MASYARAKAT
Pemberdayaan pada masyarakat dibidang kesehatan merupakan sasaran utama promosi
kesehatan. Menurut WHO, terdapat 3 (tiga) strategi pokok untuk dapat mewujudkan visi dan
misi promosi kesehatan secara efektif, yakni melalui: ADVOKASI, DUKUNGAN SOSIAL,
dan PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.
Adapun pendekatan yang ditempuh dilapangan umumnya melalui 3 (tiga) langkah yakni :
Adapun pengetahuan kesehatan serta faktor-faktor terkait yang dimaksud disini adalah
mencakup :
• Pengenalan penyakit terutama penyakit menular dan tidak menular. Yang dimaksud disini
adalah mengenal nama dan jenis penyakitnya, kemungkinan penyebabnya, tanda dan
gejalanya, bagaimana cara pencegahannya, serta termasuk pula dimana tempat-tempat yang
tepat.
• Selain itu, pengetahuan tentang gizi, makanan / menu sehat, baik secara kuantitas maupun
kualitas, termasuk pula berbagai akibat atau penyakit yang timbul dari kesalahan gizi.
• Pengetahuan tentang higiene dan sanitasi dasar termasuk rumah sehat, sumber air bersih,
pembuangan sampah serta berbagai isu kesehatan. lingkungan.
• pengetahuan mengenai bahan-bahan berbahaya termasuk bahaya rokok, dan berbagai zat
adiktif/narkotik
Agar lebih memperoleh gambaran yang komprehensif, dalam uraian selanjutnya akan dibahas
berturut-turut mengenai PRINSIP, CIRI dan CONTOH serta INDIKATOR
KEBERHASILAN pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
1. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya menumbuhkan kemampuan masyarakat dari
dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat bukan sesuatu yang ditanamkan dari
luar. Pemberdayaan masyarakat adalah proses memampukan masyarakat dari oleh dan untuk
masyarakat itu sendiri, berdasarkan kemampuan sendiri.
• Menumbuh Kembangkan Potensi Masyarakat
Berbagai potensi yang terdapat dalam masyarakat antara lain berupa potensi SDM dan
sumberdaya alam. SDM, meliputi penduduk sedang potensi sumberdaya alam meliputi
kondisi geografisnya. Kemampuan SDM mengelola SDA yang tersedia pada gilirannya akan
menghasilkan sumber daya ekonomi. Kualitas SDM ditentukan oleh proporsi antara
penduduk kaya dan miskin, berpendidikan tinggi dan rendah.
• Menjalin Kemitraan
Seperti telah diuraikan, dibagian lain, bahwa kemitraan adalah suatu jalinan kerja antara
berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat
serta individu dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati. Disini, untuk
membangun kemandirian, kemitraan adalah sangat penting perannya. Masyarakat yang
mandiri adalah wujud dari kemitraan antar anggota masyarakat itu sendiri atau diantara
masyarakat dengan pihak-pihak luar, baik pemerintah maupun swasta.
• Desentralisasi
Upaya dalam pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya memberikan kesempatan kepada
masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya. Oleh sebab itu,
segala bentuk pengambilan keputusan harus diserahkan ketingkat operasional yakni
masyarakat setempat, sesuai dengan kultur masing-masing komunitas dalam pemberdayaan
masyarakat, peranan sistem yang ada diatasnya adalah fasilitator dan motivator.
a. Memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan atau program-program pemberdayaan.
Misalnya masyarakat ingin membangun atau pengadaan air bersih, maka peran petugas
adalah memfasilitasi pertemuan-pertemuan anggota masyarakat, pengorganisasian
masyarakat, atau memfasilitasi pertemuan dengan Pemerintah Daerah setempat, dan pihak
lain yang dapat membantu dalam mewujudkan pengadaan air bersih tersebut.
b. Memotivasi masyarakat untuk bekerjasama atau bergotong royong dalam melaksanakan
kegiatan atau program bersama untuk kepentingan bersama dalam masyarakat tersebut.
Misalnya, masyarakat ingin mengadakan fasilitas pelayanan kesehatan diwilayahnya. Agar
rencana tersebut dapat terwujud dalam bentuk kemandirian masyarakat, maka petugas
provider kesehatan berkewajiban untuk memotivasi seluruh anggota masyarakat yang
bersangkutan agar berpartisipasi dan berkontribusi terhadap program atau upaya tersebut.
b. Organisasi Masyarakat
Dalam suatu masyarakat selalu ada organisasi-organisasi kemasyarakatan baik formal
maupun informal, misalnya PKK, Karang Taruna, Majelis Taklim, Koperasi-Koperasi dan
sebagainya.
c. Pendaaan Masyarakat
Sebagaimana uraian pada pokok bahasan Dana Sehat, maka secara ringkas dapat digaris
bawahi beberapa hal sebagai berikut. Bahwa Dana sehat telah berkembang di Indonesia sejak
lama (tahun 1980-an). Pada masa sesudahnya (1990-an) dana sehat ini semakin meluas
perkembangannya dan oleh Depkes diperluas dengan nama program JPKM (Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat).
d. Material Masyarakat
Seperti telah diuraikan sebelumnya sumber daya alam adalah merupakan salah satu potensi
masyarakat. Masing-masing daerah mempunyai sumber daya alam yang berbeda yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangunan.
e. Pengetahuan Masyarakat
Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah contoh permberdayaan masyarakat
yang meningkatkan komponen pengetahuan masyarakat (community knowledge).
UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA
MASYARAKAT (UKBM)
PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu determinan dalam mencapai masyarakat yang
sehat, meskipun disadari bahwa peran lingkungan dan factor perilaku merupakan determinan
yang lebih besar pengaruhnya pada kesehatan (Blum).
Mengutip konsep dari H.L. Blum, secara umum pelayanan kesehatan terdiri dari empat upaya
yaitu pencegahan, peningkatan kesehatan, pengobatan dan pemulihan kesehatan. Dalam
kaitannya dengan peningkatan dan kemajuan masyarakat. Pelayanan kesehetan ditujukan
untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami atau dihadapi masyarakat agar dapat
terhindar dari kematian dini, kecacatan, bahkan rendahnya taraf kebugaran sehingga terjaga
produktivitas penduduk.
POSYANDU
1. POSYANDU
Latar Belakang
Puskesmas adalah ujung tombak pemberi pelayanan kesehatan pertama di masyarakat yang
diperkenalkan mulai tahun 1968. Sejak berdirinya Puskesmas banyak bentuk pemberdayaan
masyarakat yang telah diselenggarakan, antara lain: Karang Balita (gizi), Pos KB Desa (KB),
Pos Imunisasi (Imunisasi), Daerah Kerja Intensif Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
(penyuluhan).
Pengertian
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan
masyarakat dan keluarga berencana yang dilaksanakan oleh masyarakat, dari masyarakat dan
untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas
kesehatan, yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak
dini dalam rangka 1) Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan
untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia balita.
Dasar Pelaksanaan
Penyelenggaraan Posyandu didasarkan pada keputusan ber¬sama antara Menteri Dalam
Negeri, Menteri Kesehatan dan KBN melalui Surat Keputusan Bersama: dengan Nomor 23
tahun 1985, 21 /Men. Kes/Inst. B./IV 1985, dan 112/HK-011/ A/1985 tentang
penyelenggaraan Posyandu, yaitu:
a. Meningkatkan kerja sama lintas sektoral untuk menyeleng¬garakan Posyandu dalam
lingkup LKMD dan PKK
b. Mengembangkan peran serta masyarakat dalam mening¬katkan fungsi Posyandu serta
meningkatkan peran serta masyarakat dalam program-program pembangunan masya¬rakat
desa.
c. Meningkatkan peran fungsi LKMD dan PKK dengan meng¬utamakan peranan kader
pembangunan.
Tujuan penyelenggaraan Posyandu
Departemen Kesehatan (1988) telah merumuskan bahwa tujuan penyelenggaraan Posyandu
adalah untuk:
a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita, dan angka kelahiran.
b. Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia, dari Sejahtera (NKKBS)
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembang¬kan kegiatan yang menunjang
kesehatan, dan
d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk melaksana¬kan kegiatan lainnya yang
menunjang, sesuai dengan kebutuhan.
Sedangkan Dinas Kesehatan DKI (2006) merumuskan bahwa tujuan penyelenggaraan
Posyandu antara lain :
a. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar,
terutama yang berkaitan dengan penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
bayi (AKB)
b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar
c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar.
Penyelenggaraan Posyandu
Pada permulaan munculnya ide pembentukkan Posyandu, dibeberapa daerah sudah ada pos-
pos pelayanan kesehatan yang melayani masyarakat, namun pada umumnya pelayanan yang
diberikan hanya salah satu pelayanan kesehatan, misalnya: pos penimbangan, pos imunisasi,
pos KB desa, atau pos kesehatan Untuk itu, maka Posyandu diselenggarakan berdasarkan
pengembangan dari pos-pos tersebut dengan melaksanakan berbagai pelayanan kesehatan
secara terpadu. Sedangkan bagi daerah yang belum ada, dihimbau untuk pembentukan yang
baru.
Sedangkan kegiatan lain atau yang disebut kegiatan tambahan anatara lain:
a. Bina Keluarga Balita (BKB)
b. Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA)
c. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Lear Biasa (KLB), Misalanya:
ISPA, DBD, Gizi buruk, Polio, Campak, Diphteri, pertusis, atau tetanus neonatorum.
d. Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD),
e. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD),
f. Tabungan Ibu Bersalin (TABULIN)
g. Tabungan Masyarakat (TABUMAS)
h. Suami Siap Antar Jaga (SIAGA),
i. Ambulan Desa.
j. Penyehatan Air bersih clan penyehatan lingkungan pemukiman
k. Program diversivikasi tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan, melalui Taman Obat
Keluarga (TOGA),
Jenjang Posyandu
Menurut "Konsep ARRIF” Jenjang Posyandu dikelompokkan menjadi empat strata:
a. Posyandu Pratama (warna merah)
• Belum mantap
• Kegiatan belum rutin
• Kader terbatas
b. Posyandu Madya (warna Kuning)
• Kegiatan lebih teratur
• Jumlah kader minimal lima orang
c. Posyandu Purnama (warna Hijau)
• Kegiatan sudah teratur
• Cakupan program/kegiatan baik
• Jumlah kader lebih dari lima orang
• Mempunyai program tambahan
2. KADER KESEHATAN
Pengertian
Secara umum istilah kader kesehatan yaitu tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh
masyarakat itu sendiri dan bekerja secara sukarela untuk menjadi penyelenggara Posyandu.
L.A Gunawan memberikan batasan tentang kader kesehatan:
“kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarela
yang dipilih oleh dan dari masyarakat yang bertugas untuk mengembangkan masyarakat".
Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI memberikan batasan, bahwa:"Kader
adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditunjuk oleh masyarakat dan dapat
bekerja secara sukarela ".
Dasar Pemikiran
a) Dari segi kemampuan masyarakat
Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, khusus dalam bidang kesehatan, bentuk
pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat bukanlah sebagai objek, akan
tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri.
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Dr. Ida Bagus, mengenai persyaratan bagi seorang
kader antara lain :
a. Berasal dari masyarakat setempat
b. Tinggal di desa tersebut
c. Tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama
d. Diterima oleh masyarakat setempat
e. Masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari nafkah
f. Sebaiknya yang bias baca tulis
Fungsi Kader
a. Merencanakan kegiatan, antara lain: menyiapkan data-data, melaksanakan survey mawas
diri, membahas hasil survey, menyajikan dalam Musyawarah Masyarakat Desa (MMD),
menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat, menen
tukankegiatanpenanggulangan masalah kesehatan ada bersama-bersama masyarakat,
membahas pembagian tugas menurut jadwal kerja.
b. Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi, wawan¬muka (kunjungan), dengan
menggunakan alat peraga dan percontohan.
c Menggerakkan masyarakat: mendorong masyarakat untuk bergotong royong, memberikan
informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa yang akan dilaksanakan dan lain-lain.
d. Memberikan pelayanan yaitu,:
• Membagi obat
• Membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan
• Mengawasi pendatang didesanya dan melapor
• Memberikan pertolongan pemantauan penyakit
• Memberikan pertolongan pada kecelakaan dan lainnya
5) Melakukan pencatatan, tentang:
• Jumlah akseptor KB atau jumlah Pus, jumlah peserta aktif dsb
• KIA: jumlah ibu hamil, vitamin A yang dibagikan dan sebagainya
• Imunisasi: jumlah imunisasi TT bagi ibu hamil dan jumlah bayi dan balita yang
diimunisasikan
• Gizi: jumlah bayi yang ada, jumlah bayi atau balita yang mempunyai KMS, balita yang
ditimbang dan yang naik timbangan.
• Diare: jumlah oralit yang dibagikan, penderita yang di¬temukan dan dirujuk.
6) Melakukan pembinaan keluarga mengenai lima program keterpaduan KB-kesehatan.
Keluarga binaan untuk masing¬-masing kader berjumlah 10-20 KK atau sesuai dengan
kemampuan kader setempat.
Tugas Kader
Kader bukanlah tenaga professional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan.
Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah
maupun jenis pelayanan. Adapun kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh kader dan semua
pihak dalam rangka melaksanakan kegiatan, antara lain :
a. Kegiatan di Posyandu:
• Melaksanan pendaftaran.
• Menimbang bayi dan balita, Bumil/ ibu menyusui, WUS atau PUS,
• Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan,
• Mengisi KMS
• Memberikan penyuluhan.
• Memberi dan membantu pelayanan.
b. Kegiatan- diluar Posyandu:
• Mengajak ibu-ibu untuk datang pada hari kegiatan Pos¬yandu,
• Melaksanakan kegiatan yang menunjang upanya kesehatan lainnya yang sesuai dengan
permasalahan kesehatan yang ada, misalnya:
• Pemberantasan penyakit menular.
• Penyehatan rumah dan pembuangan sampah.
• Pembersihan sarang nyamuk.
• Penyediaan sarana air bersih.
• Penyediaan sarana jamban keluarga.
• Pembuatan sarana pembuangan air limbah.
3. REVITALISASI POSYANDU
Permasalahan yang dirasakan pada tataran konsep dan operasionalisasi Posyandu antara lain:
a) Kurang dilibatkannya anggota dan tokoh masyarakat yang secara sosial, budaya, dan
ekonomi lebih potensial, memba¬tasi akses sumber daya,
b) Pengertian pemberdayaan masyarakat hanya secara fisik, menghambat keterlibatan semua
anggota masyarakat
c) Pengertian kerelawan yang dicerna secara kaku, menghambat pemanfaatan tenaga
profesional,
d) Kegiatan Posyandu yang kurang variasi dan tidak partisipatif, membosankan para
pengelola dan peserta,
e) Penampilan Posyandu yang kurang variasi dan tidak atraktif, kurang menarik pengelola
dan peserta,
f) Ekspektasi peran yang berlebihan (bimbingan medis dan manajerial), membebani tugas dan
tanggungjawab Puskesmas.
DESA SIAGA DAN RW SIAGA
A. DESA SIAGA
Latar Belakang
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 574/Menkes/SK/ IV/2000 telah
ditetapkan Visi Pembangunan Kesehatan, yaitu Indonesia Sehat 2010. Visi tersebut
menggambarkan bahwa pada tahun 2010 bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan yang
sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, sehingga memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Tingginya angka kematian, terutama kematian pada ibu (AKI) dan bayi (AKB) menunjukkan
masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Demikian juga dengan tingginya angka
kesakitan yang akhir-akhir ini ditandai dengan munculnya kembali berbagai penyakit lama
seperti malaria dan tuberkulosis paru, merebaknya berbagai penyakit bare yang bersifat
pandemik seperti HIV/AIDS, SARS dan flu burung serta masih banyak ditemukan
penyakit¬penyakit endemis seperti diare dan demam berdarah. Keadaan tersebut diperparah
lagi dengan timbulnya berbagai jenis ben¬cana karna faktor alam.
TUJUAN JPKM
Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui pemeliharaan kesehatan
pari purna yang bermutu dan merata dengan mengendalikan biaya yang berasal dari peserta.
Banyak faktor yang sebagai penyebab kenapa program JPKM belum berkembang di tanah air
secara garis besar dapat dibedakan atas 5 macam :