Anda di halaman 1dari 4

Strategi Promosi Kesehatan menurut WHO

Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara global ini terdiri

dari 3 hal, yaitu :

1. Advokasi

Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut

membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi

kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu

kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para penjabat tersebut

mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat

pembuat keputusan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam

bentuk undang- undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan

sebagainya.

Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk, baik secara formal maupun

informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang issu atau

usulan program yang ingin dimintakan dukungan dari para pejabat yang terkait. Kegiatan

advokasi secara informal misalnya sopan kepada para pejabat yang relevan dengan

program yang diusulkan, untuk secara informal meminta dukungan, baik dalam bentuk

kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau fasilitaslain. Dari uraian dapat

disimpulkan bahwa sasaran advokasi adalah para pejabat baik eksekutif maupun

legislatif, di berbagai tingkat dan sektor, yang terkait dengan masalah kesehatan.

2. Dukungan Sosial (Social support)

Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial

melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal.
Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara

sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat (penerima

program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada

dasarnya adalah mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat mau

menerima dan mau berpartisipasi terhadap program-program tersebut. Oleh sebab itu,

strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau membina suasana yang

kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial ini antara lain: pelatihan

pelatihan paratoma, seminar, lokakarya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya.

Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah para

tokoh masyarakat di berbagai tingkat (sasaran sekunder).

Terdapat tiga kategori proses bina suasana, yaitu :

a. Bina Suasana Individu

Bina suasana individu dilakukan oleh individu-individu tokoh masyarakat. Dalam

kategori ini tokoh-tokoh masyarakat menjadi individu-individu panutan dalam hal

perilaku yang sedang diperkenalkan. Yaitu dengan mempraktikkan perilaku yang sedang

diperkenalkan tersebut (misalnya seorang kepala sekolah atau pemuka agama yang tidak

merokok). Lebih lanjut bahkan mereka juga bersedia menjadi kader dan turut

menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan

perilaku individu.

b. Bina Suasana Kelompok

Bina suasana kelompok dilakukan oleh kelompok-kelompok dalam masyarakat,

seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga (RW), majelis pengajian,

perkumpulan seni, organisasi Profesi, organisasi Wanita, organisasi Siswa/mahasiswa,


organisasi pemuda, serikat pekerja dan lain-lain. Bina suasana ini dapat dilakukan

bersama pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli. Dalam kategori ini kelompok-

kelompok tersebut menjadi kelompok yang peduli terhadap perilaku yang sedang

diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa

kelompok tersebut lalu bersedia juga mempraktikkan perilaku yang sedang

diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait dan atau melakukan kontrol sosial

terhadap individu-individu anggotanya

c. Bina Suasana Public

Bina suasana publik dilakukan oleh masyarakat umum melalui pengembangan

kemitraan dan pemanfaatan media-media komunikasi, seperti radio, televisi, koran,

majalah, situs internet dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum. Dalam

kategori ini media-media massa tersebut peduli dan mendukung perilaku yang sedang

diperkenalkan. Dengan demikian, maka media-media massa tersebut lalu menjadi mitra

dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang perilaku yang sedang diperkenalkan

dan menciptakan pendapat umum atau opini publik yang positif tentang perilaku tersebut.

Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai pendukung

atau “penekan” (social pressure) oleh individu-individu anggota masyarakat, sehingga

akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.

3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)

Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang beisi non instruktif,

guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu

mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan

melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat. Pemberdayaan


masyarakat di bidang kesehatan adalah proses pemberian informasi kepada individu,

keluarga atau kelompok ( klien ) secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti

perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak

tahu menjadi tahu atau sadar ( aspek pengetahuan atau knowledge), dari tahu menjadi

mau (askep sikap atau attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku

yang di perkenalkan ( aspek tindakan atau practice). Pemberdayaaan masyarakat bidang

kesehatan merupakan suatu proses aktif, di mana sasaran/klien dan masyarakat yang

diberdayaakan harus berperan secara aktif ( berpartisipasi) dalam kegiatan program

kesehatan.

Tujuan dilakukannya pemberdayaan masyarakat yaitu agar penerima manfaat

tahu, mau, dan mampu menerapkan inovasi tersebut demi tercapainya perbaikan mutu

hidupnya di bidang kesehatan. Perlu diingat bahwa keberadaan masyarakat penerima

manfaat sangat beragam dalam hal budaya, sosial, kebutuhan, motivasi, dan tujuan yang

diinginkan.

Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan memiliki sasaran yaitu sasaran utama adalah

individu , keluarga dan kelompok masyarakat.

DAPUS

Soekidjo Notoatmodjo, 2005, Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Putra Apriadi, Reni Agustina Harahap dan Zuhrina Aidha.2020.Promosi kesehatan lanjut dalam teori

dan aplikasi .Kencana.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai