Anda di halaman 1dari 17

2.1.

Pengertian Konsep Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan (Supardan, 2013).
Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam peningkatan
kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat dan derajat
kesehatannya. Peningkatan keberdayaan berarti peningkatan kemampuan dan
kemandirian masyarakat agar dapat mengembangkan diri dan memperkuat sumber
daya yang dimiliki untuk mencapai kemajuan (Wahyudin, 2012).
Gerakan pemberdayaan masyarakat juga merupakan cara untuk menumbuhkan
dan mengembangkan norma yang membuat masyarakat mampu untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat. Strategi ini tepatnya ditujukan pada sasaran primer agar
berperan serta secara aktif.

2.3. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
(Notoadmojdo, 2007). Batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi
upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga secara bertahap tujuan
pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk :
1. Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan bagi
individu, kelompok atau masyarakat. Pengetahuan dan kesadaran tentang
cara – cara memelihra dan meningkatkan kesehatan adalah awal dari
keberdayaan kesehatan. Kesadaran dan pengetahuan merupakan tahap
awal timbulnya kemampuan, karena kemampuan merupakan hasil proses
belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses yang dimulai dengan
adanya alih pengetahuan dari sumber belajar kepada subyek belajar. Oleh
sebab itu masyarakat yang mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatan juga melalui proses belajar kesehatan yang dimulai dengan
diperolehnya informasi kesehatan. Dengan informasi kesehatan
menimbulkan kesadaran akan kesehatan dan hasilnya adalah pengetahuan
kesehatan.
2. Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari
kesadaran dan pemahaman terhadap obyek, dalam hal ini kesehatan.
Kemauan atau kehendak merupakan kecenderungan untuk melakukan
suatu tindakan. Oleh sebab itu, teori lain kondisi semacam ini disebut
sikap atau niat sebagai indikasi akan timbulnya suatu tindakan. Kemauan
ini kemungkinan dapat dilanjutkan ke tindakan tetapi mungkin juga tidak
atau berhenti pada kemauan saja. Berlanjut atau tidaknya kemauan
menjadi tindakan sangat tergantung dari berbagai faktor. Faktor yang
paling utama yang mendukung berlanjutnya kemauan adalah sarana atau
prasarana untuk mendukung tindakan tersebut.
3. Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti
masyarakat, baik seara individu maupun kelompok, telah mampu
mewujudkan kemauan atau niat kesehatan mereka dalam bentuk tindakan
atau perilaku sehat.
 Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila :
1. Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal
mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang
penyakit, gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya
merokok dan zat-zat yang menimbulkan gangguan kesehatan.
2. Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan
mengenali potensi-potensi masyarakat setempat.
3. Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman
kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan.
4. Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus
melalui berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga,
konsultasi dan sebagainya.

2.4. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat


Prinsipnya pemberdayaan masyarakat adalah menumbuhkan kemampuan
masyarakat dari dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat bukan
sesuatu yang ditanamkan dari luar. Pemberdayaan masyarakat adalah proses
memanpukan masyarakat dari oleh dan untuk masyarakat itu sendiri, berdasarkan
kemampuan sendiri. Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat dibidang
kesehatan :

1. Menumbuh kembangkan potensi masyarakat.


Di dalam masyarakat terdapat berbagai potensi yang dapat mendukung
keberhasilan program – program kesehatan. Potensi dalam masyarakat dapat
dikelompokkan menjadi potensi sumber daya manusia dan potensi dalam bentuk
sumber daya alam / kondisi geografis.
Tinggi rendahnya potensi sumber daya manusia disuatu komunitas lebih
ditentukan oleh kualitas, bukan kuatitas sumber daya manusia. Sedangkan potensi
sumber daya alam yang ada di suatu masyarakat adalah given. Bagaimanapun
melimpahnya potensi sumber daya alam, apabila tidak didukung dengan potensi
sumber daya manusia yang memadai, maka komunitas tersebut tetap akan
tertinggal, karena tidak mampu mengelola sumber alam yang melimpah tersebut.
2. Mengembangkan gotong royong masyarakat.
Potensi masyarakat yang ada tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik
tanpa adanya gotong royong dari masyarakat itu sendiri. Peran petugas kesehatan
atau provider dalam gotong royong masyarakat adalah memotivasi dan
memfasilitasinya, melalui pendekatan pada para tokoh masyarakat sebagai
penggerak kesehatan dalam masyarakatnya.

3. Menggali kontribusi masyarakat.


Menggali dan mengembangkan potensi masing – masing anggota masyarakat agar
dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuan terhadap program atau kegiatan
yang direncanakan bersama. Kontribusi masyarakat merupakan bentuk partisipasi
masyarakat dalam bentuk tenaga, pemikiran atau ide, dana, bahan bangunan, dan
fasilitas – fasilitas lain untuk menunjang usaha kesehatan.
4. Menjalin kemitraan
Jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan
lembaga swadaya masyarakat, serta individu dalam rangka untuk mencapai tujuan
bersama yang disepakati. Membangun kemandirian atau pemberdayaan
masyarakat, kemitraan adalah sangat penting peranannya.
5. Desentralisasi
Upaya dalam pemberdayaan masyarakatpada hakikatnya memberikan kesempatan
kepada masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya.
Oleh sebab itu, segala bentuk pengambilan keputusan harus diserahkan ketingkat
operasional yakni masyarakat setempat sesuai dengan kultur masing-masing
komunitas dalam pemberdayaan masyarakat, peran sistem yang ada diatasnya
adalah :
1. Memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan atau program-program
pemberdayaan. Misalnya masyarakat ingin membangun atau pengadaan
air bersih, maka peran petugas adalah memfasilitasi pertemuan-pertemuan
anggota masyarakat, pengorganisasian masyarakat, atau memfasilitasi
pertemuan dengan pemerintah daerah setempat, dan pihak lain yang dapat
membantu dalam mewujudkan pengadaan air bersih tersebut.
2. Memotivasi masyarakat untuk bekerjasama atau bergotong-royong dalam
melaksanakan kegiatan atau program bersama untuk kepentingan bersama
dalam masyarakat tersebut. Misalnya, masyarakat ingin mengadakan
fasilitas pelayanan kesehatan diwilayahnya. Agar rencana tersebut dapat
terwujud dalam bentuk kemandirian masyarakat, maka petugas provider
kesehatan berkewajiban untuk memotivasi seluruh anggota masyarakat
yang bersangkutan agar berpartisipasi dan berkontribusi terhadap program
atau upaya tersebut.
2.5. Peran Petugas Kesehatan
Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat adalah :
1. Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-
program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan
pengorganisasian masyarakat.
2. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam
melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi
terhadap program tersebut
3. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada
masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat
vokasional.

2.6. Indikator Hasil Pemberdayaan Masyarakat


1. Input
Input meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat yang mendukung kegiatan
pemberdayaan masyarakat.
2. Proses
Proses, meliputi jumlah penyuluhan yang dilaksanakan, frekuensi pelatihan yang
dilaksanakan, jumlah tokoh masyarakat yang terlibat, dna pertemuan-pertemuan
yang dilaksanakan.
3. Output
Output, meliputi jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber daya
masyarakat, jumlah masyarakat yang telah meningkatkan pengetahuan dari
perilakunya tentang kesehatan, jumlah anggota keluarga yang memiliki usaha
meningkatkan pendapatan keluarga, dan meningkatnya fasilitas umum di
masyarakat.
4. Outcome
Outcome dari pemberdayaan masyarakat mempunyai kontribusi dalam
menurunkan angka kesakitan, angka kematian, dan angka kelahiran serta
meningkatkan status gizi kesehatan.

