Anda di halaman 1dari 57

MAKALAH KELOMPOK

PENGKAJIAN KEPERAWATAN DI KOMUNITAS KHUSUSNYA


PENYAKIT TIDAK MENULAR:
DIABETES MELITUS

Dosen Fasilitator
Dr. Makhfudli, S.Kep.,Ns.,M.Ked.Trop

Oleh:
Kelompok 3

Wahyu Agustin Eka Lestari (132114153023)


Rizal Fatkhur Rohman (132114153038)
Nia Pristina (132114153039)
Nanik Lestari (132114153049)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga

penyusunan makalah dengan judul “Pengkajian Keperawatan Di Komunitas

Khususnya Penyakit Tidak Menular: Diabetes Melitus” dapat tersusun dengan baik

oleh kelompok 3 pada Program Magister Keperawatan M15 UNAIR.

Makalah yang telah disusun bertujuan untuk menambah pengetahuan dan

wawasan dalam bidang pengkajian keperawatan komunitas tentang sarkopenia.

Makalah ini berisi terkait konsep teori diabetes meilitus, pengkajian dan format

pengkajian diabetes meilitus.

Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen fasilitator

bapak Dr. Makhfudi S.Kep.,Ns.,M.Ked.Trop yang telah memberikan waktu luang

untuk membimbing, memberi saran dan masukan atas penyusunan makalah yang

telah kami buat. Tugas ini dibuat atas kerjasama semua anggota tim kelompok.

Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang membangun akan penyusun terima demi kesempurnaan

makalah ini.

Surabaya, 4 Desember 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ..............................................................................................1


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1. Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan .....................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................5
2.1 Definisi Diabetus Melitus..........................................................................5
2.2 Klasifikasi Diabetus Melitus .....................................................................5
2.3 Faktor Penyebab Diabetus Melitus ...........................................................7
2.4 Patofisiologi ..............................................................................................9
2.5 Manifestasi Klinis Diabetus Melitus .......................................................11
2.6 Diagnosis Diabetus Melitus ....................................................................13
2.7 Komplikasi Diabetus Melitus ..................................................................13
2.8 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................15
BAB 3 TEORI PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS ............18
3.1 Pengumpulan Data ..................................................................................18
3.2 Pengorganisasian Data ............................................................................28
3.3 Validasi Data ...........................................................................................31
3.4 Analisis Komunitas .................................................................................32
BAB 4 PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS KASUS ..........35
4.1 Hasil Pengkajian Windshield Survey .........................................................35
4.2 Wawancara ..............................................................................................38
4.3 Fokus Group Disscusion (FGD) .............................................................39
4.4 Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan Komunitas .........................41
BAB 5 PENUTUP .............................................................................................53
5.1 Kesimpulan..............................................................................................53
5.2 Saran ........................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang

yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat

kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2011). DM merupakan

penyakit yang menjadi masalah pada kesehatan masyarakat. Berdasarkan

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) tahun 2014 diabetes dapat

dikelola dengan cara perencanaan makan, latihan jasmani, pengelolaan

farmakologis dan edukasi. Ini dapat bertujuan untuk memperbaiki kelainan yang

terjadi pada kadar gula darah lipid maupun kelainan metabolik pada pasien

diabetes. Oleh karena itu, pengelolaan makanan, pemeliharaan kesehatan dan

kualitas hidup dapat mempengaruhi DM dan komplikasinya.

WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes

diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun

kemudian, pada tahun 2025 jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang

(Suyono, 2006). Diabetes mellitus tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum, lebih banyak penderitanya dibandingkan Diabetes Mellitus tipe I. Penderita

diabetes mellitus tipe II mencapai 90-95 % dari keseluruhan populasi penderita DM

(Anonim, 2005). Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya

kecenderungan peningkatan angka insiden dan prevalensi DM tipe-2 di berbagai

penjuru dunia. Berdasarkan perolehan data International Diabetes Federation (IDF)

tingkat prevalensi global penderita DM pada tahun 2013 sebesar 382 kasus dan

diperkirakan pada tahun 2035 mengalami peningkatan menjadi 55% (592 kasus)

1
diantara usia penderita DM 40-59 tahun (International Diabetes Federation, 2013).

Tingginya angka tersebut menjadikan Indonesia peringkat keempat jumlah pasien

DM terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat, India dan China (Suyono, 2006).

Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2007 sebesar 5,7%. Riskesdas juga melaporkan bahwa penderita

diabetes mellitus di provinsi Riau berada di urutan nomor tiga tertinggi di Indonesia

(Balitbangkes, 2008). Prevalensi DM tertinggi di Kalimantan Barat dan Maluku

Utara yaitu 11,1%, kemudian Riau sekitar 10,4% sedangkan prevalensi terkecil

terdapat di Provinsi Papua sekitar 1,7% (PERKENI, 2011). Soewondo dan

Pramono (2011), melanjutkan penelitian dari Riskesdas, dari 5,7% total penderita

diabetes di Indonesia, sekitar 4,1% kategori diabetes mellitus tidak terdiagnosis dan

1,6% diabetes mellitus. Jumlah kasus DM yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah

tahun 2013 sebanyak 209.319 kasus, terdiri atas pasien DM yang tidak tergantung

insulin sebanyak 183.172 jiwa dan pasien yang tergantung insulin sebanyak 26.147

jiwa (Dinkes Jateng, 2012). Menurut Profil Kesehatan Surakarta tahun 2014 jumlah

penderita diabetes mellitus sebanyak 6.105 per 100.000 penduduk. Meningkat

signifikan pada tahun 2015 menjadi 8.684 per 100.000 penduduk (Dinkes

Surakarta, 2014 dan 2015).

Mengkonsumsi obat dapat berpengaruh pada kesehatan terhadap penyakit

yang diderita pasien, kepatuhan minum obat juga berpengaruh pada derajat

kesehatan pasien. Kepatuhan itu diartikan sebagai seberapa jauh perilaku orang

dalam memanfaatkan obat, mengikuti diet yang ada, ataupun mengubah gaya hidup

sesuai dengan saran nasehat kesehatan. Konsep kepatuhan secara tak langsung

membuat sebuah gagasan jika mengikuti nasehat yang direkomendasikan selalu

2
merupakan tindakan yang benar dan tepat dalam derajat kesehatan pasien. Cara

mengukur kepatuhan minum obat terdiri dari 2 metode yaitu metode langsung dan

metode tidak langsung. Masing-masing metode ada kekurangan dan kelebihannya.

Salah satu pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran tidak langsung dengan

menggunakan kuisioner. Salah satu metode kuisioner yang dapat digunakan untuk

menilai kepatuhan pasien dalam menggunakan obat pada terapi jangka panjang

yaitu Morisky Medication Adherence Scale (MMAS). Pola makan yang salah pada

penderita DM juga akan mempengaruhi kadar gula dalam darah. Makanan yang

masuk ke dalam tubuh harus sesuai dengan kebutuhan dan energi yang keluar.

Meningkatnya percepatan penderita DM di Indonesia penyebab utamanya karena

perkembangan pola makan yang salah. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang

kaya kolesterol, lemak dan natrium dapat memancing penyakit penyerta tersebut

dan juga dipengaruhi dengan asupan makanan dan minuman yang kaya akan gula.

Menurut PERKENI (2006) untuk menunjang peningkatan kualitas hidup

penyandang DM diperlukan 4 pilar yang sangat penting dalam pengelolaan DM,

yaitu meliputi edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, dan intervensi

farmakologis. Secara umum, pengelolaan DM dimulai dengan perencanaan makan

dan latihan jasmani yang dipertahankan sampai 4-8 minggu. Apabila setelah itu

kadar glukosa darah masih belum terkendali baik, perlu ditambahkan obat

hipoglikemikoral (OHO) atau suntikan insulin sesuai dengan indikasi. Untuk

menilai apakah terjadi pengendalian DM, perlu dilaksanakan pemantauan kadar

glukosa darah secara teratur.

3
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah

ini adalah

1.2.1 Bagaimana konsep dasar dari penyakit diabetes meilitus?

1.2.2 Bagaimana konsep teori pengkajian keperawatan komunitas lanjut?

1.2.3 Bagaimana pengkajian keperawatan komunitas dalam kasus semu?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Mampu memahami dan menyusun konsep dasar dari penyakit diabetes

meilitus.

1.3.2 Mampu memahami dan menyusun konsep teori pengkajian keperawatan

komunitas lanjut.

1.3.3 Mampu memahami dan menyusun pengkajian keperawatan komunitas

dalam kasus semu.

1.4 Manfaat Penulisan

Dapat menjadi acuan maupun referensi untuk meningkatkkan ilmu

pengetahuan khususnya pengkajian keperawatan komunitas pada masalah penyakit

diabetes meilitus sehingga bisa di terapkan dalam praktik pelayanan keperawatan

professional.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diabetus Melitus

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai

dengan adanya hiperglikemi atau peningkatan kadar gula darah yang terjadi karena

pankreas tidak mampu mensekresi insulin, gangguan kerja insulin, ataupun

keduanya. Dapat terjadi kerusakan jangka panjang dan kegagalan pada berbagai

organ seperti mata, ginjal, saraf, jantung, serta pembuluh darah apabila dalam

keadaaan hiperglikemia kronis (American Diabetes Association, 2020).

Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit kronik yang terjadi ketika tubuh

tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin

(resistensi insulin), dan di diagnosa melalui pengamatan kadar glukosa di dalam

darah. Insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang

berperan dalam memasukkan glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh untuk

digunakan sebagai sumber energy. Kurangnya insulin atau ketidakmampuan sel

untuk merespon insulin menyebabkan tingginya kadar glukosa darah, atau

hiperglikemia merupakan ciri khas DM (International Diabetes Federation, 2019).

Kadar glukosa dalam darah orang normal/sehat berkisar 60-120 mg/dl

dalam keadaan puasa dan dibawah 140mg/dl pada dua jam sesudah makan. Kadar

glukosa dalam darah orang diabetes melitus sekitar 200 mg/dl (Sofiyah, 2016).

2.2 Klasifikasi Diabetus Melitus

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2020, klasifikasi DM

dibagi menjadi 4 tipe. Namun jenis DM yang paling umum yaitu DM tipe 1 dan

DM tipe 2 (American Diabetes Association, 2020).

5
1. Diabetus Miletus Tipe 1

DM tipe 1 merupakan proses autoimun atau idiopatik dapat menyerang

orang semua golongan umur, namun lebih sering terjadi pada anak-anak.

Penderita DM tipe 1 membutuhkan suntikan insulin setiap hari untuk

mengontrol glukosa darahnya (International Diabetes Federation, 2019).

Penyakit autoimun adalah ketika tubuh salah mengidentifikasi sel-sel yang

berguna sebagai organisme yang menyerang. Pada diabetes tipe 1 ini sel beta

pankreas yang menghasilkan insulin dibunuh oleh antibodi spesifik diciptakan

oleh sistem kekebalan tubuh (The Global Diabetes Community, 2018).

2. Diabetus Miletus Tipe 2

DM tipe 2 diakibatkan karena adanya resistensi insulin yang disertai

defisiensi insulin ringan hingga berat sehingga kadar glukosa dalam darah

meningkat (American Diabetes Association, 2020). DM tipe 2 adalah diabetes

yang paling umum ditemukan, terhitung sekitar 90% dari semua kasus

diabetes. Pada diabetes tipe-2, hiperglikemia adalah hasil dari produksi insulin

yang tidak adekuat dan ketidakmampuan tubuh untuk merespon insulin, yang

didefinisikan sebagai resistensi insulin. DM tipe 2 paling sering terjadi pada

orang dewasa, namun remaja dan anak-anak bisa juga mengalaminya karena

meningkatnya tingkat (The Global Diabetes Community, 2018)

3. Diabetus Miletus Gestasional

Diabetus Miletus Gestasional terjadi saat kehamilan yang didiagnosis

pada trimester kedua atau ketiga kehamilan dan tidak mempunyai riwayat

diabetes sebelum kehamilan. DM Gestasional ini terjadi karena proses aktivitas

insulin di dalam tubuh berkurang (retensi insulin) yang diakibatkan karena

6
adanya produksi hormone oleh plasenta (International Diabetes Federation,

2019).

4. Diabetus Miletus Tipe Lain

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2020 terdapat

contoh dari DM tipe lain yaitu:

a. Sindrom diabetes monogenik (diabetes neonatal)

b. Penyakit pada pankreas

c. Diabetes yang diinduksi bahan kimia (penggunaan glukortikoid pada

HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ)

2.3 Faktor Penyebab Diabetus Melitus

Diabetus Miletus terjadi karena kurangnya insulin dalam tubuh, akibat dari

sel beta pankreas tempat produksi insulin mengalami kerusakan. Selain itu

penyebab DM diakibatkan karena gangguan terhadap gangguan kerja fungsi insulin

dalam memasukkan glukosa kedalam sel (Hasdianah, 2012). Beberapa factor

penyebab DM diantaranya (International Diabetes Federation, 2019):

1. Diabetus Melitus Tipe 1

a. Faktor Genetik dan riwayat keluarga

DM Tipe 1 diwariskan dari orang tua atau keluarga yang memiliki

DM tipe 1 sebelumnya namun yang diwariskan bukan DM tipe 1 itu sendiri

tetapi suatu predisposisi atau pembawa genetik kea rah DM tipe 1. Wilayah

genom yang mengandung gen HLA (Human Leukocyt Antigen), dan resiko

genetic berhubungan dengan genotip, alel dan haplotip dari gen HLA kelas

II (Pociot & Lernmark, 2016).

b. Faktor Lingkungan akibat infeksi virus

7
Virus yang berasal dari lingkungan memiliki peran yang besar yang

menyebabkan DM tipe 1 , virus tersebut yaitu rubella, mumps dan human

coxsackievirus B4 sehingga individu yang memiliki factor predisposisi atau

pembawa genetic DM tipe 1 akan lebih mudah terkena DM. Virus tersebut

bekerja melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta sehingga

menyebabkan kerusakan pada sel. Selain itu virus tersebut menyerang

melalui reaksi autoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun

(aktivitas limfosil T reaksi terhadap antigen sel) dalam sel beta (Pociot &

Lernmark, 2016).

2. Diabetus Melitus Tipe 2

Faktor resiko pada DM tipe 2 yaitu:

a. Obesitas / kelebihan berat badan. Orang dengan obesitas memiliki resiko 4

kali lebih besar mengalami DM tipe 2 dibandingkan dengan yang memiliki

status gizi normal (World Health Organization, 2018).

b. Pola makan dan nutrisi yang buruk, biasanya asupan makanan yang tinggi

lemak jenuh dan asupan buah yang kurang memadai

c. Kurangnya aktivitas fisik

d. Riwayat keluarga

e. Usia. Lebih banyak terjadi pada usia >45 tahun

f. Prediabetes atau gangguan glukosa toleransi

3. Diabetus Melitus Gestasional

Diabetes mellitus gestasional meningkatkan risiko obesitas di masa

depan dan diabetes tipe 2 pada keturunannya (World Health Organization,

8
2018). Faktor risiko DM Gestasional yaitu (International Diabetes Federation,

2019):

a. Hamil pada usia yang lebih tua

b. Kelebihan berat badan atau obesitas dan kenaikan berat badan yang

berlebihan selama kehamilan

c. Riwayat keluarga diabetes dan riwayat keguguran atau kelahiran bayi

dengan kelainan kongenital.

4. Diabetus Melitus Tipe lain

Faktor resiko pada penderita DM tipe lain yaitu:

a. Riwayat ibu yang mengalami DM Gestasional

b. Merokok

c. Usia lanjut, usia >45 tahun lebih rentan mengalami DM

d. Pola makan yang buruk

e. Penggunaan glukokortikoid biasanya terjadi pada penderita HIV/AIDS

2.4 Patofisiologi

Menurut Price dan Sylvia (2012), diabetes Mellitus (DM) merupakan

kelainan metabolisme yang disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada sel-sel β

pulau Langerhans dalam kelenjar pankreas, sehingga hormon insulin disekresikan

dalam jumlah yang sedikit, bahkan tidak sama sekali. Diabetes mellitus juga dapat

disebabkan oleh terjadinya penurunan sensitifitas reseptor hormon insulin pada sel.

Metabolisme adalah proses pembentukan energi di dalam tubuh. Dalam

proses metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu bertugas

memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai

bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau hormone yang disekresikan oleh sel–sel

9
beta yang salah satu dari empat tiap sel dalam pulau–pulau langerhans pankreas.

Insulin diumpamakan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya

glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa itu dioksidasi menjadi

tenaga (Julianto, 2011).

Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin

karena sel–sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Disamping

itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun

tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah

makan) (Burnner & Suddarth, 2013). Tidak adanya insulin disebabkan oleh reaksi

autoimun yang disebebkan karena peradangan sel beta pancreas, menyebabkan

reaksi antibodi terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cell Antibody). Reaksi

antigen dengan antibodi yang ditimbulkan menyebabkan hancurnya sel beta

(Julianto, 2011).

Menurut Brunner and Suddarth (2013), apabila konsentrasi glukosa dalam

darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang

tersaring keluar. Akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam urine (glukosuria).

Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan

disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan

diueresis osmotic. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien

akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).

Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan

insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin

akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya

insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu reaksi dalam metabolisme glukosa

10
dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi

intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi

pengambilan glukosa oleh jaringan. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin,

namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah

pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu

ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II (Burnner & Suddarth, 2013).

Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat

meimbulkan masalah akut lainnyayang dinamakan sindrom hiperglikemik

hyperosmolar nonketotik (HHNK). Untuk sebagian besar pasien (kurang lebih

75%), penyakit diabetes tipe II yang didieritanya ditemukan secara tidak sengaja

(misalnya, pada saat pasien menjalani pemeriksaan laboratorium yang rutin). Salah

satu konsekuensi tidak terdeteksinya penyakit diabetes jangka bertahun–tahun

adalah komplikasi diabetes jangka panjang (misalnya, kelainan mata, neuropati

perifer, kelainan vaskuler perifer) mungkin sudah terjadi sebelum diagnosa

ditegakan.

2.5 Manifestasi Klinis Diabetus Melitus

1. Diabetus Melitus Tipe 1

Tanda dan gejala pada diabetes mellitus tipe 1 yaitu sebagai berikut

(International Diabetes Federation, 2019):

a. Rasa haus yang berlebihan dan mulut kering (polidipsia)

b. Sering buang air kecil (poliuria)

c. Merasa lapar terus menerus (polifagia)

d. Kurang tenaga atau kelelahan

e. Penurunan berat badan

11
f. Penglihatan kabur

2. Diabetus Melitus Tipe 2

Tanda dan gejala pada diabetes mellitus tipe 2 yaitu sebagai berikut

(International Diabetes Federation, 2019):

a. Rasa haus yang berlebihan dan mulut kering (polidipsia)

b. Sering buang air kecil (poliuria)

c. Merasa lapar terus menerus (polifagia)

d. Kesemutan dan mati rasa di tangan dan kaki

e. Kurang tenaga dan kelelahan ekstream

f. Penglihatan kabur

g. Penyembuhan luka yang lambat

h. Infeksi jamur dikulit yang berulang

3. Diabetus Melitus Gestasional

Diabetes mellitus gestasional memiliki tanda dan gejala yang mirip

dengan pasien DM pada umumnya, dan gejala hiperglikemia selama kehamilan

jarang terjadi, diantaranya (International Diabetes Federation, 2019):

a. Rasa haus yang berlebihan dan mulut kering (polydipsia)

b. Sering buang air kecil (polyuria)

c. Banyak makan (polifagia)

d. Pusing, mual dan muntah

e. Obesitas

f. Lemah, kesemutan, pruritus vulva, penglihatan kabur

g. Kadar keton berlebih dalam darah (ketonemia)

h. Ekskresi glikosa ke dalam urin (Glikosuria)

12
2.6 Diagnosis Diabetus Melitus

Penegakan diagnosis DM berdasarkan pada pemeriksaan kadar glukosa

darah. Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan gula darah secara

enzimatik dengan menggunakan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil

pengobatan dilakukan menggunakan pemeriksaan gula darah kapiler dengan alat

glucometer (PERKENI, 2015).

Terdapat beberapa kriteria diagnosis pada penyakit DM menurut IDF (2019)

diantaranya:

Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis Diabetus Melitus


DM dapat terdiagnosis Impaired Glucose Impaired Fasting Glucose
jika satu atau lebih dari Toleramce (IGT) (IFG) didiagnosis jika
kriteria berikut didiagnosis jika kedua kedua memenuhi kriteria
terpenuhi memenuhi kriteria berikut
berikut
Glukosa plasma puasa ≥7,0 Glukosa plasma puasa <7.0 Glukosa plasma puasa 6.1-
mmol / L (126 mg / dL) mmol / L (126 mg / dL) 6.9 mmol / L (110 hingga
125 mg / dL)
Glukosa plasma dua jam Glukosa plasma dua jam Glukosa plasma dua jam
≥11,1 mmol / L (200 mg / ≥7,8 <11.1mmol / L (≥140 <7.8mmol / L (140mg /
dL) beban glukosa oral 75g sampai <200 mg / dL) dL) mengikuti kadar
mengikuti beban glukosa glukosa oral 75g
oral 75g
Glukosa acak> 11,1 mmol
/ L (200 mg / dL)

2.7 Komplikasi Diabetus Melitus

Diabetus melitus dapat menyebabkan resiko masalah kesehatan yang serius

jika tidak diatasi dengan baik. Perubahan gaya hidup dan pengobatan secara teratur

dan ketat diharuskan untuk mencegah timbulnya komplikasi. Berikut adalah

beberapa komplikasi pada penderita DM (American Diabetes Association, 2020):

1. Kulit: Contoh masalah yang terjadi pada kulit penderita DM yaitu terjadi

infeksi bakteri, infeksi jamur, gatal-gatal, dermophaty diabetes, necrobiosis,

lipoidica diabeticorum, lecet diabetes dan xanthomatosis eruptive

13
2. Mata: peningkatan kadar glukosa di dalam tubuh menyebabkan resiko

kebutaan. Tetapi tidak semua penderita mengalami kebutaan namun sebagian

besar mengalami gangguan yang lebih ringan seperti gangguan penglihatan,

glaucoma, katarak dan retinopati diabetikum.

3. Neuropati: Neuropati terdiri dari neuropati peripheral, neuopati otonom dan

neuropati tipe lainnya. Neuropati periferal dapat menyebabkan kesemutan,

nyeri, mati rasa, atau kelemahan di kaki dan tangan sedangkan neuropati

otonom mempengaruhi saraf di tubuh yang mengontrol sistem tubuh

Komplikasi lain pada penyakt DM menurut International Diabetes

Federation (2019) yaitu sebagai berikut:

1. Chronic Kidney Disease (CKD), terjadi karena buruknya mikrosirkulasi

sehingga menyebabkan nefropatik diabetik, polineuropati disfungsi kandung

kemih, peningkatan kejadian infeksi kandung kemih atau macrovascular

angiopathy

2. Penyakit jantung, kerusakan pada pembulu darah sehingga menyebabkan

berkurangnya aliran darah ke jantung yang mengakibatkan terjadinya angina,

coronary artery diseases (CADs), myocardial infarction, strok, peripheral

artery disease (PAD), gagal jantung

3. Oral health, mengalami peningkatan risiko radang gusi (periodontitis) atau

hiperplasia gingiva jika glukosa darah tidak dikelola dengan benar. Kondisi

mulut terkait diabetes lainnya termasuk pembusukan gigi, kandidiasis,

gangguan neurosensorik (burning mouth syndrome), disfungsi saliva

4. Luka gangren. Penderita DM memiliki masalah penyembuhan luka yang

lambat dan rentan mengalami luka terutama di bagian kaki, sehingga lamanya

14
proses penyembuhan tersebut menyebabkan luka semakin membesar jika tidak

di rawat dengan baik dapat menyebabkan infeksi sehingga semakin parah dan

mengharuskan untuk diamputasi.

DM Gestasional dapat terjadi komplikasi yang serius jika tidak segera

ditangani dan menjadi dampak buruk bagi ibu dan anak, yaitu sebagai berikut:

1. Meningkatkan resiko abortus atau kehilangan janin dan

2. Malforasi kongenital dan komplikasi obstetric

3. Lahir mati dan kematian perinatal

4. Mordibitas dan mortalitas pada ibu

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Ada empat komponen dalam penatalaksanaan diabetes mellitus (Burnner &

Suddarth, 2013):

1. Diet

Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan

diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk

mencapai tujuan berikut:

a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin dan

mineral)

b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai

c. Memenuhi kebutuhan energi

d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan

mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara

yang aman dan praktis

e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat

15
2. Latihan

Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat

menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor risiko kardiovaskuler.

Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan

pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi

darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga. Latihan dengan cara

melawan tahanan (resistance training) dapat meningkatkan lean body mass dan

dengan demikian menambah laju metabolisme istirahat (resting metabolic

rate). Semua efek ini sangat bermanfaat pada diabetes karena dapat

menurunkan berat badan, mengurangi rasa stress dan mempertahankan

kesegaran tubuh. Latihan juga akan mengubah kadar lemak darah yaitu

meningkatkan kadar HDL kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total

serta trigliserida. Semua manfaat ini sangat penting bagi penyandang diabetes

mengingat adanya peningkatan risiko untuk terkena penyakit kardiovaskuler

pada diabetes.

3. Terapi

Pada diabetes tipe II, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka panjang

untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral

tidak berhasil mengontrolnya. Disamping itu, sebagian pasien diabetes tipe II

yang biasanya mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet atau dengan

obat

oral kadang membutuhkan insulin secara temporer selama mengalami sakit,

infeksi, kehamilan, pembedahan atau beberapa kejadian stress lainnya.

Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari (atau bahkan lebih

16
sering lagi) untuk mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah

makan dan pada malam hari. Karena dosis insulin yang diperlukan masing-

masing pasien ditentukan oleh kadar glukosa darah yang akurat sangat penting.

4. Pendidikan Kesehatan

Diabetes mellitus merupakan sakit kronis yang memerlukan perilaku

penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Pasien bukan hanya belajar

keterampilan untuk merawat diri sendiri guna menghindari penurunan atau

kenaikan kadar glukosa darah yang mendadak, tetapi juga harus memiliki

perilaku preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi jangka

panjang yang dapat ditimbulkan dari penyakit diabetes mellitus.

17
BAB 3

TEORI PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Pengkajian keperawatan komunitas yaitu tahap pertama dalam suatu proses

keperawatan komunitas. Perawat berusaha untuk mendapatkan informasi atau data

tentang kondisi kesehatan komunitas dan faktor-faktor yang berhubungan dengan

kesehatan komunitas. Dalam tahap pengkajian ini, ada empat kegiatan yang

dilakukan, yaitu pengumpulan data, pengorganisasian data, validasi data, dan

pendokumentasian data (Siti Nur Kholifah & Ns. Wahyu Widagdo: 2016)

3.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan proses mendapat informasi tentang kondisi

kesehatan dari klien. Dalam hal ini kesehatan komunitas. Proses pengumpulan

data harus dilakukan secara sistematik dan terus menerus untuk mendapatkan data

atau informasi yang signifikan yang menggambarkan kondisi kesehatan

komunitas.

3.1.1 Tipe data

Data dapat berupa data subjektif atau data objektif. Data subjektif biasa

dikaitkan sebagai keluhan. Di komunitas, data subjektif biasa terkait dengan

keluhan komunitas, misalnya terkait lingkungan yang tidak nyaman secara fisik

dan psikologis, perasaan tertekan, perasaan ketakutan, dan sebagainya. Data

subjektif meliputi, sensasi komunitas terkait dengan perasaan, nilai-nilai,

keyakinan, sikap dan persepsi terhadap status kesehatan atau situasi

kehidupannya.

Data objektif biasanya berkaitan dengan tanda-tanda yang dapat dideteksi

dengan pengamatan, dapat diukur atau diperiksa dengan menggunakan standar.

18
Informasi atau data diperoleh dengan menggunakan indera penglihatan,

pendengaran, dan sentuhan/peraba, yang biasanya dilakukan melalui metode

observasi dan pemeriksaan.

3.1.2 Sumber data

Pengetahuan tentang sumber data merupakan hal yang sangat penting

untuk diketahui, karena data yang dikumpulkan harus sesuai dengan tujuannya,

sebab bila terjadi kesalahan dalam sumber data, maka akan mengakibatkan

kesalahan dalam penarikan kesimpulan. Data yang dikumpulkan dapat berupa

data primer atau data sekunder. Dari sumber data, kita dapat mengetahui apakah

data yang dikumpulkan berupa data primer atau data sekunder. Untuk

mengumpulkan data primer komunitas, dapat dilakukan dengan cara survai

epidemiologi, pengamatan epidemiologi, dan penyaringan, sedangkan

pengumpulan data sekunder, sumber datanya dapat berupa seperti berikut.

1) Sarana pelayanan kesehatan, misalnya rumah sakit, Puskesmas, atau balai

pengobatan.

2) Instansi yang berhubungan dengan kesehatan, misalnya Kementerian

Kesehatan, Dinas Kesehatan, dan Biro Pusat Statistik.

3) Absensi, sekolah, industri, dan perusahaan.

4) Secara internasional, data dapat diperoleh dari WHO, seperti

Population and vital Statistics report, population bulletin, dan

sebagainya.

3.1.3 Metode pengumpulan data keperawatan komunitas

Pengumpulan data komunitas dapat dilakukan dengan teknik sebagai

berikut.

19
1) Wawancara

Kegiatan ini merupakan proses interaksi atau komunikasi

langsung antara pewawancara dengan responden. Data yang dikumpulkan

bersifat:

a) Fakta, misalnya umur, pendidikan, pekerjaan, penyakit yang pernah

diderita;

b) Sikap, misalnya sikap terhadap pembuatan jamban keluarga, atau

keluarga berencana;

c) Pendapat, misalnya pendapat tentang pelayanan kesehatan yang

dilakukan oleh perawat di Puskesmas;

d) Keinginan, misalnya pelayanan kesehatan yang diinginkan;

e) Pengalaman, misalnya pengalaman waktu terjadi wabah kolera

yang melanda daerah mereka.

(1) Keuntungan melakukan teknik wawancara.

Keuntungan yang diperoleh dalam pengumpulan data dengan teknik

wawancara, yaitu:

(a) Jawaban diberikan oleh responden secara spontan hingga jawabannya

dapat dipercaya;

(b) Dapat digunakan untuk menilai kebenaran dan keyakinan terhadap

jawaban yang diberikan;

(c) Dapat membantu responden untuk mengingat kembali hal-hal yang

lupa;

(d) Data yang diperoleh berupa data primer.

(2) Kerugian.

20
Kerugian dalam pengumpulan data dengan teknik wawancara, yaitu:

(a) Membutuhkan waktu yang lama dengan biaya relatif besar;

(b) Mudah menimbulkan bias yang disebabkan oleh pewawancara,

responden dan pertanyaan yang diajukan pada responden.

(3) Pedoman pelaksanaan wawancara

Pedoman pelaksanaan wawancara sangat dibutuhkan agar pewawancara

dapat melaksanakan tugas dengan baik. Secara garis besar pedoman

pelaksanaan wawancara dapat diuraikan sebagai berikut.

(a) Pewawancara harus bersikap sopan santun, sabar dan dengan gaya

Bahasa yang menarik, tetapi jelas dan sederhana agar dapat dimengerti

oleh responden.

(b) Dalam melakukan wawancara, hendaknya menggunakan bahasa

responden, karena dengan demikian pewawancara tidak dianggap

sebagai orang asing dan responden tidak merasa canggung atau malu

untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.

(c) Pewawancara harus menciptakan suatu suasana psikologis yang

sedemikian rupa sehingga terjalin suatu kerja sama yang baik dan saling

mempercayai antara responden dan pewawancara.

(d) Suasana wawancara harus santai.

(e) Wawancara diawali dengan pertanyaan yang mudah dijawab, karena

biasanya pada awal wawancara, responden merasa tegang.

(f) Keadaan responden pada waktu wawancara harus diperhatikan,

misalnya saat responden sedang sibuk atau mendapat musibah sebaiknya

tidak dilakukan wawancara, tetapi tunda pada hari yang lain.

21
(g) Jangan terkesan tergesa-gesa

(4) Daftar pertanyaan

Daftar pertanyaan merupakan instrument penting dalam pengumpulan data.

Lampiran ini berisikan tentang pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan

kepada responden sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Tujuan dari

daftar pertanyaan ini, adalah agar tidak terdapat pertanyaan penting yang

terlewatkan. Sebelum menyusun daftar, kemudian variabel tersebut dijabarkan

dalam bentuk pertanyaan yang dapat diukur. Misalnya, variable yang hendak

dicari adalah pengetahuan responden tentang kesehatan, maka diukur melalui

tingkat pendidikan.

Dalam penyusunan daftar pertanyaan diawali dengan identitas responden,

kemudian baru masuk ke dalam materi yang akan dicari. Dalam penyusunan

ini diawali dengan pertanyaan yang sederhana hingga dapat dengan mudah

dijawab oleh responden.

Untuk menulis daftar pertanyaan yang diajukan hendaknya

memperhatikan hal- hal berikut.

(a) Pertanyaan harus singkat, jelas dan sederhana hingga mudah

dimengerti oleh pewawancara maupun responden.

(b) Pertanyaan jangan menyinggung perasaan responden.

(c) Pertanyaan jangan menjurus pada jawaban yang dapat ditebak

sebelumnya.

(d) Pertanyaan hendaknya sedikit mungkin mengharuskan responden

untuk mengingat masa lalu, karena potensi untuk menimbulkan bias.

22
(e) Pertanyaan sedapat mungkin tidak mengharuskan responden

menghitung.

(f) Pertanyaan harus mudah diingat oleh pewawancara.

(g) Bila perlu, berikan pertanyaan tambahan, misalnya pertanyaan tentang

kehamilan, kemudian ditambahkan dengan pertanyaan tentang status

marital.

(h) Pertanyaan jangan rancu.

(5) Tipe pertanyaan

Dalam mengumpulkan data, pertanyaan yang diajukan dapat berupa dua

bentuk pertanyaan.

(a) Pertanyaan Tertutup

Pada pertanyaan tertutup, jawaban responden dibatasi dan hanya

memilih jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan tertutup dapat berupa,

dikotom (hanya diberi jawaban ya atau tidak) dan pilihan ganda.

Pertanyaan dikotomi ini mempunyai keuntungan, yaitu mudah dijawab

dan mudah diolah, namun kerugiannya, yaitu data yang diperoleh tidak

mendalam dan sering jawabannya dipaksakan tidak ada pilihan lain.

Untuk mengatasi kelemahan tersebut, sering ditambahkan butir lain

dalam pertanyaan (pilihan ganda), seperti tidak tahu, ragu, tidak ingat,

tidak mengerti, sering, kadang-kadang, lain-lain, sebutkan (terbuka),

misalnya:

1. Apakah putera ibu telah mendapat imunisasi lengkap?

a. Ya

b. Tidak

23
c. Tidak ingat

2. Apakah sumber air yang digunakan untuk minum dan memasak?

a. PAM

b. Sumur gali

c. Sumur bor

d. Mata air

e. Lain-lain sebutkan……

3. Apakah air dimasak dahulu sebelum diminum?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan pertanyaan pilihan ganda.

a) Keuntungan: Pertanyaan pilihan ganda mempunyai keuntungan, yaitu

data yang diperoleh lebih luas, responden mempunyai kesempatan

untuk memilih yang lebih luas, dan pengolahan data tidak sulit.

b) Kerugian: Kelemahan dalam pertanyaan pilihan ganda adalah bila

pertanyaan terlalu banyak akan membingungkan responden dan

jawaban dapat lebih dari satu. Untuk mengatasi kelemahan tersebut

dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut, butir pertanyaan jangan terlalu

banyak dan pertanyaan ditujukan pada yang utama atau biasa.

Misalnya, pertanyaan tentang sumber air minum diubah menjadi?

Apakah sumber air minum yang biasa Anda gunakan?

(b) Pertanyaan Terbuka

24
Pada pertanyaan terbuka, jawaban responden harus dicatat kata demi

kata untuk menghindari bias yang dilakukan pewawancara. Oleh karena itu,

jawaban harus direkam. Pertanyaan terbuka biasanya digunakan untuk

memperoleh data tentang, pendapat, saran, persepsi, dan proses. Misalnya:

Bagaimana pendapat ibu tentang keberadaan perawat di desa? Mengapa?

Apakah saran ibu untuk memperbaiki lingkungan di desa ini?

Mengapa? Dapatkah Anda menceritakan awal terjadinya wabah demam

berdarah di daerah ini?

a) Keuntungan: Keuntungan dari pertanyaan terbuka adalah responden

dapat dengan leluasa mengemukakan hal yang ditanyakan dan

informasi yang diperoleh banyak serta mendalam.

b) Kerugian: Kerugian pertanyaan terbuka adalah pengolahan data yang

membutuhkan keahlian khusus dan tidak dapat dilakukan pada sampel

yang besar. Kini timbul pertanyaan, kapan digunakan pertanyaan

tertutup dan kapan pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup biasanya

digunakan bila tujuan penelitian dapat dinyatakan dengan jelas,

misalnya penelitian deskriptif atau penelitian analitik. Pertanyaan

terbuka biasanya digunakan pada penelitian eksploratif

2) Angket

Teknik lain dalam pengumpulan data adalah melalui angket. Pada

angket, jawaban diisi oleh responden sesuai dengan daftar yang diterima,

sedangkan pada wawancara, jawaban responden diisi oleh pewawancara.

Untuk pengembalian daftar isian dapat dilakukan dengan dua cara yakni

canvasser, yaitu daftar yang telah diisi, ditunggu oleh petugas yang

25
menyerahkan dan householder, yaitu jawaban responden dikirimkan pada

alamat yang telah ditentukan. Keuntungan dalam pengumpulan data melalui

angket, yaitu relatif murah, tidak membutuhkan banyak tenaga, dan dapat

diulang.

Kerugiannya adalah:

a) Jawaban tidak spontan;

b) Banyak terjadi nonrespons;

c) Pertanyaan harus jelas dan disertai dengan petunjuk yang jelas;

d) Pengembalian lembar jawaban sering terlambat;

e) Jawaban sering tidak lengkap terutama bila kalimat pertanyaan kurang

dimengerti;

f) Sering tidak diisi dengan responden, tetapi diisi oleh orang lain;

g) Tidak dapat digunakan oleh responden yang buta aksara

Untuk mengatasi kerugian dalam angket dapat dilakukan dengan

cara, mengunjungi dan melakukan wawancara pada nonrespon, untuk jawaban

yang terlambat harus dikeluarkan dan tidak dianalisis, serta bila nonrespon

terlalu banyak, dilakukan pengiriman ulang daftar isian

3) Observasi

Observasi merupakan salah teknik pengumpulan data yang menggunakan

pertolongan indera mata. Teknik ini bermanfaat untuk:

a) Mengurangi jumlah pertanyaan, misalnya pertanyaan tentang

kebersihan rumah tidak perlu ditanyakan, tetapi cukup dilakukan

observasi oleh pewawancara;

26
b) Mengukur kebenaran jawaban pada wawancara tentang kualitas air

minum yang digunakan oleh responden dapat dinilai dengan

melakukan observasi langsung pada sumber air yang dimaksud; untuk

memperoleh data yang tidak diperoleh dengan wawancara atau angket,

misalnya pengamatan terhadap prosedur tetap dalam pelayanan

kesehatan.

Observasi bermacam-macam, antara lain:

a) Observasi partisipasi lengkap, yaitu mengadakan observasi dengan cara

mengikuti seluruh kehidupan responden;

b) Observasi partisipasi sebagian, yaitu mengadakan observasi dengan cara

mengikuti sebagian kehidupan responden sesuai dengan data yang

diinginkan;

c) Observasi tanpa partisipasi, yaitu mengadakan observasi tanpa ikut dalam

kehidupan responden.

Dalam pengumpulan data dengan Teknik observasi terdapat beberapa

kelemahan, yaitu memiliki keterbatasan kemampuan indera mata, hal-hal yang

sering dilihat dan diperhatikan akan berkurang, hingga adanya kelainan kecil

saja tidak terdeteksi. Untuk mengatasi kelemahan tersebut dapat dilakukan

dengan cara mengadakan pengamatan berulang-ulang dan pengamatan

dilakukan oleh beberapa orang.

4) Pemeriksaan

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan teknik pemeriksaan.

Pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan laboratorium,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan dapat dilakukan

27
hanya sekali atau berulang-ulang tergantung pada tujuan. Waktu dan frekuensi

pemeriksaan ini harus ditentukan pada waktu perencanaan sesuai dengan

perkiraan timbulnya insiden. Tempat pemeriksaan dapat dilakukan di lapangan

atau sarana pelayanan kesehatan.

Organ yang diperiksa dapat berupa, seluruh organ, organ tertentu seperti

paru-paru, jantung, kadar gula darah, kadar kolesterol, dan sebagainya, serta

beberapa organ sekaligus, seperti pemeriksaan jantung dan paru-paru

3.2 Pengorganisasian Data

Dalam pengkajian komunitas ada beberapa data yang perlu dikumpulkan,

yaitu data inti komunitas, subsistem komunitas, dan persepsi. Agar lebih

jelas bagi ikutilah uraian tentang data inti komunitas, subsistem komunitas dan

persepsi.

3.2.1 Data Inti Komunitas

Data komunitas ini merupakan data yang dikumpulkan dalam inti

komunitas yang meliputi,

1) Sejarah atau riwayat (riwayat daerah dan perubahan daerah);

2) Demografi (usia, karakteristik jenis kelamin, distribusi ras dan distribusi

etnis);

3) Tipe keluarga (keluarga/bukan keluarga, kelompok);

4) Status perkawinan (kawin, janda/duda, single);

5) Statistik vital (kelahiran, kematian kelompok usia, dan penyebab

kematian);

6) Nilai-nilai dan keyakinan;

7) Agama.

28
3.2.2 Data Subsistem Komunitas

Data subsistem komunitas yang perlu dikumpulkan dalam pengkajian

komunitas sebagai berikut.

1) Lingkungan fisik

Sama seperti pemeriksaan fisik klien individu, di komunitas juga dilakukan

pemeriksaan fisik lingkungan komunitas. Panca indera yang digunakan

dalam pengkajian fisik adalah inspeksi, auskultasi, tanda-tanda vital, review

sistem, dan pemeriksaan laboratorium.

a) Inspeksi. Pemeriksaan dengan menggunakan semua organ-organ indera

dan dilakukan secara survei yakni berjalan di masyarakat atau mikro-

pengkajian terhadap perumahan, ruang terbuka, batas-batas, layanan

transportasi pusat, pasar, tempat bertemu orang-orang di jalan, tanda-

tanda pembusukan, etnis, agama, kesehatan dan morbiditas, serta media

politik.

b) Auskultasi. Mendengarkan warga masyarakat tentang lingkungan fisik.

Tanda-tanda vital dengan mengamati iklim, medan, serta batas alam,

seperti sungai dan bukit- bukit. Sumber daya masyarakat dengan

mencari tanda-tanda kehidupan, seperti pengumuman, poster,

perumahan dan bangunan baru. Sistem review, arsitektur, bahan

bangunan yang digunakan, air, pipa, sanitasi, jendela, dan sebagainya.

Juga fasilitas bisnis dan rumah ibadah (masjid, gereja dan vihara, dan

sebagainya).

2) Pemeriksaan laboratorium. Data sensus atau studi perencanaan untuk

proses mapping masyarakat, yang berarti untuk mengumpulkan dan

29
mengevaluasi data atau informasi tentang status kesehatan komunitas yang

dibutuhkan sebagai dasar dalam perencanaan.Pelayanan kesehatan dan

social

Pelayanan kesehatan dan sosial perlu dikaji di komunitas, yaitu Puskesmas,

klinik, rumah sakit, pengobatan tradisional, agen pelayanan kesehatan di

rumah, pusat emergensi, rumah perawatan, fasilitas pelayanan sosial,

pelayanan kesehatan mental, apakah ada yang mengalami sakit akut atau

kronis.

3) Ekonomi

Data yang perlu dikumpulkan terkait dengan ekonomi adalah, karakteristik

keuangan keluarga dan individu, status pekerja, kategori pekerjaan dan

jumlah penduduk yang tidak bekerja, lokasi industri, pasar, dan pusat bisnis.

4) Transportasi dan keamanan

Data yang perlu dikumpulkan terkait dengan transportasi dan keamanan

adalah: alat transportasi penduduk datang dan keluar wilayah, transportasi

umum (bus, taksi, angkot, dan sebagainya serta transportasi privat (sumber

transportasi atau transpor untuk penyandang cacat). Layanan perlindungan

kebakaran, polisi, sanitasi, dan kualitas udara.

5) Politik dan pemerintahan

Data yang perlu dikumpulkan meliputi data pemerintahan (RT, RW,

desa/kelurahan, kecamatan, dan sebagainya), kelompok pelayanan masyarakat

(posyandu, PKK, karang taruna, posbindu, poskesdes, panti, dan sebagainya)

serta data politik, yaitu kegiatan politik yang ada di wilayah tersebut serta peran

peserta partai politik dalam pelayanan kesehatan.

30
6) Komunikasi

Data yang dikumpulkan terkait dengan komunikasi dapat dikelompokkan

menjadi dua, yaitu komunikasi formal yang meliputi surat kabar, radio

dan televisi, telepon, internet, dan hotline, serta komunikasi informal yang

meliputi papan pengumuman, poster, brosur, halo-halo, dan sebagainya.

7) Pendidikan

Data yang terkait dengan pendidikan meliputi, sekolah yang ada di

komunitas, tipe pendidikan, perpustakaan, pendidikan khusus, pelayanan

kesehatan di sekolah, program makan siang di sekolah, dan akses pendidikan

yang lebih tinggi.

8) Rekreasi.

Data yang perlu dikumpulkan terkait dengan rekreasi yang meliputi, taman,

area bermain, perpustakaan, rekreasi umum dan privat, serta fasilitas khusus

3.2.3 Data persepsi

1) Tempat tinggal yang meliputi bagaimana perasaan masyarakat tentang

komunitasnya, apa yang menjadi kekuatan mereka, permasalahan, tanyakan

pada masyarakat dalam kelompok yang berbeda (misalnya, lansia, remaja,

pekerja, profesional, ibu rumah tangga, dan sebagainya).

2) Persepsi umum yang meliputi pernyataan umum tentang kesehatan dari

komunitas, apa yang menjadi kekuatan, apa masalahnya atau potensial

masalah yang dapat diidentifikasi.

3.3 Validasi Data

Informasi yang dikumpulkan selama tahap pengkajian harus lengkap,

faktual dan akurat, sebab diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan

31
didasarkan informasi ini. Validasi merupakan verifikasi data untuk

mengkonfirmasi bahwa data tersebut akurat dan faktual. Validasi data sangat

membantu perawat dalam melaksanakan tugas, meyakinkan bahwa informasi

pengkajian sudah lengkap, serta data subjektif dan objektif dapat diterima.

3.4 Analisis Komunitas

Dalam melakukan analisis komunitas ada beberapa tahap yang perlu

dilakukan, yaitu kategorisasi, ringkasan, perbandingan, dan kesimpulan.

3.4.1 Kategorisasi

Data dapat dikategorikan dalam berbagai cara. Pengkategorian data

pengkajian komunitas secara tradisional adalah sebagai berikut.

1) Karakteristik demografi (ukuran keluarga, usia, jenis kelamin, etnis, dan

kelompok ras).

2) Karakteristik geografik (batas wilayah, jumlah dan besarnya kepala

keluarga, ruang publik, serta jalan).

3) Karakteristik sosialekonomi (pekerjaan dan kategori pekerjaan, tingkat

pendidikan, dan sewa atau pola kepemilikan rumah).

4) Sumber dan pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, Pusat

Kesehatan Mental, dan sebagainya).

3.4.2 Ringkasan

Setelah melakukan kategorisasi data, maka tugas berikutnya adalah

meringkas data dalam setiap kategori. Pernyataan ringkasan disajikan dalam

bentuk ukuran, seperti jumlah, bagan, dan grafik.

32
3.4.3 Perbandingan

Tugas berikut adalah analisis data yang meliputi identifikasi

kesenjangan data, dan ketidaksesuaian. Data pembanding sangat diperlukan untuk

menetapkan pola atau kecenderungan yang ada atau jika tidak benar dan perlu

revalidasi yang membutuhkan data asli. Perbedaan data dapat saja terjadi, karena

kesalahan pencatatan data. Membandingkan data hasil pengkajian komunitas

dengan data lain yang sama yang merupakan standar yang telah ditetapkan

untuk suatu wilayah kabupaten/kota, atau provinsi atau nasional. Misalnya terkait

dengan angka kematian bayi/IMR disuatu wilayah dibandingkan IMR standar

pada tingkat kabupaten/kota.

3.4.4 Membuat kesimpulan

Setelah data yang dikumpulkan dibuat kategori, ringkasan, dan

dibandingkan, maka tahap akhir adalah membuat kesimpulan secara logika dari

peristiwa, yang kemudian dibuatkan pernyataan diagnosa keperawatan

komunitas.

Kategori Data Ringkasan Laporan Kesimpulan


Vital Statistik Angka kematian bayi di
Angka Kematian bayi/IMR desa A lebih tinggi dari
1. Desa A 42/1000 kelahiran hidup desa B dan kabupaten
Mekar Baru.
2. Desa B 38/1000 kelahiran hidup

3. Kabupaten Mekar Baru 34/1000 kelahiran hidup

33
Penyebab kematian Penyebab kematian paling
1. Desa A Penyakit jantung 23.2 %. besar adalah tuberculosis
Tuberkulosis dan kanker
25, 3 %, kanker 18, 2 % di Desa B

2. Desa B Tuberkulosis 28, 3 %,


penyakit jantung,
22,3 %, kanker 24, 2 %

3. Kabupaten Mekar Baru Tuberkulosis 20, 3 %, penyakit


jantung, 24 %, kanker 12, 5 %

3.4.5 Pendokumentasian Data

Untuk melengkapi tahap pengkajian, perawat perlu mencatat data klien.

Dokumentasi secara akurat sangat penting dan dapat meliputi semua data yang

dikumpulkan tentang status kesehatan klien (komunitas). Data yang dikumpulkan

merupakan kondisi yang benar- benar yang faktual bukan interpretasi dari perawat.

34
BAB 4

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS KASUS

Gambaran dari wilayah RT.01 Kelurahan loa janan ulu kecamatan loa janan

kabupaten kutai kartanegara. Lingkungan di RT ini termasuk wilayah pinggiran

kabupaten dan dekat dengan letak sungai Mahakam, mayoritas penduduk pegawai

swasta. Rumah tinggal permanen lantai tanpa keramik dan milik sendiri. Sampah

tidak diambil petugas (dibakar), terdapat fasilitas Kesehatan yaitu puskesmas ,

tempat ibadah, dan lapangan bola. Ada pasar tradisional, Terdiri dari 10 Kepala

kelurga dengna 38 jiwa , 50% laki laki dan 50% Perempuan. Mayoritas suku flores,

di wilayah ini setelah dilakukan pengkajian 70% menderita DM dengan usia dewsa,

3 orang mengatakan bahwa orang tua mereka menderita sakit yang sama dan sudah

meninggal dunia, 3 orang mengeluh kan sering Lelah dan penglihatan sering kabur,

4 0rang mengelukan sering lapar, lebih sering minum dan sering mengantuk , tidak

menyadari kalalau kadar gula darah nya tinggi.dan . 1 orang mederita dermatitis

atopic, dan mengeluhkan gatal pada malam hari dan hanya diberikan obat

tradisional, 1 0rang mmenderita hipertensi .dan satu orang mengeluhkan sering

sakit di tulang kaki.

4.1 Hasil Pengkajian Windshield Survey

Wilayah RT.01 Kelurahan Loa Janan Ulu Kecamatan Loa Janan Kabupaten

Kutai Kartanegara. Lingkungan di RT ini termasuk wilayah pinggiran kabupaten

dan dekat dengan letak sungai Mahakam, mayoritas penduduk pegawai swasta.

Rumah tinggal permanen lantai tanpa keramik dan milik sendiri. Sampah tidak

diambil petugas (dibakar), terdapat fasilitas Kesehatan yaitu puskesmas , tempat

35
ibadah, dan lapangan bola, juga ada pasar tradisional. Masih cukup banyak

lingkungan terbuka milik warga yang masih dijadikan lahan kosong. Biasa

digunakan apabila ada acara warga seperti pengajian, rapat, hajatan dan lain-lain.

1. Data Demografi

Jumlah Keluarga yang telah di kaji di Kelurahan Loa Janan Ulu sebanyak

Terdiri dari 10 Kepala kelurga dengan 38 jiwa

a. Proporsi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

20

15

10
East

0
Laki-Laki Perempuan

Gambar 4.1 Jumlah penduduk di Kelurahan Loa Janan Ulu


Gambar di atas menunjukkan bahwa populasi antara laki-laki dan perempuan

sama

b. Proporsi penduduk berdasarkan usia

15

10

5 East

0
0-5 5-13 14- 21- 45- >60
th th 20 45 60 th
th th th

Gambar 4.1 Jumlah penduduk di Kelurahan Loa Janan Ulu

36
Gambar diatas menunjukkan bahwa proporsi penduduk di Kelurahan

Loa Janan Ulu berdasarkan usia pada saat dilakukan survey yang

terbanyak yaitu kategori usia produktif (21-45 tahun). Hal tersebut

menunjukan bahwa sebagian besar penduduk Kelurahan di dalam rentang

usia produktif

c. Proporsi penduduk berdasarkan agama


35
30
25
North
20
15
10
5
0

Gambar 4.3 Proporsi penduduk berdasarkan agama di Kelurahan Loa Janan Ulu
Gambar di atas menunjukkan bahwa proporsi penduduk

berdasarkan agama yang dianut pada saat dilakukan survey yaitu

mayoritas penduduk beragama Islam sebanyak 30 orang

d. Proporsi penduduk berdasarkan suku

35
30
25
20 East
15 West
North
10
5
0
jawa flores dayak dll

Gambar 4.4 Proporsi penduduk berdasarkan suku di Kelurahan Loa Janan Ulu

37
Gambar di atas menunjukkan bahwa proporsi penduduk berdasarkan

suku pada saat dilakukan survey yang terbanyak yaitu mayoritas suku

Banjar sebanyak 32 orang

e. Proporsi penyakit selama 1 tahun terakhir

16
14
12
10
8
6
4
2
0

Gambar 4.5 Proporsi penduduk berdasarkan penyakit yang di derita selama 1


tahun terakhir di Kelurahan Loa Janan Ulu

Gambar di atas menunjukkan bahwa proporsi penduduk berdasarkan

penyakit yang diderita selama 6 bulan terakhir saat dilakukan survey

mayoritas penduduk mengalami DM sebanyak 15 orang, kemudian

hipertensi sebanyak 12 orang, lalu diare sebanyak 10 orang

4.2 Wawancara

Hasil dari wawancara yang dilakuan, didapatkan data sebagai berikut :

Agregat Hasil wawancara


Dewasa dan 1. Masyarakat mengatakan tidak pernah melakukan
Lansia pemeriksaan kesehatan dan tidak pernah cek rutin seperti
TD, GDA, kolesterol , asam urat kecuali ada keluhan,
biasanya seperti pusing, lemas, dll.

2. Kegiatan sehari-hari biasanya mengurus rumah. Untuk


kegiatan sosial biasanya hanya apabila ada kegiatan
seperti ada orang meninggal, pernikahan, tunangan,

38
peringatan 40 hari meninggal , fokus ke bagian masak-
masak.

3. Petugas puskesmas (perawat dan bidan) mengatakan


untuk posyandu lansia selama pandemic tidak diadakan
karena menghindari berkerumun.

4.3 Fokus Group Disscusion (FGD)

Masukan Elemen Deskripsi


Ketua RT Tingkat Sosial Masyarakat di kelurahan Loa Janan Ulu
Ekonomi memiliki interaksi sosial yang sangat baik.
Salah satu penyebabnya karena hampir tiap
KK yang ada disini memiliki hubungan
keluarga satu sama lain. Setiap kali ada yang
mengadakan acara seperti tahlilan pasti saling
membantu.
Lingkungan Data yang didapatkan sudah sesuai dengan
Daerah keadaan daerah. Lingkungan di RT ini
termasuk wilayah pinggiran kabupaten dan
dekat dengan letak sungai Mahakam. Rumah
tinggal permanen lantai tanpa keramik dan
milik sendiri. Sampah tidak diambil petugas
(dibakar). Hampir tiap rumah memiliki
halaman yang luas.
Kader Kebiasaan Ibu-ibu di kelurahan Loa Janan Ulu ini
memiliki aktivitas sehati-hari, mengurus
rumah tangga, bekerja di pabrik, dan lain-lain.
Untuk program bersama terkait kesehatan
biasanya ada seperti senam namun saat ini
masih vacuum karena pandemi, untuk
pemeriksaan kesehatan belum ada. PKK juga
berjalan.
Petugas Kebiasaan Semua agregat baik itu PUS, ibu hamil, balita,
polindes anak usia sekolah, remaja, dewasa maupun
(perawat dan lansia hanya memeriksakan kesehatan apabila
bidan) mengalami keluhan saja. Pemeriksaan yang
dilakukan langsung kepada bidan desa atau ke
praktik mantri terdekat. Program yang telah
dimiliki oleh polindes sepert posyandu balita

39
sudah ada namun saat ini tidak bisa berjalan
maksimal karena terkendala pandemic
Health morbidity Penyakit yang paling banyak diderita oleh
warga usia dewasa dan lansia di kelurahan
Loa Janan Ulu Untuk anak usia sekolah dan
remaja penyakit yang paling sering diderita
yaitu batuk pilek dan diare.
KIA : terdapat pelaksanaan posyandu balita
yang dilaksanakan tiap 1 kali dalam sebulan.
Pelayanan yang diberikan yaitu pemeriksaan
TB BB rutin, pemberian imunisasi dan
vitamin. Namun saat ini masih belum berjalan
lagi karena pandemic
Remaja : bagi remaja yang merokok perlu
dilakukan penyuluhan terkait bahaya
merokok dan cara untuk berhenti atau
mengurangi intensitas merokok.
PUS : untuk PUS, dari Polindes belum
memiliki program khusus tapi sudah
merencanakan untuk secepatnya melakukan
sosialisasi dan pendidikan kesehatan kepada
pasangan terkait pentingnya mengikuti KB.
Dewasa dan Lansia : ada program posyandu
lansia berupa pemeriksaan TTV, asam urat,
gula darah dan kolesterol. Namun dalam
setahun ini tidak berjalan karena pandemic
dan antusiasme dari masyarakat sangat
kurang karena sibuk dengan kegiatan masing-
masing
Tokoh Kebiasaan Warga di keluranan Loa Janan Ulu antusias
Agama untuk kegiatan keagamaan. Tiap hari kamis
malam jumat diadakan kegiatan pengajian
bersama. Kemudian anak-anak mengaji
bersama di mushola. Kemudian para remaja
masjid selain mengaji juga memiliki kegiatan
sendiri seperti belajar sholawat, tilawah dan
tartil Al-Qur’an, juga menjadi panitia dalam
setiap peringatan hari besar muslim.
Kepala Desa Tingkat Sosial Sebagian besar kepala keluarga yang ada di
dan Ekonomi Kelurahan Loa Janan Ulu sebagai pegawai
swasta, ada juga sebagai PNS, dan buruh.

40
Sehingga dapat dikatakan cukup meskipun
terdapat 1-2 warga yang mendapat perhatian
khusus dari pemerintah dalam artian bantuan
berupa sembako dll, tetapi warga saling
membantu dan saling memberi jika ada
makanan ataupun yang lain. Sejauh ini,
kejadian criminal sangat jarang terjadi karena
warga kami memiliki interaksi sosial yang
sangat baik dan memiliki rasa kekeluargaan
dan rasa saling tolong menolong yang tinggi.

4.4 Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan Komunitas

A. DATA INTI
I. Data Organisasi
a. Lokasi : Kelurahan Loa Janan Ulu
b. Luas Wilayah : 4224 km2
c. Batas Wilayah : Sebelah Utara : Sungai mhakam
Sebelah Utara : Kelurahan Baqa
Sebelah Timur: Kecamatan Loa
Jana Ilir
Sebelah Barat: Desa Loa Duri Ilir
II. Demografi
a. Jumlah Penduduk : 38 jiwa, 10 KK
b. Berdasarkan jenis kelamin
- Laki-laki : 19 Jiwa
- Perempuan : 19 Jiwa
Berdasarkan kelompok usia
- Bayi : 2. Orang
- Anak-anak : 1. Orang
- Remaja : 7. Orang
- Dewasa : 14 Orang
- Lansia : 14 Orang
Berdasarkan agama
- Islam : 8 orang

41
- Kristen :-
- Khatolik : 30
- Hindu :-
- Budha :-
Berdasarkan suku bangsa
- Jawa : 1 Orang
- Bugis : 2 Orang
- Dayak : 1 orang
- Flores : 34 Orang
- Lain – lain : - Orang
c. Kepadatan Penduduk : ……………… Orang / Km²
d. Pertambahan penduduk : …………………………

III. Data Status Kesehatan


a. Kesehatan Ibu dan Anak
a.1. Jumlah ibu hamil : - Orang
a.2. Pemeriksaan kehamilan
- Teratur : - Orang (…..%)
- Tidak teratur : - Orang (…..%)
a.3. Kelengkapan Imunisasi TT
- Lengkap : - Orang (…..%)
- Belum lengkap : - Orang (…..%)
a.4. Jumlah balita : 3 Orang
a.5. Pemeriksaan balita ke Posyandu / Puskesmas
- Teratur : 3 Orang (100 %)
- Tidak teratur : - Orang (…..%)
a.6. Kelengkapan Imunisasi balita
- Lengkap : 2 Orang (66.6 %)
- Belum lengkap : 1 Orang (33.3%)
a.7. Status gizi balita berdasar KMS
- Garis Hijau : 3. (100 %)
- Garis Kuning : -. (%)

42
- Garis Merah : - (%)
b. Keluarga Berencana
b.1. Jumlah PUS : 3 Orang
b.2. Keikutsertaan PUS pada program KB
- Ikut program KB : 4 (40 %)
- Belum ikut KB : 6 (60%)
b.3. Jenis kontrasepsi yang diikuti
- IUD : - Orang
- Pil : 1 Orang
- Kondom : 1 Orang
- Suntik : 2 Orang
- Susuk : - Orang
- MOW : - Orang
- MOP : - Orang
- Tidak KB : - Orang
c. Kesehatan Remaja
c.1. Jumlah Penduduk
usia remaja : 7 Orang (18 %)
c.2. Jenis kegiatanpenduduk remaja mengisi waktu luang :
- Karang taruna : 1 (14 %)
- Mengikuti kursus : - (%)
- Olahraga : 2 (29 %)
- Remaja masjid / Gereja : 3 (43 %)
- Lain – lain (Sebutkan) : 1 (14 %)
d. Kesehatan Lansia
d.1. Jumlah penduduk lanjut usia : - Orang
d.2. Keadaan kesehatan lansia
- Ada masalah (sebutkan) : - (%)
- Tidak ada masalah : - (.%)
e. Distribusi penyakit di masyarakat
e.1. ISPA : - Orang (.%)
e.2. DM : 7 Orang (70 %)

43
e.3. DHF : - Orang (%)
e.4. Penyakit kulit : 1 Orang (10 %)
e.5. Hipertensi : 1 Orang (10 %)
e.6. Rematik : 1 Orang (10 %)
e.7. TB Paru : - Orang (%)

B. DATA SUBSYSTEM
I. Lingkungan Fisik
a. Sumber air dan air minum
a.1. Penyediaan air bersih
- PAM : 10 (100%)
- Sumur :-
- Sungai :-
- Lain – lain (sebutkan) :-
a.2. Penyediaan air minum
- PAM : 9 (90 %)
- Sumur :-
- Sungai :-
- Air Mineral : 1(10%)
a.3. Pemanfaatan air minum
- PAM : 9 (90.%)
- Air mineral steril : 1 (10%)
a.4. Pengelolaan air minum
- Selalu dimasak : 7 (70%)
- Kadang – kadang dimasak :-
- Tidak pernah dimasak :-
- Air mieral : 3 (30%)
- Air isi ulang :-
b. Saluran pembuanan air / sampah
b.1. Kebiasaan membuang sampah :
- Ditimbun :-
- Dibakar : 9 (90.%)

44
- Diangkut petugas : 1 (10 %)
- Lain – lain (sebutkan) :-
b.2. Pembuangan air limbah
- Got : 8 (80%)
- Sungai :-
- Kolam :-
- Resapan : 2 (20%)
b.3. Keadaan pembuangan air limbah
- Meluber kemana – mana :-
- Lancar : 10 (100%)
c. Kandungan lemak
c.1. Kepemilikan kandang ternak
- Ya : - (%)
- Tidak : 10 (%)
c.2. Letak kandang ternak
- Di luar rumah : - (.%)
- Di dalam rumah : - (%)
d. Jamban
d.1. Kepemilikan jamban
- Memiliki jamban : 10 (100.%)
- Tidak memiliki jamban : - (%)
d.2. Macam jamban yang dimiliki
- Septic tank : 10 (100 %)
- Sumur cemplung : - (%)
- Sumur dengan perserapan : - (%)
d.3. Bila tidak mempunyai jamban berak di
- WC umum : - (%)
- Jamban tetangga : - (%)
- Sungai : - (%)
- Sawah : - (%)
d.4. Keadaan jamban
- Bersih : 10 (100 %)

45
- Kotor : - (%)
e. Keadaan rumah
e.1. Tipe rumah
- Type A (tembok) : 8 (80 %)
- Type B (1/2 tembok) : 2 (20 %)
- Type C (Papan atas) : - (%)
e.2. Status rumah
- Milik sendiri : 9 (90.%)
- Kontrak : 1 (10 %)

e.3. Lantai rumah


- Tanah : - (%)
- Papan : 3 (30 %)
- Tegel /semen : 5 (50 %)
- Semen : 2 (20%)
e.4. Ventilasi
- Ada : 10 (100 %)
- Tidak ada : - (%)
e.5. Luas kamar tidur
- Memenuhi syarat : 10 (100 %)
- Tidak memenuhi syarat : - (%)
e.6. Penerangan rumah oleh cahaya matahari
- Baik : 8 (80 %)
- Cukup : 2 (20 %)
- Kurang : - (%)
f. Halaman rumah
f.1. Kepemilikan
- Memiliki : 10 (100 %)
- Tidak memiliki : - (%)
f.2. Pemanfaatan pekarangan / halama rumah
- Ya : 8 (80 %)
- Tidak : 2 (20 %)

46
f.3. Jenis pemanfaatan pekarangan rumah
- Sayuran : 8 (80 %)
- Buah – buahan : - (%)
- Toga : 2 (20 %)
- Tanaman : - (%)
f.4. Keadaan pekarangan
- Bersih : 10 (100 %)
- Kotor : - (%)

II. Pendidikan
a. Distribusi penduduk berdasarkan kegiatan pendidikan (usia sekolah)
- Penduduk sekolah : 1 Orang (10 %)
- Penduduk tidak sekolah : 9 Orang (90 %)
b. Distribusi penduduk berdasarkan jenis pendidikan
- Pedidikan formal : 1 (10.%)
- Pendidikan non-formal : - (%)
c. Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan formal
- Tidak sekolah / buta aksara : 9 (90 %)
- SD : - (.%)
- SLTP : 1 (10 %)
- SMU : - (…..%)
- PT : - (%)
III. Fasilitas umum dan kesehatan
a. Fasilitas umum
a.1. Sarana pendidikan formal
- Jumlah TK : - Buah
- Jumlah SD/ sederajat : - Buah
- Jumlah SLTP / sederajat : - Buah
- Jumlah SMU / sederajat : - Buah
- Jumlah PT / sederajat : - Buah
a.2. Sarana kegiatan kelompok
- Karang taruna : 1 Kelompok

47
- Pengajian : - Kelompok
- Ceramah agama x/bulan : 4x / bulan
- PKK :-
- Pondok pesantren / TPA
Kelompok : - Kelompok
a.3. Sarana ibadah
- Jumlah masjid : - Buah
- Mushola : 1 Buah
- Gereja : 1 Buah
- Pura / Vihara : - Buah
a.4. Sarana olahraga
- Lapangan sepak bola : 1 Buah
- Lapangan Bola volley : - Buah
- Lapangan bulu tangkis : - Buah
- Lain – lain (sebutkan) : - Buah

a.5. Tempat perkumpulan umum


- Balai desa : - Buah
- Dukuh : - Buah
- RW : 1 Buah
- RT : - Buah
b. Fasilitas kesehatan
b.1. Jenis fasilitas kesehatan
- Puskesmas pembantu : - Buah
Jarak dari desa : - Km
- Puskesmas : 1 Buah
Jarak dari desa : 7 Km
- Rumah sakit : 1 Buah
Jarak dari desa : 10 Km
- Praktek dokter swasta : - Buah
- Praktek bidan / Polindes : 1 Buah
- Praktek kesehatan lain

48
(sebutkan) : - Buah
- Tukang gigi : - Buah
b.2. Pemanfaatan fasilitas kesehatan
- Puskesmas pembantu : - Buah
- Puskesmas : 1 Buah
- Rumah sakit : 1 Buah
- Praktek dokter swasta :- Buah
- Praktek bidan / Polindes : - Buah
- Praktek kesehatan lain
(sebutkan) : …- Buah

IV. Sosial Ekonomi


a. Karakteristik pekerjaan
a.1. Jenis pekerjaan
- PNS / Polisi / TNI : - (0 %)
- Pegawai swasta : 6 (60 %)
- Wiraswasta : 1 (10 %)
- Petani (sawah / tambak) : - (0 %)
- Buruh tani / buruh pabrik : 1 (10 %)
- Nelayan : - (0 %)
- Lain – lain (sebutkan) : 2 ( 20 %)
a.2. Status pekerjaan penduduk > 18 tahun < 65 tahun
- Penduduk bekerja : 10 (100 %)
- Penduduk tidak bekerja : - (0 %)

b. Pusat kegiatan ekonomi


- Pasar tradisional : ……………………. Buah
- Pasar swalayan : ….………………… Buah
- Toko kelontong : …………………… Buah

c. Penghasilan rata – rata perbulan


- < Rp. 450.000 / bulan : 1 (10 %)

49
- Rp. 450.000 – Rp. 600.000 : …………………… (…..%)
- Rp. 600.000 – Rp. 1.000.000 : …………………… (…..%)
- > Rp. 800.000 / bulan : 2 (20 %)
- > Rp. 2.000.000/bulan : 7 (70%)
d. Pengeluaran rata – rata perbulan
- < Rp. 150.000 / bulan : …………………….(…..%)
- Rp. 150.000 –Rp. 300.000 : …………………… (…..%)
- Rp. 300.000 – Rp. 500.000 : …….……………… (…..%)
- > Rp. 500.000 / bulan : …….……………… (…..%)
- Lain – lain (sebutkan) :……….…………… (…..%)

e. Kepemilikan industri
Ada

Tidak ada

f. Jenis industri kecil


Makanan

Pakaian

Sepatu

V. Keamanan dan Transportasi


a. Keamanan
- Pemadam kebakaran : Tidak ada
- Instansi polisi : Tidak ada
- Poskamling : 1 Buah
b. Transportasi
b.1. Fasilitas transpotasi
- Jalan raya : 7 ± Km
- Jalan tol : Tidak ada
- Jalan setapak : 2 ± Km
b.2. Alat transportasi yang dimiliki masyarakat
- Tidak punya : 1 (10 %)

50
- Sepeda pancal : - (0 %)
- Sepeda motor : 80 (80 %)
- Mobil : 1 (10 %)
- Lain – lain (sebutkan) : - (0 %)
b.3. Penggunaan sarana transportasi oleh masyarakat
- Angkutan / kendaraan umum : 1 (0 %)
- Kendaraan pribadi : 9 (90 %)
VI. Politik dan Pemerintahan
a. Struktur organisasi pemerintahan

Ada √ Tidak ada

b. Kelompok pelayanan kepada masyarakat (PKK, Karang taruna, Panti,


LKMD, Posyandu, UKGMD)
√ Ada Tidak ada

c. Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan


Ada Tidak ada

d. Peran serta partai politikdalam pelayanan kesehatan


Ada Tidak ada

VII. Komunitas
a. Fasilitas komunikasi yag ada di masyarakat
- Radio : - (0 %)
- TV : 10 (100 %)
- Telepon : 10 (100 %)
- Majalah : - (0 %)
- Lain – lain (sebutkan) : …………………… (…..%)
b. Teknik penyampaian informasi kepada masyarakat
Radio – TV

Papan pengumuman

Pengeras suara keliling

Lain – lain (sebutkan)

51
VIII. Sarana rekreasi
- Tempat wisata alam : Tidak ada
- Kolam renang : tidak ada
- Taman kota : Tidak ada
- Bioskop : Tidak ada

52
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah disusun, maka dapat disimpulkan

bahwa pengkajian keperawatan komunitas merupakan tahap pertama dalam proses

asuhan keperawatan komunitas. Dimana perawat berupaya untuk mendapatkan

informasi atau data tentang kondisi kesehatan komunitas dan faktor-faktor yang

berhubungan dengan kesehatan komunitas baik dalam cakupan individu, keluarga,

kelompok dan komunitas itu sendiri. Dalam tahap pengkajian komunitas ini, ada

empat kegiatan yang harus dilakukan, yaitu pengumpulan data, pengorganisasian

data, validasi data, dan pendokumentasian data. Dalam pengkajian khusus penyakit

diabetes meilitus yang harus di tekankan adalah pengkajian fisik, riwayat keluarga

dan pemeriksaan penunjang untuk melihat kadar glukosa darah dalam tubuh.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dalam penyusunan makalah ini sebagai

berikut:

5.2.1 Diharapkan kepada pembaca dapat memberikan kritik ataupun saran yang

bersifat membangun sehingga dapat menyempurnakan penyusunan makalah

yang telah disusun.

5.2.2 Diharapkan kepada perawat agar meningkatkan kemampuannya sebagai

seorang perawat komunitas yang profesional sehingga dapat melakukan

pengkajian keperawatan komunitas secara tepat dan benar terutama dalam

pengkajian keperawatan komunitas khususnya dengan masalah diabetes

meilitus.

53
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. (2020). American Diabetes Association Releases


2020 Standard of Medical Care in Diabetes, With Notable New
Recommendations for People With Cardiovascular Disease and Diabetes.
http://www.diabetes.org/
Burnner, & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (12th ed.). EGC.
Hasdianah. (2012). Mengenal Diabetes Melitus pada Orang Dewasa dan Anak-
Anak dengan Solusi Herbal. Nuha Medika.
International Diabetes Federation. (2019). IDF Diabetes Atlas Eighth Edition 2019,
International Diabetes Federation.
https://doi.org/10.1016/j.diabres.2009.10.007
Julianto, E. (2011). Pengobatan Diabetes Melitus dengan Tanaman Obat Asli
Indonesia. Universitas Diponegoro.
PERKENI. (2015). Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia. PERKENI.
Pociot, F., & Lernmark, Å. (2016). Genetic risk factors for type 1 diabetes. The
Lancet, 387(10035), 2331–2339. https://doi.org/10.1016/S0140-
6736(16)30582-7
Siti Nur Kholifah & Ns. Wahyu Widagdo. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak

Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Jakarta : Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia

Sofiyah. (2016). Hubungan Antara Penerimaan Diri Dengan Depresi Pada


Penderita Diabetes Melitus ( Tipe II ). InShight, 18(2), 119–127.
The Global Diabetes Community. (2018). Diabetus Melitus 2018.
https://www.diabetes.co.uk
World Health Organization. (2018). Diabetes Mellitus. http://www.who.int/

54

Anda mungkin juga menyukai