Anda di halaman 1dari 16

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI UPT PUSKESMAS JATI

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO


DINAS KESEHATAN
UPT. PUSKESMAS JATI
Jl. HAYAM WURUK NO 2B KOTA PROBOLINGGO (0335) 420792
PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DI UPT PUSKESMAS JATI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan


kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dengan memberdayakan dan mendorong peran
aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.
Masih tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi dan prevalensi gizi
kurang pada balita menjadi masalah di Kecamatan Mayangan, yang tidak dapat
ditangani sendiri oleh sektor kesehatan, melainkan perlu ditangani bersama dengan
sektor di luar kesehatan dan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan sangat penting
sebagaimana dijelaskan dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan juga
sebagai berikut 1) Dari hasil kajian ternyata 70% sumber daya pembangunan nasional
berasal kontribusi/partisipasi masyarakat; 2) Pemberdayaan masyarakat/partisipasi
masyarakat berazaskan gotong royong, merupakan budaya masyarakat Indonesia yang
perlu dilestarikan; 3) Perilaku masyarakat merupakan faktor penyebab utama,
terjadinya permasalahan kesehatan, oleh sebab itu masyarakat sendirilah yang dapat
menyelesaikan masalah tersebut dengan pendampingan/bimbingan pemerintah; 4)
Pemerintah mempunyai keterbatasan sumber daya dalam mengatasi permasalahan
kesehatan yang semakin kompleks di masyarakat, sedangkan masyarakat mempunyai
potensi yang cukup besar untuk dapat dimobilisasi dalam upaya pencegahan di
wilayahnya; 5) Potensi yang dimiliki masyarakat diantaranya meliputi community
leadership, community organization, community financing, community material,
community knowledge, community technology, community decision making process,
dalam upaya peningkatan kesehatan, potensi tersebut perlu dioptimalkan; 6) Upaya
pencegahan lebih efektif dan efisien dibanding upaya pengobatan, dan masyarakat juga
mempunyai kemampuan untuk melakukan upaya pencegahan apabila dilakukan upaya
pemberdayaan masyarakat terutama untuk ber-perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Untuk keberhasilan penyelenggaraan berbagai upaya pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan lebih difokuskan pada: a) meningkatnya perubahan perilaku dan
kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, b) meningkatnya kemandirian
masyarakat dalam sistem peringatan dini, penanggulangan dampak kesehatan akibat
bencana, serta terjadinya wabah/KLB, c) meningkatnya keterpaduan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan dengan kegiatan yang berdampak pada income
generating. Disamping itu, upaya pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari
masalah dan potensi spesifik daerah, oleh karenanya diperlukan pendelegasian
wewenang lebih besar kepada daerah.

B. Tujuan

Meningkatnya upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) sehingga


masyarakat mampu mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi secara mandiri
dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

C. Sasaran

Sasaran dari pedoman ini adalah semua pemangku kepentingan terkait untuk
bekerjasama dalam pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan di Kecamatan Mayangan

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pedoman ini meliputi pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan


masyarakat bidang kesehatan dan peran pemangku kepentingan terkait dalam
pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di
Kecamatan Mayangan.

E. Batasan Operasional

Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non


instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu
mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan
melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses pemberian
informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar
klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan
atau knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek sikap atau attitude), dan dari mau
menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan atau
practice).
Pemberdayaan Masyarakat bidang kesehatan merupakan suatu proses aktif,
dimana sasaran/klien dan masyarakat yang diberdayakan harus berperan serta aktif
(berpartisipasi) dalam kegiatan dan program kesehatan. Ditinjau dari konteks
pembangunan kesehatan, partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan dan kemitraan
masyarakat dan fasilitator (pemerintah, LSM) dalam pengambilan keputusan,
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian kegiatan dan program
kesehatan serta memperoleh manfaat dari keikutsertaannya dalam rangka membangun
kemandirian masyarakat.
UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar
kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan
bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya.
Proses pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor internal dan eksternal
yang saling berkontribusi dan mempengaruhi secara sinergis dan dinamis. Salah satu
faktor eksternal dalam proses pemberdayaan masyarakat adalah pendampingan oleh
fasilitator pemberdayaan masyarakat. Peran fasilitator pada awal proses sangat aktif
tetapi akan berkurang secara bertahap selama proses berjalan sampai masyarakat
sudah mampu menyelenggarakan UKBM secara mandiri dan menerapkan PHBS.
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau
masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dilaksanakan dengan prinsip-prinsip:
1. Kesukarelaan, yaitu keterlibatan seseorang dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat
tidak boleh berlangsung karena adanya pemaksaan, melainkan harus dilandasi oleh
kesadaran sendiri dan motivasinya untuk memperbaiki dan memecahkan masalah
kehidupan yang dirasakan.
2. Otonom, yaitu kemampuannya untuk mandiri atau melepaskan diri dari
ketergantungan yang dimiliki oleh setiap individu, kelompok, maupun kelembagaan
yang lain.
3. Keswadayaan, yaitu kemampuannya untuk merumuskan melaksanakan kegiatan
dengan penuh tanggung jawab, tanpa menunggu atau mengharapkan dukungan pihak
luar.
4. Partisipatif, yaitu keikutsertaan semua pemangku kepentingan sejak pengambilan
keputusan, perencanan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pemanfaatan hasil-
hasil kegiatannya.
5. Egaliter, yang menempatkan semua pemangku kepentingan dalam kedudukan yang
setara, sejajar, tidak ada yang ditinggikan dan tidak ada yang merasa direndahkan.
6. Demokratis, yang memberikan hak kepada semua pihak untuk mengemukakan
pendapatnya, dan saling menghargai pendapat maupun perbedaan di antara sesama
pemangku kepentingan.
7. Keterbukaan, yang dilandasi kejujuran, saling percaya, dan saling memperdulikan.
8. Kebersamaan, untuk saling berbagi rasa, saling membantu dan mengembangkan
sinergisme.
9. Akuntabilitas, yang dapat dipertanggungjawabkan dan terbuka untuk diawasi oleh
siapapun.
10. Desentralisasi, yang memberi kewenangan kepada setiap daerah otonom (kabupaten
dan kota) untuk mengoptimalkan sumber daya kesehatan bagi sebesar-besar
kemakmuran masyarakat dan kesinambungan pembangunan kesehatan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Semua karyawan puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan


masyarakat mulai di Kepala Puskesmas, Penanggung jawab UKP, Penanggung jawab
UKM, dan seluruh karyawan. Penanggung jawab UKM Promosi Kesehatan merupakan
koordinator dalam penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan masyarakat di Kecamatan
Mayangan.
Dalam upaya pemberdayaan masyarakat perlu melibatkan sektor terkait yaitu: Camat,
PKK, penanggung jawab KB, agama, pendidikan, pertanian, dan sektor terkait lainnya
dengan kesepakatan peran masing-masing dalam pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan.

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadualan Penanggung jawab UKM, UKP, dan karyawan puskesmas
dikoordinir oleh Penanggung jawab UKM Promosi Kesehatan sesuai dengan
kesepakatan.

C. Jadual Kegiatan.
Jadual pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat disepakati dan disusun
bersama dengan sektor terkait dalam pertemuan lokakarya mini lintas sektor tiap tiga
bulan sekali
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang:

Koordinasi pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dilakukan oleh


Penanggung jawab UKM Promosi Kesehatan yang menempati ruang Promosi
Kesehatan. Pelaksanaan rapat koordinasi dilakukan di ruang Rapat

t
R.Pertemuan
Puskesmas

R.promkes

R Prom
B. Standar Fasilitas
1. Panduan pemberdayaan masyarakat: 1 buah
2. Panduan PHBS : 1 buah
3. Kit Penyuluhan Kesehatan Masyarakat : 1 kit
4. audiovisual, yang terdiri dari:
a. Microphone 1 Unit
b. Laptop
c. LCD projektor
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup kegiatan pemberdayaan masyarakat:


Kegiatan dalam pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan mencakup:
1. Upaya membangun kesadaran kritis masyarakat dimana masyarakat diajak untuk
berpikir serta menyadari hak dan kewajibannya di bidang kesehatan. Membangun
kesadaran masyarakat merupakan awal dari kegiatan pengorganisasian
masyarakat yang dilakukan dengan membahas bersama tentang harapan mereka,
berdasarkan prioritas masalah kesehatan sesuai dengan sumber daya yang
dimiliki.
2. Perencanaan Partisipatif merupakan proses untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan serta potensi selanjutnya menerjemahkan tujuan ke dalam kegiatan
nyata dan spesifik yang melibatkan peran aktif masyarakat dalam perencanaan
segala hal dalam kesehatan. Kegiatan ini dilakukan sendiri oleh masyarakat
didampingi oleh fasilitator. Hal ini, selain dapat menimbulkan rasa percaya akan
hasil perencanaan juga membuat masyarakat mempunyai rasa memiliki terhadap
kegiatan yang dilakukan. Perencanaan partisipatif ini berbasis pada hasil survei dan
pemetaan mengenai potensi, baik kondisi fisik lingkungan dan sosial masyarakat,
yang digali oleh masyarakat sendiri.
3. Pengorganisasian masyarakat sendiri merupakan proses yang mengarah pada
terbentuknya kader masyarakat yang bersama masyarakat dan fasilitator berperan
aktif dalam lembaga berbasis masyarakat (Forum Masyarakat Desa) sebagai
representasi masyarakat yang akan berperan sebagai penggerak masyarakat
dalam melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
4. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh masyarakat bersama dengan pengelola
pemberdayaan dengan menggunakan metode dan waktu yang disepakati bersama
secara berkesinambungan untuk mengetahui dan menilai pencapaian kegiatan
yang dijalankan. Hasil evaluasi ini digunakan sebagai rujukan untuk melakukan
kegiatan yang berkelanjutan.

B. Metode pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan


Dalam upaya mencapai tujuan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
diperlukan peran fasilitator, dimana fasilitator bertanggung jawab dalam
mengkomunikasikan inovasi di bidang kesehatan kepada masyarakat penerima
manfaat.
Tujuannya adalah agar penerima manfaat tahu, mau, dan mampu menerapkan inovasi
tersebut demi tercapainya perbaikan mutu hidupnya di bidang kesehatan. Perlu diingat
bahwa keberadaan masyarakat penerima manfaat sangat beragam dalam hal budaya,
sosial, kebutuhan, motivasi, dan tujuan yang diinginkan.
Mengingat keberadaaan masyarakat penerima manfaat pemberdayaan yang
sangat beragamnya maka metode yang digunakan dalam pemberdayaan tersebut
tidaklah paten dengan menggunakan suatu metode tertentu saja, bahwa tidak ada
satupun metode yang selalu efektif untuk diterapkan dalam setiap kegiatan
pemberdayaan masyarakat. Bahkan dalam banyak kasus penerapan metode dalam
suatu kegiatan pemberdayaan masyarakat harus menggunakan beragam metode
sekaligus yang saling menunjang dan melengkapi. Untuk itu, seorang fasilitator
harus mampu memilih metode yang paling tepat dalam kegiatan pemberdayaan
masyarakat dan mengkontekstualisasikan inovasi yang dimiliki ke dalam budaya
masyarakat penerima manfaat untuk tercapainya tujuan pemberdayaan masyarakat
yang dilaksanakannya.
Dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, seorang fasilitator harus bisa
memilih metode yang paling sesuai dan tepat dengan kebutuhan masyarakat
setempat, dalam pemilihan metode tersebut seorang fasilitator harus
memperhatikan beberapa prinsip berikut :
1. Pengembangan untuk berpikir kreatif dimana masyarakat harus diajak untuk berpikir
kreatif, bisa mencari solusi sendiri atas masalah yang dihadapinya.
2. Tempat yang paling baik adalah ditempat kegiatan penerima manfaat sehingga tidak
banyak menyita waktu kegiatan rutinnya, fasilitator bisa memahami betul keadaan
penerima manfaat dan penerima manfaat dapat ditunjukkan beberapa contoh nyata
tentang potensi masalah dan peluang yang dapat ditemukan di lingkungan
pekerjaannya sendiri sehingga penerima manfaat mudah memahami dan
mengingatnya.
3. Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya sehingga kegiatan pemberdayaan
akan lebih efisien jika diterapkan kepada masyarakat khususnya kepada mereka yang
diakui masyarakat setempat sebagai panutan atau tokoh masyarakat.
4. Menciptakan hubungan yang akrab antara fasilitator dengan penerima manfaat karena
suasana akrab akan memperlancar kegiatan pemberdayaan masyarakat.
5. Memberikan suasana untuk terjadinya perubahan agar terjadi perbaikan mutu dan
kualitas hidup baik diri, keluarga dan masyarakatnya.

Metode yang digunakan dalam upaya pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di


Puskesmas Jati adalah:
1. Metode Rapid Rural Appraisal (RRA) atau penilaian desa secara partisipatif
Merupakan teknik penilaian yang relatif terbuka, cepat dan bersih dibanding dengan
teknik kunjungan singkat sebagai sebuah metode penilaian. RRA menggabungkan
beberapa teknik yang terdiri dari:
a) review atau telaah data sekunder, termasuk peta wilayah dan pengamatan
lapangan,
b) observasi lapangan secara langsung,
c) wawancara dengan informan kunci dan lokakarya,
d) pemetaan dan pembuatan diagram/grafik,
e) studi kasus, sejarah lokal dan biografi,
f) pembuatan kuesioner sederhana dan singkat, serta
g) pembuatan laporan lapangan secara cepat.

2. Metode Participatory Rapid Appraisal (PRA)


Merupakan metode pengkajian pemberdayaan masyarakat desa yang lebih banyak
melibatkan pihak dalam yang terdiri dari pihak stakeholder (pemangku kepentingan
kegiatan) dengan difasilitasi pihak luar yang berfungsi sebagai narasumber atau
fasilitator. PRA merupakan metode penilaian keadaan secara partisipatif yang
dilakukan pada tahapan awal perencanaan kegiatan.
Dalam PRA terdapat 5 kegiatan pokok yaitu penjajakan/pengenalan kebutuhan,
perencanaan kegiatan, pelaksanaan/pengorganisasian kegiatan, pemantauan kegiatan
dan evaluasi kegiatan.
Adapun langkah-langkah metode PRA meliputi :
1. Penelusuran sejarah desa
2. Pembuatan bagan kecenderungan dan perubahan
3. Penyusunan kalender musim dan profil perubahan
4. Analisis pola penggunaan waktu (jadwal sehari-hari)
5. Observasi langsung terhadap dinamika sosial
6. Transect (penelusuran desa) dan pembuatan gambar lingkungan (pemetaan
prasarana, bangunan, ruangan, sumber daya alam dan lokasi)
7. Pembuatan diagram kajian lembaga desa
8. Pembuatan bagan alur input-output
9. Bagan hubungan antar pihak (diagram venn)
10. Mengkaji mata pencaharian masyarakat
11. Membuat matrik dan peringkat permasalahan yang dihadapi dan ditemukan
masyarakat
12. Wawancara semi-terstruktur atau diskusi kelompok terarah
13. Analisis pola keputusan
14. Studi kasus atau cerita tentang kehidupan, peta mobilisasi masyarakat.
15. Pengurutan potensi atau kekayaan
16. Pengorganisasian masalah
C. Langkah Kegiatan

1. Persiapan
a. Diseminasi informasi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan tingkat
Kecamatan dan pihak lain yang terkait.
b. Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan tingkat Kecamatan

2. Perencanaan
a. Merencanakan teknis kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan lintas sektor
terkait
b. Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan yang bersumber dari dana pemberdayaan masyarakat dari masing-
masing sektor untuk kegiatan terintegrasi
3. Pelaksanaan
a. Menetapkan mekanisme koordinasi antar sektor terkait dengan leading sektor
dari Puskesmas (penanggung jawab Promosi Kesehatan)
b. Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan untuk pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di tingkat Kecamatan.

4. Melaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan sesuai dengan


jadual yang telah disusun kepada Kecamatan.
5. Monitoring Evaluasi
a. Monitoring pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat
b. Melaporkan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masayarakat.
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat


direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas sektor sesuai dengan tahapan
kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan dilaksanakan.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan perlu


diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan
risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan perlu


diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dengan
melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap harus dilakukan untuk tiap-tiap
kegiatan yang akan dilaksanakan
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dimonitor dan dievaluasi dengan


menggunakan indikator sebagai berikut:

1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual


2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator PHBS

Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap tribulan.


BAB IX

PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dalam
pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dengan tetap
memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.

Keberhasilan kegiatan pemberdayaan masyarakat tergantung pada komitmen yang kuat


dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dan peran
serta aktif masyarakat dalam bidang kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai