Anda di halaman 1dari 22

Asuhan Keperawatan Post Partum Blues

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP DASAR POSTPARTUM BLUES

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan
adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita
menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita
mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya.
Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola
hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan
yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri
dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga
ke tingkat gangguan jiwa yang berat.
Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya
sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi
fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi
sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan
psikologis dengan berbagai gejala atau sindroma yang oleh para peneliti dan klinisi disebut post-
partum blues.

B. Pengertian Postpartum Blues


Post-partum blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah menulis
referensi di literature kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca-salin yang
disebut sebagai ‘milk fever ‘ karena gejala
disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi. Dewasa ini, post-partum blues (PPB) atau
sering juga disebut maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan
afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan.
Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh sebab
itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai sebagaimana
seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat
membuat perasaan perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan kadang-
kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan
psikosis pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama dalam masalah hubungan
perkawinan dengan suami dan perkembangan anaknya. Baby blues adalah keadaan di mana
seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman setelah persalinan, yang berkaitan dengan
hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada
saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen
dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.

C. Etiologi Postpartum Blues


Banyak faktor diduga berperan pada sindroma ini, antara lain adalah:
1. Faktor hormonal, berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin
dan estriol yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah
melahirkan, ternyata estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase. Yaitu
suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi baik noradrenalin maupun serotonin yang
berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi
2. Faktor demografik yaitu umur dan paritas
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
4. Takut kehilangan bayi, bayi sakit ( kuning, dll )
5. Takut untuk memulai hubungan suami istri ( ML ), anak akan terganggu.
6. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti; tingkat
pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan
sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami,
keluarga dan teman). Apakah suami menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga,
dan teman memberi dukungan moril (misalnya dengan membantu pekerjaan rumah tangga, atau
berperan sebagai tempat ibu mengadu/berkeluh-kesah) selama ibu menjalani masa kehamilannya
atau timbul permasalahan, misalnya suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan
istri maupun persoalan lainnya dengan suami, problem dengan orang tua dan mertua, problem
dengan si sulung.

D. Gejala Klinis Postpartum blues


Gejala – gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang ibu. Gejala
tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau 6 hari setelah melahirkan. Beberapa perubahan
sikap tersebut diantaranya
sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia, penakut, tidak mau makan, tidak mau
bicara, sakit kepala
sering berganti mood, mudah tersinggung ( iritabilitas ),merasa terlalu sensitif dan cemas
berlebihan, tidak bergairah, khususnya terhadap hal yang semula sangat diminati, tidak mampu
berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan, merasa tidak mempunyai ikatan batin
dengan si kecil yang baru saja Anda lahirkan , insomnia yang berlebihan. Gejala – gejala itu
mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara
beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika masih berlangsung beberapa minggu atau
beberapa bulan itu dapat disebut postpartum depression.
Dalam dekade terakhir ini, banyak peneliti dan klinisi yang memberi perhatian khusus pada
gejala psikologis yang menyertai seorang wanita pasca salin, dan telah melaporkan beberapa
angka kejadian dan berbagai faktor yang diduga mempunyai kaitan dengan gejala-gejala
tersebut. Berbagai studi mengenai post-partum blues di luar negeri melaporkan angka kejadian
yang cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85%, yang kemungkinan disebabkan karena
adanya perbedaan populasi dan kriteria diagnosis yang digunakan.

E. Pemeriksaan Penunjang Postpartum Blues


Skrining untuk mendeteksi gangguan mood / depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca
salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner dengan
sebagai alat bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner dengan
validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari
pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan,
perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-partum blues . Kuesioner
ini terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan memiliki 4 (empat) pilihan
jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang
dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat
diselesaikan dalam waktu 5 menit. Cox et. Al., mendapati bahwa nilai skoring lebih besar dari 12
(dua belas) memiliki sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% untuk mendiagnosis kejadian
post-partum blues . EPDS juga telah teruji validitasnya di beberapa negara seperti Belanda,
Swedia, Australia, Italia, dan Indonesia. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca
salin dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 (dua) minggu kemudian.

F. Penatalaksanaan Postpartum Blues


Post-partum blues atau gangguan mental pasca-salin seringkali terabaikan dan tidak ditangani
dengan baik. Banyak ibu yang ‘ berjuang ‘ sendiri dalam beberapa saat setelah melahirkan.
Mereka merasakan ada suatu hal yang salah namun mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui
apa yang sedang terjadi. Apabila mereka pergi mengunjungi dokter atau sumber-sumber lainnya
Untuk minta pertolongan, seringkali hanya mendapatkan saran untuk beristirahat atau tidur lebih
banyak, tidak gelisah, minum obat atau berhenti mengasihani diri sendiri dan mulai merasa
gembira menyambut kedatangan bayi yang mereka cintai.
Penanganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak berbeda dengan penanganan
gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu yang mengalami post-partum blues
membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan
pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga
kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga
mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira
mendapat pertolongan yang praktis. Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin
perlu untuk mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin
menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan
perawatan bayi. Bila memang diperlukan, dapat diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya
dari seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut.
Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita untuk
kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan penanganan yang
tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi/konseling bila memang
diperlukan. Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat
sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai/adekuat tentang
proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-
masa tersebut serta penanganannya.
Post-partum blues juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan menarik nafas
panjang dan meditasi, tidur ketika bayi tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran
baru sebagai ibu, tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi, membicarakan rasa cemas dan
mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru
Dalam penanganan para ibu yang mengalami post-partum blues dibutuhkan pendekatan
menyeluruh/holistik. Pengobatan medis, konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan
pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada
saat-saat tertentu.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional,
intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan lingkungannya, yaitu:
suami, keluarga dan juga teman dekatnya.

G. Asuhan keperawatan pada pasien Pasien Postpartum Blues


1. Pengkajian
Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh perawat perinatal.
Rencana keperawatan harus merefleksikan respons perilaku yang diharapkan dari gangguan
tertentu. Rencan individu didasarkan pada karakteristik wanita dan keadaannya yang spesifik.
Suami atau pasangan wanita tersebut juga dapat mengalami gangguan emosional akibat perilaku
wanita tersebut.
Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat dilakukan pada pasien
dalam beradaptasi menjadi orang tua baru.
Pengkajiannya meliputi ;
1. Dampak pengalaman melahirkan
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu sendiri dan
melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri ( Konrad, 1987 ).
Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana tertentu tentang
kelahiran anak mereka, hal – hal yang mencakup kelahiran pervagina dan beberapa intervensi
medis. Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang diharapkan
( misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran sesar ), orang tua bisa merasa kecewa karena
tidak bisa mencapai yang telah direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua tentang
pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang
tua.
2. Citra diri ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas ibu. Bagaimana
perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat mempengaruhi perilaku dan
adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi
seksualitasnya.
Perasaan – perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah melahirkan
seringkali menimbulkan kekhawatiran pada orang tua baru. Ibu yang baru melahirkan bisa
merasa enggan untuk memulai hubungan seksual karena takut merasa nyeri atau takut bahwa
hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan jaringan perineum.
3. Interaksi Orang tua – Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi orang tua dengan
bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan perilaku
maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua jenis perilaku maupun saat ini kebanyakan
riset hanya berfokus pada ibu.
Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk menjadi orang tua sampai akhirnya
keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan atau kebapaan pada perilaku orang tua
membantu perawatan dan perlindungan anak. Tanda – tanda yang menunjukkan ada atau
tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap bayi
baru lahir dan melanjutkan proses untuk menegakkan hubungan mereka.
4. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap kebutuhan
bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka, respon social yang tidak matur,
dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku yang adaptif ketika mereka
merasakan suka cita karena kehadiran bayinya dan karena tugas – tugas yang diselesaikan untuk
dan bersama anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya melalui ekspresi emosi
yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian menenangkan bayinya, dan ketika mereka dapat
membaca gerakan bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi.
Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang tua tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya.
Mereka tidak dapat merasakan kesenangan dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi – bayi ini
cenderung akan dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa tertarik untuk melihat
anaknya. Tugas merawat anak seperti memandikan atau mengganti pakaian, dipandang sebagai
sesuatu yang menyebalkan. Orang tua tidak mampu membedakan cara berespon terhadap tanda
yang disampaikan oleh bayi, seperti rasa lapar, lelah keinginan untuk berbicara dan kebutuhan
untuk dipeluk dan melakukan kontak mata. Tampaknya sukar bagi mereka untuk menerima
anaknya sebagai anak yang sehat dan gembira.
5. Struktur dan fungsi keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah melihat komposisi
dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu sangat
dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan anak –
anak lain.
Perawat dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji
kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan membantu ibu
merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.
Sedangkan Pengkajian Dasar data klien menurut Marilynn E. Doenges ( 2001 ) Adalah :
1. Aktivitas / istirahat
Insomnia mungkin teramati.
2. Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
3. Integritas Ego
Peka rangsang, takut / menangis ( " Post partum blues " sering terlihat
kira – kira 3 hari setelah kelahiran ).
4. Eliminasi
Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5.
5. Makanan / cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan mungkin hari – hari ke-3.
6. Nyeri / ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai
ke-5 pascapartum.
7. Seksualitas
Uterus 1 cm diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira
– kira 1 lebar jari setiap harinya. Lokhia rubra berlanjut sampai hari ke-2- 3, berlanjut menjadi
lokhia serosa dengan aliran tergantung pada posisi ( misalnya ; rekumben versus ambulasi berdiri
) dan aktivitas ( misalnya ; menyusui ). Payudara : Produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut
pada susu matur, biasanya pada hari ke-3; mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui
dimula

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien postpartum blues menurut Marilynn E.Doenges ( 2001 )
Adalah :
1. Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,edema
/ pembesaran jaringan atau distensi, efek – efek hormonal.
2. Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman
sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur / karakteristik fisik payudara ibu.
3. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia, fungsi
regulator ( misalnya ; hipotensi ortostatik, terjadinya eklamsia ), efek – efek anestesia ;
tromboembolisme ; profil darah abnormal ( anemia, sensitivitas rubella, inkompabilitas Rh )
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan
kerusakan kulit, penurunan Hb, prosedur invasif atau peningkatan pemajanan lingkungan, ruptur
ketuban lama, malnutrisi.
5. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek – efek hormonal (
perpindahan cairan / peningkatan aliran plasma ginjal ), trauma mekanis, edema jaringan, efek –
efek anestesia.
Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
penurunan masukan / penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan ( muntah,
diaforesis, peningkatan haluaran urin, dan kehilangan tidak kasat mata meningkat, hemoragi )
Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan
perpindahan cairan setelah kelahiran plasenta, ketidaktepatan penggantian cairan, efek – efek
infus oksitosin.
Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot ( diastasis recti ),
efek – efek progesteron, dehidrasi, kelebihan analgesia atau anestesia, nyeri perineal / rectal.
Risiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan
kurang dukungan diantara / dari orang terdekat, kurang pengetahuan, ketidakefektifan dan tidak
tersedianya model peran, harapan tidak realistis untuk diri sendiri / bayi / pasangan, tidak
terpenuhinya kebutuhan maturasi sosial / emosional dari klien / pasangan, adanya stresor
( misalnya ; finansial, rumah tangga , pekerjaan )
10. Risiko tidak efektif koping individual berhubungan dengan krisis
maturasional dari kehamilan / mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan menjadi orang tua
( atau melepaskan untuk adopsi ), kerentanan personal, ketidakadekuatan sistem pendukung,
persepsi tidak realistis
11. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Respon hormonal dan
psikologis ( sangat gembira, ansietas, kegirangan ), nyeri / ketidaknyamanan, proses persalinan
dan kelahiran melelahkan.
12. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi
berhubungan dengan kurang pemajanan / mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal
sumber – sumber.
13. Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengan
kecukupan pemenuhan kebutuhan – kebutuhan individu dan tugas – tugas adaptif,
memungkinkan tujuan aktualisasi diri muncul ke permukaan.

