PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya dengan memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat
dalam segala bentuk upaya kesehatan.
Penyakit gigi dan mulut di Puskesmas Panincong sejak lima tahun terakhir
termasuk dalam 10 besar penyakit yang di derita oleh masyarakat yang berkunjung ke
Puskesmas Godean II. Disamping itu masih tingginya angka def-T; DMF-T; OHI-S,
angka kesakitan dan prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal menjadi masalah di
Puskesmas Panincong khususnya BP gigi, masalah – masalah tersebut tidak dapat
ditangani sendiri oleh sektor kesehatan, melainkan perlu ditangani bersama dengan sektor
di luar kesehatan dan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan sangat penting
sebagaimana dijelaskan dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan juga
sebagai berikut 1) Dari hasil kajian ternyata 70% sumber daya pembangunan nasional
berasal kontribusi/partisipasi masyarakat; 2) Pemberdayaan masyarakat/partisipasi
masyarakat berazaskan gotong royong, merupakan budaya masyarakat Indonesia yang
perlu dilestarikan; 3) Perilaku masyarakat merupakan faktor penyebab utama, terjadinya
permasalahan kesehatan, oleh sebab itu masyarakat sendirilah yang dapat menyelesaikan
masalah tersebut dengan pendampingan/bimbingan pemerintah; 4) Pemerintah
mempunyai keterbatasan sumber daya dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang
semakin kompleks di masyarakat, sedangkan masyarakat mempunyai potensi yang cukup
besar untuk dapat dimobilisasi dalam upaya pencegahan di wilayahnya; 5) Potensi yang
dimiliki masyarakat diantaranya meliputi community leadership, community
organization, community financing, community material, community knowledge,
community technology, community decision making process, dalam upaya peningkatan
kesehatan, potensi tersebut perlu dioptimalkan; 6) Upaya pencegahan lebih efektif dan
efisien dibanding upaya pengobatan, dan masyarakat juga mempunyai kemampuan untuk
melakukan upaya pencegahan apabila dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat
terutama untuk ber-perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). PHBS sangat diperlukan
dalam upaya pencegahan terjadinya penyakit gigi dan mulut terutama karena karies gigi
yang di derita oleh sebagian besar masyarakat terjadi karena interaksi berbagai faktor
penyebab yang salah satunya adalah faktor kebersihan.
Untuk keberhasilan penyelenggaraan berbagai upaya pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan lebih difokuskan pada: a) meningkatnya perubahan perilaku dan
kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, b) meningkatnya kemandirian
masyarakat dalam sistem peringatan dini, penanggulangan dampak kesehatan akibat
bencana, serta terjadinya wabah/KLB, c) meningkatnya keterpaduan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan dengan kegiatan yang berdampak pada income generating.
Disamping itu, upaya pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari masalah dan potensi
spesifik daerah, oleh karenanya diperlukan pendelegasian wewenang lebih besar kepada
daerah.
B. Tujuan
Meningkatnya upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) sehingga
masyarakat mampu mengatasi permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang dihadapi
secara mandiri dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di bidang
kesehatan gigi.
D. Batasan Operasional
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non
instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu
mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan
melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan gigi dan mulut adalah proses
pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus
menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu
klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
pengetahuan atau knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek sikap atau attitude), dan dari
mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan atau
practice).
Pemberdayaan Masyarakat bidang kesehatan merupakan suatu proses aktif,
dimana sasaran/klien dan masyarakat yang diberdayakan harus berperan serta aktif
(berpartisipasi) dalam kegiatan dan program kesehatan. Ditinjau dari konteks
pembangunan kesehatan, partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan dan kemitraan
masyarakat dan fasilitator (pemerintah, LSM) dalam pengambilan keputusan,
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian kegiatan dan program kesehatan
serta memperoleh manfaat dari keikutsertaannya dalam rangka membangun kemandirian
masyarakat.
UKGM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar
kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan
bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya. Proses
pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor internal dan eksternal yang saling
berkontribusi dan mempengaruhi secara sinergis dan dinamis. Salah satu faktor eksternal
dalam proses pemberdayaan masyarakat adalah pendampingan oleh fasilitator
pemberdayaan masyarakat. Peran fasilitator pada awal proses sangat aktif tetapi akan
berkurang secara bertahap selama proses berjalan sampai masyarakat sudah mampu
menyelenggarakan UKGM secara mandiri dan menerapkan PHBS terutama di bidang
kesehatan gigi.
PHBS di bidang kesehatan gigi adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga,
kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang
kesehatan gigi dan mulut dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dilaksanakan dengan prinsip-prinsip:
1. Kesukarelaan, yaitu keterlibatan seseorang dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat
tidak boleh berlangsung karena adanya pemaksaan, melainkan harus dilandasi oleh
kesadaran sendiri dan motivasinya untuk memperbaiki dan memecahkan masalah
kehidupan yang dirasakan.
2. Otonom, yaitu kemampuannya untuk mandiri atau melepaskan diri dari
ketergantungan yang dimiliki oleh setiap individu, kelompok, maupun kelembagaan
yang lain.
3. Keswadayaan, yaitu kemampuannya untuk merumuskan melaksanakan kegiatan
dengan penuh tanggung jawab, tanpa menunggu atau mengharapkan dukungan pihak
luar.
4. Partisipatif, yaitu keikutsertaan semua pemangku kepentingan sejak pengambilan
keputusan, perencanan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pemanfaatan hasil-
hasil kegiatannya.
5. Egaliter, yang menempatkan semua pemangku kepentingan dalam kedudukan yang
setara, sejajar, tidak ada yang ditinggikan dan tidak ada yang merasa direndahkan.
6. Demokratis, yang memberikan hak kepada semua pihak untuk mengemukakan
pendapatnya, dan saling menghargai pendapat maupun perbedaan di antara sesama
pemangku kepentingan.
7. Keterbukaan, yang dilandasi kejujuran, saling percaya, dan saling memperdulikan.
8. Kebersamaan, untuk saling berbagi rasa, saling membantu dan mengembangkan
sinergisme.
9. Akuntabilitas, yang dapat dipertanggungjawabkan dan terbuka untuk diawasi oleh
siapapun.
E. Landasan Hukum
Landasan hukum UKGM diatur dalam Kemenkes No HK.02.04/II/1180/2012HK
mengenai rencana program pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadualan Penanggung jawab UKM, UKP, dan karyawan puskesmas
dikoordinir oleh Penanggung jawab UKM Promosi Kesehatan sesuai dengan kesepakatan.
Distribusi ketenagaan UKGM adalah:
1 orang dokter gigi
2 orang perawat gigi
1 orang kader tiap Desa
C. Jadwal Kegiatan
1. Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut
Pelaksanaan kegiatan UKGM dilakukan setiap bulan bersamaan dengan kegiatan
Posyandu. Dalam kegiatan Posyandu, baik Posyandu Balita maupun Posyandu Lansia,
kader UKGM memeriksa kesehatan gigi dan mulut peserta Posyandu. Kader mencatat
hasil pemeriksaan tersebut dalam buku kegiatan UKGM meliputi blanko hasil
pemeriksaan, catatan rujukan ke UPTD Puskesmas Panincong, penyuluhan kesehatan
gigi mulut. Kader UKGM dapat melaporkan masalah-masalah yang dijumpai selama
pelaksanaan UKGM di lapangan kepada petugas puskesmas.
2. Pelatihan Kader UKGM
Pelatihan kader UKGM dilakukan pada kader Posyandu di setiap dusun.
Pemberian materi penyuluhan dilakukan oleh dokter gigi meliputi pengetahuan umum
tentang kesehatan gigi dan mulut, cara menyikat gigi yang baik, cara memeriksa gigi
secara sederhana, dan kapan pasien harus dirujuk ke puskesmas. Pelatihan kader
dilakukan pada tanggal 27 Oktober 2015.
Aula R
Gudang obat TU
Puskesmas
R. Ka
RM Pus
MR
C. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Diseminasi informasi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan tingkat Kecamatan
dan pihak lain yang terkait.
b. Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan tingkat Kecamatan
2. Perencanaan
a. Merencanakan teknis kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan lintas sektor terkait
b. Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
yang bersumber dari dana pemberdayaan masyarakat dari masing-masing sektor untuk
kegiatan terintegrasi
3. Pelaksanaan
a. Menetapkan mekanisme koordinasi antar sektor terkait dengan leading sektor dari
Puskesmas (penanggung jawab Promosi Kesehatan)
b. Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan untuk pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan di tingkat Kecamatan.
4. Melaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan sesuai dengan jadual yang
telah disusun kepada Kecamatan.
5. Monitoring Evaluasi
a. Monitoring pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat
b. Melaporkan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masayarakat.
Kegiatan pokok pelaksanaan UKGM terdapat di butir penjelasan di bawah ini beserta
rincian kegiatannya :
a. Pelatihan Kader UKGM
Pelatihan kader UKGM dilakukan pada kader Posyandu di setiap dusun. Pemberian
materi penyuluhan meliputi pengetahuan umum tentang kesehatan gigi dan mulut,
cara menyikat gigi yang baik, cara memeriksa gigi secara sederhana, dan kapan
pasien harus dirujuk ke puskesmas.
b. Pelaksanaan kegiatan UKGM
Dalam kegiatan Posyandu, baik Posyandu Balita maupun Posyandu Lansia, kader
UKGM memeriksa kesehatan gigi dan mulut peserta Posyandu. Kader mencatat hasil
pemeriksaan tersebut dalam buku kegiatan UKGM meliputi blanko hasill
pemeriksaan, catatan rujukan ke Puskesmas Godean II, penyuluhan kesehatan gigi
mulut.
c. Evaluasi kegiatan UKGM
Evaluasi kegiatan UKGM dilakukan minimal 2 kali dalam 1 tahun.
Tidak kalah penting dalam pedoman UKGM ini adalah tentang ketersediaan logistik, antara lain:
a. Form identifikasi kebutuhan masyarakat
b. Register kegiatan UKGM
c. Laporan penemuan kasus
d. Pencatatan kegiatan penyuluhan
e. Checklist pembinaan UKGM di wilayah Puskesmas Godean II
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun
lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja.
K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin
terpengaruh kondisi lingkungan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial.
Semua organisasi memiliki kewajibab untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang
terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu. Praktik K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja) meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan
luka dan perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU