TINJAUAN TEORI
B. Kemitraan
1. Teori Kemitraan
Secara teoritis, Eisler dan Montuori (1997) membuat pernyataan yang
menarik yang berbunyi bahwa “memulai dengan mengakui dan memahami
kemitraan pada diri sendiri dan orang lain, dan menemukan alternatif yang
kreatif bagi pemikiran dan perilaku dominator merupakan langkah pertama ke
arah membangun sebuah organisasi kemitraan.” Dewasa ini, gaya-gaya seperti
perintah dan kontrol kurang dipercaya. Di dunia baru ini, yang dibicarakan
orang adalah tentang karyawan yang “berdaya”, yang proaktif, karyawan yang
berpengetahuan yang menambah nilai dengan menjadi agen perubahan.
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau
kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok.
Menurut Notoatmodjo (2013), kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara
individuindividu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk
mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Ada berbagai pengertian kemitraan
secara umum (Promkes Depkes RI) meliputi:
a. kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi minimal
antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak merupakan ”mitra”
atau ”partner”.
b. Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk kebersamaan
yang saling menguntungkan dan saling mendidik secara sukarela untuk
mencapai kepentingan bersama.
c. Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor,
kelompok masyarakat, lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk
bekerja sama mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip,
dan peran masing-masing.
d. Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau
organisasi untuk bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan melaksanakan
serta membagi tugas, menanggung bersama baik yang berupa resiko maupun
keuntungan, meninjau ulang hubungan masing-masing secara teratur dan
memperbaiki kembali kesepakatan bila diperlukan. (Ditjen P2L & PM, 2014)
2. Prinsip Kemitraan
Terdapat 3 prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun suatu
kemitraan oleh masing-masing naggota kemitraan yaitu:
a. Prinsip Kesetaraan (Equity)
Individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin
kemitraan harus merasa sama atau sejajar kedudukannya dengan yang lain
dalam mencapai tujuan yang disepakati.
b. Prinsip Keterbukaan
Keterbukaan terhadap kekurangan atau kelemahan masing-masing
anggota serta berbagai sumber daya yang dimiliki. Semua itu harus diketahui
oleh anggota lain. Keterbukaan ada sejak awal dijalinnya kemitraan sampai
berakhirnya kegiatan. Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan
saling melengkapi dan saling membantu diantara golongan (mitra).
c. Prinsip Azas manfaat bersama (mutual benefit)
Individu, organisasi atau institusi yang telah menjalin kemitraan
memperoleh manfaat dari kemitraan yang terjalin sesuai dengan kontribusi
masing-masing. Kegiatan atau pekerjaan akan menjadi efisien dan efektif bila
dilakukan bersama.
4) Synergistic Partnership
Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh
dengan masalah pengembangan sistemik melalui penambahan ruang
lingkup aktivitas baru seperti advokasi dan penelitian.
Bentuk-bentuk/tipe kemitraan menurut Pusat Promosi Kesehatan
Departemen Kesehatan RI yaitu terdiri dari aliansi, koalisi, jejaring,
konsorsium, kooperasi dan sponsorship. Bentuk-bentuk kemitraan
tersebut dapat tertuang dalam:
a) SK bersama
b) MOU
c) Pokja
d) Forum Komunikasi
e) Kontrak Kerja/perjanjian kerja
4. Langkah-langkah Kemitraan
Kemitraan memberikan nilai tambah kekuatan kepada masing-masing
sektor untuk melaksanakan visi dan misinya. Namun kemitraan juga
merupakan suatu pendekatan yang memerlukan persyaratan, untuk itu
diperlukan langkah langkah tahapan sebagai berikut:
a. Pengenalan masalah
b. Seleksi masalah
c. Melakukan identifikasi calon mitra dan pelaku potensial melalui
suratmenyurat, telepon, kirim brosur, rencana kegiatan, visi, misi,
AD/ART.
d. Melakukan identifikasi peran mitra/jaringan kerjasama antar sesama mitra
dalam upaya mencapai tujuan, melalui: diskusi, forum pertemuan,
kunjungan kedua belah pihak, dll
e. Menumbuhkan kesepakatan yang menyangkut bentuk kemitraan, tujuan
dan tanggung jawab, penetapan rumusan kegiatan memadukan sumberdaya
yang tersedia di masing-masing mitra kerja, dll. Kalau ini sudah ditetapkan,
maka setiap pihak terbuka kesempatan untuk melaksanakan berbagai
kegiatan yang lebih bervariasi sepanjang masih dalam lingkup kesepakatan.
f. Menyusun rencana kerja: pembuatan POA penyusunan rencana kerja dan
jadwal kegiatan, pengaturan peran, tugas dan tanggung jawab.
g. Melaksanakan kegiatan terpadu: menerapkan kegiatan sesuai yang telah
disepakati bersama melalui kegiatan, bantuan teknis, laporan berkala, dll.
h. Pemantauan dan evaluasi
Media sosial dapat menjadi alat yang unggul dengan jangkauan dan
interaktivitas luas . Beberapa bukti empiris menemukan hal menarik menggunakan
media sosial untuk intervensi pencegahan penyakit seperti penghentian perilaku
merokok melalui Tweet dan situs kesehatan , video youtube tentang kanker ,
peningkatan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi, pengetahuan pasien
mengenai diabetes dan pemahaman mengenai kebugaran dan aktifitas fisik melalui
facebook . Situs jejaring sosial lainnya yang banyak dikunjungi oleh pencari informasi
terkait kesehatan adalah melalui web yang memuat informasi tentang kesehatan seksual
, diet sehat , kesehatan ibu hamil , kesehatan reproduksi remaja putri . Kesehatan
komunitas klinis di rumah sakit yang berhasil meningkatkan citra rumah sakit yang
memanfaatkan media online yang berisi konten tentang gaya hidup sehat bagi pasien ,
kondisi kedaruratan dalam bidang kesehatan . Promosi kesehatan melalui online juga
bisa dapat di aplikasikan ditempat kerja, dimana informasi umumnya adalah tentang
kesehatan karyawan .Teknologi berupa media sosial memfasilitasi pengetahuan
masyarakat yang lebih baik tentang penyakit dan pencegahannya, penggunaan layanan
kesehatan yang lebih baik, lebih patuh terhadap pengobatan dan partisipasi dalam
keputusan kesehatan , peningkatan dukungan sosial serta berbagi dukungan kepada
orang lain sehingg masyarakat mampu secara mandiri menyebarluaskan pengalaman
positif mereka tentang perubahan perilaku yang lebih sehat, perubahan tubuh, efek
samping penyakit serta dampak positif dari menerapkan gaya hidup sehat. Secara
keseluruhan,berdasarkan studi literatur menunjukkan media sosial berkontribusi
positif terhadap pencapaian tujuan dari promosi kesehatan , sehingga para
profesional bidang kesehatan diharapkan mampu berkolaborasi dan
mengintegrasikan media sosial dengan strategi promosi kesehatan.
a. Youtube
Lebih dari 100 juta video dilihat di Youtube setiap hari, dan jumlah
itu terus meningkat. Beberapa studi kesehatan masyarakat baru-baru ini
telah terlihat video yang dihosting di YouTube tentang vaksinasi
papillomavirus dan pesan tembakau serta makanan kaleng “bercacing”.
Para Peneliti menunjukkan potensi daya yang disimpan YouTube untuk
pengambilan keputusan kesehatan secara pribadi.
b. Facebook
c. Twitter
d. Second Life
Second Life memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan
banyak format, termasuk audio, video, gambar,dan teks, dan membawa
masyarakat "bersama-sama" dalam ruang virtual saat mereka berada jauh
secara geografis. Dermatologi Second Life? bisa menawarkan pasien
sebuah situs dengan pendapat ahli dari seluruh dunia atau grup dukungan
online untuk penyakit spesifik .
e. Image Sharing
f. Mobile technology
Blog merupakan singkatan dari web log adalah bentuk aplikasi web
yang berbentuk tulisan-tulisan (yang dimuat sebagai posting) pada sebuah
halaman web. Tulisan-tulisan ini seringkali dimuat dalam urutan terbalik
(isi terbaru dahulu sebelum diikuti isi yang lebih lama), meskipun tidak
selamanya demikian. Situs web seperti ini biasanya dapat diakses oleh
semua pengguna Internet sesuai dengan topik dan tujuan dari si pengguna
blog tersebut . Bukti empiris menunjukkan pemanfaatan media sosial diatas
efektif dalam melakukan upaya promosi kesehatan dengan tujuan
meningkatkan pemahaman dan memberi dukungan kepada masyarakat
untuk berperilaku sehat, namun tidak dapat dipungkiri, dibalik kesuksesan
media tersebut terdapat beberapa kelemahan . Pertukaran informasi perlu
dimonitor, dievaluasi dan ditinjau ulang untuk kualitas dan keandalan dari
informasi . Evaluasi yang kuat dan komprehensif, menggunakan berbagai
metodologi dibutuhka untuk menetapkan apakah media sosial tersebut
meningkatkan praktik promosi kesehatan baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Mengukur dampak media, biaya media sosial,
manfaat dan efektifitas sebagai alat promosi kesehatan . Penelusuran
publikasi internasional ditemukan beberapa kelemahan dan hambatan
media sosial yang digunakan dalam upaya promosi kesehatan, antara lain:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan secara
efektif dan efisien, maka diperlukan cara dan pendekatan yang strategis yaitu
strategi promosi kesehatan.
Secara umum strategi promosi kesehatan ini terdiri dari 3 hal, yaitu Advokasi
(Advocacy), Bina Suasana, dan Gerakan Masyarakat.
Dalam pemilihan srategi promosi kesehatan ada sendiri agar masyarakat lebih
mudah untuk mengingat dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Dalam pemilihan strategi promosi kesehatanpun ada aturan-aturan tersendiri,
intinya adalah agar srategi promosi kesehatan program-programnya semakin
berkembang dan tidak salah sasaran.
Media sosial sangat efektif sebagai media penyampaian informasi kesehatan.
Selain itu, berlaku media sosial sangat efektif untuk menyampaikan informasi yang
kontra. Untuk itu, diperlukan “informasi” khusus tentang bagaimana memenangkan
persaingan ini.
Memenangkan pisau agar ketajamannya justru tidak berbalik melukai diri
sendiri. Maka dari pada itu, sebagai tenaga promosi kesehatan sangat baik sekali
apabila mampu mengeolah media sosial untuk di jadikan sebagai alat promosi
kesehatan kepada public dalam memberikan informasi tentang kesehatan.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai
calon tenaga kesehatan dapat memahami tentang strategi promosi kesehatan dalam
rangka memajukan kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan
masyaraka, dan dengan promosi kesehatan yaitu melalui penyuluhan kesehatan
atau pendidikan kesehatan kita sebagai analis kesehatan dapat mencegah berbagai
penyakit dan kreatif dalam penggunaan sosial media dalam promosi kesehatan
kepada masyarakat yang dapat memberikan informasi seputar kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Atmojo, noto. 2015. Promosi Kesehatan teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Atmojo, noto. 2014. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.
Yogyakarta: Andi Offset.
Adisasmito, wiku. 2017. Sistem kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Emy Leonita , Nizwardi Jalinus. 2018. Peran Media Sosial dalam Upaya Promosi
Kesehatan. Jurnal Pekan Baru. 261-Article Text-710-1-10-20180805.pdf diakses
pada tanggal 24 April 2019