Anda di halaman 1dari 10

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Sifat Dasar Diferensiasi


Diferensiasi merupakan proses tumbuh dan berkembangnya sel ke arah fungsi khusus
yang tidak dimiliki oleh sel asal. Diferensiasi berlangsung sewaktu embrio, berkat diferensiasi
suatu individu bentuk definitive jadi terdiri atas berbagai macam jaringan. Jaringan adalah
kumpulan sel yang memiliki bentuk, struktur, fungsi, dan prilaku sama.Jaringan berasosiasi
membentuk alat, dan alat berasosiasi pula membentuk sistem.Seluruh sistem berhimpun
membina tubuh suatu organisme.Proses diferensiasi adalah proses terbentuknya sifat-sifat yang
baru atau menghilangnya sifat yang tidak ada sehingga sel mendapat sifat dan struktur yang baru.
Jadi diferensiasi menekankan pada perubahan kualitatif.Dengan adanya diferensiasi perbedaan
struktur dan sifat-sifat pada sel, jaringan dan organ.
Diferensisasi dikatakan dapat terjadi jika ada perubahan nyata pada morfologi sel
(misalnya pembentukan sel epitel kulit dari sel ektodermal) atau perubahan fungsi yang khusus
dari sel. Sel-sel yang mempunyai berbagai variasi diferensiasi dapat mempunyai karakteristik
pertumbuhan yang berbeda.Variasi diferensiasi juga mempengaruhi kemampuan beberapa sel
untuk berpindah dengan memperhatikan yang lainnya. Jadi, perkembangan embriologis yang
normal memerlukan kordinasi yang tinggi dari proses diferensiasi, tumbuhan, dan perpindahan
sel yang secarakeseluruhan membentuk morfogenesis (proses pembentukan/perkembangan
struktur, ukuran, dan bentuk organ.
Diferensiasi mutlak perlu bagi mahluk multiseluler komplek dengan diferensiasi itu akan
terjadi pembagian pekerjaan atau aktivitas tubuh, sehingga menjadi efektif. Sebenarnya
diferensiasi ada pada seluruh mahluk, bahkan pada mahluk uniseluler seperti pada amoeba,
dalam selnya sudah ada pembagian tugas dan sudah memiliki organel.Contoh organel pada
amoeba ialah seperti vakuola makanan untuk tugas mencerna makanan, vakuola berdenyut untuk
tugas membuang ampas metabolisme atau osmoregulator, pseudopodia untuk pergerakan pindah,
dan inti untuk control aktifitas sel.
Selama diferensiasi, sel mendapat sifat-sifat dari, misalnya terbentuk aktin dan miosin
pada sel otot atau terjadinya perubahan pada susunan kimianya.Misalnya, dengan adanya
enzim.Pada diferensiasi juga ada struktur atau sifat yang menghilang, misalnya pada diferensiasi
sel darah mamalia.Mula-mula bakal sel darah merah mengandung nukleus tetapi setelah
mengalami diferensiasi terbentuk sel darah merah yang tidak mengandungnukleus.
Hasil proses diferensiasi secara internal, yaitu pertumbuhan anda terbentuknya macam-macam
jaringan dan organ yang dipengaruhi faktor lingkungan. Membentuk suatu struktur tubuh yang
baru disebut morfogenesis.Perkembangan dan diferensiasi dikontrol oleh DNA (gen) pada
nucleolus.
Sel induk bersifat totipotent atau pluripotent.Artinya memiliki sel-sel anak potensi yang
lengkap dan banyak bermitosis terus dan berdiferensiasi ke segala arah untuk aktfitas
kehidupan.Dengan diferensiasi potensi sel anak menciut dan khas untuk suatu aktifitas khusus,
disebut unipoten. Artinya potensi sel itu hanya tunggal: untuk bernafas, atau untuk mencerna,
sekresi zat A, pergerakan dan sebagainya.
Dengan diferensiasi terjadilah spesialisasi bagi berbagai populasi sel anak.Spesialisasi itu
terjadi baik intra maupun ekstraseseluler. Spesialisasi intra ialah:
1. Sel otot mengandung mikrofilamen aktin dan myosin yang banyak dan tersusun berjajar rapat,
disertai dengan banyaknya mitokondria yang perlu untuk sumber energi bagi proses berkerut-
kerut.
2. Sel kelenjar penghasil enzim mengandung retikulum endoplasma kasar yang banyak dan alat
golgi yang besar.
3. Sel epitel kulit mengandung retikulum endoplasma banyak dan giat memeroduksi serat keratin.
4. Sel saraf memiliki bentuk khas, yaitu panjang halus seperti serat dan mampu mengalirkan
rangsangan listrik maupun kimia, pada ujung serabut dihasilkan cairan kimia. Pada ujung serabut
dihasilkan cairan kimia yang disebut neurotransmitter.
Sepesialisasi ekstra ialah seperti pembentukan serat ekstraseluler oleh sel-sel fibroblast pada
jaringan pengikat dan menunjang, lalu pembentukan bahan matriks (kandung), yang bagi sejenis
jaringan dan populasi sel adalah khas.

2.2 Tahap diferensiasi


Dalam diferensiasi terjadi kedalam beberapa tahapan yaitu pada tingkat pertumbuhan
embrio.Seperti zigot, blastula, grastula, tubulasi, organogenesis.
1. Zigot
Zigot adalah ovum yang fertilisasi dibuahi spermatozon. Bagian atas ovum Amphioxus,
disebut kutub animal terdapat daerah ooplas (sitoplasma ovum) yang nantinya akan menjadi
bakal ektoderm. Bagian bawah kutub ovum disebut kutub vegetal ooplas yang akan menjadi
bakal mesoderm. Sedangkan bagian samping antara kedua kutub akan menjadi bakal endoderm.
Eksoderm bakal tumbuh menjadi epidermis dan saraf.Endoderm bakal menjadi lapisan lendir
saluran pencernaan bersama kelnjar dan paru, mesoderm bakal menjadi jaringan pengikat,
penunjang, otot, alat dalam.
2. Blastula
Terjadi pada tingkat pertumbuhan embrio, terbentuk daerah kelompok sel yang akan menjadi
jaringan utama tubuh. Setelah berdiferensiasi, pupolasi sel menjadi epidermis, saraf, notokord
(sumbu penyokong primer), mesoderm.Diferensiasi mulai terjadi pada kelompok sel. Blastomer
(sel blastula) sebelah bakal jadi endoderm, sebelah atas bakal jadi ektoderm, dan bagian tengah
bakal menjadi mesoderm.

3. Gastrula
Pada tingkat gastrula, embrio sudah mengandung 3 lapis benih yang terdiri dari sel-sel yang
tersusun di daerah tertuntu tubuh, yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm.Pada tingkat
grastula, baru berupa daerah sel sedangkan pada tingkat gastrula sudah membentuk lapisan yang
sangat jelas.Diferensiasi berlanjut dengan terbentuknya 3 lapis benih yaitu ektoderm sebelah
luar, endoderm sebelah dalam dan mesoderm di tengah.
4. Tubulasi
Pada tingkat tubulasi, ketiga lapis benih, sudah berupa bumbung sehingga merupakan
bumbung epidermis yang melingkup seluruh permukaan tubuh. Bumbung saraf bagian depan,
bakal jadi otak dan yang belakang bakal bakal jadi batang saraf punggung. Bumbung endoderm
menjadi lapisan lendir saluran pencernaan, dan bumbung mesoderm akan membentuk otot, alat
dalam dan rongga tubuh. Diferensiasi makin rinci pada tingkat tabulasi.Lapisan ektoderm
membentuk bumbung epidermis/kulit dan bumbung saraf, lapisan endoderm membentuk
bumbung saluran pencernaan, dan lapisan mesoderm membentuk berbagi bumbung dan saluran
pada berbagi alat dalam.
5. Organogenesis
Pada tingkat organogenesis, diferensiasi lebih rinci lagi, di sini sudah terbentuk seluruh
macam jaringan dan alat tubuh secara lengkap, sehingga pada saat kelahiran anak sudah dalam
bentuk yang tetap.Pada beberapa Vertebrata rendah, seperti ikan dan amfibi masih ada tingkat
berudu, sebagai bentuk tetap.
Bumbung mengalalami diferensiasi lagi berbentuk berbagai alat.Bumbung saraf membentuk
bagian-bagian otak dengan kuncup indera.Bumbung endoterm berdiferensiasi membentuk
saluran pencernaan dan saluran pernapasaan termasuk kelenjar hati dan pankreas. Bumbung
mesoderm berdiferensiasi membentuk otot , tulang, ginjal, gonad, jaringan pengikat, serta darah
bersama pembuluh dan jantung.

