Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

MATA KULIAH PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Dosen Pengampu : Dr. dr. Suhartono, M.Kes

TANTANG DAN KENDALA DALAM


UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Oleh :

Khoirunnisa Dyah Kartikasari

25000219410017

MAGISTER KESEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
A. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan dimana masyarakat
berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi
diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila masyarakat itu sendiri
ikut pula berpartisipasi. Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai "pemberdayaan
masyarakat" apabila kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi
agen pembangunan atau dikenal juga sebagai subjek. Disini subjek merupakan motor
penggerak, dan bukan penerima manfaat (beneficiaries) atau objek saja.
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan
masyarakat adalah upaya fasilitas yang bersifat non instruktif guna meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah,
merencanakan, dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat
dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektoral maupun LSM dan tokoh
masyarakat.
Di bidang kesehatan, pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses
untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam
memelihara, dan meningkatkan kesehatan.

Prinsip Pemberdayaan Masyarakat :

Terdapat empat prinsip yang sering digunakan untuk suksesnya program


pemberdayaan yaitu

a) Prinsip Kesetaraan
Prinsip utama yang harus dipegang dalam proses pemberdayaan masyarakat ialah
adanya kesetaraan atau kesejajaran kedudukan antara masyarakat dengan lembaga
yang melakukan program-program pemberdayaan masyarakat, baik laki-laki maupun
perempuan. Dinamika yang dibangun ialah hubungan kesetaraan dengan
mengembangkan mekanisme berbagai pengetahuan, pengalaman, serta keahlian satu
sama lain. Masing-masing saling mengakui kelebihan dan kekurangan, sehingga
terjadi proses saling belajar.
b) Prinsip Partisipasi
Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian masyarakat ialah
program yang sifatnya partisipatif, direncanakan, dilaksanakan, diawasi dan
dievaluasi oleh masyarakat. Namun untuk sampai pada tingkat tersebut perlu waktu
dan proses pendampingan yang melibatkan pendamping yang berkomitmen tinggi
terhadap pemberdayaan masyarakat.
c) Keswadayaan atau Kemandirian
Prinsip keswadayaan ialah menghargai dan mengedepankan kemampuan masyarakat
dari pada bantuan pihak lain. Mereka memiliki kemampuan untuk menabung
pengetahuan yang mendalam tentang kendala-kendala usahanya, mengetahui kondisi
lingkungannya, memiliki tenaga kerja dan kemauan serta memiliki norma-norma
bermasyarakat yang sudah lama dipatuhi. Semua itu harus digali dan dijadikan modal
dasar bagi proses pemberdayaan. Bantuan dari orang lain yang bersifat materiil harus
dipandang sebagai penunjang sehingga pemberian bantuan tidak justru melemahkan
tingkat keswadayaannya.
d) Berkelanjutan
Program pemberdayaan perlu dirancang untuk berkelanjutan, sekalipun pada awalnya
peran pendamping lebih dominan dibanding masyarakat sendiri. Tapi secara perlahan
dan pasti, peran pendamping akan makin berkurang, bahkan akhirnya dihapus, karena
masyarakat sudah mampu mengelola kegiatannya sendiri.

B. UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


Dalam pemberdayaan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan meliputi 3 (tiga)
faktor antara lain :
1. Enabling Factors (Faktor Pemungkin)
Faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang
memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin
adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.
Faktor pemungkin terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak
tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan. Fasilitas fisik seperti puskesmas,
obat-obatan, alat kontrasepsi dan sebagainya
2. Predisposing Factors (Faktor Predisposisi)
Faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi
terjadinya perilaku seseorang meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan,
nilai-nilai, tradisi dan sebagainya.
3. Reinforcing Factors (Faktor Penguat)
Faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya
perilaku. Faktor penguat ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan
atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Oleh karena itu petugas kesehatan harus memiliki sikap dan perilaku yang sesuai
dengan nilai-nilai kesehatan. Selain itu perilaku tokoh masyarakat juga dapat menjadi
panutan orang lain untuk berperilaku sehat.