2.7. Sasaran
1. Individu berpengaruh
2. Keluarga dan perpuluhan keluarga
3. Kelompok masyarakat : generasi muda, kelompok wanita, angkatan kerja
4. Organisasi masyarakat: organisasi profesi, LSM, dll
5. Masyarakat umum: desa, kota, dan pemukiman khusus.
2.8 Jenis Pemberdayaan Masyarakat
2.8.1 Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakatkan saat ini.
Gerakan posyandu ini telah berkembang dengan pesat secara nasional sejak tahun
1982. Saat ini telah populer di lingkungan desa dan RW diseluruh Indonesia.
Posyandu meliputi lima program prioritas yaitu: KB, KIA, imunisasi, dan
pennaggulangan diare yang terbukti mempunyai daya ungkit besar terhadap
penurunan angka kematian bayi. Sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan
masyarakat yang langsung bersentuhan dengan masyarakat level bawah,
sebaiknya posyandu digiatkan kembali seperti pada masa orde baru karena
terbukti ampuh mendeteksi permasalahan gizi dan kesehatan di berbagai daerah.
Permasalahn gizi buruk anak balita, kekurangan gizi, busung lapar dan masalah
kesehatan lainnya menyangkut kesehatan ibu dan anak akan mudah dihindarkan
jika posyandu kembali diprogramkan secara menyeluruh.
Kegiatan posyandu lebih dikenal dengan sistem lima meja yang meliputi:
1. Meja 1 : pendaftaran
2. Meja 2 : penimbangan
3. Meja 3 : pengisian kartu menuju sehat
4. Meja 4 : penyuluhan kesehatan, pemberian oralit, vitamin A dan tablet
besi
5. Meja 5 : pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan
kesehatan dan pengobatan serta pelayanan keluarga berencana.
Salah satu penyebab menurunnya jumlah posyandu adalah tidak sedikit jumlah
posyandu diberbagai daerah yang semula ada sudah tidak aktif lagi.
2.8.2. Pondok Bersalin Desa (Polindes)
Pondok bersalin desa (Polindes) merupakan salah satu peran serta masyarakat
dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan pelayanan dan kesehatan ibu
serta kesehatan anak lainnya. Kegiatan pondok bersalin desa antara lain
melakukan pemeriksaan (ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan balita),
memberikan imunisasi, penyuluhan kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu
dan anak, serta pelatihan dan pembinaan kepada kader dan mayarakat.
Polindes ini dimaksudkan untuk menutupi empat kesenjangan dalam KIA, yaitu
kesenjangan geografis, kesenjangan informasi, kesenjangan ekonomi, dan
kesenjangan sosial budaya. Keberadaan bidan di tiap desa diharapkan mampu
mengatasi kesenjangan geografis, sementara kontak setiap saat dengan penduduk
setempat diharapkan mampu mengurangi kesenjangan informasi. Polindes
dioperasionalkan melalui kerja sama antara bidan dengan dukun bayi, sehingga
tidak menimbulkan kesenjangan sosial budaya, sementara tarif pemeriksaan ibu,
anak, dan melahirkan yang ditentukan dalam musyawarah LKMD diharapkan
mamou mengurangi kesenjangan ekonomi.
2.8.3. Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)
Pos obat desa (POD) merupakan perwujudan peran serta masyarakat dalam
pengobatan sederhana terutama penyakit yang sering terjadi pada masyarakat
setempat (penyakit rakyat/penyakit endemik)
Di lapangan POD dapat berdiri sendiri atau menjadi salah satu kegiatan dari
UKBM yang ada. Gambaran situasi POD mirip dengan posyandu dimana bentuk
pelayanan menyediakan obat bebas dan obat khusus untuk keperluan berbagai
program kesehatan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.
Beberapa pengembangan POD antara lain :
1. POD murni, tidak terkait dengan UKBM lainnya
2. POD yang diintegrasikan dengan dana sehat
3. POD yang merupakan bentuk peningkatan posyandu
4. POD yang dikaitkan dengan pokdes/polindes
5. Pos Obat Pondok Pesantren (POP) yang dikembangkan di beberapa
pondok pesantren.
2.8.4. Dana Sehat
Dana telah dikembangkan pada 32 provinsi meliputi 209 kabupaten/kota. Dalam
implementasinya juga berkembang beberapa pola dana sehat, antara lain sebagai
berikut :
1. Dana sehat pola usaha kesehatan sekolah (UKS), dilaksanakan pada 34
kabupaten dan telah mencakup 12.366 sekolah.
2. Dana sehat pola pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD)
dilaksanakan pada 96 kabupaten.
3. Dana sehat pola pondok pesantren, dilaksanakan pada 39 kabupaten/kota
4. Dana sehat pola koperasi unit desa (KUD), dilaksanakan pada lebih dari
23 kabupaten, terutama pada KUD yang sudah tergolong mandiri.
5. Dana sehat yang dikembangkan lembaga swadaya masyarakat (LSM)
dilaksanakan pada 11 kabupaten/kota.
6. Dana sehat organisasi/kelompok lainnya (seperti tukang becak, sopir
angkutan kota dan lain-lain), telah dilaksanakan pada 10 kabupaten/kota.
Seharusnya dana kesehatan merupakan bentuk jaminan pemeliharaan kesehatan
bagi anggota masyarakat yang belum dijangkau oleh asuransi kesehatan seperti
askes, jamsostek, dan asuransi kesehatan swasta lainnya. Dana sehat berpotensi
sebagai wahana memandirikan masyarakat, yang pada gilirannya mampu
melestarikan kegiatan UKBM setempat. Oleh karena itu, dana sehat harus
dikembangkan keseluruh wilayah, kelompok sehingga semua penduduk terliput
oleh dana sehat atau bentuk JPKM lainnya.
2.8.5 Lembaga Swadaya Masyarakat
Di tanah air kita ini terdapat 2.950 lembaga swadaya masyarakat (LSM), namun
sampai sekarang yang tercatat mempunyai kegiatan di bidang kesehatan hanya
105 organisasi LSM. Ditinjau dari segi kesehatan, LSM ini dapat digolongkan
menjadi LSM yang aktivitasnya seluruhnya kesehatan dan LSM khusus antara
kain organisasi profesi kesehatan, organisasi swadaya internasional.
Dalam hal ini kebijaksanaan yang ditempuh adalah sebagai berikut
1. Meningkatkan peran serta masyarakat termasuk swasta pada semua
tingkatan.
2. Membina kepemimpinan yang berorientasi kesehatan dalam setiap
organisasi kemasyarakatan.
3. Memberi kemampuan, kekuatan dan kesempatan yang lebih besar kepada
organisasi kemasyarakatan untuk berkiprah dalam pembangunan
kesehatan dengan kemampuan sendiri.
4. Meningkatkan kepedulian LSM terhadap upaya pemerataan pelayanan
kesehatan.
5. Masih merupakan tugas berat untuk melibatkan semua LSM untuk
berkiprah dalam bidang kesehatan.
2.8.6. Upaya Kesehatan Tradisional
Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah sebidang tanah di halaman atau ladang
yang dimanfaatkan untuk menanam yang berkhasiat sebagai obat. Dikaitkan
dengan peran serta masyarakat, TOGA merupakan wujud partisipasi mereka
dalam bidnag peningkatan kesehatan dan pengobatan sederhana dengan
memanfaatkan obat tradisional. Fungsi utama dari TOGA adalah menghasilkan
tanaman yang dapat dipergunakan antara lain untuk menjaga meningkatkan
kesehatan dan mengobati gejala (keluhan) dari beberapa penyakit yang ringan.
Selain itu, TOGA juga berfungsi ganda mengingat dapat dipergunakan untuk
memperbaiki gizi masyarakat, upaya pelestarian alam dan memperindah tanam
dan pemandangan.

2.8.7. Pos Gizi (Pos Timbangan)


Salah satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat termasuk
kebutuhan pangan. Hal ini menyebabkan penurunan kecukupan gizi masyarakat
yang selanjutnya dapat menurunkan status gizi. Dengan sasaran kegiatan yakni
bayi berumur 6-11 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, anak umur 12-23
bulan terutama mereka dari keluarga miskin, anak umur 24-59 bulan terutama
mereka dari keluarga miskin, dan seluruh ibu hamil dan ibu nifas terutama yang
menderita kurang gizi.
Perlu ditekankan bahwa untuk kegiatan pada pos gizi ini apabila setelah diberikan
PMT anak masih menderita kekurangan energi protein (KEP) maka, makanan
tambahan terus dilanjutkan sampai anak pulih dan segera diperiksakan ke
puskesmas (dirujuk)
2.8.8. Pos KB Desa (RW)
Sejak periode sebelum reformasi upaya keluarga berencana telah berkembang
secara rasional hingga ketingkat pedesaan. Sejak itu untuk menjamin kelancaran
program berupa peningkatan jumlah akseptor baru dan akseptor aktif, ditingkat
desa telah dikembangkan Pos KB Desa (PKBD) yang biasanya dijalankan oleh
kader KB atau petugas KB ditingkat kecamatan.
2.8.9. Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Lingkup kegiatan oleh poskestren adalah tak jauh berbeda dengan Pos Obat Desa
namun pos ini khusus ditujukan bagi para santri dan atau masyarakat disekitar
pesantren yang seperti diketahui cukup menjamur di lingkungan perkotaan
maupun pedesaan.

2.8.10. Saka Bhakti Husada (SBH)


SBH adalah wadah pengembangan minat, pengetahuan dna keterampilan dibidnag
kesehatan bagi generasi muda khususnya anggota Gerakan Pramuka untuk
membaktikan dirinya kepada masyarakat di lingkungan sekitarnya.
Sasarannya adalah peserta didik antara lain : Pramuka penegak, penggalang
berusia 14-15 tahun dengan syarat khusus memiliki minat terhadap kesehatan.
Dan anggota dewasa, yakni Pamong Saka, Instruktur Saka serta Pemimpin Saka.
2.8.11. Pos Upaya Kesehatan Kerja (pos UKK)
Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja
yang diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha
yang sama dalam meningkatkan produktivitas kerja. Kegiatannya antara lain
memberikan pelayanan kesehatan dasar, serta menjalin kemitraan.
2.8.12. Kelompok Masyarakat Pemakai Air (Pokmair)
Pokmair adalah sekelompok masyarakat yang peduli terhadap kesehatan
lingkungan terutama dalam penggunaan air bersih serta pengelolaan sampah dan
limbah rumah tangga melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan
melibatkan seluruh warga.
2.8.13. Karang Taruna Husada
Karang tarurna husada dalam wadah kegiatan remaja dan pemuda di tingkat RW
yang besar perannya pada pembinaan remaja dan pemuda dalam menyalurkan
aspirasi dan kreasinya. Dimasyarakat karang taruna banyak perannya pada
kegiatan-kegiatan sosial yang mampu mendorong dinamika masyarakat dalam
pembangunan lingkungan dan masyarakatnya termasuk pula dalam pembangunan
kesehatan. Pada pelaksanaan kegiatan posyandu, gerakan kebersihan lingkungan,
gotong-royong pembasmian sarang nyamuk dan lain-lainnya potensi karang
taruna ini snagat besar.
2.8.14. Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

2.9. Peran Serta Masyarakat Tentang Upaya UKBM


2.9.1. Wujud peran serta masyarakat
Dari pengamatan pada masyarakat selama ini beberapa wujud peran serta
masyarakat dalam pembangunan kesehatan pada khususnya dan pembangunan
nasional pada umumnya. Bentuk-bentuk tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sumber daya manusia
Setiap insan dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat. Wujud
insan yang menunjukkan peran serta masyarakat dibidang kesehatan antara lain
sebagai berikut :
1. Pemimpin masyarakat yang berwawasan kesehatan
2. Tokoh masyarakat yang berwawasan kesehatan, baik tokoh agama,
politisi, cendikiawan, artis/seniman, budayaan, pelawak, dan lain-lain
3. Kader kesehatan, yang sekarang banyak sekali ragamnya misalnya: kader
posyandu, kader lansia, kader kesehatan lingkungan, kader kesehatan gigi,
kader KB, dokter kecil, saka bakti husada, santri husada, taruna husada,
dan lain-lain.
4. Institusi/lembaga/organisasi masyarakat
Bentuk lain peran serta masyarakat adalah semua jenis institusi, lembaga atau
kelompok kegiatan masyarakat yang mempunyai aktivitas dibidang kesehatan.
Beberapa contohnya adalah sebagai berikut :
1. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yaitu segala
bentuk kegiatan kesehatan yang bersifat dari, oleh dan untuk masyarakat,
yaitu :
1.) Pos pelayanan terpadu (posyandu)
2.) Pos obat desa (POD)
3.) Pos upaya kesehatan kerja (Pos UKK)
4.) Pos kesehatan di Pondok Pesantren (poskestren)
5.) Pemberantasan penyakit menular dengan pendekatan PKMD (P2M-
PKMD)
6.) Penyehatan lingkungan pemungkitan dengan pendekatan PKMD (PLp-
PKMD) sering disebut dengan desa percontohan kesehatan lingkungan (DPKL)
7.) Suka Bakti Husada (SBH)
8.) Tanaman obat keluarga (TOGA)
9.) Bina keluarga balita (BKB)
10.) Pondok bersalin desa (Polindes)
11.) Pos pembinaan terpadu lanjut usia (Posbindu Lansia/Posyandu Lansia)
12.) Pemantau dan stimulasi perkembangan balita (PSPB)
13.) Keluarga mandiri
14.) Upaya kesehatan masjid
1. Lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mempunyai kegiatan dibidang
kesehatan. Banyak sekali LSM yang berkiprah dibidang kesehatan,
aktifitas mereka beragam sesuai dengan peminatnya
2. Organisasi swadaya yang bergerak dibidang palayanan kesehatan seperti
rumah sakit, rumah bersalin, balai kesehatan ibu dan anak, balai
pengobatan, dokter praktik, klinik 24 jam, dan sebagainya

PENGORGANISASIAN
Tujuan pengorganisasian masyarakat adalah mewujudkan suatu
perubahan sosial yang transformatif dengan berangkat dari apa yang
dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan. Untuk itu perlu dilakukan
identifikasi sumber daya dan infrastruktur yang ada serta menyusun
sasaran agar penyelesaian masalah atau pencapaian tujuan bisa dicapai.
Menurut Hartini (2003) tahapan pengorganisasian masyarakat adalah
sebagai berikut.
a. Melebur bersama masyarakat dengan membangun kontak person,
menjalin pertemanan, terlibat sebagai pendengar, terlibat aktif
dalam diskusi dan ikut bekerja sama.
b. Melakukan penyelidikan sosial dengan melakukan analisa sosial
baik makro maupun mikro (untuk mengidentifikasi faktor-faktor
sistemik dalam masyarakat yang secara konsisten mengakibatkan
marjinalisasi kelompok-kelompok tertentu dari akses terhadap
sumber daya dan manfaat) dan melakukan pendokumentasian.
c. Merancang kegiatan awal dengan merumuskan isu bersama,
musyawarah, mengidentifikasi masalah, dan potensi secara
bersama.
d. Melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan kesepakatan
musyawarah.
e. Membentuk organisasi rakyat.
Tahapan berikutnya adalah membangun institusi yang secara demokratis
diawasi oleh seluruh konstituen sehingga mampu mengembangkan
kapasitas dalam menampung semua kekuatan konstituen. Akhirnya,
perlu ditegaskan bahwa institusi atau organisasi adalah alat untuk
mencapai tujuan.

B. Model Pengorganisasian Masyarakat Dalam Keperawatan Komunitas

Ada tiga model yang dipergunakan dalam pengorganisasian komunitas, yaitu


sebagai berikut :

1. Locality Development

Model ini lebih menekankan pada peran serta seluruh masyarakat untuk mandiri.
Prinsipnya adalah keterlibatan langsung masyarakat, melayani sendiri, membantu
diri sendiri dalam penyelesaian masalah, dan mengembangkan keterampilan
individual/kelompok dalam proses pemecahan masalah. Peran perawat komunitas
dalam model ini adalah sebagai pendukung, fasilitator, dan pendidik (guru).

2. Social Planning

Model ini lebih menekankan pada perencanaan para ahli dan menggunakaan
birokrasi. Kepuusan komunitas didasarkan pada fakta / data yang dikumpulkan,
dibuat keputusan secara rasional. Penekanan pada penyelesaian masalah bukan
proses – pengambilan keputusan harus cepat dan berorientasi pada tujuan / hasil.
Model ini menggunakan pendekatan langsung (perintah) dalam rangka untuk
megubah masyarakat, dengan penekanan pada perencanaan. Peran perawat dalam
model ini adalah sebagai fasilitator, pengumpulan fakta/data, serta menganalisis
dan melaksanakan program implementasi.

3. Social Action

Model ini lebih focus pada korban. Fokus pada model ini adalah mengubah
komunitas pada polarisasi /pemusatan isu yang ada di komunitas dengan
menggunakan konflik/konfrontasi antara penduduk dan pengambilan
keputusan/kebijakan. Penekanan pada proses atau tujuan . fokus utamanya
mentransfer kekuatan pada tingkat kelompok. Peran perawat sebagai aktivis,
penggerak dan negosiator.

C. Cara Pengorganisasian Masyarakat Dalam Keperawatan Komunitas


Tahap – tahap pengorganisasian Masyarakat yaitu:

1. Persiapan sosial

Dalam praktik perawatan kesehatan, tujuan persiapan sosial adalah meningkatkan


partisipasi atau peran serta masyarakat sejak awal kegiatan sampai dengan
perencanaan program, pelaksanaan kegiatan, dan pengembangan program
keperawatan kesehatan masyarakat.

Ada dua pendekatan dalam partisipasi masyarakat, antara lain sebagaia berikut :

1. Pendidikan partisipasi. Dalam kegiatan ini komunitas dilibatkan dalam


perencanan, penyelesaian masalah, tetapi biasanya dengan pendekatan ini
proses perubahan lambat. Namaun keuntungannya, kelompok/masyarakat
merasa memiliki dan komunnitas berubah, dalam jangka waktu yang
panjang.
2. Pendidikan langsung (perintah). Dalam pendekatan ini proses berubah
ditentukan oleh kekuatan luar, proses berubah berjalan cepat. Namun
kerugiannya, masyarakat merasa memiliki dan perubahan hanya
berlangsung dalam jangka pendek. Kegiatan – kegiatan dalam persiapan
sosial ini lebih ditingkatkan kepada persiapan – persiapan yang harus
dilakukan baik aspek teknis, administrative, dan program – program
kesehatan yang akan dilaksanakan.

Dalam tahap persiapan sosial ada tiga kegiatan yang harus dilakukan, antara lain
sebagai berikut.

1. Pengenalan masyarakat. Tahap ini dapat dilakukan melalui jalur formal –


sebagai pihak yang bertanggung jawab secara teknis, administrative dan
birokratif terhadap suatu wilayah yang akan dijadikan daerah binaan.
Pendekatan terhadap informal leader umumnya melalui pemerintahan
setempat yang bertanggung jawab terhadap wilayah tersebut dan pusat
kesehatan masyarakat atau instansi terkait yang bertanggung jawab dalam
bidang kesehatan masyarakat. Pendekatan ini diawali dengan surat
permintaan daerah binaan yang akan dijadikan lahan praktik dan
dilengkapi proposal rencana pembinaan. Selanjutnya, mengadakan
pendekatan dengan tokoh-yokoh di wilayah tersebut.
2. Pengenalan masalah. Untuk dapat mengenal masalah kesehatan
masyarakat secara menyeluruh, dapat dilakukan survey kesehatan
masyarakat dalam ruang lingkup terbatas, sehingga masalah – masalah
yang dirumuskan benar – benar masalah yang menjadi kebutuhan
masyarakat setempat. Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat sangat
diperlukan, sehingga mereka menyadari sepenuhnya masalah yang mereka
hadapi dan mereka sadar bagaimana cara mengatasi masalah tersebut.
Masalah yang ditemukan pada tahap ini tentunya tidak hanya satu
masalah, sehingga perlu disusun skala prioritas penanggulangan masalah
bersama – sama may=yarakat formal dan informal.
3. Penyadaran masyarakat. Tujuan tahap ini adalah menyadarkan masyarakat
agar mereka :

 Menyadari masalah- masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka


hadapi;
 Secara sadar mereka ikut berpartisispasi dalam kegiatan penanggualangan
masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi;
 Tahu cara memenuhi kebutuhan upaya pelayanan kesehatan dan
keperawatan sesuai denngan potensi dan sumber daya yang ada pada
mereka.

Agar masyarakat dapat menyadari masalah dan kebutuhan mereka akan pelayanan
kesehatan dan keperawatan diperlukan suatau mekanisme yang terencana dan
terorganisasi denga baik. Istilah yang sering digunakan dalam keperawatan
komunitas untuk menyadarkan masyarakat adalah lokakarya mini kesehatan,
musyawarah masyarakat desa atau rembuk desa. Hal – hal yang perlu mendapat
perhatian dalam penyadaran masalah adalah ;

 Libatkan masyarakat;
 Dalam menyusun rencana penanggulangan masalah disesuaikan dengan
potensi dan sumber daya yang ada pada masyarakat;
 Hindari konflik dari berbagai kepentingan dalam masyarakat;
 Kesadaran dari kelompok- kelompok kecil masyarakat hendaknya
disebarkan kepada kelompok masyarakat yang lebih luas;
 Adakan interaksi dan interelasi dengan tokoh – tokoh masyarakat
secara intensif dan akrab, sehingga mereka dapat di manfaatkan untuk
usaha motifasi, komunikasi-yang kemudian dapat menggugah kesadaran
masyarakat
 Dalam mengatasi sifat-sifat masyarakat, perawat komunitas dapat
memanfaatkan jalur kepemimpinan masyarakat setempat untuk
mendapatkan legitimasi, sehingga kesadaran masyarakat dapat dipercepat.

Dari penjelasan tersebut diatas dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran


praktik di komunitas yang harus di lakukan adalah pertemuan (temu
kenal). Selanjutnya melakukan pengkajian pada masyarakat dan melakukan mini
lokakarya.

2. Pelaksanaan

Setelah rencana penanggulangan masalah disusun dalam mini lokakarya atau


musyawarah masyarakat desa, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan
kegiatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan
masyarakat adalah :

1. Pilihlah kegiatn yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.


2. Libatkan peran serta masyarakat secara aktif dalam
upaya penanggulangan masalah.
3. Kegiatan disesuaikan dengana kemampuan, waktu dan sumber daya yang
tersedia di masyarakat.
4. Tumbuhkan rasa percaya diri masyarakat bahwa mereka mempunyai
kemampuan dalam penanggulangan masalah.

Dalam tahap ini, salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan
masalah adalah penyuluhan kesehatan untuk menanggulangi masalah sesuai
dengan skala prioritas masalah. Agar penyuluhan tersebut mudah dipahami
masyarakat, maka petugas kesehatan atau mahasiswa keperawatan komunitas
harus membuat Satuan Acara Pembelajaran (SAP) disertai lampiran materi
penyuluhan dan leaflet.

3. Evaluasi

Penillaian dapat dilakukan setelah pelaksanaan dijalankan dalam jangka waktu


tertentu. Penilaian dapat dilakukan dalam dua cara yaitu:

1. Selama kegiatan berlangsung (penilaian formatif), penilaian ini dilakukan


untuk melihat apakah pelaksanaan kegiatan yang dijalankan sesuai
perencanaan penanggulangan masalah yang disusun. Penilaian ini juga
dapat dikatakan monitoring, sehingga dapat diketahui perkembangan hasil
yan g akan dicapai.
2. Setelah program selesai dilaksanakan (penilaian sumatif), penilaian ini
dilakukan setelah melalui jangka waktu tertentu dari kegiatan yang
dilakukan. Penilaian ini disebut juga penilaian pada akhir program,
sehingga dapat diketahui apakah tujuan atau target dalam pelayanan
kesehatan dan keperawatan telah tercapai atau belum.
3. Perluasan

Perluasan merupakan pengembangan dari kegiatan yang akan dilakukan.


Perluasan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Perluasan kuantitatif, yaitu perluasan dengan menambah jumlah kegiatan


yang akan dilakukan, apakah pada wilayah setempat atau di wilayah
lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2. Perluasan kualitatif, yaitu: perluasan dengan meningkatkan mutu atau
kualitas kegiatan yang telah dilaksanakan , sehingga dapat meningkatkan
kepuasan dari masyarakat yang dilayani.

Langkah-langkah pengorganisasian masyarakat

Adapun tindak lanjut yang dimaksud meliputi tahapan langkah-langkah


pengorganisasian masyarat yang terdiri dari:

1. Langkah integrasi, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh organisator dengan


meleburkan dirinya dalam masyarakat sehingga diterima masyarakat dan
memahami kondisi masyarakat.
2. Riset sosial, yaitu dengan mempelajari lebih mendalam situasi sosio-
kultural, historis dan masalah yang ada di masyarakat.
3. Program tentatif, yaitu menyusun serangkaian kegiatan yang dapat
mendorong masyarakat sehingga masyarakat dapat berperan secara efektif
dalam melakukan aktivitas penanganan masalah.
4. Aktivitas pemberdayaan, yaitu dengan membangun kesadaran melalui
motivasi dan nilai-nilai moralitas.
5. Pertemuan dan Role Playing, yang melakukan pembahasan secara formal
sehingga terdapat legitimasi dari masyarakat mengenai tindak lanjut
pelaksanaan upaya yang akan dilakukan dalam penanganan masalah. Di
samping itu, disiapkan pula langkah-langkah tindak lanjutnya agar jelas
bagi masyarakat untuk terlibat.
6. Pelaksanaan Aksi, yaitu melakukan kegiatan pengorgniasasian
masayarakat dalam penanganan masalah. Dalam hal ini perlu diidentifikasi
jenis aksi, metode aksi, struktur aksi, tujuan dan target aksi.
7. Evaluasi, yaitu dengan melakukan kajian ulang mengenai proses maupun
dari aktivitas pengorganisasian masyarakat.

eran Perawat dalam pemberdayaan masyarakat

Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang
sesuai dengan kedudukan dan system, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan
social baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang
bersifat konstan.
1. Pemberi Asuhan Keperawatan Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat
membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses
penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien
secara holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan kesehatan emosi, spiritual
dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada klien dan keluarga klien
dengan menggunakan energy dan waktu yang minimal. Selain itu, dalam perannya
sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat memberikan perawatan dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat dan sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar
manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan
keperawatannya dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks.
2.Pembuat Keputusan Klinis
Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik keperawatan. Untuk
memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya berfikir
kritis melalui proses keperawatan. Sebelum mengambil tindakan keperawatan,
baik dalam pengkajian kondisi klien, pemberian perawatan, dan mengevaluasi
hasil, perawat menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik
bagi klien. Perawat membuat keputusan sendiri atau berkolaborasi dengan klien
dan keluarga. Dalam setiap situasi seperti ini, perawat bekerja sama, dan
berkonsultasi dengan pembe ri perawatan kesehatan professional lainnya (Keeling
dan Ramos,1995).
3.Pelindung dan Advokat Klien Sebagai pelindung, perawat membantu
mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan serta melindungi klien dari kemungkinan
efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostic atau pengobatan.
Contoh dari peran perawat sebagai pelindung adalah memastikan bahwa klien
tidak memiliki alergi terhadap obat dan memberikan imunisasi melawat penyakit
di komunitas. Sedangkan peran perawat sebagai advokat, perawat melindungi hak
klien sebagai manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam
menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan. Contohnya, perawat memberikan
informasi tambahan bagi klien yang sedang berusaha untuk memutuskan tindakan
yang terbaik baginya. Selain itu, perawat juga melindungi hak-hak klien melalui
cara-cara yang umum dengan menolak aturan atau tindakan yang mungkin
membahayakan kesehatan klien atau menentang hak-hak klien. Peran ini juga
dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam menginterpetasikan
berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam
pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada
pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien
yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang
penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak
untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
4.Manager Kasus
Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas
anggota tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika
mengatur kelompok yang memberikan perawatan pada klien. Berkembangnya
model praktik memberikan perawat kesempatan untuk membuat pilihan jalur
karier yang ingin ditempuhnya. Dengan berbagai tempat kerja, perawat dapat
memilih antara peran sebagai manajer asuhan keperawatan atau sebagai perawat
asosiat yang melaksanakan keputusan manajer (Manthey, 1990). Sebagai manajer,
perawat mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan
mengawasi tenaga kesehatan lainnya.
5.Rehabilitator
Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal
setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan
lainnya. Seringkali kl mengubah kehidupan mereka. Disini, perawat berperan
sebagai rehabilitator dengan membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin
dengan keadaan tersebut.
6.Pemberi Kenyamanan
Perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan keperawatan harus
ditujukan pada manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja, maka
memberikan kenyamanan dan dukungan emosi seringkali memberikan kekuatan
bagi klien sebagai individu yang memiliki perasaan dan kebutuhan yang unik.
Dalam memberi kenyamanan, sebaiknya perawat membantu klien untuk mencapai
tujuan yang terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya.
7.Komunikator
Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar sesame
perawat dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Dalam
memberikan perawatan yang efektif dan membuat keputusan dengan klien dan
keluarga tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas. Kualitas
komunikasi merupakan factor yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan
individu, keluarga dan komunitas.
8.Penyuluh
Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data
tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri,
menilai apakah klien memahami hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi
kemajuan dalam pembelajaran. Perawat menggunakan metode pengajaran yang
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan sumber-sumber
yang lain misalnya keluarga dalam pengajaran yang direncanakannya.

9.Kolaborator Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain dengan
berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk
diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

10.Edukator Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan


tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,
sehingga terjadi perubahab perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan.

11.Konsultan
Kien mengalami gangguan fisik dan emosi yang Peran disini adalah sebagai
tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk
diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien tehadap informasi tentang
tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
11.Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai