola UKS. Dan Sebagai penyuluh dalam bidang
kesehatan. Peranan perawat kesehatan dalam memberikan penyuluhan kesehatan
dapat dilakukan secara langsung melalui penyuluhan kesehatan yang bersifat
umum dan klasikal, atau secara tidak langsung sewaktu melakukan pemeriksaan
kesehatan peserta didik secara perseorang.

D. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Menganalisis salah satu kebijakan pelayanan terhadap kesehatan/keperawatan


komunitas sesuai SDG’s
1. Menganalisis Promosi Kesehatan

Green dan Kreuter (2005) menyatakan bahwa “Promosi kesehatan adalah


kombinasi upaya-upaya pendidikan, kebijakan (politik), peraturan, dan
organisasi untuk mendukung kegiatan-kegiatan dan kondisi-kondisi hidup
yang menguntungkan kesehatan individu, kelompok, atau komunitas”.
Definisi/pengertian yang dikemukakan Green ini dapat dilihat sebagai
operasionalisasi dari definisi WHO (hasil Ottawa Charter) yang lebih bersifat
konseptual. Di dalam rumusan pengertian diatas terlihat dengan jelas aktivitas-
aktivitas yang harus dilakukan dalam kerangka “promosi kesehatan”.
Sedangkan Kementerian/Departemen Kesehatan Republik Indonesia
merumuskan pengertian promosi kesehatan sebagai berikut: “Upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor
kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat,
agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan
yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung
oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.” Hal tersebut tertuang
dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1114/Menkes/SK/VIII/2005.

Definisi dari depkes tersebut lebih menggambarkan bahwa promosi


kesehatan adalah gabungan antara pendidikan kesehatan yang didukung oleh
kebijakan publik berwawasan kesehatan, karena disadari bahwa gabungan
kedua upaya ini akan memberdayakan masyarakat sehingga mampu
mengontrol determinan-determinan kesehatan. Promosi kesehatan sebagai
bagian dari program kesehatan masyarakat di Indonesia harus mengambil
bagian dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia. Dalam
Undang-Undang Kesehatan RI no 36 tahun 2009, disebutkan bahwa visi
pembangunan kesehatan adalah “Meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggitingginya, sebagai investasi sumber daya manusia
yang produktif secara sosial dan ekonomi”. Promosi kesehatan sebagai bagian
dari program kesehatan masyarakat di Indonesia harus mengambil bagian
dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia tersebut.
Sehingga promosi kesehatan dapat dirumuskan: “Masyarakat mau dan mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya” (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
Latar belakang dari lahirnya konsep baru promosi kesehatan adalah
kenyataan bahwa upaya-upaya “health education” atau pendidikan
(penyuluhan) kesehatan tidak dengan serta merta atau tidak dengan mudah
membuat individu ataupun masyarakat berperilaku yang menguntungkan
kesehatan, karena pendidikan kesehatan bertujuan untuk menghasilkan
perilaku yang menguntungkan kesehatan, dan perilaku itu bersifat sukarela
(Green, 1996, Green, 2000; Naidoo and Wills, 2000: 84), tidak memaksa
(French di dalam Naidoo and Wills, 2000:84).

Mengapa upaya pendidikan kesehatan saja tidak cukup? Pendidikan


kesehatan yang bertujuan merubah perilaku individu, kelompok dan
masyarakat, ternyata tidak cukup untuk meningkatkan derajat kesehatan,
karena diluar itu masih banyak faktor atau determinan yang mempengaruhi
kesehatan dan berada diluar wilayah kesehatan. Determinan kesehatan tersebut
tidak bisa diintervensi dengan pendidikan kesehatan, tapi harus lewat regulasi
dan legislasi, melalui upaya mediasi dan advokasi. Upaya advokasi, dukungan
sosial dan pemberdayaan inilah yang merupakan misi dan strategi utama
dalam promosi kesehatan. Materi ini akan anda pelajari lebih lanjut dan
mendalam pada Bab-5. Secara umum disadari bahwa untuk melahirkan
perilaku yang menguntungkan kesehatan atau mengubah perilaku yang tidak
menguntungkan menjadi perilaku yang menguntungkan kesehatan, seringkali
diperlukan cara-cara yang “mungkin” bersifat memaksa, seperti pembentukan
norma atau peraturan, atau penciptaan lingkungan sosial dan fisik yang akan
memaksa lahirnya perilaku yang diinginkan. Bunton (1992 di dalam Naidoo
dan Wills, 2000 : 85) menyebutkan bahwa metode-metode baru yang
diintroduksikan ke dalam promosi kesehatan adalah regulasi sosial, yang
betul-betul bersifat menekan dan sungguh-sungguh mengendalikan.

Dari uraian ini dapat dilihat bahwa “Promosi kesehatan” merupakan salah
satu bentuk intervensi di bidang kesehatan untuk memperbaiki status
kesehatan masyarakat. Dilihat dari keluasan dan keberagaman aktivitasnya,
dapat dikatakan bahwa promosi kesehatan adalah bentuk baru dari kesehatan
masyarakat. (Tones and Green, 2004). Atau dengan kata lain. Promosi
Kesehatan merupakan program yang dirancang untuk memberikan perubahan
di bidang kesehatan terhadap manusia, organisasi, masyarakat dan lingkungan.
Promosi kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisah dalam upaya
bidang kesehatan yang berkelanjutan, promosi kesehatan merupakan salah satu
ujung tombak penting untuk meng”kerangka” konsep keilmuan menjadi
tonggak dan tulang punggung kompetensi, bergelayut sebagai ketahanan
bangsa yang konsisten dalam bidang kesehatan. Prinsip yang dikembangkan
adalah, pemahaman terhadap Sustainability Development Goal (SDGs),
sebagai program berkelanjutan yang menyentuh akar pendidikan di
masyarakat dan menjadi tumpuan berhasilnya pelaksanaan program bidang
kesehatan.

Menjamin kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan bagi


semua penduduk dalam segala usia merupakan salah satu poin dari tujuh belas
(17) pembangunan berkelanjutan, dalam perspektif HAM, kesehatan adalah
hal yang mendasar bagi setiap manusia untuk mewujudkan potensi
maksimalnya. Kesehatan tidak tergantikan bagi kehidupan manusia sehingga
diakui sebagai hak asasi manusia. Hak atas kesehatan ditegaskan dalam
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration on Human
RIghts) Pasal 25 paragraf (1), dan ICSR Pasal 12.

Hak atas kesehatan juga diakui di dalam UUD 1945, Pasal 28H ayat (1),
yaitu "Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan." Hak atas kesehatan juga diakui di dalam
UU No. 36/2009 tentang Kesehatan, Pasal 4, yaitu 'Setiap orang berhak atas
kesehatan."

Dalam bidang pelayanan kesehatan, promosi kesehatan hendkanya juga


didukung oleh berkualitas pelayanan kesehetan, hal ini yang menjadi poin
penting dari aspek keberlanjutan, pelaksanaan promosi kesehatan yang
didukung dengan kualitas ayanan kesehatan yang baik dapat mewujudkan
generasi yang sehat untuk segala usia, oleh karena itu dalam penyediaan
pelayanan kesehatan perlu memperhatikan prinsip pelayanan kesehatan yang
berkualitas. Pada prinsipnya suatu produk baik barang atau jasa dikatakan
bermutu bila memenuhi kriteria :

1. Sesuai dengan kebutuhan dan penggunaan


2. Memuaskan keinginan pengguna

3. Sesuai dengan persyaratan yang ditentukan

4. Sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku

5. Ekonomis (Direktorat JPKM Depkes, 2005)

Dalam menilai kualitas jasa/pelayanan, terdapat sepuluh ukuran kualitas


jasa/ pelayanan yaitu :

1. Tangible (nyata/berwujud)

2. Reliability (keandalan)

3. Responsiveness (Cepat tanggap)

4. Competence (kompetensi)

5. Access (kemudahan)

6. Courtesy (keramahan)

7. Communication (komunikasi)

8. Credibility (kepercayaan)

9. Security (keamanan)

10. Understanding the Customer (Pemahaman pelanggan)

Promosi kesehatan pada tujuan keperawatan komunitas ini berarti adalah


suatu upaya untuk membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka
sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan
kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Promosi kesehatan
tidak sekadar mengubah gaya hidup, tetapi mempertahankan dan
meningkatkan perilaku sehat adalah tujuan yang akan dicapai pula.
Keperawatan kesehatan komunitas dengan melakukan tindakan-tindakan
berupa promosi kesehatan, memelihara kesehatan dan mengatasi kondisi
tidak sehat, mencegah penyakit, dan dampak pemulihan.menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dalam pembangunan berkelanjutan bidang kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Allender, J. A., & Spradley, B. W. (2010). Community health nursing:


promoting the public’s health. (8th ed). Philadelphia: Lippincott.

Dunn, William N. 2012. Analisis Kebijakan. Diterjemahkan Drs. Samodra


Wibawa,MA dkk. Edisi ke 2. Jakarta.

DEPKES RI. 2010. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta : Departemen


Kesehatan RI.

Subarsono, A. G. (2012).Analisis kebijakan publik: konsep, teori dan aplikasi.

Anda mungkin juga menyukai