TINJAUAN PUSTAKA
Kebijakan adalah rangkaian dan asas yang menjadi garis besar dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan, dan cara bertindak
(tentagorganisasi, atau pemerintah); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau
maksud sebagaigaris pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran
tertentu.
1. Sasaran primer kesehatan adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah
tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Masyarakat diharapkan
mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Akan tetapi disadari bahwa
mengubah perilaku bukanlah sesuatu yang mudah. Perubahan perilaku
pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) akan sulit dicapai jika
tidak didukung oleh sistem nilai dan norma sosial serta norma hukum yang
dapat diciptakan atau dikembangkan oleh para pemuka masyarakat, baik
pemuka informal maupun pemuka formal. Keteladanan dari para pemuka
masyarakat, baik pemuka informal maupun formal dalam mempraktikkan
PHBS. Suasana lingkungan sosial yang kondusif (social pressure) dari
kelompok-kelompok masyarakat dan pendapat umum (public opinion).
Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS, yang
dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang bertanggung
jawab dan berkepentingan (stakeholders), khususnya perangkat pemerintahan
dan dunia usaha (Maulana, 2011).
3. Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang lain yang berkaitan
serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya.
Mereka diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara: 1. Memberlakukan
kebijakan/peraturan perundang-undangan yang tidak merugikan kesehatan
masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan
masyarakat. 2. Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-
lain) yang dapat mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu
sehat dan keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas
pada umumnya (Maulana, 2012)
Masalah yang sering timbul pada anak usia sekolah yaitu gangguan perilaku,
gangguan perkembangan fisiologis hingga gangguan dalam belajar dan juga
masalah kesehatan umum. Berbagai macam masalah yang muncul pada anak usia
sekolah, namun masalah yang biasanya terjadi yaitu masalah kesehatan umum.
Masalah kesehatan umum yang terjadi pada anak usia sekolah biasanya berkaitan
dengan kebersihan perorangan dan lingkungan seperti gosok gigi yang baik dan
benar, kebersihan diri, serta kebiasaan cuci tangan pakai sabun (Permata, 2010).
Menurut Rahardjo (2007), membuktikan dalam survey Kesehatan Rumah Tangga
tahun 2001 terdapat 76,2% anak Indonesia pada kelompok usia 12 tahun (kira-kira
8 dari 10 anak) mengalami gigi berlubang.
Hal ini jelas bahwa adanya permasalahan yang cukup serius yaitu minimnya
kesadaran dan pengetahuan kesehatan gigi dimasyarakat. Menurut Permata
(2010), banyak anak usia sekolah yang menderita diare dikarenakan sebelum dan
sesudah makan mereka tidak mencuci tangan. Bakteri yang ada di tangan ikut
masuk ke dalam tubuh bersama makanan yang dimakan dan menyebabkan infeksi
seperti diare. Berbagai macam jenis penyakit yang dapat timbul terkait kebiasaan
cuci tangan yaitu diare, Infeksi Saluran Pernapasan, Flu Burung (H1N1), dan
cacingan (Depkes RI, 2008).
Salah satu wadah untuk mengembangkan promosi PHBS anak usia sekolah
adalah layanan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Kegiatan UKS di tinjau dari segi
sarana dan prasarana, pengetahuan, sikap peserta didik di bidang kesehatan,
warung sekolah, makanan seharihari/gizi, kesehatan pribadi secara umum
memperlihatkan bahwa prinsip hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik
belum mencapai tingkat yang di harapkan. Begitu pula dengan sasaran upaya
kesehatan di tinjau dari cakupan sekolah, peserta didik di kaitkan dengan wajib
belajar, mutu penyelenggaraan dan sarana prasarana belum seimbang dengan
usaha pencapaian tujuan UKS serta PHBS belum mencapai tingkat yang di
harapkan di samping itu ancaman sakit terhadap murid masih tinggi dengan
adanya penyakit endemis dan kekurangan gizi (Depkes, 2010).
Dari uraian ini dapat dilihat bahwa “Promosi kesehatan” merupakan salah
satu bentuk intervensi di bidang kesehatan untuk memperbaiki status
kesehatan masyarakat. Dilihat dari keluasan dan keberagaman aktivitasnya,
dapat dikatakan bahwa promosi kesehatan adalah bentuk baru dari kesehatan
masyarakat. (Tones and Green, 2004). Atau dengan kata lain. Promosi
Kesehatan merupakan program yang dirancang untuk memberikan perubahan
di bidang kesehatan terhadap manusia, organisasi, masyarakat dan lingkungan.
Promosi kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisah dalam upaya
bidang kesehatan yang berkelanjutan, promosi kesehatan merupakan salah satu
ujung tombak penting untuk meng”kerangka” konsep keilmuan menjadi
tonggak dan tulang punggung kompetensi, bergelayut sebagai ketahanan
bangsa yang konsisten dalam bidang kesehatan. Prinsip yang dikembangkan
adalah, pemahaman terhadap Sustainability Development Goal (SDGs),
sebagai program berkelanjutan yang menyentuh akar pendidikan di
masyarakat dan menjadi tumpuan berhasilnya pelaksanaan program bidang
kesehatan.
Hak atas kesehatan juga diakui di dalam UUD 1945, Pasal 28H ayat (1),
yaitu "Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan." Hak atas kesehatan juga diakui di dalam
UU No. 36/2009 tentang Kesehatan, Pasal 4, yaitu 'Setiap orang berhak atas
kesehatan."
1. Tangible (nyata/berwujud)
2. Reliability (keandalan)
4. Competence (kompetensi)
5. Access (kemudahan)
6. Courtesy (keramahan)
7. Communication (komunikasi)
8. Credibility (kepercayaan)
9. Security (keamanan)