Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan

masyarakat di wilayah tertentu. Kebidanan komunitas adalah bagian dari kebidanan

yang berupa serangkaian ilmu dan keterampilan untuk memberikan pelayanan

kebidanan pada ibu dan anak yang berada dalam masyarakat di wilayah tertentu.

Sasaran kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita yang berada di dalam

keluarga dan masyarakat .

Bidan memandang pasiennya sebagai makhluk sosial yang memiliki budaya

tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi ,politik, sosial, budaya dan lingkungan

sekitarnya. Setiap petugas kesehatan yang bekerja dimasyarakat perlu memahami

masyarakat yang di layaninya ,baik keadaan budaya maupun tradisi setempat sangat

menentukan pendekatan yang di tempuh. Pendekatan yang akan digunakan oleh bidan

harus memperhatikan strategi pelayanan kebidanan dan tugas dan tanggung jawab

bidan agar masyarakat mau membuka hatinya untuk bekerja sama dengan bidan

sehingga tercipta pelayanan kesehatan yang bermutu di masyarakat.

Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan berawal dari pola hidup

masyarakat yang tidak lepas dari faktor lingkungan, adat istiadat, ekonomi, sosial

budaya dan lainlain. Sebagian masalah komunitas merupakan hasil perilaku

masyarakat sehingga perlu melibatkan masyarakat secara aktif. Keberadaan pada

kesehatan dari masyarakat sangat penting untuk meningkatkan rasa percaya diri

masyarakat terhadap kemampuan yang mereka miliki.

1
Guna mencapai visi tersebut diatas, pemerintah membuat suatu trobosan

berupa upaya pembangunan kesehatan berbasis masyarakat, dengan melibatkan

seluruh lapisan masyarakat agar ikut berperan serta dalam pembangunan kesehatan.

Peran serta masyarakat merupakan unsur yang penting dan mutlak diperlukan dalam

pembangunan kesehatan. Upaya melibatkan masyarakat dilakukan dengan

menggalang potensi masyarakat melalui organisasi – organisasi masyarakat atau

lembaga – lembaga swadaya masyarakat (LSM), perusahaan – perusahaan swasta

yang ikut membantu meringankan beban penyelenggaraan kesehatan masyarakat,

misalnya balai kesehatan masyarakat. Potensi masyarakat dalam koteks ini berarti

komunitas, misalnya masyarakat RT, RW, dan kelurahan.

Oleh sebab itu selain memandang bagaimana memberdayakan kesehatan

mereka sendiri petugas perlu menyusun strategi dalam memecahkan masalah

kebidanan dikomunitas , sehingga kelompok akan membahas tentang strategi

pelayanan kebidanan di komunitas.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana strategi pelayanan

kebidanan komunitas?

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana Strategi

Pelayanan Kebidanan Komunitas.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PERAN SERTA MASYARAKAT

Menurut departemen kesehatan Republik Indonesia peran serta masyarakat adalah :

1. Peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan adalah suatu proses

dimana individu, keluarga, dan lembaga masyarakat termasuk swasta ikut

mengambil tanggung jawab atas kesehatan diri, keluarga, dan masyarakat

2. Peran serta masyarakat adalah keadaan dimana individu, keluarga, maupun

masyarakat umum ikut serta bertangggung jawab terhadap kesehatan diri,

keluarga, maupun kesehatan masyarakat lingkungannya

3. Peran serta masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam

memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut.

4. Sedangkan menurut Notoadmojo (2007), peran serta masyarakat di bidang

kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan

masalah kesehatannya sendiri.

Prinsip peran serta masyarakat adalah mengutamakan masyarakat, berbasis

pengetahuan masyarakat, dan melibatkan seluruh anggota masyarakat dengan

memperhatikan tipologi peran serta masyarakat yaitu sebagai berikut :

1. Mendorong/mempercepat terjadinya perubahan

2. Mobilisasi diri sendiri

3. Terlibat dalam suatu tujuan bersama saling mendorong

4. Terlibat dalam memberikan dukungan

5. Terlibat dalam memberikan informasi

3
Di dalam peran serta, setiap anggota masyarakat dituntut suatu kontribusi atau

sumbangan. Kontribusi tersebut bukan hanya terbatas pada dana dan finansial saja

tetapi dapat membentuk tenaga (man), uang (money), benda (material) dan ide

(mind).

Gambar 1. Bagan Kontribusi Peran Serta

B. DASAR FILOSOFI PERAN SERTA MASYARAKAT

1. Community felt need. Apabila pelayanan itu diciptakan oleh masyarakat sendiri,

maka masyarakat itu memerluka pelayanan tersebut. Sehingga adanya pelayanan

kesehatan bukan karena diturunkan dari atas, tetapi tumbuh dari bawah (dari

masyarakat dan untuk masyarakat)

2. Organisasi pelayanan masyarakat berdasarkan partisipasi masyarakat adalah salah

satu bentuk pengorganisasian masyarakat. Hal ini berarti bahwa fasilitas pelayanan

kesehatan itu timbul dari masyarakat sendiri.

3. Pelayanan kesehatan tersebut akan dikerjakan oleh masyarakat sendiri atas dasar

sukarela.

C. PENDEKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT

1. Peran serta dengan paksaan (enforcemenat participation). Memaksa masyarakat

untuk berkontribusi dalam suatu program, baik melalui perundang-undangan,

peraturan maupun perintah lisan saja. Cara ini akan lebih cepat dan mudah, tetapi

4
masyarakat merasa takut dan dipaksa, sehingga tidak mempunyai rasa memiliki

terhadap program.

2. Peran serta masyarakat dengan persuasi dan edukasi. Yakni partisipasi yang

didasari dengan kesadaran, yang sukar ditumbuhkan dan memerlukan waktu yang

lama. Akan tetapi bila hal ini tercapai, masyarakat akan mempunyai rasa memiliki.

Peran serta masyarakat ini bisa dimulai dengan pemberian informasi yang jelas,

pendidikan, dan sebagainya.

D. ELEMEN-ELEMEN PERAN SERTA MASYARAKAT

1. Motivasi

Tanpa motivasi masyarakat sulit berperan serta disegala program. Motivasi

harus timbul dari masyarakat itu sendiri, sedangkan pihak luar hanya merangsang

saja. Oleh karena itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam rangka

merangsang timbulnya motivasi.

2. Komunikasi informasi masyarakat

Melakukan interaksi secara terus menerus, berkesinambungan dengan

masyarakat mengenai segala permasalahan dan kebutuhan masyarakat akan

kesehatan.

3. Koperasi

Kerjasama dengan instansi diluar kesehatan masyarakat dan instansi

kesehatan sendiri adalah mutlak diperlukan. Team work antara mereka ini akan

membantu menumbuhkan peran serta.

4. Mobilisasi

Hal ini berarti bahwa peran serta itu bukan hanya terbatas pada tahap

pelaksanaan program. Peran serta masyarakat dimulai seawal mungkin sampai

5
akhir, mulai dari identifikasi masalah, menentukan prioritas, perencanaan

program, pelaksanaan sampai dengan monitoring.

E. METODE PERAN SERTA MASYARAKAT

Metode peran serta masyarakat yang dipakai adalah sebagai berikut :

1. Pendekatan masyarakat : diperlukan untuk memperoleh simpati masyarakat yang

ditujukan terutama kepada pemimpin masyarakat, baik yang formal maupun

informal.

2. Pengorganisasian masyarakat dan pembentukan panitia : dikoordinasikan oleh

lurah atau kepala desa. Dengan tim kerja yang dibentuk disetiap RT.

3. Survey diri (community self survey): setiap tim kerja di RT melakukan survei

diwilayahnya masing-masing setelah itu diolah kemudian dipresentasikan kepada

warganya.

4. Perencanaan program : perencanaan dilakukan oleh masyarakat sendiri setelah

mendengarkan presentasi survei diri dari tim kerja. Dalam merencanakan program

ini, perlu diarahkan terbentuknya dana sehat dan kader kesehatan.

5. Pelatihan : pelatihan untuk kader kesehatan dilakukan secara sukarela dan harus

dipimpin oleh dokter puskesmas. Selain bidang teknis medis juga meliputi

manajement kecil-kecilan dalam mengolah program-program kesehatan tingkat

desa serta sistem pencatatan, pelaporan, dan rujukan.

6. Rencana evaluasi : dalam menyusun rencana evaluasi perlu ditetapkan kriteria-

kriterian keberhasilan suatu program secara sederhana yang mudah dilakukan oleh

masyarakat atau kader kesehatan (notoadmojo, 2007)

6
F. BENTUK-BENTUK PERAN SERTA MASYARAKAT

1. Peran serta perorangan dan keluarga : dilaksanakan oleh setiap anggota keluarga

dan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri dan keluarga untuk dapat hidup

sehat.

2. Peran serta masyarakat umum : meliputi kegiatan untuk menjalin hubungan yang

erat dan dinamis antara pemerintah dan masyarakat dengan cara mengembangkan

dan membina komunikasi timbal balik serta menyebarluaskan informasi kesehatan.

3. Peran serta masyarakat kelompok penyelenggara upaya kesehatan : dilakukan oleh

organisasi-organisasi atau lembaga swadaya yang ada dimasyarakat (LSM)

ataupun perusahan swasta yang peduli terhadap maslah kesehatan.

4. Peran serta masyarakat profesi kesehatan : meliputi kelompok dokter, perawat,

dokter gigi, apoteker, bidan, dan sejenisnya (Depkes RI,1991)

G. FAKTOR-FAKTOR DALAM PERAN SERTA MASYARAKAT

Dalam upaya mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat ada

beberapa faktor yang bisa mendorong dan menghambat.

Faktor pendorong

1. Faktor-faktor dimasyarakat

Dari sejak nenek moyang kita telah dikenal adanya semangat gotong

royong dalam melaksanakan kegiatan dimasyarakat. Semangat gotong royong

ini bertolak dari nilai budaya yang menyangkut hubungan antar manusia,

sehingga mendorong timbulnya peran serta masyarakat.

2. Faktor-faktor diluar pihak provider

Faktor pendorong terpenting yang ada dipihak provider ialah adanya

kesadaran lingkungan provider, bahwa perilaku merupakan faktor penting dan

besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan, selain itu, keterbatasan sumber

7
daya dipihak provider juga merupakan faktor yang sangat mendorong untuk

mengembangkan peran serta masyarakat.

Faktor penghambat

Dikelompokan menjadi 2 kelompok :

1. Faktor penghambat yang terdapat dimasyarakat

a. Persepsi masyarakat yang sangat berbeda dengan persepsi provider tentang

masalah kesehatan yang dihadapi.

b. Susunan masyarakat yang sangat heterogen dengan kondisi sosial budaya

yang sangat berbeda-beda pula.

c. Pengalaman pahit masyarakat tentang program sebelumnya.

d. Sistem pengambilan keputusan dari atas ke bawah

e. Adanya berbagai macam kesenjangan sosial

f. Kemiskinan

2. Faktor penghambat yang terdapat di pihak provider

a. Terlalu mengejar target, sehingga terjerumus dalam pendekatan yang tidak

partisipatif

b. Pelaporan yang tidak objektif, sehingga provider keliru menafsirkan situasi

c. Birokrasi yang sering memperlambat kecepatan dan ketepatan respons pihak

provider terhadap perkembangan masyarakat.

d. Persepsi berbeda antara provider dan masyarakat

H. KEUNTUNGAN PERAN SERTA MASYARAKAT

Peran serta masyarakat dapat memberikan keuntungan berbagai pihak, baik

untuk masyarakat itu sendiri ataupun pihak penyelenggara pelayanan (provider).

Dengan peran serta masyarakat dibidang kesehatan, maka upaya kesehatan yang

dilaksanakan benar-benar sesuai dengan masalah yang dihadapi masyarakat. Tidak

8
hanya bertolak pada asumsi provider semata. Upaya kesehatan bisa diterima dan

terjangkau oleh masyarakat baik secara fisik maupun ekonomis, mampu

mengembangkan kemampuan dan sikap positif serta motivasi masyarakat untuk hidup

sehat, sehingga akan tercapai kepuasan masyarakat dalam kesehatan.

Keuntungan bagi provider dengan adanya peran serta masyarakat membantu

upaya perluasan jangkauan pelayanan kesehatan yang dilakukan pemerintah.

I. PEMBINAAN PERAN SERTA MASYARAKAT

Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat perlu dilakukan melalui

pengembangan dan pembinaan kesehatan masyarakat desa (PKMD). PKMD adalah

rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong royong dan

swadana masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri untuk mengenal masalah

atau kebutuhan yang dirasakan masyarakat terutama dibidang masyarakat agar

mampu meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Kegiatan PKMD diharapkan muncul atas kesadaran dan prakarsa dari

masyarakat sendiri dengan bimbingan dan pembinaan oleh pemerintah. Puskesmas

sebagai pusat pembangunan kesehatan ditingkat kecamatan dapat mengambil prakarsa

untuk bersama-sama sektor yang bersangkutan menggerakan peran serta masyarakat

dalam kegiatan PKMD.

J. UPAYA-UPAYA DALAM PEMBINAAN PERAN SERTA MASYARAKAT

Beberapa upaya yang dilakukan untuk melakukan pembinaan peran serta

masyarakat meliputi pengaturan bantuan biaya bagi masyarakat tidak mampu,

pengorganisasian donor darah berjalan, serta pelaksanaan pertemuan rutin gerakan

sayang ibu dalam promosi suami, bidan dan desa siaga.

9
Pengaturan bantuan biaya bagi masyarakat tidak mampu

Biaya kesehatan tidak hanya bersumber dari pemerintah, akan tetapi dapat

bersumber dari masyarakat sendiri. Ada 2 bentuk pembiayaan kesehatan dari

masyarakat, yaitu :

1. Dana masyarakat yang bersifat aktif

Adalah dana yang secara khusus digali atau dikumpulkan oleh masyarakat

untuk membiayai upaya kesehatan. Pendanaan tersebut sering disebut sebagai

dana sehat. Bisa dikumpulkan lewat iuran, sumbangan, arisan ataupun penyisihan

hasil sumbangan.

2. Dana masyarakat yang bersifat pasif

Adalah dana yang sudah ada dimasyarakat dan digunakan untuk membiayai

upaya kesehatan, diantaranya adalah dana sosial keagamaan. Dana pasif dapat

diperoleh dengan menyisihkan sebagian dana keagamaan atau dana sosial

3. Dana sehat

Dana sehat merupakan upaya pemeliharaan kesehatan perorangan, keluarga

dan masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan yang dikumpulkan dari

dan oleh masyarakat berdasarkan semangat gotong royong serta cermat sesuai

dengan prinsip-prinsip asuransi. Pembentukan dana sehat dapat dilakukan dengan

cara berikut :

a. Melakukan pendekatan edukatif untuk memperoleh kesepakatan masyarakat dan

pimpinan desa tentang pengumpulan dana untuk pembiyaan kesehatan. Dana

diperoleh dari iuran atau barang yang diserahkan oleh pesera (keluarga) dan

dihimpun oleh pengumpul yang ditunjuk setiap bulannya.

b. Berdasarkan keputusan atau musyawarah desa yang ditetapkan pengelola dan

pesertanya

10
c. Penyelenggara pelayanan kesehatan ditetapkan oleh pengelola atau pengurus

dan wakil-wakil masyarakat peserta. Pelayanan kesehatan yang disediakan

sebagai jaminan bersifat komprehensif, walaupun pada tahap awalnya hanya

berupa pelayanan pengobatan dasar. Apabila telah memungkinkan, jenis

pelayanan dapat dikembangkan menuju kea rah pelayanan komprehensif

d. Dalam merencanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan upaya pemeliharaan

kesehatan masyarakat, penyelenggara pelayanan dan pengelola dana sehat

melakukannya secara bersama-sama dan dengan persetujuan anggotanya.

e. Pengawasan dan mekanisme koordinasi dilakukan oleh kepala desa atau LKMD

serta oleh tim tingkat kecamatan. Untuk itu harus disusun ketentuan-ketentuan

dalam suatu anggaran dasar rumah tangga organisasi dana sehat yang meliputi:

kewajiban pesera, hak peserta, prosedur memperoleh pelayanan kesehatan,

kewajiban pengelola, dan umpan balik penyelenggara pelayanan kepada

pengelola dana sehat.

f. Dan efektif dan efisien yang terkumpul dapat digunakan untuk membeli obat

sederhana guna mengobati penyakit-penyakit ringan pada anggota oleh kader

terlatih (pos obat desa) yang tentunya atas kesepakatan rapat anggota. Dana

sehat juga dapat dipakai untuk kelestarian posyandu sehingga tidak

mengganggu pembiyaan pemeliharaan kesehatan.

Ada beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mengorganisasikan

pembiyaan berbasis masyarakat yang bersifat aktif, tahapan pembentukan yang

dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Mengadakan pertemuan tingkat desa atau musyawarah desa yang diikuti oleh

pengurus RT dan RW, tokoh masyarakat, tokoh agama, kader, dukun, satuan

tugas gerakan sayang ibu (satgas GSI) dan warga

11
b. Mensosialisasikan dana sehat, misalnya dana sosial bersalin beserta manfaat

yang dapat dirasakan oleh warga terutama ibu hamil

c. Melaksanakan survey mawas diri dan penyuluhan yang bersifat teknis

d. Saat kesepakatan tercapai, masyarakat diajak untuk bermusyawarah melalui

forum MMD dengan sasaran pengurus RT dan RW, kader kesehatan, tokoh

local, dukun, pengurus, badan pembinaan desa dan lembaga pembinaan

masyarakat, aparat desa, serta Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB)

setempat. Hasil musyawarah yang telah terbentuk dikukuhkan dengan SK

Kepala Desa dengan menyepakati sumber dana dan tariff persalinan yang dibuat

dalam bentuk peraturan desa.

Penghimpunan dana sehat dapat dilakukan dengan berbagai cara

sederhana. Sumber utama pendanaan adalah iuran dari warga, misalnya Rp.

1000,- per kepala keluarga setiap bulan. Sumber lain yang merupakan sumber

dana dari iuran-iuran yang tidak memberatkan masyarakat seperti dana dari

pungutan. Selain itu tarif pertolongan persalinan oleh bidan ditentukan

berdasarkan kesepakatan warga.

4. Donor darah berjalan

Donor darah berjalan merupakan salah satu kegiatan yang diadakan didesa-

desa yang ingin menyukseskan program desa siaga. Kegiatan ini dilakukan dalam

upaya menurunkan angka kematian ibu melalui penyaluran donor darah untuk ibu

hamil atau ibu bersalin yang membutuhkannya.

Secara umum proses pembentukan donor darah berjalan hampir sama

dengan pembentukan dana sehat.hanya saja pada tahap sosialisasi memerlukan

bantuan dari palang merah indonesia (PMI) untuk menjelaskan masalah donor

darah agar masyarakat bertambah pengetahuannya serta menghilangkan mitos-

12
mitos yang selama ini berkembang dalam masyarakat mengenai donor darah.

Dengan demikian diharapkan dapat terjadi peningkatan peran serta masyarakat

dalam pelaksanaan donor darah.

Pelaksanaan kegiatan donor darah berjalan melibatkan seluruh anggota

masyarakat termasuk ibu hamil. Pada tahap awal, setiap ibu hamil diharapkan

memiliki lima orang dewasa dalam keluarganya untuk diikutsertakan dalam proses

pemeriksaan kehamilan dan pemberian konseling mengenai segala persiapan

kehamilan dan menghadapi kelahiran. Kelima orang tersebut diperiksa golongan

darahnya untuk persiapan sebagai pendonor apabila terjadi perdarahan.

Selanjutnya, dibentuk koordinator untu setiap golongan darah. Untuk orang-orang

dengan golongan darah yang sama dikumpulkan dalam satu kelompok dan

dipimpin oleh satu coordinator.

5. Gerakan sayang ibu

Gerakan sayang ibu merupakansuatu gerakan yang dilaksanakan dalam

upaya membantu salah satu program pemerintah untuk meningkatkan kualitas

hidup perempuan melalui berbagai kegiatan yang berdampak terhadap penurunan

angka kematian ibu (AKI) yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan dan nifas

sebagai investasi untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih sehan dan

berkualitas.

Gerakan sayang ibu dicanangkan oleh pemerintah pada 22 desember 1996,

bertepatan dengan hari ibu. Dengan gerakan ini diharapkan AKI pada akhir Pelita

VI dapat diturunkan dari 225 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 80 per 100.000

kelahiran hidup menjadi 80 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2018 aau pada

akhir Pembangunan Jangka Panjang Kedua.

13
Seperti halnya gerakan-gerakan yang telah dicanangkan pemerintah, setelah

kurang lebih Sembilan tahun berjalan (1996-2005) ternyata gaung gerakan sayang

ibu semakin melemah. Gerakan sayang ibu bersifat top-down, berorientasi kepada

proyek dan kurang aspiratif pada kebutuhan masyarakat. Sehingga kurang

menyentuh dan menjawab persoalan mendasar yang lebih dianggap prioritas oleh

masyarakat setempat. Dalam perjalanannya, pemerintah melakukan terobosan

revitalisasi gerakan sayang ibu yang lebih berorientasi kepada masyarakat melalui

desa siaga.

6. Suami siaga

Suami siaga merupakan bentuk pendampingan yang diberikan kepada ibu,

karena salah satu orang terdekat dengan ibu adalah suami. Program suami siaga

(suami siap antar jaga) dikembangkan untuk mendukung program GSI. Suami

menyiapkan biaya pemeriksaan dan persalinan, siap mengantar istri ke tempat

pemeriksaan dan melahirkan serta siap menjaga dan menunggu istri melahirkan.

Untuk menjadi suami yang benar-benar siaga harus dibekali dengan pengetahuan

tentang beberapa hal :

a. Upaya menyelamatkan ibu hamil

b. Tiga terlambat yaituterlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil

keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, dan terlambat mendapatkan

pertolongan difasilitas kesehatan.

c. Empat terlalu yaitu muda saat hamil, terlalu tua saat hamil, terlalu banyak anak,

dan terlalu dekat usia kehamilan.

d. Perawatan kehamilan, tabungan persalinan, donor darah, tanda bahaya

kehamilan, persalinan dan nifas, serta pentingnya pencegahan dan mengatasi

masalah kehamilan secara tepat.

14
e. Transportasi siaga dan pentingnya rujukan. Dengan demikian prhatian suami

dan keluarga bertambah dan memahami dan mengambil peran yang lebih aktif

serta memberikan kasih sayang pada istri terutama pada saat sebelum

kehamilan, selama kehamilan, persalinan dan sesudah persalinan.

Beberapa factor yang mempenagruhi partisipasi suami dalam perlindungan

kesehatan reproduksi ibu, diantaranya adalah sebagai berikut :

Budaya

Diberbagai wilayah Indonesia terutama dalam masyarakaat yang masih

memegang teguh budaya tradisional misalnya pada budaya jawaa, menganggap istri

adaalah konco wingking / teman dibelakang artinya derajat laki-laki lebih tinggi

dianding perempuan, tugas perempuan hanya melayani kebutuhan dan keinginan

suami saja

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengubah budaya tradisioanal tersebut

antara lain sebagai berikut :

1. Mensosialisasikan persepsi tentang kesetaraan gender sejak dini melalui

lembaga formal, misalnya sekolah maupun non formal didalam kelompok

masyarakat

2. Memberikan penyuluhan pada di tempat berinterksi dan berkumpulnya

laki-laki

3. Memberikan informasi sesering mungkin dengan stimulus yang menarik

misalnya melalui poster

4. Masyarakat Indonesia pada umumnya masi mempunyai perasaan malu

dengan lingkungan sekitar, sehingga diperlukan suatu aturan yang dapat

memotivasi kepala keluarga

15
5. Satgas GSI ditingkat desa perlu memuat tanda sedemikian rupa dan

ditempelkan dirumah warga yang memiliki ibu hamil yang perlu

mendapatkan perhatian lebih dan kewaspadaan

Pendapatan

Pada umumnya masyaraakat Indonesia sebagian besar penghasilannya

(75-100%) digunakan untuk membiayai keperluan hidup. Masalah ekonomi

menjadi prioritas utama. Melihat permasalahan ekonomi tersebut, prioritas

kegiatan GSI di tingkat keluarga dalam pemberdayaan suami tidak hanya

terbastas pada kegiatan yang bersifat anjuran, akan tetapi lebih bersifat

holistic.

Tingkat pendidikan

Wawasan pengetahuan suami dipengaruhi tingkat pendidikan. Semakin

rendah tingkat pendidikan, akese terhadap informasi kesehatan semakin

berkurang. Perlu diperkenalkan pandangan baru untuk memberdayakan

kaaum suami dengan mendasarkan pengertian bahwa

1. Suami memainkan peranan penting terutama dalam pengambilan

keputusan yang berkenaan dengan kespro pasangannnya

2. Suami sangat berkepentingan terhadap kespro pasangannya

3. Saling penegrtian dan adanya keseimbangan peranan

4. Pasangan yang selalu berkomunikasi tentang rencana keluarga

7. Bidan Siaga

Bidan siaga adalah seorang bidan yang telah dipercaya dan diberi

kepercayaan yang lebih dari pemerintah atau negara untuk membantu masyarakat.

Dimana, jika masyarakat membutuhkan bantuan dari bidan, maka bidan siap kapan

saja.

16
Bidan siaga diharapkan memberikan pelayanan yang luar biasa kepada

masyarakat. Khusunya dalam hal pelayanan selama kehamilan, persalinan dan

masa nifas serta dalam upaya menggerakan masyarakat untuk membentuk sistem

transportasi, donor darah dan tabungan bersalin untuk mengatasi kegawatdaruratan

saat persalinan.

Peran bidan dalam menggerakan masyarakat adalah sebagai promotor dari

pembinaan peran serta masyarakat. Bidan sebagai pelopor harus mampu

menggerakan masyarakat sekaligus ikut berkecimpung dalam kegiatan yang ada

dimasyarakat. Sebagai contoh, bidan ikut sebagai pendonor dalam program donor

darah berjalan, menyediakan layanan untuk tabungan ibu bersalin, serta berperan

aktif dalam program pemerintah.

Bidan siaga harus kompeten dan terlatih serta memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang sesuai dengan standar. Kompetensi-kompetensi bidan dapat

dicapai, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal, serta secara terus

menerus mengakses pengetahuan agar selalu up to date. Misalnya mengikuti

pelatihan asuhan persalinan normal (APN), melalui obat-obatan sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan dalam kepmenkes RI No. 900/menkes/SK/VII/2002.

Peran harus mengetahui peran, tugas tanggung jawab dan kewenangan dalam

praktik kebidanan, sehingga dapat melakukan pelayanan secara optimal serta

mengetahui batas-batas kewenangan.

Bidan siaga juga wajib memiliki pengetahuan dasar seperti :

a. Konsep dan sasaran kebidanan komunitas

b. Masalah kebidanan komunitas

c. Pendekatan asuhan kebidanan pada keluarga, kelompok dan masyarakat

d. Strategi pelayanan kebidanan komunitas

17
e. Ruang lingkup pelayanan kebidanan komunitas

f. Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak dalam

masyarakat.

8. Desa Siaga

Desa siaga adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa atau kelurahan

yang memiliki potensial sumberdaya dalam mengatasi masalah kesehatan,

bencana, kegawatdaruratan secara mandiri. Siaga singkatan dari siap antar jaga,

Siaga dipakai dalam berbagai fungsi dalam menggalang partisipasi masyarakat

seperti suami siaga, desa siaga, bidan siaga, dan sebagainya. Desa Siaga (Siap

Antar Jaga) adalah desa yang memiliki sistem kesiagaan untuk menanggulangi

kegawatdaruratan ibu hamil dan ibu bersalin (Depkes RI, 2007). Landasan hukum

pelaksanaan desa siaga adalah sebagai berikut:

a. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, khususnya pada

pasal 5, 8, 711 dan 722 serta Bab VII tentang peran serta masyarakat.

b. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 564/

Menkes/SK/ VII/ 2006 tanggal 2 Agustus 2006 tentang pengembangan

Desa siaga.

Tujuan

a. Tujuan Umum

Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, serta peduli dan tanggap

terhadap permasalahan kesehatan ibu dan anak diwilayahnya.

b. Tujuan Khusus

1) Turunnya angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Kulon Progo.

18
2) Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu

dan bayi.

3) Tersosialisasi Desa Siap Antar Jaga di masyarakat.

4) Meningkatnya kesadaran keluarga dan masyarakat tentang

pentingnya kesehatan ibu dan bayi.

5) Termotivasinya keluarga dan masyarakat untuk memanfaatkan Desa

Siap Antar Jaga.

6) Termotivasinya pembentukan jaringan kemitraan di masyarakat.

Sasaran pengembangan desa siaga adalah mempermudah strategi

intervensi, sasaran ini dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :

1. Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu

melaksanakan hidup sehat, peduli, dan tanggap terhadap permasalahan

kesehatan di wilayah desanya

2. Pihak- pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku

individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi

perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat termasuk tokoh

agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader serta petugas kesehatan

3. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan memberi dukungan

kebijakan, peraturan perundang –undangan, dana, tenaga, sasaran, dll,

seperti kepala desa, camat, pejabat terkait, LSM, swasta, donatur, dan

pemilik kepentingan lainnya.

Kriteria desa siaga

19
Sesuai dengan pengertian desa siaga, maka kriteria lengkap desa siaga terdiri

dari 8 Indikator, yang antara lain :

1. Memiliki sarana pelayanan kesehatan dasar (bagi yang tidak memiliki akses ke

puskesmas / pustu, dapat dikembangkannya Pos Kesehatan Desa

(POSKESDES).

2. Adanya Forum Masyarakat Desa

3. Adanya UKBM yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat

setempat (posyandu, warung obat desa, Ambulan Desa, Tabulin/Dasolin/Arlin,

dan lain-lain).

4. Memiliki system pengamatan penyakit dan factor-faktor risiko yang berbasis

masyarakat (Surveilans Epidemiologi).

5. Memiliki system kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan

bencana berbasis masyarakat.

6. Ada system siaga terhadap bencana oleh masyarakat

7. Adanya Upaya dan terwujudnya lingkungan yang sehat.

8. Adanya Upaya dan terwujudnya Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS).

9. Adanya Upaya dan terwujudnya Keluarga sadar gizi (Kadarzi)

Forum Masyarakat Desa

Forum masyarakat desa adalah suatu perkumpulan yang terdiri dari perwakilan

masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan warga/perbaikan

desanya. Forum ini dapat berupa kelompok rembug desa, perkumpulan yasinan,

majlis taklim, kelompok doa , yang pada intinya sudah berfungsi sebagai wadah

kegiatan dan menampung kebutuhan masyarakat. Perkumpulan ini secara berkala

membahas berbagai permasalahan kesehatan dan cara mengatasinya dengan upaya

mandiri masyarakat desa.

20
Usaha kesehatan berbasis masyarakat ( UKBM)

Dalam pelaksanaan desa siaga diperlukan adanya usaha kesehatan berbasis

mayrakat yang didasarkan atas kehendak dan kebutuhan masyarakat , sehingga

keberadaannya sesuai dengan desa siaga. Jenis UKBM dan stratanya (pratama,

madya, purnama dan mandiri) ditiap desa tidak harus sama, karena UKBM dipilih

oleh masyarakat.

Pembinaan Desa Siaga

Pembinaan desa siaga dilakukan oleh puskesmas dan pelayanan obstetric

nasional emergency dasar (PONED). Hal tersebut penting dalam jaringan rujukan .

dalam pembinaan desa siaga ini diharapkan masyarakat paham dan mnegatahui cara

mendeteksi ibu hamil dengan resiko tinggi, persalinan nifas, dan bayi baru lahir

sampai usia 1 bulan, serta mengetahui kemana dan bagaimana merujuknya ke

puskesmas atau RS bila diperlukan

Pengamatan kesehatan yang berkelanjutan

Masyarakat paham serta bersedia mengamati hal hal penting yang dapat

mengancam kesehatan masyarakat dan melaporkan nya kepada petugas kesehatan.

Pengamatan ini bertujuan untuk meminimalisasi terjadinya korban. Maslah kesehatan

yang diamati meliputi penyakit menular dan penyakit tidak menular.

Sistem siaga

Masyarakat harus memahami segala sesuatu mengenai bencana. Bencana

adalah semua kejadian yang menyebabkan kerusakan , hilangnyaa nyawa manusia,

serta penurunan tingkat kesehatan dan pelyanan kesehatan yang menimpa suatu

wilayah. Masyarakat yang siaga bencana adalah masyarakat yang paham dan bersedia

21
bertindak terhadap adanya ancaman atau kejadian yang dapat membahyakan harta

maaupun jiwaa masyrakat

Pembiayaan kesehatan berbasis kesehatan berbasis kesehatan masyarakat

Mengingat desa siaga dibentuk atas kehendak dan bertujuan untuk

kepentingan masyaraakat, maka pembiayaan terkait dengan kegiatan desa siaga juga

ditanggung bersama oleh masyarakat . dengan kata lain pembiayaan ini dinamakan

pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat . guna meningkatkan menjaga serta

memulihkan kesehatan diperlukan peran serta masyarakat dalam pengadaan dana

meskipun ada baantuan dari pemerintah.

Tahapan Desa Siaga

1. Tahap pembinaan

Tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, tetapi telah ada forum

atau lembaga masyaratak desa yang telah berfungsi dalam bentuk apa saja misalnya

kelompok rembuk desa, kelompok pengajian, atau kelompok persekutuan do’a.

2. Tahap pertumbuhan

Pada tahap ini, forum masyarakat desa talah aktif dan anggota forum

mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat , selain posyandu. Demikian

juga dengan polindes dan posyandu sedikitnya sudah oada tahap madya.

3. Tahap perkembangan

Pada tahap ini, forum kesehatan masyarakat telah berperan secara aktif,dan

mampu mengembangkan UKBMsesuai kebutuhan dengan biaya berbasis

masyarakat.Jika selama ini pembiyaan kesehatan oleh masyarakat sempat terhenti

karena kurangnya pemahaman terhadap sistem jaminan,masyarakat didorong lagi

22
untuk mengembangkan sistem serupa dimulai dari sistem yang sederhana dan di

butuhkan oleh masyarakat misalnya tabulin.

4. Tahap Paripurna

Tahap ini,semua indikator dalam kriteria dengan siaga sudah terpenuhi.

Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan seha tserta berperilaku hidup bersih dan

sehat.

K. PENDEKATAN STRATEGI KEBIDANAN KOMUNITAS

1. Pendekatan Edukatif

Pendekatan edukatif adalah suatu pendekatan yang menekankan pada

proses berpikir rasional. Pendekatan ini memberikan keyakinan kepada

masyarakat bahwa berpikir dapat mempengaruhi suatu tindakan. Pendekatan

edukatif yaitu suatu upaya untuk mendampingi dan memfasilitasi masyarakat

dalam menjalani proses pembelajaran yang berupa proses pemecahan berbagai

masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat.

Bidan sebagai provider, mengajak masyarakat berpikir rasional dan

meninggalkan pemikiran-pemikiran yang tidak rasional . pendekatan berorientasi

kepada suatu pemikiran kognitif, melakukan perubahan tingkah laku yaitu

perubahan tingkah laku yang tidak rasional menjadi tingkah laku rasional.

Tujuan dari pendekatan edukatif adalah memberikan informasi

memastikan pengetahuan dan pemahaman tentang perihal kesehatan, serta

membuat keputusan yang ditetapkan berdasarkan informasi yang ada. Bidan

membantu masyarakat dalam menggali nilai dan sikap, serta membuat keputusan

mereka sendiri berdasarkan informasi tentang kesehatan yang disajikan.

Masyarakat dibantu untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau

spiral pemecahan masalah yang terorganisasi berdasarkan pemikiran logis.

23
Masyarakat dibantu dalam menjalankan keputusan yang ditetapkan dan

mengadopsi praktek kesehatan baru seperti pada pendidikan kesehatan sekolah

yang memasukkan perilaku hidup sehat dalam kurikulum sekolah mulai tingkat

dasar dengan harapan murid-murid sekolah akan mempelajari keterampilan hidup

sehat sejak dini, tidak hanya memperoleh pengetahuannya saja.

Dengan pendekatan edukatif, masyarakat yang mendukung akan memberi

arti lebih dari proses pendidikan, menghargai individu untuk memilih perilaku

mereka sendiri dan akan melihatnya sebagai suatu tanggung jawab. Secara

bersama-sama masyarakat akan mengangkat persoalan – persoalan kesehatan yang

dianggap menjadi hal paling baik bagi mereka. Langkah – langkah pendekatan

Edukatif :

a. Pendekatan pada tokoh masyarakat

1) Nonformal untuk penjagaan lahan

2) Formal dengan surat resmi

3) Tatap muka antara provider dengan tokoh masyarakat.

4) Kunjungan rumah untuk menjelaskan maksud dan tujuan pengumpulan

data.

5) Pertemuan provider dan tokoh masyarakat untuk menetapkan suatu

kebijakan alternatif pemecahan masalah dalam rangka perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

6) Menjalin hubungan sosial yang baik dengan menghadiri upacara-upacara

agama, perkawinan, kematian dsb.

b. Pendekatan kepada provider

Diadakan pada waktu pertemuan tingkat kecamatan, tingkat desa/kelurahan,

tingkat dusun / lingkungan. Pengumpulan data primer dan sekunder. Data umum,

24
data teknis sesuai dengan kepentingan masing-masing-masing sector, data perilaku

sesuai dengan masalah yang ada, data khusus hasil pengamatan, data orang lain.

Pengembangan masyarakat perlu dilakukan baik sumber daya alam / potensi desa,

dan sumber daya manusia/kader kesehatan agar tahu mau dan mampu mengatasi

masalahnya sendiri secara swadaya dan gotong royong menggunakan metode :

a. Pendekatan tingkat desa dilakukan dengan cara

b. Pengumpulan data untuk mencari kebutuhan yang real dan kebutuhan yang

diinginkan masyarakat/felt needs dalam rangka Survey Mawas Diri/SMD

c. Penyajian data pada waktu MMD yang berisi : analisa situasi secara singkat

analisa data, permasalahan, penyebab terjadinya masalah

d. Komitmen bersama dari hasil kesepakatan MMM dalam suatu kebijakn alternative

pemecahan untuk ; perencanaan kegiatan, perencanaan pelaksanaan dan

perencanaan evaluasi.

e. Tindak lanjut program dan pembinaannya

2. Pendekatan Yang Berorientasi Kepada Kebutuhan Masyarakat

Proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan dan tentukan

prioritas dari kebutuhan tersebut serta mengembangkan keyakinan masyarakat untuk

berusaha memenuhi kebutuhan sesuai skala prioritas berdasarkan atas sumber-sumber

yang ada di masyarakat sendiri maupun berasal dari luar secara gotongroyong. Terdiri

dari 3 aspek penting meliputi proses, masyarakat dan memfungsikan masyarakat.

Terdiri dari 3 jenis pendekatan:

a. Spesicik Content Approach

Yaitu pendekatan perorangan atau kelompok yang merasakan masalah

melalui proposal program kepada instansi yang berwenang. Contoh : pengasapan

pada kasus DBD

25
b. General Content objective approach

Yaitu pendekatan dengan mengkoordinasikan berbagai upaya dalam bidang

kesehatan dalam wadah tertentu. Contoh : posyandu meliputi KIA, imunisasi, gizi,

KIE dan sebagainya.

c. Proses objective approach

Yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada proses yang dilaksanakan

mayarakat sebagai pengambilan prakarsa kemudian dikembangkan sendiri sesuai

kemampuan. Contoh: kader

Visi Departemen Kesehatan adalah mencapai masyarakat yang mandiri untuk

hidup sehat, dengan misi membuat masyarakat sehat melalui beberapa strategi yaitu

menggerakkan dan membudayakan masyarakat hidup sehat, meningkatkan akses

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, meningkatnya sistem

monitoring dan informasi kesehatan, serta meningkatkan pembiayaan kesehatan.

Untuk mencapai misi tersebut seluruh pelayanan kesehatan harus beriorientasi

pada kebutuhan masyarakat, sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu dalam

melakukan pencegahan dan mengatasi berbagai ancaman kesehatan masyarakat

seperti kurang gizi, penyakit menular, dan penyakit yang berpotensi menimbulkan

kejadian luar biasa, kejadian bencana dan lain-lain dengan memanfaatkan potensi

setempat secara gotong royong.

Tujuan dari pelayanan yang beriorientasi pada kebutuhan masyarakat adalah

masyarakat mampu mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan,

membuat keputusan dan pilihan mereka secara mandiri sesuai kepentingan dan nilai

mereka. Dalam hal ini bidan berperan sebagai fasilitator, membantu mengidentifikasi

kepedulian masyarakat serta memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang mereka

butuhkan agar memungkinkan terjadi perubahan dalam kesehatan menuju ke arah

26
yang lebih baik Fasilitas dan potensi yang ada di masyarakat yaitu sumber daya alam /

potensi desa, dan sumber daya manusia/kader kesehatan.

3. Pendekatan Sosial Budaya

a. Lingkungan Sosial

Masyarakat yang berada di dalam komuniti memiliki ikatan social, budaya.

Dukun penolong persalinan sangat dekat dengan masyarakat terutama di kalangan

keluarga di desa oleh karena menggunakan pendekatan social budaya sewaktu

memberi pelayanan. Bidan dalam memberikan pelayanan kepada ibu hamil dan

bersalin diupayakan tidak bertentangan dengan kebiasaan, adapt istiadat, kepercayaan

dan agama di masyarakat. Oleh karena itu peran serta masyarakat memegang peranan

penting dalam upaya peningkatan kesehatan ibu, anak balita, keluarga serta keluarga

berencana. Peran serta masyarakat ini selalu digerakkan dan ditingkatkan melalui

kegiatan penyuluhan kesehatan.

Kondisi tingkat pendidikan dan ekonomi menentukan tingkat partispasinya di

dalam turut serta berperan meningkatkan kesehatan masyarakat. Semakin tinggi

tingkat pendidikan masyarakat semakin meningkat perhatian tersebut, menimbulkan

peningkatan tuntutan masyarakat.

Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah bersama masyarakat menentukan

arah upaya kesehatan yang dilakukan kepada masyarakat. Pelayanan kebidanan

komuniti perlu mendapat dukungan politik dari organisasi swasta ataupun pemerintah

terutama mendukung adanya undang-undang dan pelaksanaanya.

b. Lingkungan flora fauna

Kebutuhan gizi manusia tergantung kepada keberadaan flora dan fauna.

Masyarakat dianjurkan melakukan penghijauan. Pemanfaatan pekarangan dengan

tanaman bergizi dan berkhasiat akan mendukung terwujudnya kesehatan keluarga.

27
Peternakan juga mendukung kondisi gizi manusia. Bidan yang bekerja di komuniti

memperhatikan pengaruh flora dan fauna ini. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dan

hewan ternak disampaikan melalui penyuluhan kesehatan merupakan bantuan bidan

kepada masyarakat terutama pada kaum ibu. Kerjasama dengan petugas gizi dan

pertanian diperlukan di dalam peningkatan gizi masyarakat.

28
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Strategi pelayanan kebidanan di komunitas ada 3 yaitu:

1. Pendekatan edukatif dalam peran serta masyarakat

2. Pelayanan Yang Berorentasi Pada Kebutuhan Masyarakat

3. Menggunakan/Memanfaatkan fasilitas dan potensi yang ada di masyarakat

Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan berawal dari pola

hidup masyarakat yang tidak lepas dari faktor lingkungan, adat istiadat, ekonomi,

sosial budaya dll. Sebagian masalah komunitas merupakan hasil perilaku

masyarakat sehingga perlu melibatkan masyarakat secara aktif. Keberadaan kader

kesehatan dari masyarakat sangat penting untuk meningkatkan rasa percaya diri

masyarakat terhadap kemampuan yang mereka miliki.

Pelayanan yang berorentasi pada kebutuhan masyarakat adalah proses

dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan dan tentukan prioritas dari

kebutuhan tersebut serta mengembangkan keyakinan masyarakat untuk berusaha

memenuhi kebutuhan sesuai skala prioritas berdasarkan atas sumber – sumber

yang ada di masyarakat sendiri maupun berasal dari luar secara gotong royong.

Pemberdayaan adalah bagian dari paradigma pembanguann yang

memfokuskan perhatiannya pada semua aspek yang prinsipil dari manusia di

lingkungannya yakni mulai dari aspek intelektual (SDM), yakni aspek material

dan fisik sampai pada aspek manajerial. Pemberdayaan masyarakat terkait dengan

pemebrian akses pada masyarakat dalam memperoleh dan memanfaatkan hak

masyarakat bagi peningkatan hidup social, ekonomi, politik dan kesehatan.

29
Untuk melaksanakan program strategi pelayanan kebidanan di dalam

komunitas, bidan tidak terlepas dari tugas dan tangggung jawabny kebidanan.

Tugas dan tanggung jawab kebidanan. Bidan dalam menjalankan praktiknya

berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi : pelayanan kebidanan,

pelayanan keluarga berencana, dan pelayanan kesehatan masyarakat.

B. SARAN

1. Bagi Institusi

Diharapkan agar dapat memberi masukan berupa kritik dan saran yang

bersifat membangun tentang strategi pelayanan kebidanan dan tugas dan

tanggung jawab bidan

2. Bagi Mahasiswa

Diharapkan agar lebih mengembangkan wawasan dan ilmu pengetahuan

tentang tentang strategi pelayanan kebidanan dan tugas dan tanggung jawab

bidan

3. Bagi Pembaca

Diharapkan untuk petugas kesehatan agar meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

30
DAFTAR PUSTAKA

Agus Yuswanto, Tri Johan,dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta Selatan :

Salemba Medika .

Karwati, Dkk (2011), Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas), TIM : Jakarta Timur

Meilani, Niken dkk, (2009). Kebidanan Komunitas.. Yogyakarta : Fitramaya

Pudiastuti, ratnadewi.(2011). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta :Nuha Medika

Syafrudin dan Hamidah. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

31

Anda mungkin juga menyukai