Anda di halaman 1dari 22

PENILAIAN KEGIATAN PEMBINAAN KELOMPOK

POTENSIAL
MASYARAKAT DAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
(UKBM)

DISUSUN OLEH : OLIMI HARTATI, SKM


NIP. 19831002 201001 2 009
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

dankemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yangsetinggi-tingginya dengan memberdayakan dan mendorong peran

aktif masyarakat dalamsegala bentuk upaya kesehatan.Masih tingginya angka

kematian ibu, angka kematian bayi dan prevalensi gizi kurangpada balita menjadi

masalah di Kecamatan ABCD, yang tidak dapat ditangani sendiri olehsektor

kesehatan, melainkan perlu ditangani bersama dengan sektor di luar kesehatan

danmasyarakat.Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan sangat

pentingsebagaimana dijelaskan dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

juga sebagai berikut

1) Dari hasil kajian ternyata 70% sumber daya pembangunan nasional

berasalkontribusi/partisipasi masyarakat;

2) Pemberdayaan masyarakat/partisipasi masyarakatberazaskan gotong royong,

merupakan budaya masyarakat Indonesia yang perlu dilestarikan;

3) Perilaku masyarakat merupakan faktor penyebab utama, terjadinya

permasalahankesehatan, oleh sebab itu masyarakat sendirilah yang dapat

menyelesaikan masalah tersebutdengan pendampingan/bimbingan pemerintah;

4) Pemerintah mempunyai keterbatasansumber daya dalam mengatasi permasalahan

kesehatan yang semakin kompleks dimasyarakat, sedangkan masyarakat mempunyai

potensi yang cukup besar untuk dapatdimobilisasi dalam upaya pencegahan di

wilayahnya;

5) Potensi yang dimiliki masyarakatdiantaranya meliputi


community leadership, community organization, community financing,community

material, community knowledge, community technology, community decisionmaking

process dalam upaya peningkatan kesehatan, potensi tersebut perlu dioptimalkan;

6)Upaya pencegahan lebih efektif dan efisien dibanding upaya pengobatan, dan

masyarakat juga mempunyai kemampuan untuk melakukan upaya pencegahan

apabila dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat terutama untuk ber-perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS).

Untuk keberhasilan penyelenggaraan berbagai upaya pemberdayaan

masyarakat bidangkesehatan lebih difokuskan pada:

a) meningkatnya perubahan perilaku dan kemandirianmasyarakat untuk hidup

bersih dan sehat,

b) meningkatnya kemandirian masyarakat dalamsistem peringatan dini,

penanggulangan dampak kesehatan akibat bencana, serta

terjadinyawabah/KLB,

c) meningkatnya keterpaduan pemberdayaan masyarakat bidang

kesehatandengan kegiatan yang berdampak pada income generating

Disamping itu, upayapemberdayaan masyarakat harus dimulai dari masalah

dan potensi spesifik daerah, olehkarenanya diperlukan pendelegasian wewenang

lebih besar kepada daerah.

B. Tujuan
Meningkatnya upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM)

sehinggamasyarakat mampu mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi secara

mandiri danmenerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

C. Sasaran

Sasaran dari pedoman ini adalah semua pemangku kepentingan terkait

untukbekerjasama dalam pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat

bidangkesehatan di Kecamatan ABCDD. Ruang LingkupRuang lingkup pedoman ini

meliputi pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaanmasyarakat bidang kesehatan dan

peran pemangku kepentingan terkait dalam pelaksanaandan pembinaan pemberdayaan

masyarakat bidang kesehatan di Kecamatan ABCD.

D. Batasan

Operasional Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat

non instruktif,guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar

mampumengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan

dan melakukanpemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat.Pemberdayaan

masyarakat di bidang kesehatan adalah proses pemberian informasikepada individu,

keluarga atau kelompok (klien) secara terus menerus danberkesinambungan

mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klientersebut

berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan atau knowledge

dari tahu menjadi mau (aspek sikap atau attitude), dan dari mau menjadimampu

melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan atau practice).

Pemberdayaan Masyarakat bidang kesehatan merupakan suatu proses aktif,

dimanasasaran/klien dan masyarakat yang diberdayakan harus berperan serta aktif

(berpartisipasi)dalam kegiatan dan program kesehatan. Ditinjau dari konteks


pembangunan kesehatan,partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan dan kemitraan

masyarakat dan fasilitator(pemerintah, LSM) dalam pengambilan keputusan,

perencanaan, pelaksanaan, pemantauandan penilaian kegiatan dan program kesehatan

serta memperoleh manfaat darikeikutsertaannya dalam rangka membangun

kemandirian masyarakat.UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang

dibentuk atas dasar kebutuhanmasyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama

masyarakat, dengan bimbingan daripetugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga

terkait lainnya.Proses pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor internal

dan eksternal yangsaling berkontribusi dan mempengaruhi secara sinergis dan

dinamis. Salah satu faktoreksternal dalam proses pemberdayaan masyarakat adalah

pendampingan oleh fasilitatorpemberdayaan masyarakat. Peran fasilitator pada awal

proses sangat aktif tetapi akanberkurang secara bertahap selama proses berjalan

sampai masyarakat sudah mampumenyelenggarakan UKBM secara mandiri dan

menerapkan PHBS.PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar

kesadaran sebagai hasilpembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga,

kelompok atau masyarakat mampumenolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang

kesehatan dan berperan aktif dalammewujudkan kesehatan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dilaksanakan dengan prinsip-prinsip:

1.Kesukarelaan, yaitu keterlibatan seseorang dalam kegiatan pemberdayaan

masyarakattidak boleh berlangsung karena adanya pemaksaan, melainkan harus

dilandasi olehkesadaran sendiri dan motivasinya untuk memperbaiki dan memecahkan

masalahkehidupan yang dirasakan.


2.Otonom, yaitu kemampuannya untuk mandiri atau melepaskan diri dari

ketergantunganyang dimiliki oleh setiap individu, kelompok, maupun kelembagaan

yang lain.

3.Keswadayaan, yaitu kemampuannya untuk merumuskan melaksanakan

kegiatan denganpenuh tanggung jawab, tanpa menunggu atau mengharapkan

dukungan pihak luar.

4.Partisipatif, yaitu keikutsertaan semua pemangku kepentingan sejak pengambilan

keputusan, perencanan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pemanfaatan hasil-

hasil kegiatannya.

5.Egaliter, yang menempatkan semua pemangku kepentingan dalam kedudukan

yangsetara, sejajar, tidak ada yang ditinggikan dan tidak ada yang merasa

direndahkan.

6.Demokratis, yang memberikan hak kepada semua pihak untuk mengemukakan

pendapatnya, dan saling menghargai pendapat maupun perbedaan di antara

sesamapemangku kepentingan.

7.Keterbukaan,yang dilandasi kejujuran, saling percaya, dan saling memperdulikan.

8.Kebersamaan, untuk saling berbagi rasa, saling membantu dan

mengembangkansinergisme.

9.Akuntabilitas, yang dapat dipertanggungjawabkan dan terbuka untuk diawasi oleh

siapapun.

10.Desentralisasi, yang memberi kewenangan kepada setiap daerah otonom

(kabupatendan kota) untuk mengoptimalkan sumber daya kesehatan bagi sebesar-

besar kemakmuran masyarakat dan kesinambungan pembangunan Kesehatan


 dalam budaya masyarakat penerima manfaat untuk tercapainya tujuan

pemberdayaanmasyarakat yang dilaksanakannya.Dalam pelaksanaan pemberdayaan

masyarakat, seorang fasilitator harus bisa memilihmetode yang paling sesuai dan tepat

dengan kebutuhan masyarakat setempat, dalampemilihan metode tersebut seorang fasilitator

harus memperhatikan beberapa prinsip berikut :

1.Pengembangan untuk berpikir kreatif dimana masyarakat harus diajak untuk

berpikirkreatif, bisa mencari solusi sendiri atas masalah yang dihadapinya.

