Anda di halaman 1dari 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Promosi Kesehatan 2.1.1. Pengertian Promosi Kesehatan Promosi kesehatan adalah upaya
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri oleh dan untuk
masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan (Kemenkes, 2011). 2.1.2. Tujuan Promosi kesehatan Promosi
kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan memungkinkan individu meningkatkan
kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas
mengenai pemberdayaan diri sendiri. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat serta sesuai dengan sosial budaya setempat. Demi mencapai
derajat kesehatan yang sempurna, baik dari fisik, mental maupun sosial, masyarakat harus
mampu mengenal dan mewujudkan 9 aspirasi dan kebutuhannya, serta mampu mengubah atau
mengatasi lingkungannya (Kemenkes, 2011). 2.1.3 Sasaran Promosi Kesehatan Menurut
Maulana (2009), pelaksanaan promosi kesehatan dikenal memiliki 3 jenis sasaran yaitu sasaran
primer, sekunder dan tersier. a) Sasaran primer Sasaran primer kesehatan adalah pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Masyarakat
diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS). Akan tetapi disadari bahwa mengubah perilaku bukanlah
sesuatu yang mudah. Perubahan perilaku pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga)
akan sulit dicapai jika tidak didukung oleh sistem nilai dan norma sosial serta norma hukum
yang dapat diciptakan atau dikembangkan oleh para pemuka masyarakat, baik pemuka informal
maupun pemuka formal. Keteladanan dari para pemuka masyarakat, baik pemuka informal
maupun formal dalam 10 mempraktikkan PHBS. Suasana lingkungan sosial yang kondusif
(social pressure) dari kelompokkelompok masyarakat dan pendapat umum (public opinion).
Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS, yang dapat diupayakan
atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang bertanggung jawab dan berkepentingan
(stakeholders), khususnya perangkat pemerintahan dan dunia usaha (Maulana, 2009). b)
Sasaran Sekunder Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal
(misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya
petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media
massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu
sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara: berperan sebagai panutan dalam
mempraktikkan PHBS. Turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptakan
suasana yang kondusif bagi PHBS. 11 Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group)
guna mempercepat terbentuknya PHBS (Maulana, 2009). c) Sasaran Tersier Sasaran tersier
adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan perundangundangan di bidang
kesehatan dan bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau
menyediakan sumber daya. Mereka diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS
pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara:  Memberlakukan
kebijakan/peraturan perundangundangan yang tidak merugikan kesehatan masyarakat dan
bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan masyarakat.  Membantu menyediakan
sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat mempercepat terciptanya PHBS di
kalangan pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta
masyarakat luas pada umumnya (Maulana, 2009) 12 2.1.4. Strategi Promosi Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2005), perlu dilaksanakan strategi promosi kesehatan paripurna yang
terdiri dari pemberdayaan, bina suasana, advokasi dan kemitraan. a) Pemberdayaan adalah
pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah dan menanggulangi masalah
kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau kelompok-kelompok masyarakat menjalani
tahap-tahap tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS. Dalam upaya promosi kesehatan,
pemberdayaan masyarakat merupakan bagian yang sangat penting dan bahkan dapat
dikatakan sebagai ujung tombak. Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada
individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan berkesinambungan
mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari
tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude)
dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice)
(Notoatmodjo, 2005). 13 b) Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang
kondusif dan mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutanpanutan dalam
mengadopsi PHBS dan melestarikannya (Notoatmodjo, 2005). c) Advokasi adalah pendekatan
dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan
pembinaan PHBS baik dari segi materi maupun non materi (Notoatmodjo, 2005). 2.1.5. Ruang
Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan konferensi International Promosi Kesehatan di
Ottawa Canada (1986) yang menghasilkan piagam Ottawa, promosi kesehatan dikelompokan
menjadi lima area berikut: 1. Kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan (Health Public
Policy) kegiatan ditujukan pada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan. Hal ini berarti
setiap kebijakan pembangunan dalam bidang apapun harus mempertimbangkan dampak
kesehatan bagi masyarakat. 14 2. Mengembangkan jaringan kemitraan dan lingkungan yang
mendukung (create partnership and supportive environmental). Kegiatan ini bertujuan
mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung terhadap kesehatan.
Kegiatan ini ditujukan kepada pemimpin organisasi masyarakat serta pengelola tempat-tempat
umum dan diharapkan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan non-fisik yang mendukung atau kondusif terhadap kesehatan masyarakat.
3. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health serice) adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang merupakan tanggung jawab bersama antara pemberi dan penerima pelayanan
orientasi pelayanan diarahkan dengan menempatkan masyarakat sebagai subjek yang dapat
memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya sendiri. Hal tersebut berarti pelayanan
lebih diarahkan kepada pemberdayaan masyarakat. 15 4. Meningkatkan keterampilan individu
(increase individual skills). Kesehatan masyarakat adalah kesehatan yang terdiri atas kelompok,
keluarga, dan individu. Kesehatan masyarakat terwujud apabila kesehatan kelompok, keluarga,
dan individu terwujud. Oleh sebab itu, peningkatan keterampilan anggota masyarakat atau
individu sangat penting untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat
memelihara serta meningkatkan kualitas kesehatannya. 5. Memperkuat kegiatan masyarakat
(strengthen community action), derajat kesehatan masyarakat akan terwujud secara efektif jika
unsur-unsur yang terdapat di masyarakat tersebut bergerak sama-sama. Memperkuat kegiatan
masyarakat berarti memberikan bantuan terhadap kegiatan yang sudah berjalan di masyarakat
sehingga lebih dapat berkembang. Disamping itu, tindakan ini memberi kesempatan
masyarakat untuk 16 berimprovisasi, yaitu melakukan kegiatan dan berperan serta dalam
pembangunan kesehatan. Pendekatan yang menyeluruh dalam pembangunan kesehatan
dengan menggunakan lima ruang lingkup tersebut jauh lebih efektif dibanding dengan
menggunakan pendekatan tunggal. Pendekatan melalui tatanan memudahkan implementasi
penyelenggaraan promosi kesehatan. Peran serta masyarakat sangat penting untuk
melestarikan berbagai upaya. Masyarakat harus menjadi subjek dalam promosi kesehatan dan
pengambilan keputusan. Akses pendidikan dan informasi sangat penting untuk mendapatkan
partisipasi dan pemberdayaan masyarakat (Notoatmodjo, 2009). 2.2 Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) 2.2.1. Pengertian PHBS Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua
perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga
dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan dalam masyarakat sebagai wujud keberdayaan masyarakat yang sadar dan mampu
17 mempraktikkan PHBS (Depkes RI, 2011). Upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap
dan tindakan dalam menciptakan suatu kondisi bagi kesehatan individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat secara berkesinambungan. Upaya ini dilaksanakan melalui pendekatan
(Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment).
Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama
dalam tatanan masing-masing dan masyarakat dapat menerapkan cara-cara hidup sehat
dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo, 2005). 2.2.2
Indikator PHBS Dalam Riskesdas (2013), indikator yang dapat digunakan untuk PHBS sesuai
dengan kriteria PHBS yang ditetapkan oleh Pusat Promkes pada tahun 2011, yaitu mencakup
delapan indikator individu (cuci tangan, BAB dengan jamban, konsumsi sayur dan buah,
aktivitas fisik, merokok dalam rumah, persalinan oleh tenaga kesehatan, memberi ASI eksklusif,
menimbang balita) dan dua indikator rumah tangga (sumber air bersih dan memberantas jentik
18 nyamuk). Pengertian indikator yang digunakan dalam PHBS Riskesdas (2013) adalah
sebagai berikut: 1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, data ini didapatkan dari data
persalinan yang terakhir yang ditolong oleh tenaga kesehatan dari riwayat persalinan dalam tiga
tahun terakhir sebelum survei (kurun waktu tahun 2010 sampai tahun 2013). 2. Melakukan
penimbangan bayi dan balita, indikator ini menggunakan variabel individu usia 0 sampai 59
bulan yang mempunyai riwayat pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir. 3. Memberikan
ASI eksklusif, indikator ini menggunakan data dari riwayat pernah diberikan ASI eksklusif
diantara individu baduta usia 0 – 23 bulan. Pengertian pemberian ASI eksklusif dalam analisis
ini adalah bayi usia ≤6 bulan yang hanya mendapatkan ASI saja dalam 24 jam terakhir saat
wawancara atau individu balita yang pertama kali diberi minuman atau makanan berumur enam
bulan atau lebih. 4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Indikator mencuci tangan
dengan benar mencakup mencuci tangan dengan air bersih dan sabun saat sebelum 19
menyiapkan makanan, setiap kali tangan kotor, setelah buang air besar, setelah menggunakan
pestisida (bila menggunakan), setelah menceboki bayi dan sebelum menyusui bayi (bila sedang
menyusui). 5. Memakai jamban sehat. Perilaku menggunakan jamban sehat diukur dari perilaku
buang air besar menggunakan jamban saja. 6. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. Indikator ini
diukur berdasarkan individu yang biasa melakukan aktivitas fisik berat atau sedang dalam tujuh
hari seminggu. 7. Konsumsi buah dan sayur. Perilaku konsumsi buah dan sayur diukur
berdasarkan individu yang biasa konsumsi buah dan sayur selama tujuh hari dalam seminggu.
8. Tidak merokok dalam rumah. Pengertian tidak merokok di dalam rumah adalah individu yang
tidak mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah pada saat ada anggota rumah tangga
lainnya serta memperhitungkan juga rumah tangga yang tidak ada anggota rumah tangga yang
merokok. 9. Penggunaan air bersih. Perilaku menggunakan air bersih didapatkan dari data
rumah tangga yang menggunakan 20 sumber air bersih dengan kategori baik untuk seluruh
keperluan rumah tangga. 10. Memberantas jentik nyamuk. Rumah tangga dengan perilaku
memberantas jentik nyamuk dalam indikator ini adalah rumah tangga yang menguras bak
mandi satu kali atau lebih dalam seminggu atau yang tidak menggunakan bak mandi dan tidak
mandi di sungai. 2.2.3. Cakupan Program PHBS Mewujudkan PHBS diperlukan pengelolaan
manajemen program PHBS melalui tahap pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan
sampai dengan pemantauan dan penelitian serta kembali lagi ke proses pengkajian. Pengkajian
dilakukan terhadap masalah kesehatan, yaitu PHBS dan sumber daya. Selanjutnya output
pengkajian adalah pemetaan masalah PHBS yang dilanjutkan dengan rumusan masalah
perencanaan berbasis data, rumusan masalah perencanaan berbasis data, rumusan masalah
akan menghasilkan rumusan tujuan, rumusan intervensi dan jadwal kegiatan pelaksanaan yang
merupakan implementasi dari intervensi masalah terpilih, dimana penggerakannya dilakukan
oleh petugas promosi 21 kesehatan, sedangkan pelaksanaanya bisa oleh petugas promosi
kesehatan atau lintas program dan lintas sektor terkait (Depkes RI, 2011). Manfaat PHBS
adalah terwujudnya rumah tangga yang derajat kesehatannya meningkat dan tidak mudah sakit
serta meningkatnya produktivitas kerja setiap anggota keluarga yang tinggal dalam lingkungan
sehat dalam rangka mencegah timbulnya penyakit dan masalahmasalah kesehatan lain,
menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, meningkatkan derajat
kesehatan, memanfaatkan pelayanan kesehatan, serta mengembangkan dan
menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber masyarakat (Depkes, 2011). Menurut
Notoatmodjo (2007), ada 3 faktor penyebab perilaku hidup bersih dan sehat yaitu faktor
pemudah (predisposing factor), faktor pemungkin (enambling factor) dan faktor penguat
(reinforcing factor). a) Faktor pemudah (predisposing factor) adalah faktor yang mencakup
pengetahuan dan sikapsikap anak terhadap perilaku hidup bersih dan sehat. Dimana faktor ini
menjadi pemicu terhadap 22 perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi tindakan akibat
tradisi atau kebiasaan, kepercayaan, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi. Misalnya
pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki oleh seseorang yang tidak mau merokok
karena melihat kebiasaan dalam anggota keluarganya tidak satu pun yang merokok. b) Faktor
pemungkin (enambling factor) adalah faktor pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan
suatu motivasi atau tindakan terlaksana. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan bagi anak-anak, misalnya air bersih, tempat pembuangan
sampah, jamban, ketersediaan makanan bergizi dan sebagainya. Fasilitas ini pada hakikatnya
mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat. c) Penguat
(reinforcing factor) adalah faktor yang menentukan tindakan kesehatan memperoleh adanya
dukungan atau tidak. Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan perilaku pengasuh anak- 23
anak atau orang tua yang merupakan tokoh yang dipercaya atau dipanuti oleh anak-anak.
Contoh pengasuh anak-anak memberikan keteladanan dengan melakukan cuci tangan sebelum
makan, atau selalu minum air yang sudah dimasak. Maka hal ini akan menjadi penguat untuk
perilaku hidup bersih dan sehat bagi anak-anak.

Anda mungkin juga menyukai