Masih diletakkan/diutamakan pada upaya pencegahan penyakit melalui pengelolaan gaya hidup
atau pengendalian vektor
2. Bersifat radikal
2. Social planning
3. Social action
Pemberdayaan masyarakat diharapkan masyarakat harus berperan aktif/berpartisipasi dalm setiap
kegiatan.Sebagai unsur dasar dalam pemberdayaan ,maka partisipasi harus
ditumbuhkan.Terdapat 5 cara menumbuhkan partisipasi,yaitu :
1. Terapi pendidikan
3. Penambahan staf
4. Kooptasi
3. Adanya manfaat yang dapat dan segera dapat dirasakan oleh masyarakat
Strategi Utama
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya yang bersifat non instruktif guna meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan
dan melakukan penyelesaian masalah dengan memanfaatkan potensi masyarakat setempat tanpa
bergantung pada bantuan dan luar.
Pola pemberdayaan masyarakat yang dibutuhkan bukan kegiatan yang sifatnya top-down
intervention yang tidak menjunjung tinggi aspirasi dan potensi masyarakat untuk melakukan
kegiatan swadaya, akan tetapi yang paling dibutuhkan masyarakat lapisan bawah terutama yang
tinggal di desa adalah pola pemberdayaan yang sifatnya bottom-up intervention yang menghargai
dan mengakui bahwa masyarakat lapisan bawah memiliki potensi untuk memenuhi
kebutuhannya, memecahkan permasalahannya, serta mampu melakukan usaha-usaha produktif
dengan prinsip swadaya dan kebersamaan.
Pola pendekatan yang paling efektif untuk memberdayakan masyarakat adalah the inner
resources approach. Pola ini menekankan pentingnya merangsang masyarakat untuk mampu
mengidentifikasi keinginan maupun kebutuhannya dan bekerja secara kooperatif dengan
pemerintah dan badan lain untuk mencapai kepuasan bagi mereka. Pola ini mendidik masyarakat
menjadi concern akan pemenuhan dan pemecahan masalah yang dihadapi dengan menggunakan
potensi yang mereka miliki.
A. Perubahan Paradigma Pembangunan
Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subjek sekaligus objek dari sistem kesehatan. dalam
dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan oleh masyarakat (dengan
atau tampa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek
lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam kesehatan masyarakat.
Pembangunan merupakan proses perubahan menuju peningkatan taraf hidup dan kesejahteaan
masyarakat. Seberapa jauh proses pembangunan tersebut telah mampu menghasilkan
perubahan-perubahan yang membawa dampak pada peningkatan taraf hidup dan kesejahtraan
masyarakat, diukur dengan indikator-indikator yang umum bersifat ekonomi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Dalam Pemberdayaan Msyarakat
Konsep impowerment itu sendiri merupakan sebuah konsep yang masih terlalu umum dan
kadang-kadang hannya menyentuh “cabang” atau “daun” namun tidak menyentuh “akar”
permasalahan, baik yang bersifat mendasar maupun yang akan terjadi dalam proses. Kita harus
menempatkan konsep pemberdayaan itu tidak hannya indivudual, tertapi juga secara kolektif
(individual self empowerment maupun collektive self empowerment), dan sesuatu itu harus
menjadi bagian dari aktualisasi dan koaktualisasi eksistensi manusia dan kemanusiaan. Dengan
demikian, konsep empowerment pada dasarnya adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan
yang adil dan beradap manjadikan semakin imfektif secara struktural, baik didalam kehidupan
keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional, maupun dalam bidang politik, ekonomi
dan sebagainya.
Hulme dan Tunner (1990) berpendapat bahwa pemberdayaan mendorong terjadinya suatu
proses perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang pinggiran yang tidak berdaya untuk
memberikan pengaruh yang lebih besar di arena politik secara lokal dan nasional. Oleh karena
itu, pemberdayaan sifatnya individual sekaligus kolektif. Pemberdayaan juga merupakan suatu
proses yang menyangkut hubungan-hubungan kekuasaan/kekuatan yang berubah antara
individu, kelompok dan lembaga-lembaga sosial.
Pemberdayaan masyarakat sebagaimana telah tersirat dalam definisi yang diberikan, ditinjau
dari lingkup dan objek pemberdayaan mencakup beberapa aspek yaitu :
a. peningkatan kepemilikan aset (sumber daya fisik dan finansial) serta kemanpuan (secara
individu dan kerlopok) untuk memamfaatkan aset tersebut demi perbaikan kehidupan mereka;
b. Hubunagan antara individu dan kelompoknya, kaitannya dengan pemikan aset, dan
kemampuan mamamfaatkannya;
c. Pemberdayaan dan reformasi kelembagaan;
d. Pengemabangan jejaring dan kemitraan kerja, baik di tingkat lokal, regional maupun global.
Untuk mencapai tujuan-tujuan pemberdayaan masyarakat terdapat tiga jalur kegitan yang harus
dilaksanakan yaitu :
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang.
Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap masnusia dan masyarakatnya memiliki potensi
(daya) yang dapat dikembangkan;
2. pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memberikan
motivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta upaya untuk
mengembangkannya;
3. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).
Program ini merupakan bagian yang tidak terpoisahkan dari program penanggulangan
kemiskinan. Tujuan poram ini adalah meningkatakan kemampuan dan keberdayaan keluarga dan
kelompok masyarakat miskin melalui penyediaan kebutuhan dasar dan pelayanan umum berupa
sarana dan prasaran sosial ekonomi pendidikan, kesehatan, perumahan, dan perdiayaan sumber
daya produksi, miningkatkan kegiatan usaha kecil, menengah, dan imformal dipedesaan dan
perkotaan, mengembangkan sistem pelindungan sosial bagi keluarga dan kelompok masyarakat
yang rentang sosial dan tidak mampu mangatasi dan akibat goncangan ekonomi, terkena sakit
atau cacat, korban kejahatan dan berusia lanjut dan berpotensi menjadi miskin. Sasaran yang
dicapai dari program ini adalah berkurangnya jumlah penduduk miskin dan kelompok
masyarakat yang miskin dan berpotensi menjadi miskin.
Kegitan pokok yang dilakukan adalah :
artinya masyarkat harus manjadi subjek dan bukan objek semata dari usaha kesehatan. Mereka
harus dididik dan dibekali berbagai pengetahuan dan keterampilan dasar dalam usaha-usaha
kesehatan serta dilibatkan secara aktif sejak perencanaan dalam usaha-usaha tersebut. Tokoh
dan wakil masyarakat yang dilibatkan misalnya benar-benar yang mencerminkan aspirasi
masyarakat yang sebenarnya. Membutuhkan kesadaran dan kepedulian masyarakat akan
kesehatan mereka, dan mendorong mereka untuk berperan aktif untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut seperti membentuk organisasi-organisasi kesehatan (LSM, seperti masyarakata
anti rokok, anti narkoba), turut membiayai usaha kesehatan, ikut akses atau JPKM), ikut dalam
politik kesehatan (memilih partai yang peduli kesehatan) dan sebagainya.
usaha-usaha kesehatan khususnya dalam mengubah prilaku harus lebih bersifat pendekatan dari
bawah (buttom up appoach) berdasarkan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat
setempat, untuk itu, dibutuhkan orang-orang yang sosial yang dapat mengembangkan dan
menjalankan usaha-usaah pemantapan perilaku sehat bertumpu pada masyarakat. Biasanya
orang-orang ini akan menjalankan kegitanb dengan mendirikan LSM dalam bidang kesehatan
tertentu pada wilayah tertentu pula.
secara bertahap pemerintah harus mengurangi alokasi dana pada usaha-usaha kesehatan yang
sudah mulai dapat dibiayari sendiri oleh masyarakat seperti pelayanan kesehatan, apalagi kuratif,
kecuali bagi masyarakat kurang mampu. Alokasi dana harus lebih diberukan dan ditingkatkan
pada kegiatan-kegiatan promotif-preventif, seraya mendorong keterlibatan masyarakat,
swasta/LSM menuju kemandirian.
1) Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM). Yaitu segala bentuk kegiatan
kesehatan yang bersifat dari, oleh dan untuk masyarakat, seperti :
• Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
• Pos Obat Desa (POD)
• Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
• Pos kesehatan di Pondok Pasantren (Pokestren)
• Pemberantasan Penyakit Menular dengan Pendekatan PKMD (P2M-PKMD)
• Penyehatan Lingkungan Pemungkiman dengan Pendekatan PKMD (PLp-PKMD) sering disebut
dengan desa pencontohan kesehatan lingkungan (DPKL).
• Suka Bakti Husada (SBH)
• Taman Obat Keluarga (TOGA)
• Bina Keluarga Balita (BKB)
• Pondok Bersalin Desa (Polindes)
• Pos Pembinaan Terpadu lanjut usia (Posbindu Lansia/Posyandu Usila)
• Pemantau dan Stimulasi Perkembangan Balita (PSPB)
• Keluarga Mandiri
• Upaya Kesehatan Mesjid
2) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mempunyai kegiatan dibidang kesehatan. Banyak
sekali LSM yang berkiprah dibidang kesehatan, aktifitas mereka beragam sesuai dengan
peminatannya.
3) Organisasi Swasta yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, ruamh
bersalin, balai kesehatan Ibu dan anak, balai pengobatan, dokter praktik, klinik 24 jam, dan
seabaginya.
c. Dana
Wujud lain partisipasi masyarakat adalah dalam bentuk pembiayaan kesehatan seperti dana
sehat, asuransi kesehatan, jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, dan berbagai bentuk
asuransi dibidang kesehatan. Secara umum jenis-jenis partisipasi pemberdayaan kesehatan
masyarakat adalah sebagai berikut;
1) Berbagai bentuk dana sehat seperti dana sehat pola PKMD (Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa), dana sehat pola UKS< (Upaya Kesehatana Sekolah), dana sehat pondok
pasantren, dana sehat pola KUD (Koperasi Unit Desa), dana sehat yang dikembangkan oleh LSM,
dan dana sehat organisasi/kelompok lainnya (Supir angkot, tukang becak dan lain-lain);
2) Asuransi kesehatan oleh PT Asuransi Kesehatan Indonesia, dengan sasaran para pengawai
negeri sipil, pensiunan, dan sebagaian karyawan swasta atau pengawai pabrik;
3) Jaminan sosial tenaga kerja (termasuk pemiliharaan kesehatan) khusunya bagi para pekerja
Perusahaan swasta;
4) Asuransi kesehatn swasta atau badan penyelenggara jaminan pemeliharaan kesehatan
Masyarakat (Bapel JPKM0), seperti asuransi kesehatan yang dikelola PT tugu mandiri, PT Bintang
Jasa, dan lain-lain.
d. Wujud Lain
Masih ada bentuk peran serta masyarakat selain di atas, antara lain :
1) Jasa Tenaga
2) Jasa Pelayanan
3) Subsidi silang
2. Lingkup Peran Serta Masyarakat
Ruang lingkup peran serta masyarakat (PSM) menjadi sangat luas bahkan tidak terbatas. Namun
demikian, untuk memudahkan dalam pembinaan, lingkup PSM dapat dikelompokkan menjadi
• Upaya Kesehatana Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh masyarakat
umum.
• Upaya Kesehatan Tradisional (UKESTRA)
• Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
• Upaya Kesehatan Dasar Swasta (UKDS)
• Kemitaraan LSM dan dunia usaha.
• Dan sehat/jaminan pemeliharaan kesehatan Masyarakat (JPKM)
• Peran wanita pembangunan kesehatan
• Peran generasi muda dalam pembangunan keseahatan
• Kader kesehatan.
Dengan demikian, tujuan akhir yang hendak dicapai dalam peningkatan peran serta masyarakat
di bidang kesehatan adalah sebagai berikut.
a. Setiap pemimpin kelompok masyarakat baik formal maupun imformal mempunyai wawasan
kesuma (kesehatan untuk semua).
b. Setiap kelompok masyarakat baik ditingkat kewilayahan maupun organisasi, mempunyai
bentuk UKBM yang merupakan wujud partisipasi mereka dalam menanggulangi masalah
kesehatan yang mereka hadapi, dengan kualitas yang baik.
c. Setiap kelompok masyarakat mengembangkan dana sehat menggunakn pola yang sesuai
dengan karakteristik masyarakat setempat, dengan kualitas yang memadai. Dana sehat pola
PKMD untuk masyarakat perdesaan, dana sehat pola KUD untuk masyarakat anggota KUD, dana
sehat pada UKS untuk para murid sekolah dan lain-lain
4. Dana Sehat
Dana telah dikembangkan pada 27 provinsi meliputi 209 kabupaten/kota. Dalam
implementasinya juga berkembang beberapa pola dana sehat, antara lain sebagai berikut.
a. Dana sehat pola Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dilaksanakan pada 34 kabupaten dan telah
mencakup 12.366 sekolahan.
b. Dana sehat pola pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) dilaksanakan pada 96
kabupaten.
c. Dana sehat pola pondok Pesantren, dilaksanakan pasa 39 kabupaten/kota.
d. Dana sehat pola koperasi Unit Desa (KUD), dilaksanakan pada lebih dari 23 kabupaten,
terutama pada KUD yang sudah tergolong mandiri.
e. Dana sehat yang dikembangkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dilaksanakan pada 11
kabupaten/ kota.
f. Dana sehat organisasi/kelompok lainnya (seperti tukang becak, sopir angkutan kota dan lain-
lain), telah dilaksanakan pada 10 kabupaten/kota..
Seharusnya dana sehat merupakan bentuk jaminan pemeliharaan kesehatan bagi anggota
masyarakat yang belum dijangkau oleh asuransi kesehatan seperti askes, jamsostek, dan asuransi
kesehatan swasta lainnya. Dana sehat berpotensi sebagai wahana memandirikan
masyarakat,yang pada giliranya mampu melestarikan kegiatan UKMB setempat. Oleh karena itu,
dana sehat harus dikembangkan keseluruh wilayah.kelompok sehingga semua penduduk terliput
oleh dana sehat atau bentuk JPKM lainnya.
Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) untuk operasional OKMD di lingkungan pekerja merupakan
wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang terencana, teratur dan
berkesinambungan yang di selenggarakan oleh masyarakat pekerja atau kelompok pekerja yang
memiliki jenis kegiatan usaha yang sama dan bertujuan untuk maningkatkan produktivitas kerja.
Dengan demikian, implamentasi selalu mencakup tiga pilar PKMD, yaitu adanya kerjasama lintas
sektor, adanya pelayanan dasar kesehatan kerja, dan adanya peran serta masyarakat. Jumlah Pos
Upaya Kesehatan Kerja ( Pos UKK) sampai dengan tahun 2003 tercatat sebanyak 9.139 UKK
(Profil Kesehatan 2003)
Untuk meningkatkan fungsi LSM, forum komunikasi ditingkatkan menjadi jejaring LSM yang
ternyata berkembang beberapa peminatan. Ada beberapa kelompok peminatan kesehatan, yaitu
:
a. Pembangunan Kesehatan Fungsi Masyarakat Desa (PKMD) /Primary health Care (PHC)
b. Keluarga berencana /Kesehatan Ibu dan Anak (KB/KIA)
c. Penyakit Menular Seksual (PMS/AIDS)
d. Kesehatan anak, ramaja, dan generasi muda
e. Kesehatan wanita
f. Pengobatan tradisional
g. Kesehatan kerja
h. Kesehatan lingkungan/air bersih
i. Penyakit menular
j. Klinik/ balai pengobatan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subjek sekaligus objek dari sistem kesehatan. dalam
dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan oleh masyarakat (dengan
atau tampa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek
lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam kesehatan masyarakat.
Daftar Pustaka
Empowerment atau pemberdayaan secara singkat dapat diartikan sebagai upaya untuk
memberiikan kesempatan dan kemampuan kepada kelompok masyarakat (miskin) untuk mampu
dan berani bersuara (voice) serta kemampuan dan keberanian untuk memilih (choice).
Karena itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses terencana guna meningkatkan
skala/upgrade utilitas dari obyek yang diberdayakan. Dasar pemikiran suatu obyek atau target
group perlu diberdayakan karena obyek tersebut mem-punyai keterbatasan, ketidakberdayaan,
keterbelakangan dan kebodohan dari berbagai aspek. Oleh karenanya guna meng-upayakan
kesetaraan serta untuk mengurangi kesenjangan diperlukan upaya merevitalisasi untuk
mengoptimalkan utilitas melalui penambahan nilai. Penambahan nilai ini dapat mencakup pada
ruang bidang aspek sosial, ekonomi, kese-hatan, politik dan budaya.
Tentang hal ini, World Bank (2001) memberikan beberapa alternatif dalam fasilitasi
pemberdayaan (facilitating empowerment) yang dapt diilakukan pemerinrah, melalui:
1) Basis politik dan hukum yang transparan, serta membe-rikan ruang gerak bagoi demokratisasi
dan mekanisme partisipatip dalam pengambilan keputusan, dan pemantau-an implementasi
kegiatan.
2) Peningkatan pertumbuhan dan pemerataan administrasi publik yang bertanggung-guugat
(accountability) dan responsif terhadap penggunanya.
3) Menggerakkan desentralisasi dan pengembangan-masya-rakat yang memberikan kesempatan
kepada “kelompok miskin” untuk melaku-kan kontrol terhadap semua bentuk layanan yang
dilaksanakan.
Desentralisasi itu sendiri harus mampu bekerjasaman dengan mekanisme lain untuk
menggerakkan partisipasi masyarakat serta pemantauan lembaga-pemerintah oleh setiap warga-
negara.
4) Menggerakkan kesetaraan gender, baik dalam kegiatan ekonomi maupun dalam kelembagaan
politik.
5) Memerangi hambatan-sosial (social barrier), terutama yang me-nyangkut bias-bias etnis,
rasial, dan gender dalam penegakan hukum,
6) Mendukung modal-sosial yang dimiliki kelompok-miskin, terutama dukungan terciptanya
jejaring agar mereka keluar dari kemiskin-annya.
Dalam hubungan ini, lemabaga pemerintah perlu meningkatkan aksesibbilitas kelompok miskin
terhadaop: organisasi-perantara, pasar global, dan lembaga-lembaga publik.
Bentuk, jenis dan cara pemberdayaan masyarakat atau penguatan masyarakat (strengthening
community) sangat beragam, yang hanya berwujud jika ada kemauan untuk mengubah struktur
masyarakat (Adam Malik dalam Alfian, 1980).
Karena itu, usaha untuk mengentaskan masyarakat dari lem-bah kemiskinan secara hakiki sama
sulitnya dengan usaha memberdayakan mereka. Tugas itu bukanlah pekerjaan mudah yang
bersifat instant (segera dapat dilihat hasilnya).
Untuk mencapai tujuan-tujuan pemberdayaan masya-rakat terdapat tiga jalur kegiatan yang harus
dilaksanakan, yaitu :
1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang.
Titik-tolaknya adalah, pengenalan bahwa setiap manusia dan masya-rakatnya memiliki potensi
(daya) yang dapat dikembang-kan.
2) Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memberikan
motivasi, dan membang-kitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya, serta berupaya untuk
mengembangkannya.
3) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).
Dalam rangka ini, diperlukan langkah-langkah lebih positif dan nyata, penyediaan berbagai
masukan (input), serta pembu-kaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat
masyarakat menjadi makin dalam berdaya memanfaatkan peluang.
1) Yang dimaksud dengan kapasitas adalah kemampuan (indiividu, kelompok, organisasi, dan
kelembagaan yang lain) untuk menunjukkan/memerankan fungsinya secara efektif, efisien, dan
berkelanjutan.
2) Kapasitas bukanlah sesuatu yang pasif, melainkan proses yang berkelanjutan.
3) Pengembangan kapasitas sumberdaya manusia merupakan pusat pengembangan kapasitas.
4) Yang dimaksud dengan kelembagaan, tidak terbatas dalam arti sempit (kelompok,
perkumpulan atau organisasi), tetapi juga dalam arti luas, menyangkut perilaku, nilai-nilai, dll.
Upaya pemberdayaan masyarakat perlu mengikut-sertakan semua potensi yang ada pada
masyarakat. Dalam hubungan ini, pemerintah daerah harus mengambil peranan lebih besar
karena mereka yang paling mengetahui mengenai kondisi, potensi, dan kebutuhan
masyarakatnya.
Obyek atau target sasaran pemberdayaan dapat diarah-kan pada manusia (human) dan
wilayah/kawasan tertentu.
Pemberdayaan yang diarahkan pada manusia dimaksudkan untuk menaikkan martabatnya
sebagai mahluk sosial yang berbudaya dan meningkatkan derajat kesehatannya agar mereka
dapat hidup secara lebih produktif. Upaya ini dilaku-kan melalui serangkaian program penguatan
kapasitas.
Dalam kerangka perencanaan, penentuan kelom-pok sasar-an pemberdayaan masyarakat dapat
dilakukan dengan pendekatan umum (universal) dan pendekatan khusus (ideal).
Dalam pendekatan universal, pemberdayaan diberikan kepada semua masyarakat. Keuntungan
dari penedekatan ini mudah untuk diterapkan, namun kejelekan pende-katan ini adalah adanya
disparitas atau kesenjangan pemahaman yang cukup tinggi. Sedangkan pendekatan ideal,
menekankan bahwa pola pemberdayaan yang sesuai dengan klasifikasi strata masyarakat. Syarat
yang harus dipenuhi adalah kelengkapan indikator dan kejelasan mengenai kriteria materi
pemberdayaan.
1) Jumlah warga yang secara nyata tertarik untuk hadir dalam tiap kegiatan yang dilaksanakan.
2) Frekuensi kehadiran tiap-tiap warga pada pelaksanaan tiap jenis kegiatan.
3) Tingkat kemudahan penyelenggaraan program untuk memperoleh pertimbangan atau
persetujuan warga atas ide baru yang dikemukakan.
4) Jumlah dan jenis ide yang dikemukakan oleh masyarakat yang ditujukan untuk kelanaran
pelaksanaan program pengendalian.
5) Jumlah dana yang dapat digali dari masyarakat untuk menunjang pelaksanaan program
kegiatan.
6) Intensitas kegiatan petugas dalam pengendalian masalah.
7) Meningkat kapasitas skala partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan.
8) Berkurangnya masyarakat yang menderita sakit malaria.
9) Meningkatnya kepedulian dan respon terhadap perlunya peningkatan kehidupan kesehatan.
10) Meningkatnya kemandirian kesehatan masyarakat.
Dengan demikian pengendalian faktor resiko penyakit malaria dilaksanakan dengan strategi
sebagai berikut :
1) Menyusun instrumen faktor resiko dari penyakit malaria dari aspek lingkungan, perilaku
pelayanan kesehatan dan kependudukan yang saling terkait dengan peran individu, keluarga dan
masyarakat sekitarnya dan telah diujicoba. Dalam kegiatan ini bahan informasi adalah hasil
penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, referensi yang ada, hasil temuan
programer dari audit penyakit tersebut.
2) Membangun pemahaman, komitmen dan kerjasama tim tingkat kabupaten dan kecamatan
dalam penerapan pendekatan keluarga untuk mendorong kemandirian individu, keluarga dan
masyarakat melakukan pengendalian faktor resiko berbasis keluarga dari penyakit malaria.
3) Menerapkan pendekatan keluarga untuk pengendalian faktor resiko berbasis keluarga dari
penyakit malaria, diselenggarakan Puskesmas bersama lintas sektor kecamatan, LSM, tokoh
masyarakat dalam rangka kemandirian individu, keluarga dan masyarakat dalam mengendalikan
faktor resiko tersebut.
4) Mempersiapkan sistem informasi dan survailance penyakit yang akan diatasi, manfaatkan
pencatatan dan pelaporan yang ada, melengkapi hasil pemantauan pengendalian faktor resiko
yang ditanggulangi. Mengembangkan sistem analisis, intervensi, monitoring dan evaluasi
pemberda-yaan individu, keluarga dan masyarakat.