C. TANTANGAN DAN KENDALA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


Program Kampanye PHBS untuk Menurunkan Angka Diare di Kabupaten
Kulonprogo
Dalam kampanye ini terdapat pesan-pesan kesehatan. Salah satunya yaitu pesan-pesan
pokok Kesehatan Lingkungan yang berisi :
1. Menggunakan jamban (WC) apabila buang air besar, bagi bayi dan orang sakit
kotorannya dibuang ke jamban.
2. Menggunakan air bersih (tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna) dan air untuk
diminum perlu dimasak terlebih dahulu.
3. Membuang sampah pada tempatnya.
4. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum makan, menyiapkan makanan
dan sesudah buang air besar.

Adapun strategi yang dikembangkan dalam melakukan kampanye PHBS ini adalah
dengan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan peningkatan hidup bersih dan sehat
di rumah tangga sebagai upaya untuk membangun daya masyarakat dengan mendorong,
memotivasi, dan membangkitkan kesadaran dan potensi yang dimiliki keluarga serta
berupaya untuk mengembangkannya. Secara khusus yang dimaksud dengan strategi
peningkatan PHBS adalah penyuluhan kesehatan masyarakat yang diselenggarakan
secara terpadu untuk meningkatkan PHBS masyarakat secara lebih berhasil guna dan
berdaya guna. PHBS merupakan penjabaran dari paradigma sehat menuju Yogyakarta
sehat tahun 2010. Strategi peningkatan PHBS adalah upaya untuk meningkatan
kesadaran, kemauan, kemampuan masyarakat yang diselenggarakan secara terpadu untuk
meningkatan PHBS. Upaya tersebut dilakukan dengan membuka jalur komunikasi,
menyampaikan informasi dan memantapkannya dengan edukasi.

TANTANGAN DAN KENDALA DALAM KAMPANYE PHBS UNTUK


MENURUNKAN ANGKA DIARE DI KULONPROGO

a) Program kampanye PHBS yang merupakan salah satu strategi preventif dan sangat
penting untuk menurunkan angka diare ini belum menjadi perhatian bagi institusi
kesehatan mulai dari kabupaten sampai desa. Hal ini dikarenakan persepsi selama ini
yang menganggap bahwa masalah diare tidak dianggap sebagai masalah penting baik
dari dalam masyarakat maupun bagi petugas-petugas kesehatan sendiri.
b) Kendala yang kedua dalam mengkampanyekan PHBS untuk menurunkan angka diare
ini, adalah pada penyusunan pesan. Pesan yang dibuat untuk kampanye ini seringkali
juga tidak didasarkan pada analisis siapa target audiens dan perubahan apa yang
diinginkan dalam kampanye ini. Untuk kasus di Kabupaten Kulonprogo ini, pesan-
pesan dan media kampanye yang digunakan, sebagian besar tidak didesain sendiri
namun institusi kesehatan hanya berfungsi mendistribusikan. Proses
pendistribusianpun, seringkali tidak berjalan, baik dari sisi ketepatan target sasaran
maupun dari sisi media kampanye yang tidak didistribusikan namun hanya
menumpuk saja.
c) Untuk keberhasilan kampanye PHBS ini, agar perilaku masyarakat berubah memang
sebaiknya terintegrasi antara komunikasi (kampanye); advokasi dan ketersediaan
sarana prasarana untuk perubahan perilaku.
REFERENSI :

1. https://www.kompasiana.com/rabiatuladawiah/5510844f813311aa39bc6594/promosi-
kesehatan-dan-peran-kesehatan-masyarakat
2. Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ). Vol 2 No.2 September 2018 Model Pemberdayaan Suku
Anak dalam Bidang Kesehatan di Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari

Anda mungkin juga menyukai