Disusun Oleh:
Dini Juwairiyah, S.Kep
Dahlia, S.Kep
Qodri Alamsyah, S.Kep
Mima Melati, S.Kep
Windy Enola Putri, S.Kep
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
A. Latar Belakang
Kanker merupakan ancaman serius kesehatan masyarakat karena insiden dan angka
kematiannya terus meningkat.
Salah satu terapi yang digunakan untuk kanker adalah kemoterapi, terutama terhadap
kanker sistemik dan kanker dengan metastasis klinis ataupun subklinis. Pada kanker stadium
lanjut lokal, kemoterapi sering menjadi satu-satunya metode pilihan yang efektif (Desen,
2008). Meskipun sering menjadi terapi pilihan utama, kemoterapi menyebabkan banyak efek
samping diantaranya mual muntah, gangguan keseimbangan cairan elektrolit dan stomatitis.
Kondisi ini dapat menjadi sesuatu yang membuat cemas dan stres pada pasien yang terkadang
membuat pasien memilih untuk menghentikan siklus terapi dan berpotensi untuk
mempengaruhi harapan hidup dimasa depan. (Hesket, 2008;Smeltzer, Bare, Hinkle., &
Cheever, 2008).
Kecemasan yang dialami pasien kanker dapat timbul akibat perasaan ketidakpastian
tentang penyakit, pengobatan, dan prognosa (Shaha, 2008). Kecemasan yang tidak diatasi
dengan baik dapat menimbulkan rangsangan pada kortek serebri yang selanjutnya dapat
menstimuli pusat muntah, sehingga memungkinkan untuk terjadinya peningkatan keluhan
mual dan muntah akibat kemoterapi. Kecemasan juga dapat memperberat keluhan mual dan
muntah, dan mual dan muntah itu sendiri dapat menimbulkan kecemasan. Sehingga
merupakan lingkaran setan yang harus diputuskan melalui berbagai upaya.
Untuk mengatasi efek psikologi pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi dapat
diberikan psikoterapi yang salah satunya adalah dengan memberikan terapi perilaku. Salah
satu bentuk terapi perilaku adalah terapi relaksasi. Terapi relaksasi yaitu suatu metode terapi
melalui prosedur relaksasi otot, agar pasien secara sadar mengendalikan aktivitas faal dan
psikis, memperbaiki kondisi disfungsi faal psikis, sehingga berhasil menstabilkan emosi dan
mengatasi gejala penyakitnya terutama kecemasan akibat regimen kemoterapi. Salah satu
terapi yang dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan adalah Progressive Muscle
Relaxation (PMR).
PMR adalah salah satu dari teknik relaksasi yang paling mudah dan sederhana yang
sudah digunakan secara luas. Menurut Richmond (2007), PMR merupakan suatu prosedur
untuk mendapatkan relaksasi pada otot melalui dua langkah. Langkah pertama adalah dengan
memberikan tegangan pada suatu kelompok otot, dan kedua dengan menghentikan tegangan
tersebut kemudian memusatkan perhatian terhadap bagaimana otot tersebut menjadi relaks,
merasakan sensasi relaks secara fisik dan tegangannya menghilang.
Relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik sistematis untuk mencapai
keadaan relaksasi yang dikembangkan oleh Edmund Jacobson (Supriatin, 2011 dalam
Praptini et.al 2014). Otot progresif merupakan latihan yang dilakukan dengan
mengencangkan dan melemaskan secara progresif sekelompok otot pada satu bagian tubuh
secara berturut-turut yang dimulai dari kepala ke bawah tubuh.
D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya Jawab
E. Media
1. LCD + Leptop
2. Materi (terlampir)
3. Leaflet
4. Kamera untuk dokumentasi
20 Menit progresif
2. Menjelaskan tujuan dari
teknik relaksasi otot
ptogresif
3. Menjelaskan prosedur
dilakukan teknik relaksasi
otot progresif
3. 1. Memberikan kesempatan 1. Bertanya
kepada peserta untuk 2. Mempraktikkan
bertanya
10 Menit 2. Memberikan kesempatan
bagi peserta untuk
memperagakan materi
yang disampaikan
4. 1. Penutup 1. Memperhatikan
5 menit 2. Kesimpulan 2. Memberi salam
3. Salam
G. Setting tempat
M P
O
A A A A A
F F
Keterangan:
P : Penyaji A : Peserta
F : Fasilitator O : Observer
M : Moderator
H. Uraian Tugas/Pengorganisasian
a. Moderator : Qodri Alamsyah, S.Kep
b. Penyaji : Windy Enola Putri, S.Kep
c. Fasilitator : Dahlia,S.Kep
d. Perlengkapan dan Konsumsi : Dini Juwairiyah, S.Kep
e. Observer : Mima Melati, S.Kep
Rincian tugas
a. Moderator :
1) Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelalaskan tujuan dari penyuluhan
4) Menyebutkan materi yang akan di berikankan
5) Memimpin jalannya penyuluhan dan menjelaskan waktu penyuluhan
6) Menuliskan pertanyaan yang diajukan peserta penyuluhan
7) Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan pemberi materi
8) Mengatur waktu penyuluhan
b. Penyaji
1) Menggali pengetahuan peserta tentang materi penyuluhan
2) Menjelaskan materi mengenai penyuluhan
3) Menjawab pertanyaan peserta penyuluhan
c. Fasilitator
1) Mengatur teknik acara sebelum dimulainya penyuluhan
2) Memotivasi klien dan keluarga agar berpartisipasi dalam penyuluhan
3) Memotivasi klien dan keluarga untuk mengajukan pertanyaan saat moderator
memberikan kesempatan bertanya
4) Membantu pembicara menjawab pertanyaan dari peserta
5) Membagikan leaflet kepada peserta di akhir penyuluhan
d. Perlengkapan dan Konsumsi
1) Menyiapkan tempat dan media sebelum memulai penyuluhan
2) Menyediakan snack sebelum memulai penyuluhan
e. Observer
1) Mengobservasi jalannya proses kegiatan
2) Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta selama kegiatan penyuluhan
3) Memberikan penjelasan kepada pembimbing tentang evaluasi hasil
I. Kriteria Evaluasi
c. Soal pertanyaan : -
1. Apa itu definisi dari teknik relaksasi otot progresif ?
2. Apa tujuan dari teknik relaksasi otot progresif ?
3. Bagaimana prosedur dilakukan teknik relaksasi otot progresif ?
Teknik Relaksasi Otot Progresif
b. Gerakan 2
Gerakan kedua adalah gerakan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
Gerakan ini dilakukan dengan cara menekuk kedua lengan ke belakang pada
pergelangan tangan sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah
menegang. Jari-jari menghadap kelangit-langit.
c. Gerakan 3
Gerakan ketiga adalah untuk melatih otot-otot bisep. Otot bisep adalah otot
besar yang terdapat di bagian atas pangkal lengan. Gerakan ini diawali dengan
menggenggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan kemudian membawa kedua
tangan ke pundak sehingga otot-otot bisep akan menjadi tegang.
d. Gerakan 4
Gerakan keempat adalah ditujukan untuk melatih otot-otot bahu. Relaksasi
untuk mengendurkan bagian otot-otot bahu dapat dilakukan dengan cara mengangkat
kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan dibawa hingga menyentuh
kedua telinga.
e. Gerakan 5
Gerakan kelima sampai kedelapan adalah gerakan-gerakan yang ditujukan
untuk melemaskan otot-otot di wajah. Otot-otot wajah yang dilatih adalah otot-otot
dahi, mata, rahang dan mulut. Gerakan kelima untuk dahi dapat dilakukan dengan
cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya keriput.
f. Gerakan 6
Gerakan ke enam adalah gerakan yang ditujukan untuk mengendurkan otot-
otot mata diawali dengan menutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan
ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
g. Gerakan 7
Gerakan ke tujuh bertujuan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami
oleh otot-otot rahang dengan cara mengatupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi
sehingga ketegangan di sekitar otot-otot rahang.
h. Gerakan 8
Gerakan ke delapan ini dilakukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut.
Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar
mulut.
i. Gerakan 9
Gerakan 9 dan 10 ditujukan untuk merilekskan otot-otot leher bagian depan
maupun belakang. Pasien dipandu meletakkan kepala sehingga dapat beristirahat,
kemudian diminta untuk menekankan kepala pada pemukaan bantal kursi/ bantal
sedemikian rupa sehingga pasien dapat merasakan ketegangan di bagian belakang
leher dan punggung atas.
j. Gerakan 10
Bertujuan untuk melatih otot leher bagian depan. Gerakan ini dilakukan
dengan cara membawa kepala ke muka, kemudian diminta untuk membenamkan dagu
ke dadanya. Sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian depan.
k. Gerakan 11
Bertujuan untuk melatih otot-otot punggung. Gerakan ini dapat dilakukan cara
mengangkat tubuh dari sandaran kursi, kemudian punggungnya dilengkungkan, lalu
busungkan dada sehingga tampak seperti tegang. Kondisi tegang dapat dipertahankan
selama 10 detik, kemudian rileks. Setelah rileks letakkan tubuh kembali ke kursi,
sambil membiarkan otot-otot menjadi lemas.
l. Gerakan 12
Dilakukan untuk melemaskan otot-otot dada. Pada gerakan ini, pasien diminta
untuk menarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara banyak. Posisi ini
ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan dibagian dada kemudian
turun ke perut. Pada saat ketegangan dilepas, pasien dapat bernafas normal dengan
lega.
m. Gerakan 13
Bertujuan untuk melatih otot-otot perut. Gerakan ini dilakukan dengan cara
menarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudian menahannya sampai perut menjadi
kencang dan keras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas, kemudian diulang kembali
seperti gerakan awal untuk perut ini.
n. Gerakan 14 dan 15
Merupakan gerakan-gerakan untuk otot-otot kaki. Gerakan ini dilakukan
secara berurutan. Gerakan 14 bertujuan untuk melatih otot-otot paha, dilakukan
dengan cara mluruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
Gerakan 15 dengan mengunci lutut, sedemikian rupa sehingga ketegangan pindah ke
otot-otot betis.
DAFTAR PUSTAKA
Shah, M., Hasan, S. (2008). Sources and severity anxiety among medical undergraduates.
BMC Medical Education. 10(1). p:2.
Praptini, K.,D. (2014). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tingkat Kecemasan
Pada Pasien Kemoterapi Dirumah Singgah Kanker Denpasar. Diakses pada tanggal
27 mei 2015.