2.Tempat yang paling baik adalah ditempat kegiatan penerima manfaat sehingga

tidakbanyak menyita waktu kegiatan rutinnya, fasilitator bisa memahami betul

keadaanpenerima manfaat dan penerima manfaat dapat ditunjukkan beberapa contoh

nyatatentang potensi masalah dan peluang yang dapat ditemukan di lingkungan

pekerjaannyasendiri sehingga penerima manfaat mudah memahami dan mengingatnya.

3.Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya sehingga kegiatan

pemberdayaanakan lebih efisien jika diterapkan kepada masyarakat khususnya kepada

mereka yangdiakui masyarakat setempat sebagai panutan atau tokoh masyarakat.

4.Menciptakan hubungan yang akrab antara fasilitator dengan penerima manfaat

karenasuasana akrab akan memperlancar kegiatan pemberdayaan masyarakat.

5.Memberikan suasana untuk terjadinya perubahan agar terjadi perbaikan mutu

dankualitas hidup baik diri, keluarga dan masyarakatnya.Metode yang digunakan dalam

upaya pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan diPuskesmas ABCD

adalah:1.Metode Rapid Rural Appraisal (RRA) atau penilaian desa secara partisipatif

Merupakan teknik penilaian yang relatif terbuka, cepat dan bersih dibanding

denganteknik kunjungan singkat sebagai sebuah metode penilaian. RRA

menggabungkanbeberapa teknik yang terdiri dari:


a) review atau telaah data sekunder, termasuk peta wilayah dan pengamatan lapangan,

b)observasi lapangan secara langsung,

c) wawancara dengan informan kunci dan lokakarya,

d)pemetaan dan pembuatan diagram/grafik,

e)studi kasus, sejarah lokal dan biografi,

f)pembuatan kuesioner sederhana dan singkat, sertah pembuatan laporan lapangan

secara cepat.

2. Metode Participatory Rapid Appraisal (PRA)

Merupakan metode pengkajian pemberdayaan masyarakat desa yang lebih banyak melibatkan

pihak dalam yang terdiri dari pihak stakeholder (pemangku kepentingankegiatan) dengan

pihak luar yang berfungsi sebagai narasumber ataufasilitator. PRA merupakan metode

penilaian keadaan secara partisipatif yang dilakukanpada tahapan awal perencanaan

kegiatan.Dalam PRA terdapat 5 kegiatan pokok yaitu penjajakan/pengenalan

kebutuhan,perencanaan kegiatan, pelaksanaan/pengorganisasian kegiatan, pemantauan

kegiatandan evaluasi kegiatan.Adapun langkah-langkah metode PRA meliputi :

1.Penelusuran sejarah desa

2.Pembuatan bagan kecenderungan dan perubahan

3.Penyusunan kalender musim dan profil perubahan

4.Analisis pola penggunaan waktu (jadwal sehari-hari)

5.Observasi langsung terhadap dinamika sosial

6.Transect (penelusuran desa) dan pembuatan gambar lingkungan (pemetaan prasarana,

bangunan, ruangan, sumber daya alam dan lokasi)

7.Pembuatan diagram kajian lembaga desa

8.Pembuatan bagan alur input-output


9.Bagan hubungan antar pihak (diagram venn)

10.Mengkaji mata pencaharian masyarakat

11.Membuat matrik dan peringkat permasalahan yang dihadapi dan ditemukan masyarakat

12.Wawancara semi-terstruktur atau diskusi kelompok terarah

13.Analisis pola keputusan

14.Studi kasus atau cerita tentang kehidupan, peta mobilisasi masyarakat.

15.Pengurutan potensi atau kekayaan

16.Pengorganisasian masalah

C. LANGKAH KEGIATAN

1.Persiapan.

 Diseminasi informasi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan tingkatKecamatan dan

pihak lain yang terkait.b.Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan pemberdayaan

masyarakat bidangkesehatan tingkat Kecamatan

2.Perencanaana.

 Merencanakan teknis kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan lintas sektorterkaitb.

 Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat bidangkesehatan yang

bersumber dari dana pemberdayaan masyarakat dari masing-masingsektor untuk kegiatan

terintegrasi

3.Pelaksanaana.

 Menetapkan mekanisme koordinasi antar sektor terkait dengan leading sektor dari

Puskesmas (penanggung jawab Promosi Kesehatan)b.Membentuk dan mengaktifkan


kelembagaan untuk pelaksanaan kegiatanpemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di

tingkat Kecamatan.

4.Melaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan sesuai dengan

jadualyang telah disusun kepada Kecamatan.

5.Monitoring Evaluasi.

 Monitoring pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat.

 Melaporkan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masayarakat.

 
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
 

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Semua karyawan puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan

pemberdayaanmasyarakat mulai di Kepala Puskesmas, Penanggung jawab UKP,

Penanggung jawabUKM, dan seluruh karyawan. Penanggung jawab UKM

Promosi Kesehatan merupakankoordinator dalam penyelenggaraan kegiatan

pemberdayaan masyarakat di KecamatanABCD.Dalam upaya pemberdayaan

masyarakat perlu melibatkan sektor terkait yaitu: Camat,PKK, penanggung jawab KB,

agama, pendidikan, pertanian, dan sektor terkait lainnyadengan kesepakatan peran

masing-masing dalam pemberdayaan masyarakat di bidangkesehatan

B. Distribusi Ketenagaan

Pengaturan dan penjadualan Penanggung jawab UKM, UKP, dan karyawan

puskesmasdikoordinir oleh Penanggung jawab UKM Promosi Kesehatan sesuai

dengan kesepakatan.

C. Jadual Kegiatan.

Jadual pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat disepakati dan disusun

bersamadengan sektor terkait dalam pertemuan lokakarya mini lintas sektor tiap tiga

bulan sekali
 

BAB III
STANDAR FASILITAS

A.Denah Ruang:

Koordinasi pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dilakukan oleh

Penanggung jawab UKM Promosi Kesehatan yang menempatiruang Promosi KesehatanC

dari Gedung Puskesmas. Pelaksanaan rapat koordinasi dilakukan di ruang Rapat aula

PuskesmasABCD yang terletak di sebelah utara ruang C.

B.Standar Fasilitas

1. Panduan pemberdayaan masyarakat: 1 buah

2. Panduan PHBS : 1 buah

3. Kit Penyuluhan Kesehatan Masyarakat : 1 kit

4. Kitaudiovisualaudividual, yang terdiri dari:

a.Wireless system/Amplifier dan Wireless Microphone 1 Unit

b.microphone: 4 buah

c.Speaker: 2 buah

d.Laptop

e.LCD projektor
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A.LINGKUP KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Kegiatan dalam pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan mencakup

1. Upaya membangun kesadaran kritis masyarakat dimana masyarakat diajak

untukberpikir serta menyadari hak dan kewajibannya di bidang kesehatan.

Membangunkesadaran masyarakat merupakan awal dari kegiatan pengorganisasian

masyarakat yangdilakukan dengan membahas bersama tentang harapan mereka,

berdasarkan prioritasmasalah kesehatan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki.

2. Perencanaan Partisipatif merupakan proses untuk mengidentifikasi masalah

kesehatanserta potensi selanjutnya menerjemahkan tujuan ke dalam kegiatan nyata

dan spesifikyang melibatkan peran aktif masyarakat dalam perencanaan segala hal

dalamkesehatan. Kegiatan ini dilakukan sendiri oleh masyarakat didampingi oleh

fasilitator.Hal ini, selain dapat menimbulkan rasa percaya akan hasil perencanaan juga

membuatmasyarakat mempunyai rasa memiliki terhadap kegiatan yang dilakukan.

Perencanaanpartisipatif ini berbasis pada hasil survei dan pemetaan mengenai potensi,

baik kondisifisik lingkungan dan sosial masyarakat, yang digali oleh masyarakat

sendiri.

3. Pengorganisasian masyarakat sendiri merupakan proses yang mengarah

padaterbentuknya kader masyarakat yang bersama masyarakat dan fasilitator berperan


aktifdalam lembaga berbasis masyarakat (Forum Masyarakat Desa) sebagai

representasimasyarakat yang akan berperan sebagai penggerak masyarakat dalam

melakukankegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.

4. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh masyarakat bersama dengan

pengelolapemberdayaan dengan menggunakan metode dan waktu yang disepakati

bersamasecara berkesinambungan untuk mengetahui dan menilai pencapaian kegiatan

yangdijalankan. Hasil evaluasi ini digunakan sebagai rujukan untuk melakukan

kegiatan yangberkelanjutan.

B.METODE PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BIDANG KESEHATAN

Dalam upaya mencapai tujuan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan

diperlukanperan fasilitator, dimana fasilitator bertanggungjawab dalam

mengkomunikasikan inovasi dibidang kesehatan kepada masyarakat penerima

manfaat.Tujuannya adalah agar penerima manfaat tahu, mau, dan mampu menerapkan

inovasitersebut demi tercapainya perbaikan mutu hidupnya di bidang kesehatan. Perlu

diingatbahwa keberadaan masyarakat penerima manfaat sangat beragam dalam

hal budaya, sosial,kebutuhan, motivasi, dan tujuan yang diinginkan.Mengingat

keberadaaan masyarakat penerima manfaat pemberdayaan yang sangatberagamnya maka

metode yang digunakan dalam pemberdayaan tersebut tidaklah patendengan menggunakan

suatu metode tertentu saja, bahwa tidak ada satupun metode yangselalu efektif untuk

diterapkan dalam setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat. Bahkandalam banyak kasus

penerapan metode dalam suatu kegiatan pemberdayaan masyarakatharus menggunakan

beragam metode sekaligus yang saling menunjang dan melengkapi.Untuk itu, seorang

fasilitator harus mampu memilih metode yang paling tepat dalamkegiatan pemberdayaan

masyarakat dan mengkontekstualisasikan inovasi yang dimiliki ke dalam budaya


masyarakat penerima manfaat untuk tercapainya tujuan pemberdayaanmasyarakat yang

dilaksanakannya.Dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, seorang fasilitator harus

bisa memilih metode yang paling sesuai dan tepat dengan kebutuhan masyarakat setempat,

dalam pemilihan metode tersebut seorang fasilitator harus memperhatikan beberapa

prinsip berikut :

1. Pengembangan untuk berpikir kreatif dimana masyarakat harus diajak untuk

berpikirkreatif, bisa mencari solusi sendiri atas masalah yang dihadapinya.

2. Tempat yang paling baik adalah ditempat kegiatan penerima manfaat sehingga

tidakbanyak menyita waktu kegiatan rutinnya, fasilitator bisa memahami betul

keadaanpenerima manfaat dan penerima manfaat dapat ditunjukkan beberapa contoh

nyatatentang potensi masalah dan peluang yang dapat ditemukan di lingkungan

pekerjaannyasendiri sehingga penerima manfaat mudah memahami dan mengingatnya

3. Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya sehingga kegiatan

pemberdayaanakan lebih efisien jika diterapkan kepada masyarakat khususnya kepada

mereka yangdiakui masyarakat setempat sebagai panutan atau tokoh masyarakat.

4. Menciptakan hubungan yang akrab antara fasilitator dengan penerima manfaat

karenasuasana akrab akan memperlancar kegiatan pemberdayaan masyarakat.

5. Memberikan suasana untuk terjadinya perubahan agar terjadi perbaikan mutu

dankualitas hidup baik diri, keluarga dan masyarakatnya.Metode yang digunakan

dalam upaya pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan diPuskesmas ABCD adalah:

1. Metode Rapid Rural Appraisal (RRA) atau penilaian desa secara partisipatif

Merupakan teknik penilaian yang relatif terbuka, cepat dan bersih dibanding

dengan teknik kunjungan singkat sebagai sebuah metode penilaian. RRA

menggabungkan beberapa teknik yang terdiri dari:


a) review atau telaah data sekunder, termasuk peta wilayah dan pengamatan

lapangan

b) observasi lapangan secara langsung,

c)wawancara dengan informan kunci dan lokakarya,

d)pemetaan dan pembuatan diagram/grafik,

e)studi kasus, sejarah lokal dan biografi,

f)pembuatan kuesioner sederhana dan singkat, serta

g)pembuatan laporan lapangan secara cepat.

2. MetodeParticipatory Rapid Appraisal (PRA)

Merupakan metode pengkajian pemberdayaan masyarakat desa yang lebih

banyakmelibatkan pihak dalam yang terdiri dari pihak stakeholder (pemangku

kepentingankegiatan) dengan difasilitasi pihak luar yang berfungsi sebagai

narasumber ataufasilitator. PRA merupakan metode penilaian keadaan secara

partisipatif yang dilakukanpada tahapan awal perencanaan kegiatan.Dalam PRA

terdapat 5 kegiatan pokok yaitu penjajakan/pengenalan kebutuhan,perencanaan

kegiatan, pelaksanaan/pengorganisasian kegiatan, pemantauan kegiatandan

evaluasi kegiatan.Adapun langkah-langkah metode PRA meliputi :

1.Penelusuran sejarah desa

2.Pembuatan bagan kecenderungan dan perubahan

3.Penyusunan kalender musim dan profil perubahan

4.Analisis pola penggunaan waktu (jadwal sehari-hari)

5.Observasi langsung terhadap dinamika sosial

6.Transect (penelusuran desa) dan pembuatan gambar lingkungan

(pemetaanprasarana, bangunan, ruangan, sumber daya alam dan lokasi)


7.Pembuatan diagram kajian lembaga desa

8.Pembuatan bagan alur input-output

9.Bagan hubungan antar pihak (diagram venn)

10.Mengkaji mata pencaharian masyarakat

11.Membuat matrik dan peringkat permasalahan yang dihadapi dan

ditemukanmasyarakat

12.Wawancara semi-terstruktur atau diskusi kelompok terarah

13.Analisis pola keputusan

14.Studi kasus atau cerita tentang kehidupan, peta mobilisasi masyarakat.

15.Pengurutan potensi atau kekayaan

16.Pengorganisasian masalah

C. LANGKAH KEGIATAN

1.Persiapan

a.Diseminasi informasi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan

tingkatKecamatan dan pihak lain yang terkait.

b.Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan pemberdayaan masyarakat

bidangkesehatan tingkat Kecamatan

2.Perencanaan

a.Merencanakan teknis kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan lintas

sektorterkait
b.Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat

bidangkesehatan yang bersumber dari dana pemberdayaan masyarakat dari

masing-masingsektor untuk kegiatan terintegrasi

3.Pelaksanaan

a.Menetapkan mekanisme koordinasi antar sektor terkait dengan leading sektor

dariPuskesmas (penanggung jawab Promosi Kesehatan)

b.Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan untuk pelaksanaan kegiatan

pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di tingkat Kecamatan

4.Melaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan

sesuai dengan jadualyang telah disusun kepada Kecamatan.

5.Monitoring Evaluasi

a.Monitoring pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat

b.Melaporkan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masayarakat.


 

BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan pemberdayaan

masyarakatdirencanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas sektor sesuai dengan

tahapan kegiatandan metoda pemberdayaan yang akan dilaksanakan.

BAB VIKESELAMATAN SASARANDalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan

kegiatan pemberdayaan perlu diperhatikankeselamatan sasaran dengan melakukan

identifikasi risiko terhadap segala kemungkinanyang dapat terjadi pada saat pelaksanaan

kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadapsasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan

yang akan dilaksanakan

 
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan perlu

diperhatikankeselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dengan

melakukanidentifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat

pelaksanaankegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap harus dilakukan untuk tiap-tiap

kegiatan yangakan dilaksanakan

 
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dimonitor dan dievaluasi dengan

menggunakanindikator sebagai berikut:

1.Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual

2.Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan

3.Ketepatan metoda yang digunakan

4.Tercapainya indikator PHBSPermasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap

tribulan.
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait

dalampelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dengan

tetapmemperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.Keberhasilan kegiatan

pemberdayaan masyarakat tergantung pada komitmen yang kuat darisemua pihak terkait

dalam upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dan peran serta aktifmasyarakat dalam

bidang kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai