Anda di halaman 1dari 16

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
UPT PUSKESMAS NGLIPAR II

Disiapkan Oleh : Disahkan Oleh :

SUMADI, SKM, MM
NIP. 196608181986031009

No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Diberikan Kepada

No. Copy Dokumen

Tanggal Pemberian

a. Pedoman Pelayanan Unit Kerja/Program


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya dengan memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat
dalam segala bentuk upaya kesehatan.
Masih tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi dan prevalensi gizi kurang
pada balita menjadi masalah di Kecamatan Nglipar, yang tidak dapat ditangani sendiri
oleh sektor kesehatan, melainkan perlu ditangani bersama dengan sektor di luar kesehatan
dan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan sangat penting sebagaimana
dijelaskan dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan juga sebagai berikut
1. Dari hasil kajian ternyata 70% sumber daya pembangunan nasional berasal
kontribusi/partisipasi masyarakat
2. Pemberdayaan masyarakat/partisipasi masyarakat berazaskan gotong royong,
merupakan budaya masyarakat Indonesia yang perlu dilestarikan
3. Perilaku masyarakat merupakan faktor penyebab utama, terjadinya permasalahan
kesehatan, oleh sebab itu masyarakat sendirilah yang dapat menyelesaikan masalah
tersebut dengan pendampingan/bimbingan pemerintah
4. Pemerintah mempunyai keterbatasan sumber daya dalam mengatasi permasalahan
kesehatan yang semakin kompleks di masyarakat, sedangkan masyarakat mempunyai
potensi yang cukup besar untuk dapat dimobilisasi dalam upaya pencegahan di
wilayahnya;
5. Potensi yang dimiliki masyarakat diantaranya meliputi community leadership,
community organization, community financing, community material, community
knowledge, community technology, community decision making process, dalam upaya
peningkatan kesehatan, potensi tersebut perlu dioptimalkan
6. Upaya pencegahan lebih efektif dan efisien dibanding upaya pengobatan, dan
masyarakat juga mempunyai kemampuan untuk melakukan upaya pencegahan apabila
dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat terutama untuk ber-perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS)
7. Untuk keberhasilan penyelenggaraan berbagai upaya pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan lebih difokuskan pada:
a) Meningkatnya perubahan perilaku dan kemandirian masyarakat untuk hidup
bersih dan sehat,
b) Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam sistem peringatan dini,
penanggulangan dampak kesehatan akibat bencana, serta terjadinya wabah/KLB,
c) Meningkatnya keterpaduan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dengan
kegiatan yang berdampak pada income generating. Disamping itu, upaya
pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari masalah dan potensi spesifik
daerah, oleh karenanya diperlukan pendelegasian wewenang lebih besar kepada
daerah.
B. Tujuan Pedoman
Meningkatnya upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) sehingga
masyarakat mampu mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi secara mandiri dan
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
C. Ruang Lingkup Pedoman
Ruang lingkup pedoman ini meliputi pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan dan peran pemangku kepentingan terkait dalam pelaksanaan dan pembinaan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di Kecamatan Nglipar.
D. Batasan Operasional
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif, guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi
masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya
dengan memanfaatkan potensi setempat.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses pemberian informasi kepada
individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus menerus dan berkesinambungan
mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari
tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan atau knowledge), dari tahu menjadi
mau (aspek sikap atau attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek tindakan atau practice).
Pemberdayaan Masyarakat bidang kesehatan merupakan suatu proses aktif, dimana
sasaran/klien dan masyarakat yang diberdayakan harus berperan serta aktif (berpartisipasi)
dalam kegiatan dan program kesehatan. Ditinjau dari konteks pembangunan kesehatan,
partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan dan kemitraan masyarakat dan fasilitator
(pemerintah, LSM) dalam pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan penilaian kegiatan dan program kesehatan serta memperoleh manfaat dari
keikutsertaannya dalam rangka membangun kemandirian masyarakat.
UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan
masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari
petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya.
Proses pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor internal dan eksternal yang
saling berkontribusi dan mempengaruhi secara sinergis dan dinamis. Salah satu faktor
eksternal dalam proses pemberdayaan masyarakat adalah pendampingan oleh fasilitator
pemberdayaan masyarakat. Peran fasilitator pada awal proses sangat aktif tetapi akan
berkurang secara bertahap selama proses berjalan sampai masyarakat sudah mampu
menyelenggarakan UKBM secara mandiri dan menerapkan PHBS.
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu
menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat.
Pelolaan Posyandu
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dilaksanakan dengan prinsip-prinsip:
1. Kesukarelaan, yaitu keterlibatan seseorang dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat
tidak boleh berlangsung karena adanya pemaksaan, melainkan harus dilandasi oleh
kesadaran sendiri dan motivasinya untuk memperbaiki dan memecahkan masalah
kehidupan yang dirasakan.
2. Otonom, yaitu kemampuannya untuk mandiri atau melepaskan diri dari ketergantungan
yang dimiliki oleh setiap individu, kelompok, maupun kelembagaan yang lain.
3. Keswadayaan, yaitu kemampuannya untuk merumuskan melaksanakan kegiatan dengan
penuh tanggung jawab, tanpa menunggu atau mengharapkan dukungan pihak luar.
4. Partisipatif, yaitu keikutsertaan semua pemangku kepentingan sejak pengambilan
keputusan, perencanan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pemanfaatan hasil-hasil
kegiatannya.
5. Egaliter, yang menempatkan semua pemangku kepentingan dalam kedudukan yang setara,
sejajar, tidak ada yang ditinggikan dan tidak ada yang merasa direndahkan.
6. Demokratis, yang memberikan hak kepada semua pihak untuk mengemukakan
pendapatnya, dan saling menghargai pendapat maupun perbedaan di antara sesama
pemangku kepentingan.
7. Keterbukaan, yang dilandasi kejujuran, saling percaya, dan saling memperdulikan.
8. Kebersamaan, untuk saling berbagi rasa, saling membantu dan mengembangkan
sinergisme.
9. Akuntabilitas, yang dapat dipertanggungjawabkan dan terbuka untuk diawasi oleh
siapapun.
10. Desentralisasi, yang memberi kewenangan kepada setiap daerah otonom (kabupaten dan
kota) untuk mengoptimalkan sumber daya kesehatan bagi sebesar-besar kemakmuran
masyarakat dan kesinambungan pembangunan kesehatan .
E. Landasan Hukum
1. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 65 tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 39 tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Progran Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
3. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Sesuai surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah disebutkan bahwa standar tenaga
khusus promosi kesehatan untuk puskesmas adalah D3 Kesehatan dengan minat dan bakat
di bidang promosi kesehatan. Sedangkan kualifikasi sumber daya manusia yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan program promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat di Puskesmas Nglipar II adalah sebagai berikut:
1. Jenis pendidikan
Seorang koordinator / ketua tim pelaksana kegiatan minimal berpendidikan D3
kesehatan.
2. Pelatihan
Pernah mengikuti orientasi program promkes dan pemberdayaan masyarakat atau
diklat fungsional promosi kesehatan / penyuluh kesehatan masyarakat
3. Status kepegawaian
Calon PNS / PNS
B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketenagaan program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
berdasarkan struktur organisasi tim pelaksana promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat di Puskesmas Nglipar II yang telah ditetapkan dengan keputusan Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul dan Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas
yang ditandatangani Kepala UPT Puskesmas Nglipar II sebagaimana terlampir (lampiran
1)
C. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat sebagai berikut :
1. Kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di dalam gedung
dilaksanakan setiap hari pelayanan dengan rincian kegiatan berupa layanan konsultasi
konsultasi kesehatan di klinik sehat bagi klien baik klien sehat maupun klien sakit
yang memerlukan konsultasi lebih mendalam pada masalah kesehatan yang
dihadapinya, baik menyangkut kasus penyakit yang dideritanya maupun masalah
kesehatan lainnya. Misalnya masalah penyakit degeneratif, gizi buruk/lebih/obesitas,
ibu hamil resiko tinggi, caten dan sebagainya, termasuk masalah sanitasi dan
penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan.
Jadwal kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam gedung
diatur secara khusus sebagaimana terlampir (lampiran 2.a)
2. Jadwal kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di luar gedung
dilaksanakan sesuai jadwal yang telah disepakati dengan masyarakat dan juga
kebutuhan program puskesmas (lampiran 2.b)
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Denah ruang promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam gedung Puskesmas
Nglipar II sebagaimana terlampir (lampiran 1)
B. Standar Fasilitas
Standar fasilitas peralatan medis dan perbekalan kesehatan yang mengacu pada Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2014, sebagaimana terlampir
(lampiran 2)
BAB IV
TATA LAKSANA FASILITAS

Pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di Puskesmas Nglipar


II sebagai berikut :
1. Kegiatan Promosi Kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di dalam gedung
dilakasanakan di :
a. Tempat pendaftaran
b. Ruang tunggu sasaran
c. Poliklinik umum maupun gilut
d. Ruang pelayanan MTBS
e. Ruang pelayanan kedaruratan (IGD)
f. Ruang KIA dan KB dan ruang laktasi
i. Ruang laboratorium
j. Ruang obat/apotek puskesmas
k. Ruang pelayanan imunisasi
l. Klinik sehat dan klinik sanitasi
m. Halaman dan tempat parkir
n. Kamar kecil (KM & WC)
2. Kegiatan Promosi Kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di luar gedung meliputi :
a. Kunjungan rumah/PHN / kunjungan keluarga
b. Di institusi atau tempat kerja dan tempat umum lainnya.
c. Pada kegiatan UKBM dan kegiatan kelompok masyarakat dan organisasi
masyarakat/lembaga desa/masyarakat
d. Penyuluhan / refreshing / RDK / MMD / workshop / pelatihan dsb
BAB V
LOGISTIK

Penyedian sumber daya (SDM, sarana prasarana dan anggaran / dana) untuk melaksanakan
program / kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat,
1. Nara sumber
Nara sumber utama adalah tenaga kesehatan di Puskesmas Nglipar II sesuai dengan
bidang / kompetensinya. Bila memungkinkan dan dibutuhkan / diperlukan, narasumber
diambilkan dari luar puskesmas Nglipar II.
2. Media promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
Media yang digunakan bisa menggunakan media cetak maupun elektronika, disesuaikan
dengan perkembangan jaman. Pelaksanaanya bisa dalam bentuk penyuluhan, diskusi
kelompok/RDK, MMD, dan lain sebagainya.
3. Anggaran / dana
Kegiatan dianggarkan melalui anggaran pendapatan dan belanja BLUD Puskesmas Nglipar
II maupun dari sumber dana lainnya, misalnya PIWK, ADD, DAK Non fisik dan lain
sebagainya.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan kerja bagi petugas pelaksana kegiatan promosi kesehatan dan


pemberdayaan masyarakat di Puskesmas Nglipar II baik di dalam maupun di luar gedung
selalu dilaksanakan dan diupayakan diantaranya dengan menggunakan APD. Demikian
pula untuk sasaran, agar tidak terjadi penularan dan penyebaran kasus penyakit, maka
kepada sasaran disarankan untuk juga melakukan perlindungan diri sesuai situasi dan
kondisi, misalnya jika batuk / bersin dengan menutup mulutnya, dan sebagainya.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja adalah Sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan
kematian akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang utama
bagi keamanan tenaga kerja, pasien dan keluarga dan masyarakat. Dalam pelaksanaannya
Keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat dan berdasarkan atas latar belakang
itulah maka pelaksanaan program keselamatan pasien dalam Upaya Promkes dilakukan
dengan cara bekerjasesuai dengan SOP dan menggunakan APD (Masker).
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Pemantauan
Pemantauan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pencapian
dan pelaksanaan program kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di
puskesmas.
Pemantauan dapat dilakukan pada pelaksanaan program aksi baik di dalam gedung
puskesmas maupun di lapangan/luar gedung dan juga pembinaan serta membantu
memecahkan masalah-masalah yang ada.
Mekanisme pemantauan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
1. Pelaporan yang bersih dan realisasi pelaksanaan dan pencapaian program kesehatan
di puskesmas kepada kepala puskesmas setiap bulannya.
2. Kunjungan/peninjauan lapangan dilakukan ke beberapa lokasi/daerah terpilih
B. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan indikator keberhasilan yang terdiri dari
indikator masukan, proses, keluaran dan dampak. Semua indikator tersebut dapat
dijadikan sebagai masukan sekaligus bahan untuk perbaikan dan pemanfaatan kegiatan
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di puskesmas.
C. Indikator keberhasilan
Agar pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan secara paripurna, maka indikator
keberhasilan ini mencakup indikator masukan (input), indikator proses, indikator keluaran
(output), dan indikator dampak (outcome)
1. Indikator Masukan
Masukan yang perlu diperhatikan yang berupa komitmen, sumber daya manusia,
sarana/peralatan dan dana. Oleh karena itu, indikator masukan ini dapat mencakup :
a. Adanya komitmen kepala puskesmas yang tercermin dalam rencana umum
pengembangan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di dalam dokumen
perencanaan tahunan puskesmas
b. Adanya Tim Pelaksana program kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat di puskesmas termasuk didalamnya tenaga / kegiatan pendukung yang
ditetapkan dengan surat keputusan Kepala Puskesmas.
c. Adanya komitmen personil tim pelaksana program kegiatan dan unsur lainnya yang
terlibat untuk melaksanakan kegiatan dengan sebaik – baiknya dan berupaya untuk
mencapai target dan indikator keberhasilan program, yang ditunjukkan dengan
adanya laporan rutin pelaksanaan kegiatan
d. Setiap petugas puskesmas memiliki dusun binaan yang ditetapkan dengan surat
keputusan Kepala Puskesmas
e. Adanya sarana dan prasarana pendukung kegiatan promosi kesehatan di puskesmas
( lampiran 2)
f. Adanaya dana di puskesmas yang mencukupi untuk penyelengaraan promosi
kesehatan puskesmas.
2. Indikator Proses
Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan promosi kesehatan puskesmas
yang meliputi promosi kesehatan di dalam gedung dan promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat di masyarakat. Indikator yang digunakan meliputi :
a. Sudah dilaksanakannya kegiatan promosi kesehatan di dalam gedung (setiap tenaga
kesehatan melakukan promosi atau diselenggarakan klinik khusus/di masing-masing
ruang pelayanan)
b. Tersedia media promosi kesehatan yang diperlukan (poster, leaflet, spanduk dan lain-
lain) dan kondisinya masih bagus
c. Sudah dilaksanakannya kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
di masyarakat/luar gedung (kunjungan rumah dan pengorganisasian masyarakat)
3. Indikator Output
a. Semua tenaga puskesmas telah melaksanakan kegiatan promosi kesehatan puskesmas
dan pemberdayaan masyarakatdi dalam gedung dan luar gedung
b. Minimal 25% sasaran/klien yang berkunjung ke puskesmas dilakukan pelayanan
konseling secara komprehensif di dalam gedung
c. 50% rumah tangga dilakukan pembinaan dan pendataan PHBS tatanan rumah tangga
d. Semua UKBM telah dilakukan pembinaan oleh tenaga puskesmas
e. Puskesmas sebagai institusi yang telah melaksanakan PHBS tatanan institusi
kesehatan, meliputi kawasan tanpa rokok, lingkungan bersih (pengelolaan sampah
dan limbah medis), bebas jentik, jamban sehat, menggunakan air bersih, dan cuci
tangan pakai sabun.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Upaya Promosi Kesehatan dan pemberdayaan masyarakat Puskesmas Nglipar


II ini disusun untuk digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat baik di dalam gedung dan luar gedung puskesmas.
Apabila di dalam perkembanganya ada perubahan, akan dilakukan perbaikan dokumen secara
berkala, minimal setiap 12 bulan.
Lampiran 2
Fasilitas Ruangan Promosi Kesehatan
No Jenis Peralatan Jumlah Minimum Peralatan
Puskesmas Non Puskesmas Rawat
Rawat Inap Inap

I. Set Promosi Kesehatan


1. Alat Peraga Cara Menyusui yang Benar 1 paket 1 paket
(Boneka dan fantom payudara)
2. Alat Permainan Edukatif (APE) 1 paket 1 paket
3. Biblioterapi Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan

4. Boneka Bayi 1 buah 1 buah


5. Buletin Board / Papan Informasi 1 buah 1 buah
6. Cetakan Jamban 1 buah 1 buah
7. Cetakan Sumur Gali (Cicin) 1 buah 1 buah
8. Komputer dan Printer 1 unit 1 unit
9. Fantom Gigi Anak 2 buah 2 buah
10. Fantom Gigi Dewasa 2 buah 2 buah
11. Fantom Mata Ukuran Asli 1 buah 1 buah
12. Fantom Mata Ukuran Besar (Fiberglass) 1 buah 1 buah
13. Fantom Panggul Wanita 1 buah 1 buah
14. Flip Chart dan Stand 1 buah 1 buah
15. Food Model 1 paket 1 paket
16. Gambar Anatomi Gigi 1 lembar 1 lembar
17. Gambar Anatomi Mata 1 lembar 1 lembar
18. Gambar Anatomi Mata 60 x 90 1 lembar 1 lembar
19. Gambar Panggul Laki-Laki 1 lembar 1 lembar
20. Kamera Foto / Handy Camp 1 unit 1 unit
21. Laptop 1 unit 1 unit
22. Layar ukuran 1 x 1,5 M / Screen 1 buah 1 buah
23. Leaflet-Leaflet Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan

24. Megaphone / Public Address System 1 buah 1 buah


25. Papan Tulis Putih 1 buah 1 buah
26. Poster-Poster Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
27. Proyektor / LCD Proyektor 1 unit 1 unit
28. Radio Kaset/ Tape Recorder 1 unit 1 unit
29. Televisi dan Antena 1 unit 1 unit
30. VCD/ DVD Player 1 unit 1 unit
31. Wireless System / Amplifier & Wireless 1 unit 1 unit
Microphone
II. Bahan Habis Pakai
1. Cairan Desinfektan Tangan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan

2. Cairan Desinfektan Ruangan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan

III. Perlengkapan
1. Kabel Tambahan, @ 20 m 1 unit 1 unit
2. Portable Generator 1 unit 1 unit
3. Tempat Sampah Tertutup 2 buah 2 buah
4. Lemari alat 1 buah 1 buah
IV. Meubelair
1. Kursi kerja 2 buah 2 buah
2. Lemari Arsip 1 buah 1 buah
3. Lemari Alat-Alat Audiovisual 1 buah 1 buah
4. Meja tulis ½ biro 1 buah 1 buah
V. Pencatatan dan Pelaporan
1. Buku register pelayanan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan

2. Formulir dan Surat Keterangan lain Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan


sesuai kebutuhan pelayanan yang
diberikan
3. Kartu Status Pasien Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai