Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DI


BERBAGAI TEMPAT

OLEH:

KELOMPOK 9
Tesha Hestiana Sari
Lenggo Geni
Rosario Syahnur
Aslamiati
Ria Destisa

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2013
STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DI BERBAGAI TEMPAT

A. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN


Strategi ialah upaya bagaimana mewujudkan tujuan promosi kesehatan atau cara
pendekatan agar tujuan promkes tercapai secar efektif dan efisien. Strategi promosi
kesehatan diarahkan untuk:
1.      Mengembangkan kebijakan guna mewujudkan masyarakat yang sehat
2.      Membina suasana, iklim, dan lingkungan yang mendukung
3.      Memperkuat, mendukung, dan mendorong kegiatan masyarakat
Strategi promosi kesehatan diarahkan untuk:
1.      Memperkuat, mendukung, dan mendorong kegiatan masyarakat
2.      Meningkatkan kemampuan dan keterampilan perorangan
3.      Menyupayakan pembangunan kesehatan yang lebih memberdayakan masyarakat
Terdapat dua Strategi Promokes, yaitu:
1. Strategi Global  menurut WHO (1984)
2. Strategi Promkes berdasarkan Piagam Ottawa

B. STRATEGI GLOBAL MENURUT WHO (1984)


1.      Advokasi (Advocacy)
Adalah kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan atau penentu kebijakan
baik bidang kesehatan maupun di luar bidang kesehatan.
Advokasi kesehatan adalah :
a.     Upaya untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bernagai komunikasi
persuasif dalam rangka memasayara-katkan PHBS yang ditujukan pada penentu
kebijakan.
b.    Upaya untuk mempengaruhi individu melalui berbagai komunikasi persuasif
dalam rangka memasyarakatkan PHBS.
c.    Berbagai bentuk komunikasi persuasif yang ditujukan pada penentu kebijakan
untuk memperoleh dukungan kebijakan dalam meningkatkan PHBS

Tujuan Pembuat keputusan membuat UU, peraturan yang


menguntungkan kesehtatan publik.
Bentuk kegiatan Lobying, pembicaraan formal dan informal terhadap pembuat
keputusan, penyajian masalah yang mempengaruhi kesehatan
masyarakat.
Sasaran  Pejabat eksekutif dan legislatif, pimpinan perusahaan dan
Advokasi organisasi masyarakat, dll
Output Undang-undang, peraturan-peraturan daerah, instruksi yang
Advokasi mengikat masyarakat atau instansi terkait dengan masalah
kesehatan.

2.      Dukungan Sosial (Social Support)


Adalah kegiatan yang ditujukan kepada tokoh masyarakat baik formal maupun
informal yang mempunyai pengaruh di masyarakat. Dukungan sosial ialah menjalin
kemitraan untuk pembentukan opini publik dengan berbagai kelompok opini yang
ada di masyarakat seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, lembaga swadaya
masyarakat, dunia usaha/swasta  media massa, organisasi profesi, pemerintah, dll.
Bina suasana dilakukan untuk sasaran sekunder atau petugas pelaksana  di berbagai
tingkat administrasi ( dari pusat hingga desa)

Tujuan Kegiatan promkes memperoleh dukungan sosial atau bina


suasana dari TOMA atau TOGA sehingga dapat menjembatani
antara pengelola promkes dengan masyarakat
Bentuk kegiatan Pelatihan-pelatihan, seminar, lokakarya, pendidikan/penyuluhan,
sarasehan, pertemuan berkala, kunjungan lapangan, study
banding, dll
Sasaran Tokaoh masyarakat, tokoh keluarga

                                                                                                                                   
3.      Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Gerakan/pemberdayaan masyarakat adalah cara untuk menumbuhkan dan
mengembangkan norma yang membuat masyarakat mampu untuk berlaku hidup
bersih dan sehat. Pemberdayaan masyarakat ditujukan kepada masyarakat
langsung sebagai sasaran utama promkes.

C. STRATEGI PROMKES BERDASARKAN PIAGAM OTTAWA (OTTAWA CHARTER)


1.      Kebijakan berwawasan Kesehatan
Adalah Kegiatan yang ditujukan kepada para pembuat keuputusan/penentu
kebijakan sehingga dikeluarkan atau dikembangkan kebijakan pembangunan yang
berwawasan kesehatan. Setiap kebijakan harus mempertimbangkan dampak
kesehatan bagi masyarakat
2.      Lingkungan yang Mendukung
Adalah kegiatan untuk mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang
mendukung. Kegiatan ini ditujukan kepada pemimpin  masyarakat. Mereka
diharapkan memperhatikan dampak lingkungan terhadap kesehatan  masyarakat.
3.      Reorientasi Pelayanan Kesehatan
Kesehatan masyarakat merupakan tanggungjawab masyarakat, oleh karena itu
penyelenggaraan yankes merupakan tanggungjawab bersama dari pemberi dan
penerima  pelayanan
Melibatkan masyarakat dalam pelayanan kesehatan berarti memberdayakan
masyarakat dlm memelihara & meningkatkan  kesehatannya sendiri.
4.      Keterampilan Individu
Target kesehatan ialah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Tujuan
ketrampilan individu adalah  meningkatkan ketrampilan anggota masyarakat agar
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya sehingga mereka mempunyai
pengetahuan dan kemampuan tentang cara  memelihara kesehatan, mampu
mengenal & mencegah penyakit, dan mampu  meningkatkan kesehatan.
5.      Gerakan Masyarakat
Kesehatan masyarakat merupakan perwujudan kesehatan individu, keluarga, dan
kelompok.  Untuk mewujudkan derajat kesehatan tsb akan efektif apabila unsur-
unsur yang ada dalam masyarakat bergerak bersama. Masyarakat dilibatkan dalam
kegiatan-kegiatan upaya memelihara dan meningkatkan kesehatan yang
merupakan wujud dari gerakan masyarakat.

D. LANGKAH-LANGKAH STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DI TEMPAT KERJA


Langkah-langkah strategi promosi kesehatan di tempat kerja dilaksanakan melalui
Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat Pekerja (PPMP - Primary Health Care
Approach). Untuk mencapai sasaran masyarakat pekerja diperlukan pendekatan
sistemik yang mampu mengajak partisipasi dari masyarakat pekerja. Ciri PPMP ini
adalah :
1. Penyelenggaraan program promosi kesehatan di tempat kerja harus bertumpu pada
partisipasi aktif masyarakat pekerja atau kerja sama interaksi antara penyelenggara
program promosi kesehatan di tempat kerja dengan masyarakat pekerja di tempat kerja
sasaran.
2. Adanya konsepsi dan pelaksanaan promosi kesehatan di tempat kerja
Adanya kegiatan program promosi kesehatan di tempat kerja yang diselenggarakan
melalui kemitraan triparteit (pemerintah, manajemen tempat kerja dan pekerja atau
serikat pekerja).

Tahapan langkah-langkah dari pendekatan pemberdayaan masyarakat pekerja


sebagai berikut :

1. Melakukan advokasi & sosialisasi


Advokasi secara umum ialah suatu bentuk komunikasi yang berlangsung dari pihak
yang lemah kepada yang lebih kuat (berkuasa). Dalam hal tempat kerja dapat
dianalogikan dengan komunikasi antara pekerja dengan pihak manajemen tempat
kerja, dengan tujuan agar hak-hak pekerja atas promosi kesehatan dapat diperoleh
atau terpenuhi.
Sosialisasi adalah kegiatan mendiseminasikan pesan ke semua arah (horizontal),
yang dalam konteks tempat kerja adalah pada semua pekerja di semua tingkatan,
agar semua pekerja mengetahui, memahami dan mengamalkan pesan yang
diprogramkan oleh manajemen tempat kerja. Jadi lebih jauh lagi agar semua pekerja
berpartisipasi sesuai dengan apa yang diharapkan melalui pesan tersebut.
2. Telaah mawas diri (workers community diagnosis)
Telaah mawas diri sebenarnya merupakan ajang diagnosis masalah oleh masyarakat
pekerja terhadap kondisi kesehatan kerja mereka. Secara singkat dapat digambarkan
bahwa masyarakat pekerja diajak untuk mengenali keadaan kesehatan kerja mereka
sendiri, disamping mendeteksi potensi yang ada di sekeliling mereka. Atas dasar
kedua hal ini (masalah dan potensi), dibuatlah diagnosis masalah kesehatan
kerjanya. Dalam hal ini, kewajiban bagi manajemen tempat kerja adalah mencarikan
cara yang tepat agar mempermudah mereka dalam mengenali masalah dan menggali
potensi yang mereka miliki.

3. Musyawarah masyarakat pekerja (workers community prescription)


Musyawarah masyarakat pekerja merupakan kegiatan �worker�s community
prescription� untuk mengatasi segala yang berhubungan dengan kesehatan kerja
yang mereka alami. Tentu saja penyelesaian masalah ini diutamakan dengan
menggunakan potensi setempat. Resep ini belum tentu rasional, oleh karena itu
adalah kewajiban manajemen tempat kerja untuk menuntun mereka membuat
resep yang rasional. Wujudnya berupa rencana kegiatan yang sederhana, dapat
dijangkau dengan sumber daya setempat, tetapi memberi sumbangan besar pada
upaya mengatasi masalah kesehatan kerja setempat.

4. Pelaksanaan kegiatan (workers community treatment)


Dalam hal ini, masyarakat pekerja menjalankan upaya penanggulangan masalah.
Serangkaian kegiatan yang disusun diharapkan dapat secara bertahap mengatasi
masalah-masalah kesehatan kerja yang mereka hadapi, sekaligus membuktikan
apakah �resep� mereka sudah tepat. Namun perlu dipantau agar bila ternyata
ada kekeliruan, bisa segera diperbaiki.

5. Memantau/menyesuaikan
Selama program promosi kesehatan di tempat kerja berlangsung, pemantauan perlu
dilakukan. Setiap perubahan perilaku yang terjadi perlu diperhitungkan, dan
perubahan lingkungan baik yang positif (mendukung) maupun yang negatif
(menghambat) perlu diketahui, diantisipasi dan dihadapi secara tepat. Dengan
demikian program promosi kesehatan dapat berjalan terus, berkembang dan
mencapai sasarannya.

6. Evaluasi
Pada akhirnya setelah program dijalani sesuai rencana, maka dilakukan evaluasi ;
apakah proses pelaksanaan berlangsung sesuai dengan rencana?, apakah ada
perubahan perilaku pekerja kearah positif?, apakah perubahan keadaan sehubungan
dengan promosi kesehatan yang dilakukan?

7. Pembinaan dan pengembangan


Kegiatan pembinaan dan pengembangan merupakan siklus lanjut dari lingkaran
pemecahan masalah-masalah kesehatan kerja. Pada satu periode akhir kegiatan,
tahap selanjutnya adalah worker community development yang kemudian berputar
kembali ke langkah workers community diagnosis, workers community prescription
dan workers community treatment, Inspection/adaptation, evaluation sebab akan
timbul problematik baru yang lebih tinggi tingkatnya. Bila ini berjalan, maka akan
terjadi proses pembinaan dan pengembangan sesuai dengan tingkat perkembangan
masalahnya.

E. STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI SEKOLAH


WHO mencanangkan lima strategi promosi kesehatan di sekolah, yang terdiri dari:
1. Advokasi
Kesuksesan program promosi kesehatan di sekolah sangat ditentukan oleh dukungan
dari berbagai pihak. Guna mendapat dukungan tersebut, perlu ada upaya-upaya untuk
menyadarkan berbagai pihak, seperti sektor terkait, donor, LSM nasional dan
internasional, sehingga terjalin kemitraan untuk mengembangkan program promosi
kesehatan di sekolah.

2. Kerjasama
Kerjasama dengan berbagai pihak sangat bermanfaat bagi penanggungjawab program
kesehatan di sekolah karena mereka dapat belajar dan berbagi pengalaman tentang
cara menggunakan berbagai sumberdaya yang ada, memaksimalkan investasi dalam
pendidikan dan pemanfaatan sekolah untuk melakukan promosi kesehatan.

3. Penguatan kapasitas nasional


Berbagai sektor yang terkait harus memberikan dukungan untuk memperkuat program
promosi kesehatan di sekolah. Salah satu bentuk dukungan yang diberikan adalah
pengembangan kebijakan dan strategi nasional, menyusun rencana kegiatan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program promosi
kesehatan di sekolah.
4. Penelitian
Penelitian merupakan salah satu komponen dari pengembangan dan penilaian program
promosi kesehatan di sekolah yang akan dilakukan dan dikembangkan. Bagi sektor
terkait penelitian merupakan akses untuk mengembangkan program promosi
kesehatan di sekolah secara nasional, disamping untuk melakukan evaluasi peningkatan
perilaku hidup sehat siswa sekolah. WHO telah mengembangkan Rapid Assessment and
Planning Process (RAPP) untuk membantu melakukan penilaian kapasitas untuk
pengembangan program promosi kesehatan di sekolah.

5. Kemitraan
WHO menganjurkan untuk menjalin kemitraan dengan berbagai organisasi pemerintah
dan swasta untuk:
 Revitalisasi dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak untuk meningkatkan
status kesehatan melalui sekolah

 Mengembangkan penelitian dan berbagi pengalaman dari berbagai negara maupun


lokal tentang upaya-upaya yang telah dilakukan sekolah untuk mengembangkan
promosi kesehatan di sekolah 

 Mendorong mobilisasi guna meningkatkan kesehatan di sekolah.

F. STRATEGI PROMKES DI DAERAH TERPENCIL, PERBATSAN, DAN KEPULAUAN


Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu dilaksanakan strategi
promosi kesehatan paripurna yang terdiri dari (1) pemberdayaan, yang didukung oleh
(2) bina suasana dan (3)advokasi, serta dilandasi oleh semangat (4) kemitraan.
Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah dan
menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau kelompok-
kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau, dan mampu mempraktikkan
PHBS.
Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan
mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam
mengadopsi PHBS dan melestarikannya. Sedangkan advokasi adalah pendekatan dan
motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang diperhitungkan dapat mendukung
keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi materi maupun non materi.

1. PEMBERDAYAAN
Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat merupakan bagian
yang sangat penting, dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak.
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada individu, keluarga atau
kelompok (klien) secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti
perkembangan klien serta proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari
tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek
attitude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan
(aspek practice). Oleh sebab itu, sesuai dengan sasaran (klien)nya dapat dibedakan
adanya (a) pemberdayaan individu, (b) pemberdayaan keluarga dan (c) pemberdayaan
kelompok/masyarakat.
Dalam mengupayakan agar klien tahu dan sadar, kuncinya terletak pada
keberhasilan membuat klien tersebut memahami bahwa sesuatu (misalnya Diare)
adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang klien yang bersangkutan
belum mengetahui dan menyadari bahwa sesuatu itu merupakan masalah, maka klien
tersebut tidak akan bersedia menerima informasi apa pun lebih lanjut. Saat klien telah
menyadari masalah yang dihadapinya, maka kepadanya harus diberikan informasi
umum lebih lanjut tentang masalah yang bersangkutan.
Perubahan dari tahu ke mau pada umumnya dicapai dengan menyajikan fakta-
fakta dan mendramatisasi masalah. Tetapi selain itu juga dengan mengajukan harapan
bahwa masalah tersebut bisa dicegah dan atau diatasi. Di sini dapat dikemukakan
fakta yang berkaitan dengan para tokoh masyarakat sebagai panutan (misalnya
tentang seorang tokoh agama yang dia sendiri dan keluarganya tak pernah terserang
Diare karena perilaku yang dipraktikkannya).
Bilamana seorang individu atau sebuah keluarga sudah akan berpindah dari mau
ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam
hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung. Tetapi yang
seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pemberdayaan
kelompok/masyarakat melalui pengorganisasian masyarakat (community
organization) atau pembangunan masyarakat (community development). Untuk itu,
sejumlah individu dan keluarga yang telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok
untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini
pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari
dermawan). Di sinilah letak pentingya sinkronisasi promosi kesehatan dengan program
kesehatan yang didukungnya dan program-program sektor lain yang berkaitan.
Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat oleh program kesehatan dan
program lain sebagai bantuan, hendaknya disampaikan pada fase ini, bukan
sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan
masyarakat.
Pemberdayaan akan lebih berhasil jika dilaksanakan melalui kemitraan serta
menggunakan metode dan teknik yang tepat. Pada saat ini banyak dijumpai lembaga-
lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang kesehatan atau peduli
terhadap kesehatan. LSM ini harus digalang kerjasamanya, baik di antara mereka
maupun antara mereka dengan pemerintah, agar upaya pemberdayaan masyarakat
dapat berdayaguna dan berhasilguna. Setelah itu, sesuai ciri-ciri sasaran, situasi dan
kondisi, lalu ditetapkan, diadakan dan digunakan metode dan media komunikasi yang
tepat.

2. BINA SUASANA
Bina Suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong
individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.
Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di
mana pun ia berada (keluarga di rumah, organisasi siswa/mahasiswa, serikat pekerja/
karyawan, orang-orang yang menjadi panutan/idola, kelompok arisan, majelis agama,
dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku
tersebut. Oleh karena itu, untuk memperkuat proses pemberdayaan, khususnya
dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan
bina suasana. Terdapat tiga kategori proses bina suasana, yaitu (a) bina suasana
individu, (b) bina suasana kelompok, dan (c) bina suasana publik.

a) Bina Suasana Individu


Bina suasana individu dilakukan oleh individu-individu tokoh masyarakat.
Dalam kategori ini tokoh-tokoh masyarakat menjadi individu-individu panutan dalam
hal perilaku yang sedang diperkenalkan. Yaitu dengan mempraktikkan perilaku yang
sedang diperkenalkan tersebut (misalnya seorang kepala sekolah atau pemuka
agama yang tidak merokok). Lebih lanjut bahkan mereka juga bersedia menjadi
kader dan turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang
kondusif bagi perubahan perilaku individu.

b) Bina Suasana Kelompok


Bina suasana kelompok dilakukan oleh kelompok-kelompok dalam masyarakat,
seperti pengurus rukun tetangga (RT), pengurus rukun warga (RW), majelis
pengajian, perkumpulan seni, organisasi profesi, organisasi wanita, organisasi
siswa/mahasiswa, organisasi pemuda, serikat pekerja dan lain-lain. Bina suasana ini
dapat dilakukan bersama pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli. Dalam
kategori ini kelompok-kelompok tersebut menjadi kelompok yang peduli terhadap
perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya. Bentuk
dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut lalu bersedia juga mempraktikkan
perilaku yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait dan
atau melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya.
c) Bina Suasana Publik
Bina suasana publik dilakukan oleh masyarakat umum melalui pengembangan
kemitraan dan pemanfaatan media-media komunikasi, seperti radio, televisi, koran,
majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum.
Dalam kategori ini media-media massa tersebut peduli dan mendukung perilaku
yang sedang diperkenalkan. Dengan demikian, maka media massa tersebut lalu
menjadi mitra dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang perilaku yang
sedang diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum atau opini publik yang
positif tentang perilaku tersebut. Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan
dirasakan pula sebagai pendukung atau “penekan” (sosial pressure) oleh individu-
individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku
yang sedang diperkenalkan.
3. ADVOKASI
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders).
Pihak-pihak yang terkait ini berupa tokoh tokoh masyarakat (formal dan informal)
yang umumnya berperan sebagai narasumber (opinion leader), atau penentu
kebijakan (norma) atau penyandang dana. Juga berupa kelompok-kelompok dalam
masyarakat dan media massa yang dapat berperan dalam menciptakan suasana
kondusif, opini publik dan dorongan (pressure) bagi terciptanya PHBS masyarakat.
Advokasi merupakan upaya untuk menyukseskan bina suasana dan
pemberdayaan atau proses pembinaan PHBS secara umum. Perlu disadari bahwa
komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam
waktu singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan,
yaitu (1) mengetahui atau menyadari adanya masalah, (2) tertarik untuk ikut
mengatasi masalah, (3) peduli terhadap pemecahan masalah dengan
mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, (4) sepakat untuk
memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah dan
(5) memutuskan tindak lanjut kesepakatan. Dengan demikian, maka advokasi harus
dilakukan secara terencana, cermat dan tepat. Bahan-bahan advokasi harus disiapkan
dengan matang, yaitu:
 Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi.
 Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah.
 Memuat peran sasaran dalam pemecahan masalah.
 Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based.
 Dikemas secara menarik dan jelas.
 Sesuai dengan waktu yang tersedia
Sebagaimana pemberdayaan dan bina suasana, advokasi juga akan lebih efektif
bila dilaksanakan dengan prinsip kemitraan. Yaitu dengan membentuk jejaring
advokasi atau forum kerjasama. Dengan kerjasama, melalui pembagian tugas dan
saling-dukung, maka sasaran advokasi akan dapat diarahkan untuk sampai kepada
tujuan yang diharapkan. Sebagai konsekuensinya, metode dan media advokasi pun
harus ditentukan secara cermat, sehingga kerjasama dapat berjalan baik.
4. KEMITRAAN
Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun bina
suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan dukungan.
Dengan demikian kemitraan perlu digalang antar individu, keluarga, pejabat atau
instansi pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka
atau tokoh masyarakat, media massa dan lain-lain. Kemitraan harusberlandaskan pada
tiga prinsip dasar, yaitu (a) kesetaraan, (b) keterbukaan dan (c) saling menguntungkan.

Anda mungkin juga menyukai