2.3 Tempat terjadinya diferensiasi


Diferensiasi terjadi pada tiga tempat, yaitu intra dan ekstrasel, populasi sel serta jaringan
dan alat.
1. Diferensiasi intrasel dan ekstrasel
Diferensiasi intrasel terjadi pada organel.Untuk menjadi sel otot terjadi spesialisasi pada
mikrotubul dan mikrofilamen, juga makin banyak terbentuknya mitokondria dibandingkan
dengan sel alin. Pada sel kelenjar penggetah enzim dan lendir terjadi spesialisasi pada retikulum
endoplasma, ribosom dan badan golgi, akan sangat aktif dan banyak mengisi sel.
2. Diferensiasi populasi sel, diferensiasi jaringan dan alat.
Diferensiasi populasi sel terjadi pada bahan interseluler dan pertautan sel atau komunikasi
sesama sel sepopulasi.Semua sel sepopulasi mengandung junction yang khas dan lewatnya dapat
dilakukan komunikasi dan distribusi bahan secara merata.Antara sel tetangga dibentuk
semen(cement) untuk merekatkan sel di sebelahnya.Sel sepopulasi atau sejaringan, biasanya
memiliki pertautan/sambungan/junction.Agar kerukunan dan keharmonisan dapat
dipelihara.Pada keadaan biasa, populasi sel dicegah agar tidak terjadi pergerakan pindah
meninggalkan populasinya, yaitu dengan adanya sifat contact inhibition antara selnya.Sementara
itu sel sepopulasi dicegah untuk membelah terus yaitu dengan adanya zat khalon. Khalon adalah
substansi yang sukar diekstrak (glikoprotein dengan berat molekul lebih kecil dari protein pada
umumnya dan dapat merembes masuk sel sacara difusi terikat, bertindak sebagai koresepsor
dalam pengaturan sintesa protein), terdapat dalam jaringan mamalia dan mempunyai pengaruh
anti mitosis dari suatu pengaturan diri yang bergantung pada ketebalan jaringan yang
memproduksinya. Hal ini perlu, agar suatu jaringan tidak terjadi over populasi atau mengalami
hyperplasia (pembelahan berlebihan pada sel dewasa). Khalon akan terlepas dari jaringan jika
terjadi luka sehingga sel di sekitar luka dapat terdediferansiasi lalu bermitosis sehingga terjadi
penyembuhan sel. Sel kanaker tidak mengandung sifat contact inhibition maupun zat khalon.
Oleh sebab itu sel kanker berkeliaran, tidak diam dan rukun dengan sel tetangga, namun terus
bermitosis.Khalon terus bekerja mengontrol pertumbuhan dan diferensiasi sel pada
organogenesis, sehingga terbentuk berbagai jenis jaringan dan organ. Adanya zat khalon, suatu
alat/organ akan tumbuh seimbang dengan alat/organ lain.

Sel embrio dan sel induk mampu berdifernsiasi.Sel embrio artinya masih pluripoten, sel
dewasa unipoten.Sel induk selalu bersifat muda dan umurnya yang terbatas diperbaharui pada sel
anak.Sel embrio yang terdapat pada seluruh bagian tubuh embrio, sel induk terkandung dalam
berbagai jaringan atau alat/organ sejak embrio sampai dewasa.Pada tumbuhan, sel induk terdapat
pada jaringan meristem, yaitu pada pucuk akar, pucuk batang, cambium.Pada hewan terdapat
dalam gonad, disebut epitel germinal, lapisna benih epidermis/kulit luar, sumsum tulang
kelenjar, lapisan lender saluran pencernaan, saluran pernapasan, kelamin dan saluran kemih; juga
tersebar pada jaringan pengikat di berbagai daerah tubuh.
Sel yang sudah berdiferensiasi tidak mampu lagi bermitosis, namun akan menua. Hal ini
disebabkan Karena sifat kehidupan memiliki umur terbatas, fana, tidak kekal. Pada suatu ketika
sel menua pun akan mati.

2.4 Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya diferensiasi


Faktor yang menyebabkan terjadinya diferensiasi sel ada dua yaitu ekstrinsik dan intrinsik.
1. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar sel. Faktor ekstrinsik terdiri dari supali
bahan metabolis dan elektrolit, gas pernapasan, gravitasi, suhu, sinar matahari, pH, letak sel dan
kadar zat induktor dan mesoderm.

Protoplasma, merupakan bahan sel anak, sebagian besar terdiri dari protein dan
lemak.Lemak membina membran bersama protein, sedangkan protein sendiri membina sebagian
besar organel dan bahan produksi.Oleh sebab itu dalam pertumbuhan dan diferensiasi, sintesa
protein memegang peran utama.Arah diferensiasi ditentukan pada arah atau bentuk sintesa
protein.Factor intrinsic dan ekstrinsik diferensiasi di atas berpengaruh secara langsung atau tidak
langsung terhadap sintesa protein.

Contoh diferensiasi sel embrio jadi sel pigmen melanosit.Sel pigmen mengandung
pigmen melamin.Melanin dibentuk dari bahan mentah asam amino fenilalanin, maka diperlukan
enzim tironase. Enzim ini disintesa dalam reticulum endoplasma, lalu disekresi berupa granula
berisi pigmen melanin oleh badan golgi. Enzim tersebut disintesa melalui proses transkripsi
(pencetakan ARN) dan tranlasi (menerjemahkan informasi genetis yang dibawa ARN-m menjadi
untaian asam amino dalam ribosom). Transkripsi dan translasi ditentukan oleh kromatin dalam
inti.Kadar fenilalanin dalam sitoplasma juga ikut menentukan diferensiasi sel induk menjadi
melanosit.

Diferensiasi sel embrio menjadi sel otot dipengaruhi oleh banyak factor dan melalui
proses yang panjang serta menempuh sintesa protein. Mikrofilamen aktin dan myosin adalah
protein.Untuk terbentuknya mikrofilamen diperlukan enzim dan enzim terbentuk melaluisintesa
protein.Pada sel otot banyak mengandung mitokondria yang terdiri dari lemak dan
protein.Diferensiasi sel embrio menjadi sel epidermis melalui tahapan sintesa protein karena
serat keratin yang membina sel tersebut adalah protein.
Diferensiasi untuk menjadi sel kelenjar akan menghasilkan lender, enzim, hormone dan
antibody harus melewati sintesa protein. Bahan-bahan sel yang telah berdifernsiasi mengandung
gabungan protein, lemak atau karbohidrat, diproses dalam mitokondria dan badan golgi.

Jika berbeda jumlah, komposisi dan keisomeran asam amino, maka proteinnya pun akan
berbeda pula. Untuk terbentuknya sejenis protein yang dibina atas beratus-ratus asam amino,
walaupun jenis asam amino hanya sekitar 20 macam, diperlukan banyak enzim.Setiap tingkat
reaksi sssskimia dalam sel, memerlukan enzim khusus. Jenis protein atau bahan protoplasma
yang terbentuk dalam diferensiasi dapat beribu-ribu jenis, maka jenis enzim yang diperlukan
untuk pembentukannya pun berlipat ganda banyaknya, mungkin sampai ratusan ribu jenis.

Setiap enzim dikode oleh sejenis gen. jika suatu protein atau bahan protoplasma disintesa
dengan memerlukan lima tahap reaksi, berarti lima jenis enzim maka untuk satu jenis protein itu
perlu adalima jenis gen.
Pada faktor ekstrinsik kadar dan komposisi bahan yang masuk sel melalui membrane dapat
menjadi faktor difernsiasi. Sampai saat ini belum dapat ditelusuri bentuk kadar dan komposisi
bahan yang tepat untuk mengarahkan pertumbuhan suatu sel. Misalnya pada sel otot dapat
menerima dan mengalirkan rangsang berupa arus listrik serta zat cairan, terutama karena
membrane selnya peka akan perubahan konsentrasinya ion Na+ dan K+ semua itu hanya faktor
genetislah yang memprogram.

Dalam diferensiasi, O2 menentukan arah dan jalan diferensiasi. Sel yang berada di
sebelah luar akan mendapat lebih banyak gas pernafasan daripada sel yang berada di sebelah
dalam tubuh embrio. Oleh sebab itu terjadi perbedaan dalam kadar ATP juga segala aktivitas sel.

Gravitasi berpengaruh pada distribusi bahan dalam sitosol, terutama berpengaruh pada
ovum yang mengandung banyak makanan cadangan yagn disebut deutoplasma atau
yolk.Deutoplasma menumpuk di daerah kutub vegetal, sedangkan di daerah kutub animal sedikit
sekali.Hal ini berakibat pada daerah kutub animal lebih mudah dan lebih sering membelah diri;
sedangkan di daerah kutub vegetal lebih besar-besar selnya dan lebih banyak mengandung
deutoplasma. Dengan adanya dua perbedaan tersebut, maka terjadilah diferensiasi sel. Sel-sel
daerah kutub animal, ovum biasanya akan menjadi jaringan epidermis dan saraf, sedangkan
daerah kutub vegetal akan menjadi lapisan lender, saluran pencernaan yang banyak mengandung
kelenjar sedngkan daerah antara kutub animal dan vegetal akan menjadi sel-sel membina lapisan
mesoderm yang akan menjadi jaringan penunjang, jaringan pengikat dan jaringan otot.
Suhu dapat mempengaruhi arah dan jalan diferensiasi. Diferensiasi bias terjadi melalui
difernsiasi dalam sintesa protein. Proses sintesa protein memerlukan banyak enzim dan enzim
memerlukan suhu media yang optimum, maka mudah dimengerti bahwa variasi pada suhu
lingkugan dapat mempengaruhi arah dan jalan difernsiasi. Faktor pH juga mempengaruhi
diferensiasi. Enzim bekerja optimal pada pH media yang cocok, jika pH naik-turun akan
menyebabkan difernsiasi.
Sinar terutama berpengaruh pada pertumbuhan sel berpigmen, baik pada hewan maupun
tumbuhan. Jika sinar matahari kurang atau tidak ada, pertumbuhan sel pigmen akan tertahan.
Letak sel dalam tubuh embrio dapat menjadi factor difernsiasi. Sel yang letaknya sebelah luar
akan lebih banyak mendapat O2 , namun akan lebih banyak menerima tekanan fisik dan
perubahan suasana lingkungan. Embrio yang sudah menempuh tahap gastrula dan tubulasi
mengandung zat inductor, yang dihasilkan oleh sel-sel lapisan mesoderm.Zat ini menginduksi
pertumbuhan dan difernsiasi jaringan sekitarnya, termasuk jaringan mesoderm sendiri.Jika
lapisan ectoderm yang bakal jadi jaringan saraf dilepaskan dari lapisan mesoderm yang berada di
bawahnya, ternyata ectoderm itu tidak berdiferensiasi jadi jaringan saraf.

2. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam sel. Faktor intrinsik berada dalam inti
dan sitoplasma.Faktor dalam inti adalah kromatin. Faktor dalam sitoplasma sangat kompleks,
terutama berupa enzim, kadar metabolit dan elektrolit, serta komposisi suatu organel.

Hormon menjadi faktor diferensiasi ketika embrio sudah menempuh tahap


organogenesis.Hormon mungkin dihasilkan oleh tubuh embrio sendiri, atau dihasilkan oleh
tubuh induk, yang mengalirkannya ke tubuh embrio melalui plasenta (pada mamalia). Hormon
steroid dapat merembes masuk sel, terus ke dalam inti dan merangsang ADN untuk melakukan
transkripsi atau replikasi untuk persiapan bermitosis. Hormon non-steroid merangsang zat
reseptor pada plasmalemma, dan secara estafet menyampaikan rangsangan kepada ADN inti
untuk aktif bertranskripsi atau replikasi.

Disini pengaruh hormon jelas sekali tampak pada perubahan yang terjadi di daerah
gembungan pada kromatin. Gembungan merupakan daerah gen yang aktif melakukan transkripsi,
mengandung banyak ARN-m dan protein non-histon. Jika gen di daerah gembungan sedang
aktif, berarti ADN-nya dalam keadaan longgar dan pilihannya terbuka (despiralisasi). Ternyata
jika ke dalam sel dimasukkan hormon tertentu maka gembungan itu muncul dan
besar.Terbentuknya gembungan pada daerah tertentu kromatin bergantung pada jenis hormone
yang merembes masuk sel.
Pada keluarga lalat buah (Drosophila) terkenal adanya kromosom raksasa, yang panjangnya
beberapa mm, di bawah mikroskop cahaya tampak jelas mengandung pita-pia vertical pada
kromatin. Pita-pita tersebut merupakan daerah gen. Apabila gen sedang aktif bertranskripsi maka
pada suatu daerah pita-pita tersebut akan menjadi gembungan. Apabila ulat serangga diberi
suntikan hormon pertumbuhan tingkat larva (juvenile hormone), makaakan tampak gembungan
pada daerah tertentu kromatin.
Timbulnya gembungan pada beberapa tempat kromatin sel ulat lalat buah, disebabkan
adanya rangsang dari hormon pertumbuhan ulat.
Faktor intrinsik beroperasi dalam tingkat transkripsi dan translasi.Dalam tingkat
transkripsi diferensiasi terjadi oleh pembedaan pada jenis daerah kromatin yang sedang
melakukan transkripsi.Saat interfase kromatin inti berada dalam 2 fase heterokromatin dan
eukromatin.Jika dalam fase hetero, pilinan ADN rapat dan padat , dan non-aktif. Jika dalam fase
eu-pilinan ADN longgar lepas, maka aktif melakukan transkripsi. Menurut pengamatan hanya
sekitar 5% And kromatin dalam suatu sel yang eu pada suatu pertumbuhan. 95% lagi dalam
status hetero. Walau semua sel dalam tubuh embrio mengandung bahan genetis dan susunan gen
yang sama, namun dapat terjadi diferensiasi pada daerah kromatin atau ADN mana yang yang
sedang bertranskripsi.
Dalam proses transkripsi diperlukan enzim ARN-polimerase, nukleosida, fosfat, ATP dan
beberapa elektrolit seperti Na+, Ca+2 dan Mg+2. Difernsiasi dalam tingkat transkripsi mungkin
terjadi karena pembedaan dalam salah satu atau beberapa bahan.
Diferensiasi terjadi pula pada transkripsi karena pembedaan dalam enzim proteinsae yang
melepaskan protein histon dan non-histon dari belitan ADN. Supaya pilinan ADN longgar dan
kedua molekul yang sepasang merenggang, maka perlu kiranya terlebih dahulu histon dan non-
histon yang dililit serta tempatnya membenam terurai. Wilayah mana kromatin dan pada
kromatin mana yang menjadi onggar dapat nerdiferensiasi menurut perbedaan pada penguraian
histon non-histon tadi. Perbedaan supali bahan yang masuk ke dalam inti terutama enzim-enzim,
maka akan berbeda pula kodon pada ARN-m dan pada translasi akan berbeda pula asam amino
yang diuntaikan untuk jadi peptide. Pada suatu protain, beda satu asam amino saja akan beda
pula perilaku dan sifatnya.
Contoh dalam sintesa hemoglobin yang mengandung protein globulin.Hb normal yang
umum pada orang disebut Hb A. dalam Hb terjadi variasi orang yang memiliki Hb C, Hb S, Hb
0.Masing-masing Hb hanya mempunyai perbedaan satu asam amino dari Hb A., lihat tabel 5.1
Hb abnormal. Artinya hanya berbeda pada satu kodogen pada ADN eukromatin, dari ratusan
kodogen lain yang melakukan transkripsi pada bagian eukromatin tersebut. Perbedaan pada
kodogen umumnya terjadi karena mutasi. Mutasi adalah perubahan pada susunan nukleotida
AND terjadi karena gangguan pada suasana lingkungan sel, intra maupun interseluler.
Gen dan ADN banyak yang rangkap dalam sel suatu organism. Artinya ganda dalam
komponen nukleotida maupun dalam transkripsi dan translasi. Jadi gen A yang akan mensintesa
protein A, banyak terdapat dalam suatu inti sel. Hal ini perlu jika suatu ketika sel harus
memproduksi protein yang banyak dalam waktu singkat. Seperti pada sel plasma, harus
menghasilkan anti bodi (imunoglobulin) yang banyak, diperlukan untuk menyerang benda asing
yang masuk tubuh. Gen ganda ini berfungsi sebagai tindakan pengamanan, jika suatu ketika gen
A rusak atau bermutasi dan mutant (hasil mutasi) itu berakibat sangat buruk sehingga dapat
mematikan sel. Jika masih ada cadangan duplikatnya maka transkripsi akan berlangsung normal.
Pembagian kerja antara gen rangkap, sampai saat ini belum diketahui, namun dapat
dibayangkan bahwa perubahan dalam komposisi bahan yang masuk ke dalam inti dapat membuat
diferensiasi dalam transkripsi. Hal ini mungkin jumlah ARN-m dari berbagai gen yang berbeda,
mungkin pula dalam jumlah ARN-m dari atu gen. eksperimen menemukan bahwa jika sel diberi
ARN-polimerase yang diambil dari kromatin sel dewasa yang sudah berdifernsiasi, maka sel itu
hanya mampu mensintesa enzim tertentu, sesuai dengan jenis enzim yang diproduksi oleh sel
dari mana enzim itu diambil.
Transkripsi harus bekerja sama dan berinteraksi antara sitoplasma dan inti/kromatin.
Makin dewasa umur sel makin terspesialisasi bentuk transkripsi untuk sintesa sejenis protein.
Namun potnsi kromatin tetap pluripoten. Oleh sebab itu potensi kromatin untuk diferensiasi
dipengaruhi oleh umur sitoplasma sel bersangkutan.
Jika dilakukan pencangkokan inti blastomer atau inti sel epitel lapisan lender usus ke
ovum yang intinya sudah diangkat atau dibunuh dengan sinar ultraviolet, maka akan tumbuh
embrio normal. Hal ini menunjukkan bahwa kromatin aktif, berarti pluripoten. Namun jika yang
dicangkokkan ke dalam ovum adalah inti gastromer (sel gastrula), maka terjadi berbagai macam
embrio yang abnormal dan tidak dapat melanjutkan pertumbuhan (mati)
Tabel 2.1 Hb Abnormal
No. Nama Hb Abnormal Perubahan asam amino dari I ke
1. Hb J Toronto Alanin à aspartat
2. Hb I Texas Lisin à glutamate
3. Hb G Honolulu Glutamate à glutamine
4. Hb M boston Histidin à tirosin
5. Hb M Indonesia Glutamate à lisin (rantai)
6. Hb S Glutamate à valin
7. Hb C Glutamate à lisin (rantai)
Antara gen terjadi interaksi dalam transkripsi suatu jenis protein atau suatu jenis karakter
anatomi-fisiologi. Ada karakter yang ditumbuhkan oleh 1 gen, namun banyak pula karakter yang
ditumbuhkan oleh banyak gen, namun banyak pula karakter yang ditumbuhkan oleh banyak gen
yang bekerja sama dan berinteraksi. Tinggi tubuh, warna kulit/bulu adalah contoh karakter yang
ditumbuhkan oleh banyak gen. jika salah satu gen tidak bekerja atau bermutasi maka karakter
yang mereka tumbuhkan akan beda dari asal, sehingga menyebabkan difernsiasi.
Hetero- atau eu-kromatinnnya bahan genetis dalam sel berdiferensiasi menurut umur
embrio. Embrio orang mengandung Hb F (f= fetus, janin) dan setelah alhir digantikan oleh Hb A.
berarti gen Hb berubah keaktifannya setelah embrio lahir. Alat tubuh masa embrio banyak
perbedaannya dengan masa anak dan dewasa. Katak, waktu berudu bernafas dengan insang,
berekor dan tidak berkaki, ampas metabolisme protein berupa NH4OH2 pemakan tumbuhan
vegetarian, sedangkan saat dewasa bernafa dengan paru dan kulit, tak berekor, berkaki, ampas
metabolisme (eksresi) berupa urea dan karnivora. Maka dengan melihat kenyataan, anatomi
tubuhnya berbeda saat berudu dan dewasa. Artinya gen yang aktif saat embrio berbeda dengan
yang aktif saat dewasa. Jadi, diferensiasi transkripsi terjadi sesuai dengan umur sel.

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diferensiasi


Diferensiasi embrionik sel dipengaruhi beberapa faktor, antara lain kontrol gen, hormon
sistemik, letaknya, pertumbuhan pertumbuhan lokal, dan matriks protein. Pengaturan tahap
diferensiasi tergantung pada faktor-faktor tersebut. Selain itu, growth factors juga mempengaruhi
proses diferensiasi sel.
1. Kontrol gen
Seperti pada kebanyakan sel yang berdiferensiasi, perbedaan yang terdapat diantara sel-sel
lain bukan disebabkan oleh peningkatan atau pembuangan gen. Perbedaan sel tersebut
disebabkan sel mengekspresikan gen yang berbeda. Gen diaktifkan dan dimatikan untuk
mengatur sintesis produk gen. Fakta mengatakan bahwa banyak tahap “keputusan” penting
diferensiasi dalam embriogenesis di bawah kontrol transkripsional (pengontrolan pembentukan
mRNA).1
2. Asam retinoat
Salah satu yang berperan dalam diferensiasi sel antara lain adalah asam retinoat yang berasal
dari vitamin A. Asam retinoat berfungsi untuk mendorong pertumbuhan dan diferensiasi normal
jaringan epitel.2
3. Growth factor
Growth factor yang mempengaruhi proses diferensiasi sel adalah BMP-4 (Bone Morphogenic
Protein). BMP-4 memiliki peran penting dalam pembentukan tulang.Pada amfibi, BMP-4 aktif
pada sel yang berada pada ventral gastrula. 3
Pada saat pertumbuhan embrio, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tersebut, antara lain:
a) Faktor genetic
b) Faktor nutrisi
c) Faktor lingkungan
Pada saat proses diferensiasi sel telah tercapai, kondisi sel harus dijaga. Hal tersebut
dilakukan melalui kombinasi berbagai faktor, yaitu:
a) Cell memory yang terdapat dalam genome.
b) Interaksi dengan sel-sel terdekat, melalui faktor parakrin.
c) Sekresi berbagai faktor (faktor autokrin), termasuk faktor tumbuh.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diferensiasi adalah proses yang menyebabkan sekumpulan sel menjadi berbeda-beda


dalam struktur, fungsi dan prilaku. Diferensiasi berlangsung waktu embrio.Karena diferensiasi
suatu individu bentuk definitif dan menjadi berbagai macam jaringan.Dengan diferensiasi terjadi
pembagian aktivitas tubuh, sehingga menjadi efektif.Pada seluruh mahluk individu mengalami
diferensiasi, bahkan termasuk mahluk uniseluler.Diferensiasi terjadi dalam beberapa tahapan.

3.2 Saran
Demikian makalah ini disusun diharapkan menjadi sumber informasi bagi mahasiswa
maupun semua kalangan masyarakat. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini kurang
baik dan masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran membangun dari pembaca
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
Mustamir.(2010). Nukleus dan diferensiasi sel [online]
Tersedia : http//zaifbio.com/category/diferensiasi-sel[20 maret 2012]
Yatim, wildan: Biologi sel. Tarsito, Bandung 1996

Anda mungkin juga menyukai