Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya dengan memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat
dalam segala bentuk upaya kesehatan.
Penyakit gigi dan mulut di Puskesmas Panincong sejak lima tahun terakhir
termasuk dalam 10 besar penyakit yang di derita oleh masyarakat yang berkunjung ke
Puskesmas Godean II. Disamping itu masih tingginya angka def-T; DMF-T; OHI-S,
angka kesakitan dan prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal menjadi masalah di
Puskesmas Panincong khususnya BP gigi, masalah – masalah tersebut tidak dapat
ditangani sendiri oleh sektor kesehatan, melainkan perlu ditangani bersama dengan sektor
di luar kesehatan dan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan sangat penting
sebagaimana dijelaskan dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan juga
sebagai berikut 1) Dari hasil kajian ternyata 70% sumber daya pembangunan nasional
berasal kontribusi/partisipasi masyarakat; 2) Pemberdayaan masyarakat/partisipasi
masyarakat berazaskan gotong royong, merupakan budaya masyarakat Indonesia yang
perlu dilestarikan; 3) Perilaku masyarakat merupakan faktor penyebab utama, terjadinya
permasalahan kesehatan, oleh sebab itu masyarakat sendirilah yang dapat menyelesaikan
masalah tersebut dengan pendampingan/bimbingan pemerintah; 4) Pemerintah
mempunyai keterbatasan sumber daya dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang
semakin kompleks di masyarakat, sedangkan masyarakat mempunyai potensi yang cukup
besar untuk dapat dimobilisasi dalam upaya pencegahan di wilayahnya; 5) Potensi yang
dimiliki masyarakat diantaranya meliputi community leadership, community
organization, community financing, community material, community knowledge,
community technology, community decision making process, dalam upaya peningkatan
kesehatan, potensi tersebut perlu dioptimalkan; 6) Upaya pencegahan lebih efektif dan
efisien dibanding upaya pengobatan, dan masyarakat juga mempunyai kemampuan untuk
melakukan upaya pencegahan apabila dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat
terutama untuk ber-perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). PHBS sangat diperlukan
dalam upaya pencegahan terjadinya penyakit gigi dan mulut terutama karena karies gigi
yang di derita oleh sebagian besar masyarakat terjadi karena interaksi berbagai faktor
penyebab yang salah satunya adalah faktor kebersihan.
Untuk keberhasilan penyelenggaraan berbagai upaya pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan lebih difokuskan pada: a) meningkatnya perubahan perilaku dan
kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, b) meningkatnya kemandirian
masyarakat dalam sistem peringatan dini, penanggulangan dampak kesehatan akibat
bencana, serta terjadinya wabah/KLB, c) meningkatnya keterpaduan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan dengan kegiatan yang berdampak pada income generating.
Disamping itu, upaya pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari masalah dan potensi
spesifik daerah, oleh karenanya diperlukan pendelegasian wewenang lebih besar kepada
daerah.

B. Tujuan
Meningkatnya upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) sehingga
masyarakat mampu mengatasi permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang dihadapi
secara mandiri dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di bidang
kesehatan gigi.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pedoman ini meliputi pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan gigi dan mulut dan peran pemangku kepentingan terkait
dalam pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan gigi dan
mulut di Puskesmas Panincong.

D. Batasan Operasional
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non
instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu
mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan
melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan gigi dan mulut adalah proses
pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus
menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu
klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
pengetahuan atau knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek sikap atau attitude), dan dari
mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan atau
practice).
Pemberdayaan Masyarakat bidang kesehatan merupakan suatu proses aktif,
dimana sasaran/klien dan masyarakat yang diberdayakan harus berperan serta aktif
(berpartisipasi) dalam kegiatan dan program kesehatan. Ditinjau dari konteks
pembangunan kesehatan, partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan dan kemitraan
masyarakat dan fasilitator (pemerintah, LSM) dalam pengambilan keputusan,
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian kegiatan dan program kesehatan
serta memperoleh manfaat dari keikutsertaannya dalam rangka membangun kemandirian
masyarakat.
UKGM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar
kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan
bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya. Proses
pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor internal dan eksternal yang saling
berkontribusi dan mempengaruhi secara sinergis dan dinamis. Salah satu faktor eksternal
dalam proses pemberdayaan masyarakat adalah pendampingan oleh fasilitator
pemberdayaan masyarakat. Peran fasilitator pada awal proses sangat aktif tetapi akan
berkurang secara bertahap selama proses berjalan sampai masyarakat sudah mampu
menyelenggarakan UKGM secara mandiri dan menerapkan PHBS terutama di bidang
kesehatan gigi.
PHBS di bidang kesehatan gigi adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga,
kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang
kesehatan gigi dan mulut dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dilaksanakan dengan prinsip-prinsip:
1. Kesukarelaan, yaitu keterlibatan seseorang dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat
tidak boleh berlangsung karena adanya pemaksaan, melainkan harus dilandasi oleh
kesadaran sendiri dan motivasinya untuk memperbaiki dan memecahkan masalah
kehidupan yang dirasakan.
2. Otonom, yaitu kemampuannya untuk mandiri atau melepaskan diri dari
ketergantungan yang dimiliki oleh setiap individu, kelompok, maupun kelembagaan
yang lain.
3. Keswadayaan, yaitu kemampuannya untuk merumuskan melaksanakan kegiatan
dengan penuh tanggung jawab, tanpa menunggu atau mengharapkan dukungan pihak
luar.
4. Partisipatif, yaitu keikutsertaan semua pemangku kepentingan sejak pengambilan
keputusan, perencanan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pemanfaatan hasil-
hasil kegiatannya.
5. Egaliter, yang menempatkan semua pemangku kepentingan dalam kedudukan yang
setara, sejajar, tidak ada yang ditinggikan dan tidak ada yang merasa direndahkan.
6. Demokratis, yang memberikan hak kepada semua pihak untuk mengemukakan
pendapatnya, dan saling menghargai pendapat maupun perbedaan di antara sesama
pemangku kepentingan.
7. Keterbukaan, yang dilandasi kejujuran, saling percaya, dan saling memperdulikan.
8. Kebersamaan, untuk saling berbagi rasa, saling membantu dan mengembangkan
sinergisme.
9. Akuntabilitas, yang dapat dipertanggungjawabkan dan terbuka untuk diawasi oleh
siapapun.
E. Landasan Hukum
Landasan hukum UKGM diatur dalam Kemenkes No HK.02.04/II/1180/2012HK
mengenai rencana program pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Semua karyawan puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan
masyarakat mulai di Kepala Puskesmas, Penanggung jawab UKP, Penanggung jawab UKM,
dan seluruh karyawan. Penanggung jawab UKM Promosi Kesehatan merupakan koordinator
dalam penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan masyarakat di UPTD Puskesmas Panincong.
Dalam upaya pemberdayaan masyarakat perlu melibatkan sektor terkait yaitu: Kepala
Desa, Kepala dusun, PKK, penanggung jawab KB, agama, pendidikan, pertanian, dan sektor
terkait lainnya dengan kesepakatan peran masing-masing dalam pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan gigi dan mulut.
Tim UKGM terdiri dari:
1. Penanggung jawab : Aminah,AMKG
2. Ketua Tim : Perawat Gigi
3. Anggota Tim : Perawat Gigi
Kader UKGM

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadualan Penanggung jawab UKM, UKP, dan karyawan puskesmas
dikoordinir oleh Penanggung jawab UKM Promosi Kesehatan sesuai dengan kesepakatan.
 Distribusi ketenagaan UKGM adalah:
 1 orang dokter gigi
 2 orang perawat gigi
 1 orang kader tiap Desa

C. Jadwal Kegiatan
1. Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut
Pelaksanaan kegiatan UKGM dilakukan setiap bulan bersamaan dengan kegiatan
Posyandu. Dalam kegiatan Posyandu, baik Posyandu Balita maupun Posyandu Lansia,
kader UKGM memeriksa kesehatan gigi dan mulut peserta Posyandu. Kader mencatat
hasil pemeriksaan tersebut dalam buku kegiatan UKGM meliputi blanko hasil
pemeriksaan, catatan rujukan ke UPTD Puskesmas Panincong, penyuluhan kesehatan
gigi mulut. Kader UKGM dapat melaporkan masalah-masalah yang dijumpai selama
pelaksanaan UKGM di lapangan kepada petugas puskesmas.
2. Pelatihan Kader UKGM
Pelatihan kader UKGM dilakukan pada kader Posyandu di setiap dusun.
Pemberian materi penyuluhan dilakukan oleh dokter gigi meliputi pengetahuan umum
tentang kesehatan gigi dan mulut, cara menyikat gigi yang baik, cara memeriksa gigi
secara sederhana, dan kapan pasien harus dirujuk ke puskesmas. Pelatihan kader
dilakukan pada tanggal 27 Oktober 2015.

3. Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut


Dalam kegiatan UKGM, selain dilakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
secara sederhana oleh kader UKGM, dilakukan pula penyuluhan kesehatan gigi dan
mulut. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut tersebut dilakukan oleh dokter gigi maupun
perawat gigi kepada masyarakat di masing-masing Posyandu.

Tabel I. Jadwal Kegiatan UKGM


2015 2016
No Kegiatan
Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
1. Pemeriksaan
kesehatan gigi di
Posyandu
a. Wirokraman V v v v v v
b. Sorolaten V v v V v v v v v v v v
c. Dongkelan V v v v v v
d. Kliwonan V v v v v v
e. Tegal V v v v v v
2. Pelatihan Kader
v
UKGM
3. Penyuluhan
Kesehatan Gigi v v
dan Mulut
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Sarana dan Prasarana


Koordinasi pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dilakukan oleh Penanggung
jawab UKM Promosi Kesehatan yang menempati ruang aula dari gedung Puskesmas.
Pelaksanaan rapat koordinasi dilakukan di aula Puskesmas Godean II yang terletak di lantai II.
Denah Ruangan:

Aula R
Gudang obat TU
Puskesmas

R. Ka
RM Pus
MR

B. Alat dan Bahan


1. Panduan pemberdayaan masyarakat: 1 buah
2. Panduan PHBS : 1 buah
3. Kit Penyuluhan Kesehatan Masyarakat : 1 kit
4. Kit audividual, yang terdiri dari:
a. Wireless microphone: 4 buah
b. Speaker: 2 buah
c. LCD projektor
5. Alat dan bahan yang dibutuhkan:
a. Alat diagnostik, meliputi:
 Kaca mulut
 Sonde
 Pinset
b. Bengkok
c. Kapas dan Alkohol
d. Senter
e. Blanko
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN UKGM

A. Lingkup Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat:


Kegiatan dalam pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan gigi mencakup:
1. Upaya membangun kesadaran kritis masyarakat dimana masyarakat diajak untuk berpikir
serta menyadari hak dan kewajibannya di bidang kesehatan. Membangun kesadaran
masyarakat merupakan awal dari kegiatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan
dengan membahas bersama tentang harapan mereka, berdasarkan prioritas masalah
kesehatan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki.
2. Perencanaan Partisipatif merupakan proses untuk mengidentifikasi masalah kesehatan serta
potensi selanjutnya menerjemahkan tujuan ke dalam kegiatan nyata dan spesifik yang
melibatkan peran aktif masyarakat dalam perencanaan segala hal dalam kesehatan.
Kegiatan ini dilakukan sendiri oleh masyarakat didampingi oleh fasilitator. Hal ini, selain
dapat menimbulkan rasa percaya akan hasil perencanaan juga membuat masyarakat
mempunyai rasa memiliki terhadap kegiatan yang dilakukan. Perencanaan partisipatif ini
berbasis pada hasil survei dan pemetaan mengenai potensi, baik kondisi fisik lingkungan
dan sosial masyarakat, yang digali oleh masyarakat sendiri.
3. Pengorganisasian masyarakat sendiri merupakan proses yang mengarah pada terbentuknya
kader masyarakat yang bersama masyarakat dan fasilitator berperan aktif dalam lembaga
berbasis masyarakat (Forum Masyarakat Desa) sebagai representasi masyarakat yang akan
berperan sebagai penggerak masyarakat dalam melakukan kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan.
4. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh masyarakat bersama dengan pengelola
pemberdayaan dengan menggunakan metode dan waktu yang disepakati bersama secara
berkesinambungan untuk mengetahui dan menilai pencapaian kegiatan yang dijalankan.
Hasil evaluasi ini digunakan sebagai rujukan untuk melakukan kegiatan yang
berkelanjutan.

B. Metode Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan Gigi


Dalam upaya mencapai tujuan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan gigi
diperlukan peran fasilitator, dimana fasilitator bertanggungjawab dalam
mengkomunikasikan inovasi di bidang kesehatan gigi kepada masyarakat penerima manfaat.
Tujuannya adalah agar penerima manfaat tahu, mau, dan mampu menerapkan inovasi
tersebut demi tercapainya perbaikan mutu hidupnya di bidang kesehatan. Perlu diingat
bahwa keberadaan masyarakat penerima manfaat sangat beragam dalam hal budaya, sosial,
kebutuhan, motivasi, dan tujuan yang diinginkan.
Mengingat keberadaaan masyarakat penerima manfaat pemberdayaan yang sangat
beragamnya maka metode yang digunakan dalam pemberdayaan tersebut tidaklah paten
dengan menggunakan suatu metode tertentu saja, bahwa tidak ada satupun metode yang
selalu efektif untuk diterapkan dalam setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat. Bahkan
dalam banyak kasus penerapan metode dalam suatu kegiatan pemberdayaan masyarakat
harus menggunakan beragam metode sekaligus yang saling menunjang dan melengkapi.
Untuk itu, seorang fasilitator harus mampu memilih metode yang paling tepat dalam
kegiatan pemberdayaan masyarakat dan mengkontekstualisasikan inovasi yang dimiliki ke
dalam budaya masyarakat penerima manfaat untuk tercapainya tujuan pemberdayaan
masyarakat yang dilaksanakannya.
Dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, seorang fasilitator harus bisa memilih
metode yang paling sesuai dan tepat dengan kebutuhan masyarakat setempat, dalam
pemilihan metode tersebut seorang fasilitator harus memperhatikan beberapa prinsip berikut:
1. Pengembangan untuk berpikir kreatif dimana masyarakat harus diajak untuk berpikir
kreatif, bisa mencari solusi sendiri atas masalah yang dihadapinya.
2. Tempat yang paling baik adalah ditempat kegiatan penerima manfaat sehingga tidak
banyak menyita waktu kegiatan rutinnya, fasilitator bisa memahami betul keadaan
penerima manfaat dan penerima manfaat dapat ditunjukkan beberapa contoh nyata
tentang potensi masalah dan peluang yang dapat ditemukan di lingkungan pekerjaannya
sendiri sehingga penerima manfaat mudah memahami dan mengingatnya.
3. Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya sehingga kegiatan pemberdayaan
akan lebih efisien jika diterapkan kepada masyarakat khususnya kepada mereka yang
diakui masyarakat setempat sebagai panutan atau tokoh masyarakat.
4. Menciptakan hubungan yang akrab antara fasilitator dengan penerima manfaat karena
suasana akrab akan memperlancar kegiatan pemberdayaan masyarakat.
5. Memberikan suasana untuk terjadinya perubahan agar terjadi perbaikan mutu dan kualitas
hidup baik diri, keluarga dan masyarakatnya.
Metode yang digunakan dalam upaya pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan gigi di
Puskesmas Godean II adalah:
1. Metode Rapid Rural Appraisal (RRA) atau penilaian desa secara partisipatif
Merupakan teknik penilaian yang relatif terbuka, cepat dan bersih dibanding dengan
teknik kunjungan singkat sebagai sebuah metode penilaian. RRA menggabungkan
beberapa teknik yang terdiri dari:
(a) review atau telaah data sekunder, termasuk peta wilayah dan pengamatan lapangan,
(b) observasi lapangan secara langsung,
(c) wawancara dengan informan kunci dan lokakarya,
(d) pemetaan dan pembuatan diagram/grafik,
(e) studi kasus, sejarah lokal dan biografi,
(f) pembuatan kuesioner sederhana dan singkat, serta
(g) pembuatan laporan lapangan secara cepat.
2. Metode Participatory Rapid Appraisal (PRA)
Merupakan metode pengkajian pemberdayaan masyarakat desa yang lebih banyak
melibatkan pihak dalam yang terdiri dari pihak stakeholder (pemangku kepentingan
kegiatan) dengan difasilitasi pihak luar yang berfungsi sebagai narasumber atau
fasilitator. PRA merupakan metode penilaian keadaan secara partisipatif yang dilakukan
pada tahapan awal perencanaan kegiatan.
Dalam PRA terdapat 5 kegiatan pokok yaitu penjajakan/pengenalan kebutuhan,
perencanaan kegiatan, pelaksanaan/pengorganisasian kegiatan, pemantauan kegiatan dan
evaluasi kegiatan.
Adapun langkah-langkah metode PRA meliputi :
1. Penelusuran sejarah desa dan dusun
2. Pembuatan bagan kecenderungan dan perubahan
3. Penyusunan kalender musim dan profil perubahan
4. Analisis pola penggunaan waktu (jadwal sehari-hari)
5. Observasi langsung terhadap dinamika sosial
6. Transect (penelusuran desa) dan pembuatan gambar lingkungan (pemetaan prasarana,
bangunan, ruangan, sumber daya alam dan lokasi)
7. Pembuatan diagram kajian lembaga desa
8. Pembuatan bagan alur input-output
9. Bagan hubungan antar pihak (diagram venn)
10. Mengkaji mata pencaharian masyarakat
11. Membuat matrik dan peringkat permasalahan yang dihadapi dan ditemukan
masyarakat
12. Wawancara semi-terstruktur atau diskusi kelompok terarah
13. Analisis pola keputusan
14. Studi kasus atau cerita tentang kehidupan, peta mobilisasi masyarakat.
15. Pengurutan potensi atau kekayaan
16. Pengorganisasian masalah

C. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Diseminasi informasi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan tingkat Kecamatan
dan pihak lain yang terkait.
b. Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan tingkat Kecamatan
2. Perencanaan
a. Merencanakan teknis kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan lintas sektor terkait
b. Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
yang bersumber dari dana pemberdayaan masyarakat dari masing-masing sektor untuk
kegiatan terintegrasi
3. Pelaksanaan
a. Menetapkan mekanisme koordinasi antar sektor terkait dengan leading sektor dari
Puskesmas (penanggung jawab Promosi Kesehatan)
b. Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan untuk pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan di tingkat Kecamatan.
4. Melaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan sesuai dengan jadual yang
telah disusun kepada Kecamatan.
5. Monitoring Evaluasi
a. Monitoring pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat
b. Melaporkan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masayarakat.
Kegiatan pokok pelaksanaan UKGM terdapat di butir penjelasan di bawah ini beserta
rincian kegiatannya :
a. Pelatihan Kader UKGM
Pelatihan kader UKGM dilakukan pada kader Posyandu di setiap dusun. Pemberian
materi penyuluhan meliputi pengetahuan umum tentang kesehatan gigi dan mulut,
cara menyikat gigi yang baik, cara memeriksa gigi secara sederhana, dan kapan
pasien harus dirujuk ke puskesmas.
b. Pelaksanaan kegiatan UKGM
Dalam kegiatan Posyandu, baik Posyandu Balita maupun Posyandu Lansia, kader
UKGM memeriksa kesehatan gigi dan mulut peserta Posyandu. Kader mencatat hasil
pemeriksaan tersebut dalam buku kegiatan UKGM meliputi blanko hasill
pemeriksaan, catatan rujukan ke Puskesmas Godean II, penyuluhan kesehatan gigi
mulut.
c. Evaluasi kegiatan UKGM
Evaluasi kegiatan UKGM dilakukan minimal 2 kali dalam 1 tahun.

Berikut merupakan cara melakukan pelaksanaan kegiataan di lapangan saat UKGM :


a. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut di Posyandu sesuai jadwal.
b. Petugas Puskesmas mengadakan pembinaan kepada kader UKGM.
c. Petugas Puskesmas melatih kader dalam pemeriksaan gigi secara sederhana.
d. Petugas Puskesmas melatih kader dalam memberikan penyuluhan kesehatan gigi dan
mulut.
e. Petugas Puskesmas memberikan blanko hasil pemeriksaan gigi dan mulut pada kader dan
menerangkan cara pendokumentasian serta pelaporannya.
BAB V
LOGISTIK

Tidak kalah penting dalam pedoman UKGM ini adalah tentang ketersediaan logistik, antara lain:
a. Form identifikasi kebutuhan masyarakat
b. Register kegiatan UKGM
c. Laporan penemuan kasus
d. Pencatatan kegiatan penyuluhan
e. Checklist pembinaan UKGM di wilayah Puskesmas Godean II
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan UKGM perlu diperhatikan


keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang
dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus
dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
Langkah-langkah kegiatan dalam keselamatan sasaran adalah sebagai berikut :
a. Puskesmas membentuk Tim UKGM , dengan susunan organisasi sebagai berikut:
Penanggung Jawab: Dokter Gigi, Ketua: Perawat Gigi, dan Anggota: Perawat Gigi dan
Kader.
b. Puskesmas mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan kegiatan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun
lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja.
K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin
terpengaruh kondisi lingkungan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial.
Semua organisasi memiliki kewajibab untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang
terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu. Praktik K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja) meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan
luka dan perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dimonitor dan dievaluasi dengan


menggunakan indikator sebagai berikut:
a. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
b. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
c. Ketepatan metoda yang digunakan
d. Tercapainya indikator PHBS
Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap tribulan
BAB IX
PENUTUP

Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan di Puskesmas


maka pelaksanaan kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat sangatlah penting. Melalui
kegiatan ini diharapkan terjadi peningkatan kesehatan gigi dan mulut masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Godean II. Kegiatan tersebut memerlukan motivasi yang cukup tinggi untuk
bersedia melaksanakan kegiatan tersebut secara berkesinambungan dan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai