Anda di halaman 1dari 8

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Saat ini banyak masyarakat yang masih bingung mengenai hukum pandangan
Agama Islam terhadap Aborsi dan Keluarga Berencana (KB).Aborsi dalam bahasa Arab
disebut “ijhadh”, yang memiliki beberapa sinonim yakni isqath (menjatuhkan), ilqa‟
(membuang), tharah (melempar) dan imlash (menyingkirkan). Para ulama (para fuqaha)
sepakat bahwa pengguguran janin sesudah ditiupkan ruh adalah haram.Namun, dalam hal
janin yang belum ditiupkan ruh mengenai penggugurannya, para fuqaha berbeda pendapat,
ada yang membolehkan, ada berpendapat mubah dan ada yang mengharamkan.

Sedangkan Keluarga Berencana (KB) adalah program nasional yang dijalankan


pemerintah untuk mengurangi populasi penduduk, karena diasumsikan pertumbuhan
populasi penduduk tidak seimbang dengan ketersediaan barang dan jasa. Dalam pengertian
ini, KB didasarkan pada teori populasi menurut Thomas Robert Malthus. KB juga dapat
dipahami sebagai aktivitas individu untuk mencegah kehamilan.Akan tetapi, sebagian umat
muslim ada yang berpendapat bahwa program KB ini adalah haram,karena sama saja
menolak anak yang dianugerahkan kepada kita.

Namun Menurut kesehatan jika tidak mengatur jarak kelahiran antara anak yang satu
dengan anak yang lainya maka dapat menyebabkan banyak kerugian baik fisik maupun
psikologi.

1.1 Rumusan masalah


1.Apa yang dimaksud dengan Aborsi dan Keluarga Berencana?
2.Bagaimana Aborsi dan Keluarga Berencana menurut Al-Quran dan Hadist?
3.Bagaimana hukum Aborsi dan keluarga berencana dalam Islam?

1.2 Tujuan penulisan


1.Untuk mendeskripsikan pengertian Aborsi dan Keluarga Berencana
2.Untuk mendeskripsikan Aborsi dan Keluarga berencana menurut Al-Quran dan Hadist
3.Untuk mendeskripsikan hukum Aborsi dan Keluarga Berencana dalam Islam
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aborsi dan Keluarga berencana

A. pengertian aborsi

suatu tindakan yang bertujuan untuk mengakhiri masa kehamilan atau pengguguran
kandungan dengan cara mengeluarkan janin (embrio) sebelum memiliki kemampuan untuk
bertahan hidup di luar rahim. Aborsi dalam bahasa Arab disebut “ijhadh”, yang memiliki
beberapa sinonim yakni isqath (menjatuhkan), ilqa‟ (membuang), tharah (melempar) dan
imlash (menyingkirkan).

Di kalangan ahli kedokteran dikenal dua macam abortus atau aborsi (keguguran
kandungan) yakni abortus spontan dan abortus buatan.Abortus spontan adalah merupakan
mekanisme alamiah yang menyebabkan terhentinya proses kehamilan sebelum berumur 28
minggu. Penyebabnya dapat oleh karena penyakit yang diderita si ibu ataupun sebab-sebab
lain yang pada umumnya berhubungan dengan kelainan pada sistem reproduksi.Lain halnya
dengan abortus buatan, abortus dengan jenis ini merupakan suatu upaya yang disengaja untuk
menghentikan proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu, dimana janin (hasil konsepsi)
yang dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar dengan cara operasi mengeluarkan
janin dari Rahim maupun dengan cara lainnya.

B. Pengertian Keluarga berencana


Istilah Keluarga Berencana (KB), merupakan terjemahan dari Bahasa
Inggris “Family Planning” yang dalam pelaksanaannya di Negara Barat mencakup dua
macam metode (cara), yaitu:
a. Planning Parenthood
Yaitu suatu perencanaan yang kongkrit mengenai kapan anak-anaknya diharapkan lahir agar
setiap anaknya lahir disambut dengan rasa gembira dan syukur. Adapun dalam istilah Bahasa
Arab yaitu

)mengatur keturunan( ‫ت َ ْن ِظ ُم النَّ ْس ِل‬

b. Birth Control
Penerapan metode ini menekankan jumlah anak, atau menjarangkan kelahiran, sesuai dengan
situasi dan kondisi suami istri. Hal ini lebih mirip dengan istilah Bahasa Arab :
ْ َّ‫ت َ ْح ِد ْيد ُ الن‬
)Membatasi keturunan( ‫س ِل‬

2.2 Aborsi dan Keluarga Berencana menurut Al-Quran dan Hadist

 Pandangan Al-Quran tentang Aborsi


Dalam al-Quran banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu dilaksanakan
dalam kaitanya dengan Aborsi salah satunya adalah ayat berikut :

Surah al-Isra’ ayat 31-33

ِ ‫) َو ََل ت َ ْق َربُوا‬۳۱ ( ‫يرا‬


‫الزنَا‬ ٍ ‫شيَ َة ِإ ْم ََل‬
ً ‫ق نَحْ نُ نَ ْر ُزقُ ُه ْم َو ِإيَّا ُك ْم ِإنَّ َقتْ َل ُه ْم كَانَ ِخ ْطئ ًا َك ِب‬ ْ ‫َو ََل ت َ ْقتُلُوا أ َ ْو ََل َد ُك ْم َخ‬
‫ق َو َم ْن قُ ِت َل َم ْظلُو ًما فَقَ ْد‬ِ ‫َّللاُ ِإ ََّل ِبا ْل َح‬
َّ ‫س الَّ ِتي َح َّر َم‬َ ‫) َو ََل ت َ ْقتُلُوا النَّ ْف‬۳۲( ‫يَل‬ ً ‫س ِب‬ َ ‫سا َء‬َ ‫احشَةً َو‬ ِ َ‫ِإنَّهُ كَانَ ف‬
‫﴿ سورة اإلسراء‬ )۳۳( ‫ورا‬ ً ‫ص‬ ُ ‫ف فِي ا ْلقَتْ ِل ِإنَّهُ كَانَ َم ْن‬ ْ ‫س ِر‬ ْ ُ‫س ْل َطانًا فَ ََل ي‬
ُ ‫َج َع ْلنَا ِل َو ِل ِي ِه‬
﴾ ۳۳ – ۳۱ :

Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah
yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh
mereka adalah suatu dosa yang besar. Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya
zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. Dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah, melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan
barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan
kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh.
Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan”. (Q.S. al-Isra’ : 31-33)

 Pandangan Hadist tentang Aborsi

1.Madzhab Imam Hanafi:


Hukumnya adalah "Mubah;boleh" yaitu diperbolehkan menggugurkan
kandungan (tanpa sebab ada 'udzur) selagi belum ada tanda-tanda kehidupan, dan belum
mencapai usia kandungan setelah berumur 120 hari, sebab janin yang belum mencapai usia
ini belum dikatakan manusia, karena belum adanya ruh pada janin. Ada pendapat sebahagian
ulama Madzhab ini hukumnya adalah "Makruh" jika menggugurkannya tanpa sebab ada
'udzur. Namun jika dalam penggugurannya tanpa sebab 'udzur malah mendatangkan mudorat
maka hukumnya adalah berdosa.
Sebab-sebab 'udzur diantaranya, dikhawatirkan karena mengancam kesehatan ibu sebab
penyakit yang ganas, atau dapat menyebabkan janin cacat, dan sebagainya. Sebagian ulama
ini pula menyatakan mutlak hukumnya adalah "Mubah ; boleh" jika menggugurkan
kandungan karena sebab 'udzur (darurat).

2.Madzhab Imam Malik


Menggugurkan kandungan menurut pendapat yang mu'tamad dalam madzhab ini
hukumnya adalah "Haram" meskipun usia kandungan belum mencapai 40 hari. Karena
seperma yang sudah masuk kedalam rahim wanita tidak boleh dikeluarkan. Sebahagian kecil
ulama Madzhab ini memandangnya hanya "Makruh" saja. Namun mereka semua sepakat
secara Ijma' jika kandungan yang digugurkan sudah ada ruh, maka mutlak hukumnya adalah
"Haram".

3.Madzhab Imam Syafi'i


Diperbolehkan namun hukumnya adalah "Makruh" menggugurkan kandungan apabila sudah
mencapai pada usia antara 40, 42, dan 45 hari dari awal kehamilannya, dengan syarat jika
ada persetujuan dari suami dan isteri, dan jika tidak mendatangkan kemudoratan dalam
penggugurannya. Namun jika usia kandungan seteleh diatas empat puluh harian (antara 40,
42, dan 45 hari dari awal kehamilan) digugurkan, maka mutlak hukumnya adalah "Haram".

4.Madzhab Imam Ahmad bin Hanbam (Hanabilah)


Pendapat madzhab Hanabilah sama dengan pendapat Madzhab Imam Hanafi. Mereka
perpegang bolehnya menggugurkan kandungan selama masa 4 bulan pertama (120 hari) dari
awal kehamilan. Namun jika janin berusia sudah mencapai lebih dari 120 hari atau sudah ada
ruh (tanda-tanda kehidupan) hukumnya adalah "Haram". (lihat dalam kitab, Bujairimi
Alkhatib, Syarah Shahih Muslim, Nihayah Almutaj, Tuhfatul Muhtaj Ibnu Hajar, Ihya'
Ulumuddin Imam Al-Ghazali, Alfiqhu Alislami Wa-Adillatuhu, dll).

 Pandangan Al-Quran tentang Keluarga Berencana


Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu kita laksanakan
dalam kaitannya dengan KB diantaranya ialah :
Surat An-Nisa’ ayat 9:

Artinya : “Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah. Mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka.
Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar”.
Selain ayat diatas masih banyak ayat yang berisi petunjuk tentang pelaksanaan KB
diantaranya ialah surat al-Qashas: 77, al-Baqarah: 233, Lukman: 14, al-Ahkaf: 15, al-Anfal:
53, dan
at-Thalaq: 7.
Dari ayat-ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang perlu dilaksanakan
dalam KB antara lain, menjaga kesehatan istri, mempertimbangkan kepentingan anak,
memperhitungkan biaya hidup brumah tangga.
 Pandangan Hadist tentang Keluarga Berencana
Hadist Al Bukhari No.2537
“sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan
berkecukupan dari pada meninggalkan mereka menjadi beban atau tanggungan orang
banyak.”
Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya rumah
tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka menjadi beban bagi
orang lain. Dengan demikian pengaturan kelahiran anak hendaknya dipikirkan bersama.
2.3 Hukum Aborsi dan Keluarga Berencana Dalam Islam

Hukum aborsi dalam Islam


Jadi hasil pembahasan di atas Hukumnya,diperbolehkan asal memiliki tujuan yang
baik.
Otoritas Negara harus dapat menjamin perlindungan dan kemaslahatan bagi rakyatnya. Dan
rakyat harus patuh terhadap Negara dan seluruh perangkat undang-undang yang telah
ditetapkan yang tidak bertentangan dengan hukum syari'at Islam yang telah disepakati oleh
lembaga ulama yang berkompeten. Allah Swt mengisyaratkan didalam firman-Nya,
Surat An-Nisa surah 4 Ayat 59

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri (para ulama & pemerintah) di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya" (QS. Annisa' [4] : 59)

Begitu juga di dalam Ayat lain diwajibkannya rakyat untuk patuh terhadap keputusan ulama
dan pemerintah, sebagaimana Firman Allah Swt sebagai berikut,
Artinya : "Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul
dan Ulil Amri (Para ulama & pemerintah) di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin
mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan para ulama
& pemerintah]). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah
kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu)" (QS. Annisa' [4] : 83)

Dari Ayat Alqur'an di atas maka jelaslah, diantara syarat diperbolehkannya


menggugurkan kehamilan jika undang-undang Negara (undang-undang kesehatan) yang
membolehkan aborsi tidak bertentangan dengan keputusan dari kesepakatan fatwa ulama
yaitu dari lembaga ulama yang berkompeten. Jika undang-undang Negara (undang-undang
kesehatan) bertentangan dengan hasil keputusan lembaga ulama yang berkompeten maka
mutlak hukumnya adalah "Haram".

Aborsi yang diperbolehkan selagi usia kandungan belum mencapai setelah umur 120 hari
dari awal kehamilannya (sebelum adanya ruh pada janin), dan menggugurkan setelah janin
berusia diatas 120 hari (sudah adanya ruh), maka hukumnya adalah 'Haram'.

Bagi pelakunya yang menggugurkan dan yang meminta digugurkan dapat dijerat dengan
hukum pidana, sama hukumnya seperti pelaku pembunuhan (menghilangkan nyawa orang
lain). Di antara Aborsi yang boleh atau tidak boleh dilakukan diantaranya sebagai berikut:

1. Malu karena hamil di luar nikah sebab perzinahan, meskipun usia wanita yang hamil masih
anak di bawah umur. Maka hukumnya mutlak adalah "Haram". Jika alasannya karena usia
anak masih di bawah umur, masih sekolah, masih labil, dan lain sebagainya. Kondisi seperti
ini, maka kedua orang tua baik dari pihak laki-laki dan wanita harus ikut bertanggung jawab
menjaga, memelihara dan melindunginya. Jika kedua orang tua mereka wafat atau tidak ada,
maka pemerintah wajib memberikan perlindungan kepada mereka sampai mereka bisa
mandiri. Jadi hamil sebab karena pezinahan (suka sama suka) sama ada usianya masih di
bawah umur apalagi usia sudah dewasa (apapun alasannya), maka Haram hukumnya
digugurkan. Tentang status anak hamil di luar nikah dapat dilihat tulisan KH.Ovied. R
dengan judul "Hukum Nikah Hamil di Luar Nikah/tahun 2005"
2. Malu hamil karena sebab pemerkosaan dan usia wanita yang hamil masih di bawah umur
atau sudah dewasa, maka menggugurkan kandungannya diperbolehkan dengan syarat:
a. Sebagaimana pendapat mayoritas Ulama, boleh menggugurkan kandungan selama janin
belum ada ruh (sebelum usia janin mencapai lebih 120 hari dari awal kehamilan), dan mutlak
hukumnya adalah "Haram" jika menggugurkan janin yang sudah memiliki ruh".
b. Bagi yang ingin menggugurkan kehamilannya harus ada izin dari lembaga yang
berkompeten dan payung hukum undang-undang Negara yang membolehkannya.
c. Tempat menggugurkannya (rumah sakit atau tempat bersalin) harus yang sudah mendapat
izin dan payung hukum dari pemerintah.

3. Sebab penyakit ganas (seperti penyakit HIV/AIDS, kanker, dan penyakit ganas lainnya).
Namun jika usia janin sudah berusia di atas 120 hari (sudah adanya ruh), maka tidak boleh
digugurkan dan hukumnya adalah tetap "Haram".
4. Bolehnya menggugurkan kandungan karena udzur yaitu karena alasan kesehatan, seperti
dapat menyebabkan kematian sang Ibu, jika janin yang dikandung tidak digugurkan malah
keduanya akan mati (anak dan ibunya). Kondisi ini berlaku Kidah
"I'tibar Almashalih Wa Dar-ull Mafasid; mendahulukan kemaslahatan, dan meninggalkan
kerusakan". Sebab 'udzur Syar'I, maka boleh digugurkan meskipun janin sudah ada ruh (usia
janin di atas 120 hari).
Hukum Keluarga berencana dalam Islam
1. a. Menurut al-Qur’an dan Hadits
Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang shoreh yang melarang atau
memerintahkan KB secara eksplisit, karena hukum ber-KB harus dikembalikan kepada kaidah hukum
Islam,Tetapi dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang berindikasi tentang diperbolehkannya mengikuti
program KB, yakni karena hal-hal berikut:
• Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai dengan firman Allah pada
potongan surat Al-Baqarah surah 2 ayat 195

“Janganlah kalian menjerumuskan diri dalam kerusakan”.


• Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan hal ini sesuai dengan
hadits Nabi Abu Na’im:
ََ‫ُك ْف ًر َكا َداْلفَ ْق ُرأ َ ْن َي ُك ْون‬
“Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati kekufuran”.
Macam-macam Alat Kontrasepsi
Dalam pelaksanaan KB harus menggunakan alat kontrsepsi yang sudah dikenal diantaranya ialah:
 Pil, berupa tablet yang berisi progrestin yang bekerja dalam tubuh wanita untuk mencegah
terjadinya ovulasi dan melakukan perubahan pada endometrium.
 Suntikan, yaitu menginjeksikan cairan kedalam tubuh. Cara kerjanya yaitu menghalangi ovulasi,
menipiskan endometrin sehingga nidasi tidak mungkin terjadi dan memekatkan lendir serlak
sehingga memperlambat perjalanan sperma melalui canalis servikalis.
 Susuk KB, levermergostrel. Terdiri dari enam kapsul yang diinsersikan dibawah kulit lengan bagian
dalam kira-kira sampai 10 cm dari lipatan siku. Cara kerjanya sama dengan suntik.
 AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) terdiri atas lippiss loop(spiral) multi load terbuat dari plastik
harus dililit dengan tembaga tipis cara kerjanya ialah membuat lemahnya daya sperma untuk
membuahi sel telur wanita.
 Sterelisasi (Vasektomi/ tubektomi) yaitu operasi pemutusan atau pengikatan saluran pembuluh
yang menghubungkan testis (pabrik sperma) dengan kelenjar prostat (gudang sperma menjelang
diejakulasi) bagi laki-laki. Atau tubektomi dengan operasi yang sama pada wanita sehingga ovarium
tidak dapat masuk kedalam rongga rahim. Akibat dari sterilisasi ini akan menjadi mandul selamanya.

Alat-alat konrasepsi lainnya adalah kondom, diafragma, tablet vagmat, dan tiisu yang dimasukkan
kedalam vagina. Disamping itu ada cara kontrasepsi yang bersifat tradisional seperti jamuan, urut
dsb.

Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam


1) Cara yang diperbolehkan
Ada beberapa macam cara pencegahan kehamilan yang diperbolehkan oleh syara’ antara lain,
menggunakan pil, suntikan, spiral, kondom, diafragma, tablet vaginal , tisue. Cara ini diperbolehkan
asal tidak membahayakan nyawa sang ibu.Dan cara ini dapat dikategorikan kepada azl yang tidak
dipermasalahkan hukumnya.
2) Cara yang dilarang
Ada juga cara pencegahan kehamilan yang dilarang oleh syara’, yaitu dengan cara merubah atau
merusak organ tubuh yang bersangkutan. Cara-cara yang termasuk kategori ini antara lain,
vasektomi, tubektomi.Hal ini tidak diperbolehkan karena hal ini menentang tujuan pernikahan
untuk menghasilakn keturunan

Anda mungkin juga menyukai