3. Perencanaan Keperawatan
1. Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,edema
/ pembesaran jaringan atau distensi, efek – efek hormonal.
Tujuan : Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi
ketidaknyamanan.
Intervensi Keperawatan :
Tentukan adanya, lokasi, dan sifat ketidaknyamanan
Rasional : Mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat.
Inspeksi perbaikan perineum dan epiostomi
Rasional : Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan terjadinya
komplikasi yang memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.
Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama setelah kelahiran
Rasional : Memberi anestesia lokal, meningkatkan vasokonstriksi, dan mengurangi edema dan
vasodilatasi.
Berikan kompres panas lembab ( misalnya ; rendam duduk / bak mandi)
Rasional : Meningkatkan sirkulasi pada perineum, meningkatkan oksigenasi dan nutrisi pada
jaringan, menurunkan edema dan meningkatkan penyembuhan.
Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan episiotomi
Rasional : Penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stres dan tekanan langsung
pada perineum.
Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik 30-60 menit sebelum menyusui
Rasional : Memberikan kenyamanan, khususnya selama laktasi, bila afterpain paling hebat
karena pelepasan oksitosin.
2. Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman
sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur / karakteristik fisik payudara ibu.
Tujuan : Mengungkapkan pemahaman tentang proses / situasi menyusui,mendemonstrasikan
teknik efektif dari menyusui, menunjukkan kepuasan regimen menyusui satu sama lain.
Intervensi Keperawatan :
Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan mengembangkan rencana
perawatan.
Tentukan sistem pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap pasangan / keluarga
Rasional : Mempunyai dukungan yang cukup meningkatkan kesempatan untuk pengalaman
menyusui dengan berhasil.
Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologi dan keuntungan menyusui, perawatan
putting dan payudara, kebutuhan diet khusus, dan faktor – faktor yang memudahkan atau
mengganggu keberhasilan menyusui
Rasional : Membantu menjamin supli susu adekuat, mencegah putting pecah dan luka,
memberikan kenyamanan, dan membuat peran ibu menyusui.
Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik – teknik menyusui
Rasional : Posisi yang tepat biasanya mencegah luka putting, tanpa memperhatikan lamanya
menyusu.
Identifikasi sumber – sumber yang tersedia di masyarakat sesuai indikasi ; misalnya ; progam
Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA )
Rasional : Pelayanan ini mendukung pemberian ASI melalui pendidikan klien dan nutrisional.
3. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia, fungsi
regulator ( misalnya ; hipotensi ortostatik, terjadinya eklamsia ), efek – efek anestesia ;
tromboembolisme ; profil darah abnormal ( anemia, sensitivitas rubella, inkompabilitas Rh )
Tujuan : mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan faktor – faktor risiko / melindungi diri,
bebas dari komplikasi.
Intervensi Keperawatan :
Tinjau ulang kadar hemoglobin ( Hb ) darah dan kehilangan darah pada waktu melahirkan
Rasional : Anemia atau kehilangan darah mempredisposisikan pada sincope klien karena
ketidakadekuatan pengiriman oksigen ke otak.
Catat efek – efek magnesium sulfat ( MgSO4 ), bila diberikan
Rasional : Tidak adanya refleks patela dan frekuensi pernafasan dibawah 12x / mnt menandakan
toksisitas dan perlunya penurunan atau penghentian terapi obat.
Inspeksi ekstrimitas bawah terhadap tanda – tanda trombloflebitis ( misalnya ; kemerahan,
kehangatan, nyeri tekan )
Rasional : Peningkatan produk split fibrin ( kemungkinan pelepasan dari sisi placenta ),
penurunan mobilitas, trauma, sepsis, dan aktivasi berlebihan dari pembekuan darah setelah
kelahiran memberi kecenderungan terjadinya tromboembolisme pada klien.
Evaluasi status rubella pada grafik pranatal
Rasional : Membantu efek – efek teratogenik pada kehamilan selanjutnya.
Concent untuk vaksinasi setelah meninjau ulang efek samping, risiko – risiko, dan perlunya
untuk mencegah konsepsi selama 2-3 bulan setelah vaksinasi
Rasional : Periode inkubasi 14-21 hari, anafilaktik alergi atau respon hipersentifitas dapat terjadi.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan
kerusakan kulit, penurunan Hb, prosedur invasif atau peningkatan pemajanan lingkungan, ruptur
ketuban lama, malnutrisi.
Tujuan : mendemonstrasikan teknik – teknik untuk menurunkan risiko / meningkatkan
penyembuhan, menunjukkan luka yang bebas dari drainase purulen, bebas dari infeksi ; tidak
febris ; dan mempunyai aliran lokhial dan karakter normal.
Intervensi Keperawatan :
Kaji catatan pranatal dan intrapratal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina dan komplikasi
seperti ketuban pecah dini, persalinan lama, laserasi, hemoragi, dan tertahannya plasenta
Rasional : Membantu mengidentifikasi faktor – faktor risiko yang dapat mengganggu
penyembuhan dan kemunduran pertumbuhan epitel jaringan endometrium.
Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi ; catat tanda – tanda menggigil, anoreksia
atau malaise
Rasional : peningkatan suhu mengidentifikasikan terjadinya infeksi.
Inspeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam
Rasional : Diagnosis dini dari infeksi lokal dapat mencegah penyebaran pada jaringan uterus.
Kaji terhadap tanda – tanda infeksi saluran kemih
Rasional : Gejala ISK dapat tampak pada hari ke-2 sampai ke-3 pascapartum karena
naiknyainfeksi traktus dari uretra ke kandung kemih.
Anjurkan perawatan perineal dengan menggunakan botol atau rendam duduk 3 sampai 4 kali
sehari atau setelah berkemih / defekasi
Rasional : Pembersihan sering dari depan ke belakang ( simfisis pubis ke area anal ) membantu
mencegah kontaminasi rectal memasuki vagina atau uretra.
Hubungi agensi – agensi komunitas yang tepat, seperti pelayanan perawat yang berkunjung,
untuk evaluasi diet, progam antibiotik, kemungkinan komplikasi, dan kembali untuk
pemeriksaan medis
Rasional : Adanya infeksi pascapartum membuat klien lemah sehingga membutuhkan banyak
istirahat, pemantauan yang ketat, dan bantuan pemeliharaan rumah dan perawatan diri.
5 Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek – efek hormonal (
perpindahan cairan / peningkatan aliran plasma ginjal ), trauma mekanis, edema jaringan, efek –
efek anestesia.
Tujuan : Berkemih tidak dibantu dalam 6-8 jam setelah kelahiran, mengosongkan kandung
kemih setelah berkemih.
Intervensi Keperawatan :
Kaji masukan dan haluaran urin terakhir
Rasional : Pada periode pascapartal awal, kira – kira 4 kg cairan hilang melalui haluaran urin dan
kehilangan tidak kasat mata, termasuk diaforesis.
Perhatikan adanya edema atau laserasi / episiotomi, dan jenis anestesi yang digunakan
Rasional : Trauma kandung kemih atau uretra, atau edema, dapat mengganggu berkemih ;
anestesia dapat mengganggu sensasi penuh pada kantong kemih.
Instruksikan klien untuk melakukan latihan kegel setiap hari setelah efek – efek anestesia
berkurang
Rasional : Lakukan latihan kegel 100 kali per hari meningkatkan sirkulasi pada perineum,
membantu menyembuhkan dan memulihkan tonus otot pubokoksigeal, mencegah atau
menurunkan inkontinens stres.
Anjurkan minum 6 sampai 8 gelas cairan perhari
Rasional : Membantu mencegah stasis dan dehidrasi dan mengganti cairan yang hilang waktu
melahirkan.
Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
penurunan masukan / penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan ( muntah,
diaforesis, peningkatan haluaran urin, dan kehilangan tidak kasat mata meningkat, hemoragi )
Tujuan : Tetap normotensif dengan masukan cairan dan haluaran urin seimbang, dan Hb / Ht
dalam kadar normal.
Intervensi Keperawatan :
Catat kehilangan cairan pada waktu kelahiran ; tinjau ulang riwayat intra partal
Perhatikan adanya rasa haus ; berikan cairan sesuai toleransi
Evaluasi masukan cairan dan haluaran urin selama diberikan infus I.V., atau sampai pola
berkemih normal terjadi
Berikan cairan yang hilang dengan infus I.V. yang mengandung elektrolit
Rasional : Membantu menciptakan volume darah sirkulasi dan menggantikan kehilangan karena
kelahiran dan diaforesis.
7. Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan
perpindahan cairan setelah kelahiran plasenta, ketidaktepatan penggantian cairan, efek – efek
infus oksitosin.
Tujuan : Menunjukkan TD dan nadi dalam batas normal, bebas dari edema dan gangguan
penglihatan, dengan bunyi nafas bersih.
Intervensi Keperawatan :
Tinjau ulang terhadap riwayat hipertensi karena kehamilan ( HKK ) pranatal dan intrapartal,
perhatikan peningkatan TD, proteinuria, dan edema
Rasional : Membantu menentukan kemungkinan komplikasi serupa yang menetap / terjadi pada
periode pascaprtum.
Pantau masukan dan haluaran urin ; ukur berat jenis
Rasional : Menandakan kebutuhan cairan / keadekuatan terapi.
Kaji adanya, lokasi, dan luasnya edema
Rasional : Bahaya eklamsia atau kejang ada selama 72 jam, tetapi dapat terjadi secara aktual
selambat – lambatnya 5 hari setelah kelahiran.
Kolaborasi dalam pemberian furosemid sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan haluaran urin dan menghilangkan edema pulmonal.
8. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot ( diastasis recti ),
efek – efek progesteron, dehidrasi, kelebihan analgesia atau anestesia, nyeri perineal / rectal.
Tujuan : Melakukan kembali kebiasaan defekasi yang biasanya / optimal dalam 4 hari setelah
kelahiran.
Intervensi Keperawatan :
Auskultasi adanya bising usus ; perhatikan kebiasaan pengosongan normal atau diastaksis rekti
Rasional : Mengevaluasi fungsi usus
Kaji terhadap adanya hemoroid
Rasional : Menurunkan ukuran hemoroid, menghilangkan gatal dan ketidaknyamanan, dan
meningkatkan vasokonstriksi lokal.
Anjuran peningkatan tingkat aktifitas dan ambulasi, sesuai toleransi
Rasional : Membantu meningkatkan peristaltik gastrointestinal.
Kolaborasi dalam pemberian laksatif, pelunak feses, supositoria, atau enema
Rasional : Mungkin perlu untuk meningkatkan kembali ke kebiasaan defekasi normal dan
mencegah mengejan atau stres perinal selama pengosongan.
9. Risiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan
kurang dukungan diantara / dari orang terdekat, kurang pengetahuan, ketidakefektifan dan tidak
tersedianya model peran, harapan tidak realistis untuk diri sendiri / bayi / pasangan, tidak
terpenuhinya kebutuhan maturasi sosial / emosional dari klien / pasangan, adanya stresor
( misalnya ; finansial, rumah tangga , pekerjaan )
Tujuan : Mengungkapkan masalah dan pertanyaan tentang menjadi orang tua, mendiskusikan
peran menjadi orang tua secara realistis, secara aktif mulai melakukan tugas perawatan bayi baru
lahir dengan tepat, mengidentifikasi sumber – sumber.
Intervensi Keperawatan :
Kaji kekuatan, kelemahan, usia, status perkawinan, ketersediaan sumber pendukung dan latar
belakang budaya
Rasional : Mengidentifikasi faktor – faktor risiko potensial dan sumber – sumber pendukung,
yang mempengaruhi kemampuan klien / pasangan untuk menerima tantangan peran menjadi
orang tua.
Perhatikan respons klien / pasangan terhadap kelahiran dan peran menjadi orang tua
Rasional : Kemampuan klien untuk beradaptasi secara positif untuk menjadi orang tua mungkin
dipengaruhi oleh reaksi ayah dengan kuat.
Evaluasi sifat dari menjadi orangtua secara emosi dan fisik yang pernah dialami klien /
pengalaman selama kanak – kanak
Rasional : Peran menjadi orang tua dipelajari, dan individu memakai peran orang tua mereka
sendiri menjadi model peran.
Tinjau ulangf catatan intrapartum terhadap lamanya persalinan, adanya komplikasi, dan peran
pasangan pada persalinan
Rasional : Persalinan lama dan sulit, dapat secara sementara menurunkan energi fisik dan
emosional yang perlu untuk mempelajari peran menjadi ibu dan dapat secara negatif
mempengaruhi menyusui.
Evaluasi status fisik masa lalu dan saat ini dan kejadian komplikasi pranatal, intranatal, atau
pascapartal
Rasional : Kejadian seperti persalinan praterm, hemoragi, infeksi, atau adanya komplikasi ibu
dapat mempengaruhi kondisi psikologis klien.
Evaluasi kondisi bayi ; komunikasikan dengan staf perawatan sesuai indikasi
Rasional : Ibu sering mengalami kesedihan karena mendapati bayinya tidak seperti bayi yang
diharapkan.
Pantau dan dokumentasikan interaksi klien / pasangan dengan bayi
Rasional : Beberapa ibu atau ayah mengalami kasih sayang bermakna pada pertama kali ;
selanjutnya , mereka dikenalkan pada bayi secara bertahap.
Anjurkan pasangan / sibling untuk mengunjungi dan menggendong bayi dan berpartisipasi
terhadap aktifitas perawatan bayi sesuai izin
Rasional : Membantu meningkatkan ikatan dan mencegah perasaan putus asa.
Kolaborasi dalam merujuk untuk konseling bila keluarga beresiko tinggi terhadap masalah
menjadi orang tua atau bila ikatan positif diantara klien / pasangan dan bayi tidak terjadi
Rasional : Perilaku menjadi orang tua yang negatif dan ketidakefektifan koping memerlukan
perbaikan melalui konseling, pemeliharaan atau bahkan psikoterapi yang lama.
10. Risiko tidak efektif koping individual berhubungan dengan krisis
maturasional dari kehamilan / mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan menjadi orang tua
( atau melepaskan untuk adopsi ), kerentanan personal, ketidakadekuatan sistem pendukung,
persepsi tidak realistis
Tujuan : Mengungkapkan ansietas dan respon emosional, mengidentifikasi kekuatan individu
dan kemampuan koping pribadi, mencari sumber – sumber yang tepat sesuai kebuuhan.
Intervensi Keperawatan :
Kaji respon emosional klien selama pranatal dan dan periode intrapartum dan persepsi klien
tentang penampilannya selama persalinan.
Rasional : Terhadap hubungan langsung antara penerimaan yang positif akan peran feminin dan
keunikan fungsi feminin serta adaptasi yang positif terhadap kelahiran anak, menjadi ibu, dan
menyusui.
Anjurkan diskusi oleh klien / pasangan tentang persepsi pengalaman kelahiran
Rasional : Membantu klien / pasangan bekerja melalui proses dan memperjelas realitas dari
pengalaman fantasi.
Kaji terhadap gejala depresi yang fana ( " perasaan sedih " pascapartum ) pada hari ke-2 sampai
ke-3 pascapartum ( misalnya ; ansietas, menangis, kesedihan, konsentrasi yang buruk, dan
depresi ringan atau berat )
Rasional : Sebanyak 80 % ibu – ibu mengalami depresi sementara atau perasaan emosi kecewa
setelah melahirkan.
Evaluasi kemampuan koping masa lalu klien, latar belakang budaya, sistem pendukung, dan
rencana untuk bantuan domestik pada saat pulang
Rasional : Membantu dalam mengkaji kemampuan klien untuk mengatasi stres.
Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membantu klien mempelajari peran
baru dan strategi untuk koping terhadap bayi baru lahir
Rasional : Keterampilan menjadi ibu / orang tua bukan secara insting tetapi harus dipelajari
Anjurkan pengungkapan rasa bersalah, kegagalan pribadi, atau keragu – raguan tentang
kemampuan menjadi orang tua
Rasional : Membantu pasangan mengevaluasi kekuatan dan area masalah secara realistis dan
mengenali kebutuhan terhadap bantuan profesional yang tepat.
Kolaborasi dalam merujuk klien / pasangan pada kelompok pendukungan menjadi orang tua,
pelayanan sosial, kelompok komunitas, atau pelayanan perawat berkunjung
Rasional : Kira – kira 40 % wanita dengan depresi pascapartum ringan mempunyai gejala –
gejala yang menetap sampai 1 tahun dan dapat memerlukan evaluasi lanjut.
11. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Respon hormonal dan
psikologis ( sangat gembira, ansietas, kegirangan ), nyeri / ketidaknyamanan, proses persalinan
dan kelahiran melelahkan.
Tujuan : Mengidentifikasi penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang diperlukan dengan
kebutuhan terhadap anggota keluarga baru, melaporkan peningkatan rasa sejahtera dan istirahat.
Intervensi Keperawatan :
Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat
Rasional : Persalinan atau kelahiran yang lam dan sulit, khususnya bila ini terjadi malam,
meningkatkan tingkat kelelahan.
Kaji faktor – faktor, bila ada yang mempengaruhi istirahat
Rasional : Membantu meningkatkan istirahat, tidur dan relaksasi dan menurunkan rangsang.
Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur / istirahat setelah kembali kerumah
Rasional : Rencana yang kreatif yang membolehkan untuk tidur dengan bayi lebih awal serta
tidur siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Berikan informasi tentang efek – efek kelelahan dan ansietas pada suplai ASI
Rasional : Kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI , dan penurunan
refleks secara psikologis.
Kaji lingkungan rumah, bantuan dirumah, dan adanya sibling dan anggota keluarga lain
Rasional : Multipara dengan anak di rumah memerlukan tidur lebih banyak dirumah sakit untuk
mengatasi kekurangan tidur dan memenuhi kebutuhannya.
12. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi
berhubungan dengan kurang pemajanan / mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal
sumber – sumber.
Tujuan : Mengungkapkan berhubungan dengan pemahaman perubahan fisiologis, kebutuhan
individu, hasil yang diharapkan, melakukan aktivitas / prosedur yang perlu dan menjelaskan
alasan – alasan untuk tindakan.
Intervensi Keperawatan :
Pastikan persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan, dan tingkat kelelahan
klien
Rasional : Terhadap hubungan antara lama persalinan dan kemampuan untuk melakukan
tanggung jawab tugas dan aktifitas – aktifitas perawatan diri / perawatan bayi.
Kaji kesiapan klien dan motivasi untuk belajar
Rasional : Periode pascanatal dapat merupakan pengalaman positif bila penyuluhan yang tepat
untuk membantu pertumbuhan ibu, maturasi, dan kompetensi.
Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan perineal dan higiene, perubahan
fisiologis
Rasional : Membantu mencegah infeksi, mempercepat pemulihan dan penyembuhan, dan
berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional.
Diskusikan kebutuhan seksualitas dan rencana untuk kontrasepsi
Rasional : Pasangan mungkin memerlukan kejelasan mengenai ketersediaan metoda kontrasepsi
dan kenyataan bahwa kehamilan dapat terjadi bahkan sebelum kunjungan sebelum kunjungan
minggu ke-6
13. Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengan
kecukupan pemenuhan kebutuhan – kebutuhan individu dan tugas – tugas adaptif,
memungkinkan tujuan aktualisasi diri muncul ke permukaan.
Tujuan : Mengungkapkan keinginan untuk melaksanakan tugas – tugas yang mengarah pada
kerja sama dari anggota keluarga baru, mengekspresikan perasaan percaya diri dan kepuasan
dengan terbentuknya kemajuan dan adaptasi.
Intervensi Keperawatan :
Kaji hubungan anggota keluarga satu sama lain
Rasional : Perawat dapat membantu memberikan pengalaman positif di rumah sakit dan
menyiapkan keluarga terhadap pertumbuhan melalui tahap – tahap perkembangan.
Anjurkan partisipasi seimbang dari orang tua pada perawatan bayi
Rasional : Fleksibilitas dan sensitifitasi terhadap kebutuhan keluarga membantu
mengembangkan harga diri dan rasa kompeten dalam perawatan bayi baru lahir setelah pulang.
Berikan bimbingan antisipasi mengenai perubahan emosi normal berkenaan dengan periode
pascapartum
Rasional : Membantu menyiapkan pasangan untuk kemungkinan perubahan yang mereka alami,
menurunkan stres dan meningkatkan koping positif.
Berikan informasi tertulis mengenai buku – buku yang dianjurkan untuk anak – anak ( sibling )
tetang bayi baru
Rasional : Membantu anak mengidentifikasi dan mengatasi perasaan akan kemungkinan
penggantian atau penolakan.
Kolaborasi dalam merujuk klien / pasangan pada kelompok orang tua pascapartum di komunitas
Rasional : Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang membesarkan anak dan perkembangan
anak.

4. Pelaksanaan Keperawatan
Menurut Doenges (2000) implementasi adalah perawat mengimplementasikan intervensi-
intervensi yang terdapat dalam rencana perawatan. Menurut Allen (1998) komponen dalam tahap
implementasi meliputi tindakan keperawatann mandiri, kolaboratif, dokumentasi, dan respon
pasien terhadap asuhan keperawatan.

5. Evaluasi
Evaluasi didasarkan pada kemajuan pasien dalam mencapai hasil akhir yang ditetapkan yaitu
meliputi ;
kesejahteraan fisik ibu dan bayi akan dipertahankan.Ibu dan keluarga akan mengembangkan
koping yang efektif
Setiap anggota keluarga akan melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.
Perawat dapat yakin bahwa perawatan berlangsung efektif jika kesejahteraan fisik ibu dan bayi
dapat dipertahankan, ibu dan keluarganya dapat mengatasi masalahnya secara efektif, dan setiap
anggota keluarga dapat meneruskan pola pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.

BAB III
KESIMPULAN
1.
Postpartum blues yaitu suatu perasaan bercampur aduk
2.
Banyak penyebab terjadinya postpartum blues yaitu
3.
Orang dikatakan mengalami postpartum blues jika mengalami gejala – gejala sebagai berikut
4.
Penderita postpartum dapat dideteksi melalui skrinning yaitu dengan kuisioner yang berupa
pertanyaan tentang rasa cemas
5.
Penanganan pada post partum blues ini bermacam – macam caranya
6.
Asuhan keperawatan pada pasien postpartum blues pada dasarnya harus holistik yaitu
menyeluruh dari bio-psiko-sosio-spiritual dan melibatkan orang tua si anak yaitu ayah dan ibu
sia anak
Diposkan oleh Ucy Cynekio Darma di 00:22
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Reaksi: 

0 komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langgan: Poskan Komentar (Atom)

Total Tayangan Laman


http://ucycynekiodarma.blogspot.com/2011/05/asuhan-keperawatan-post-partum-blues.html

ASKEP POST PARTUM BLUES

POST PARTUM BLUES

A. Pendahuluan
Masa nifas merupakan masa 2 jam setelah lahirnya placenta sampai enam minggu berikutnya.
Waktu yang tepat dalam rangka post partum adalah 2-6 jam, 2 – 6 hari, 2 jam – 6 minggu (atau
boleh juga disebut 6 jam, 6 hari dan 6 minggu) (www.google.com)
Pengawasan dan asuhan post partum masa nifas sangat diperlukan yang tujuannya adalah
menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis, melaksanakan sekrining yang
komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
KB, menyusui, pemberian immunisasi pada saat bayi sehat, memberikan pelayanan KB.
Gangguan-gangguan yang sering terjadi pada masa nifas berupa gangguan psikologis, seperti
post partum blues, depresi post partum, depresi berat dan lain-lain.
B. Definisi
Post partum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya
muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga 10 hari sejak kelahiran bayinya.
Gejala-gejala post partum blues, sebagai berikut :
1. Cemas tanpa sebab
2. Menangis tanpa sebab
3. Tidak percaya diri
4. Tidak sabar
5. Sensitif, mudah tersinggung
6. Merasa kurang menyangi bayinya
7. Tidak memperhatikan penampilan dirinya
8. Kurang menjaga kebersihan dirinya
9. Gejala fisiknya seperti : kesulitan bernafas, ataupun perasaan yang berdebar-debar.
10. Ibu merasakan kesedihan, kecemasan yang berlebihan
11. Ibu merasa kurang diperhatikan oleh suami ataupun keluarga.
C. Etiologi
Ada beberapa hal yang menyebabkan post partum blues, diantaranya :
1. Lingkungan melahirkan yang dirasakan kurang nyaman oleh si ibu.
2. Kurangnya dukungan dari keluarga maupun suami.
3. Sejarah keluarga atau pribadi yang mengalami gangguan psikologis.
4. Hubungan sex yang kurang menyenangkan setelah melahirkan
5. Tidak ada perhatian dari suami maupun keluarga
6. Tidak mempunyai pengalaman menjadi orang tua dimasa kanak-kanak atau remaja. Misalnya
tidak mempunyai saudara kandung untuk dirawat.
Dengan kata lain para wanita lebih mungkin mengembangkan depresi post partum jika mereka
terisolasi secara sosial dan emosional serta baru saja mengalami peristiwa kehidupan yang
menakan.
Post partum blues tidak berhubungan dengan perubahan hormonal, bikimia atau kekurangan
gizi. Antara 8% sampai 12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan
menjadi sangat tertekan sehingga mencari bantuan dokter.
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan disini adalah cara mengatasi gangguan psikologis pada nifas dengan post
partum blues. Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah ini yaitu :
1. Dengan cara pendekatan komunikasi teraupetik
Tujuan dari komunikasi teraupetik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan
pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi.
b. Dapat memahami dirinya
c. Dapat mendukung tindakan konstruksi
2. Peningkatan support mental/dukungan keluarga dalam mengatasi gangguan psikologis yang
berhubungan dengan masa nifas dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan
mengalami fase-fase, sebagai berikut :
a. Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai
hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu hanya pada dirinya sendiri,
pengalaman selama proses persalinan sering berulang-ulang diceritakannya. Hal ini membuat
cenderung ibu menjadi pasif terhadap lingkungannya.
b. Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah persalinan. Pada
fase ini ibu merasa khawatir akan ketidak mampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi. Pada fase ini ibu karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk
menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
c. Fase letting go, merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri
dan bayinya sudah meningkat.
E. Pencegahan
Post partum blues dapat dicegah dengan cara :
1. Aanjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan pada suami atau keluarga untuk selalu
memperhatikan si ibu
2. Menu makanan yang seimbang
3. Olah raga secara teratur
4. Mintalah bantuan pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan bayinya.
5. Rencanakan acara keluar bersama bayi berdua dengan suami
6. Rekreasi
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
DENGAN POST PARTUM BLUES, TERHADAP Ny. “IR” DI BPS BUNDA DELIMA
WATES KEC. GADINGREJO KAB. TANGGAMUS
 I. PENGUMPULAN DATA DASAR
A. Identitas/Biodata
Nama Ibu : Ny. IR Nama Suami : Tn. A
Umur : 26 tahun Umur : 28 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln. Raya SMAN 1 Alamat : Jln. Raya SMAN 1
Gading Rejo Gading Rejo
B. Anamnesa
Anamnesa tanggal 11 Agustus 2007
1. Keluhan utama
Ibu dengan P2A0 post partum 4 hari yang lalu mengatakan sulit tidur, cemas, tidak nafsu
makan, perasaan tidak berdaya, tidak senang melihat bayinya, tidak perduli dengan bayinya dan
tidak perduli dengan penampilan dan kebersihan dirinya.
2. Riwayat Persalinan saat ini
Anak lahir spontan pada hari senin tanggal 07 Agustus 2007 pukul 18.30 WIB
a. Kala I : Lamanya 4 jam 15 menit, jumlah perdarahan blood slym dan berlangsung normal.
b. Kala II : Pukul 15.30, persalinan spontan pervaginam, jenis kelamin perempuan, BB 3000
gram, PB 48 cm, Agar score 8/10, rupture perineum tidak ada, perdarahan 50 cc, lamanya 15
menit.
c. Kala III : Placenta lahir pada pukul 15.45. WIB dengan melakukan manajemen aktif kala III,
berat placenta 500 gr, panjang tali pusat 30 cm, dengan jumlah perdarahan 250 cc, lamanya 15
menit.
d. Kala IV : Berlangsung normal, keadaan umum baik, kesadaran composmentis, kontraksi
uterus baik, tidak ada nyeri tekan.
TD : 110/70 mmHg, RR : 20 x/mnt, Suhu 36,70C, Pols 80 x/mnt, Perdarahan 100 cc lamanya 2
jam.
3. Pola hidup sehari-hari
a. Nutrisi
Sebelum melahirkan : Sebelum perut ibu terasa mulas, ibu makan 3 x sehari dan minum 7-8
gelas/hari. Tapi setelah timbul rasa mulas nfasfu makan ibu berkurang, tetapi ibu banyak minum
air putih.
Setelah melahirkan : Ibu makan 2 x sehari, dengan porsi makan ½ piring nasi, ¼ mangkuk sayur
bening, 2 potong tempe, ibu tidak suka minum susu, nafsu makan berkurang, minum 6-8 gelas
per hari.
b. Eliminasi
Sebelum melahirkan : Ibu biasanya BAB 1 x sehari, yaitu pada pagi hari, dan ibu mengatakan
sering BAK.
Setelah melahirkan : Ibu mengatakan setelah melahirkan baru BAB 1 x, BAK 3-4 kali sehari,
volumenya banyak dan warnanya jernih.
c. Istirahat Sebelum melahirkan : Sebelum perut ibu terasa mulas ibu bisa tidur 6-7 jam/hari
dan tidur siang 1 jam dalam sehari.
Setelah melahirkan : Ibu mengatakan sulit tidur dan tidak pernah tidur siang, ibu hanya tidur 3-
4 jam/hari.
d. Aktifitas
Sebelum melahirkan : Ibu masih sanggup melakukan aktifitasnya termasuk mengurus segala
keperluan rumah tangga, contohnya masak.
Setelah melahirkan : Saat ini ibu merasa masih perlu bantuan dalam melakukan aktifitasnya.
e. Personal hygiene
Sebelum melahirkan : Ibu mengatakan mandi 2 x sehari, ganti pakaian 2 x sehari dan cuci
rambut 1 x sehari.
Setelah melahirkan : Ibu mengatakan mandi 1 x sehari, ganti pakaian 1 x sehari dan cuci
rambut 1 x seminggu.
f. Ekstermitas
Simetris kanan dan kiri, tidak cacat, jari-jari lengkap, tidak ada varices dan oedem, kuku jari
terlihat agak panjang dan kotor. 

II. Interprestasi Data Dasar


A. Diagnosa
Ibu post partum 4 hari yang lalu dengan post partum blues
Dasar :
1. Ibu post partum tanggal 07 Agustus 2007 pukul 18.30 WIB
2. Ibu mengatakan sulit tidur, cemas, tidak nafsu makan, perasaan tidak berdaya, tidak senang
melihat bayinya, tidak perhatian pada bayinya, dan tidak ada perhatian dengan penampilan dan
kebersihan dirinya.
B. Masalah
1. Gangguan pemenuhan nutrisi
Dasar :
a. Ibu post partum tanggal 07 Agustus 2007 pukul 18.30 WIB
b. Ibu tidak nafsu makan
c. Ibu makan 2 x sehari dengan porsi ½ piring nasi, ¼ mangkuk sayur bening, 2 potong tempe,
ibu tidak suka minum susu, dan nafsu makannya berkurang.
2. Gangguan pola istirahat
Dasar :
a. Ibu post partum tanggal 07 Agustus 2007 pukul 18.30 WIB
b. Ibu mengatakan sulit tidur dan tidak pernah tidur siang
c. Ibu hanya dapat tidur 3-4 jam/hari
3. Gangguan personal hygine ibu setelah post partum
Dasar :
a. Ibu tidak ada perhatian dengan penampilan dan kebersihan dirinya
b. Ibu tidak memperhatikan keadaan dan kebersihan bayinya
c. Ibu mandi 1 x sehari
d. Ibu tidak mampu merawat dirinya dan bayinya
e. Ibu tidak menjaga kebersihan dirinya akibatnya payudaranya membengkak selain karena
tidak disusukan.
4. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan ibu sekarang adalah sulit tidur, cemas, tidak nafsu makan, perasaan tidak berdaya,
tidak senang melihat bayinya, tidak ada perhatian pada bayinya, dan tidak ada perhatian
dengan penampilan dan kebersihan dirinya.
5. Keadaan psikologis
a. Ibu cemas dengan kelainan bayinya karena ibu ingin memiliki bayi/anak laki-laki.
b. Ibu cemas dan takut bila suami dan keluarga tidak memperhatikannya
c. Ibu khawatir bila suami dan keluarga tidak menyukainya.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Ibu tampak cemas dan gelisah
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg Temp : 36,70C
RR : 20 x/mnt Pols : 80 x/mnt
3. Pemeriksaan inspeksi, paplasi, auskultasi dan perkusi
a. Rambut : Hitam, pendek, kusam, terlihat kering dan kotor
b. Wajah : Tidak ada oedema, terlihat agak kusam dan tidak ada cloasma gravidarum.
c. Mata : Konjungtiva agak pucat, sclera putih, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata dan
pengelihatan normal.
d. Hidung : Fungsi penciuman baik, kebersihan baik, tidak ada polip, tidak ada peradangan dan
mukosa berwarna merah muda.
e. Mulut : Fungsi pengecapan baik, tidak ada stomatis, tidak ada caries, bibir pecah-pecah dan
terlihat kering.
f. Telinga : Simetris kanan dan kiri, fungsi pendengaran baik, kebersihannya kurang, tidak ada
pengeluaran serum, daun telinga ada.
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis, terlihat agak kotor.
h. Dada : Buah dada simetris kanan dan kiri, putting susu menonjol, terjadi pembesaran, tidak
ada benjolan pada payudara, konstitensi keras, keadaannya kurang bersih, hyperpigmentasi
areola mammae.
i. Abdomen : TFU sudah tidak teraba, tidak ada nyeri tekan, tidak ada oedema dan varises pada
restal, tidak ada haemoroid.
j. Ekstermitas :
Ekstermitas atas : Simetris kanan dan kiri, tidak ada cacat, bebas digerakkan, lengkap dan
keadaannya kurang bersih
Ekstermitas bawah: Simetris kanan dan kiri, tidak ada cacat, bebas digerakkan, lengkap dan
keadaannya kurang bersih

III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Dasar


1. Potensial terjadi depresi post partum
Dasar :
a. Ibu sulit tidur
b. Ibu cemas dan gelisah
c. Ibu tidak perhatian terhadap bayinya
d. Ibu tidak ada perhatian pada penampilan dirinya
2. Potensial gangguan pengeluaran ASI
Dasar :
a. Ibu tidak ada nafsu makan
b. Ibu makan 2 x sehari, porsi makan ½ piring nasi, ¼ mangkuk sayur bening, 2 potong tempe,
ibu tidak suka minum susu
c. Payudara ibu yang membengkak
d. Ibu tidak pernah menyusui bayinya.
IV. Kebutuhan
Kolaborasi dengan dokter/psikiater untuk mendapat therapy

V. Rencana Asuhan
1. Jelaskan kondisi ibu saat ini
a. Memberitahu pada ibu dan keluarga, sehingga ibu dan keluarga mengetahui bagaimana
kesehatan ibu saat ini.
b. Menganjurkan kepada ibu dan keluarga untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi.
c. Memberitahu pada ibu dan keluarga tentang pada istirahat yang baik untuk ibu post partum.
d. Memberitahu ibu untuk merawat dirinya dan bayinya.
e. Observsi keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital.
2. Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
a. Memberitahu ibu bahwa ibu post partum perlu mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap
harinya, makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup, minum sedikitnya 8 liter air setiap hari.
b. Gizi untuk ibu harus terpenuhi dengan baik, ibu memerlukannya 2 x lebih banyak dari wanita
lain, karena ibu membutuhkan apabila gizinya tidak terpenuhi ibu bisa menderita anemia.
3. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya personal hygiene
a. Anjurkan kepada ibu dan keluarga untuk mendukung dan merawat bayinya.
b. Anjurkan kepada untuk selalu merawat dirinya dan juga bayinya
c. Anjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan dirinya juga bayinya
4. Anjurkan ibu untuk beristirahat
a. Anjurkan pada ibu tentang istirahat yang baik untuk ibu post partum.
b. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat cukup.
5. Jelaskan pada ibu tentang faktor-faktor yang memperberat depresi.
6. Kolaborasi dengan dokter/psikiater.

VI. Implementasi / Pelaksanaan 1. Menjelaskan bahwa ibu berada dalam masa nifas dengan
depresi, yang ditandai dengan gejala sulit tidur, tidak nafsu makan, cemas, perasaan tidak
berdaya tidak senang melihat bayinya, tidak ada perhatian pada bayinya, tidak ada perhatian
dengan penampilan, kebersihan dirinya dan bayinya. Hal ini dapat dicegah dengan ibu merawat
diri, makan dengan menu seimbang olah raga, istirahat untuk mencegah dan mengurangi
perubahan perasaan. Mintalah bantuan keluarga, teman, tetangga untuk menjaga bayi
sementara saat tidur, rekreasi dan rencanakan acara keluar bersama bayi dan bersama suami
dan jika dilakukan sejak dini depresi ibu dapat dicegah. Mengobservasi keadaan umum dan
tanda-tanda vital ibu :
TD : 100/80 mmHg Suhu : 36,90C
RR : 24 x/mnt Nadi : 90 x/mnt
2. Membantu ibu dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari dengan melibatkan keluarganya
seperti pemenuhan nutrisi, personal hygiene dan kebutuhan yang lain.
3. Menganjurkan tentang perawatan bayi sehari-hari seperti menggendongnya bila bayi
menangis, menyusuinya, mengganti popoknya bila basah, menjaga bayinya tetap kering, bersih
dan hangat, agar ibu merasa lebih dekat dengan bayinya, menyukainya dan mulai tumbuh kasi
sayangnya pada bayinya.
Menganjurkan keluarga dan teman untuk mendukung karena ibu membutuhkan pengertian
emosional, konseling, serta tenggang waktu untuk lepas sejenak dari kegiatan merawat bayi,
bantuan dari keluarga dan teman sangat berpengaruh dalam proses penyelesaian masalah.
Menganjurkan kepada ibu untuk selalu merawat dirinya dan juga bayinya.
4. Menganjurkan pada ibu untuk beristirahat cukup 8 jam sehari dan usahakanlah kalau siang
istirahat 1-2 jam waktu bayinya tidur. Menganjurkan pada keluarga selalu memantau pola
istirahat ibu.
5. Menjelaskan faktor-faktor yang dapat memperberat depresi seperti kurangnya dukungan
keluarga dirumah, peruahan hormonal, lingkungan melahirkan, jumlah anak dan hubungan
seksual yang kurang menyenangkan setelah melahirkan.
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter/psikiater untuk mendapatkan terapi yaitu psikoterapi
dan pengobatan seperti penenangan.

VII. Evaluasi
1. Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini
2. Keadaan umur ibu cemas, kesadaran composmentis
3. Tanda-tanda vital
TD : 100/80 mmHg Nadi : 90 x/mnt
RR : 24 x/mnt Suhu : 36,90C
4. Ibu mengerti hal-hal yang dijelaskan dan mau melakukan anjuran
5. Ibu sudah mau mandi sore, tapi belum mau cuci rambut.
6. Ibu masih belum mau makan.

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari Ke-4 tanggal 11 Agustus 2007
S : a. Ibu mengatakan masih sulit tidur
b. Ibu belum ada nafsu makan
O : Ibu dengan post partum blues
a. Keadaan umum ibu masih cemas
b. Tanda-tanda vital
TD : 100/80 mmHg Nadi : 86 x/mnt
RR : 22 x/mnt Suhu : 36,80C
c. Ibu belum mau makan
d. Ibu menangis tanpa sebab
e. Ibu sangat sensitif dan mudah tersinggung
f. Ibu tidak memperhatikan penampilan dirinya
g. Ibu kurang menjaga kebersihan dirinya
h. Ibu merasa kurang menyayangi bayinya
i. TFU 3 jari di atas simpisis
j. Pengeluaran pervaginam lochea rubra
k. Ibu mengatakan payudaranya bengkak
l. Pengeluaran ASI terhambat, karena tidak disusukan pada bayinya.
m. Eliminasi BAK : 3-4 x/hari, BAB : 1 x/hari
A : a. Post partum blues
b. Penyuluhan tentang pentingnya istirahat
c. Penyuluhan tentang nutrisi ibu menyusui
d. Penyuluhan tentang personal hygiene
P : a. Jelaskan pada ibu bahwa personal hygiene itu penting
b. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
c. Anjurkan ibu untuk selalu menyusui bayinya

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari ke-9 tanggal 16 Agustus 2007
S : a. Ibu mengatakan sudah bisa tidur
b. Ibu mengatakan sudah mau makan
c. Ibu mulai menyenangi bayinya dan mau merawat bayinya.
d. Ibu mengatakan sudah mulai memperhatikan penampilan dan kebersihan dirinya juga
bayinya.
O : Ibu dengan post partum blues
a. Keadaan umum ibu membaik
b. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg Nadi : 24 x/mnt
RR : 24 x/mnt Suhu : 36,70C
c. Makanan yang diberikan selalu dihabiskan
d. Pengeluaran pervaginam lochea serosa
e. Ibu tampak terlihat bersih dan rapi
f. TFU sudah tidak teraba
g. Pengeluaran ASI sudah mulai lancar karena ibu sudah mau menyusui bayinya
h. Eliminasi
BAB : 1 x/hari
BAK : 3-4 x/hari
A : a. Post partum blues pada ibu sudah berkurang
b. Penyuluhan tentang ASI eksklusif
c. Penyuluhan tentang kontraksi
P : a. Lanjutkan intervensi
b. Anjurkan ibu untuk selalu menyusui bayinya
c. Jelaskan pada ibu bahwa ASI eksklusif itu penting
d. Jelaskan pada ibu dan suami tentang jenis-jensi perkembangan
e. Jelaskan keuntungan dan kerugian serta efek samping
f. Anjurkan ibu untuk mendiskusikan dengan suami alat kontrasepsi yang akan dipakai

CATATAN PERKEMBANGAN Hari ke-13 tanggal 20 Agustus 2007


S : Ibu mengatakan ingin menggunakan alat kontrasepsi yang menjarangka kehamilan
O : a. Keadaan umum ibu baik
b. Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg Nadi : 80 x/mnt
RR : 22 x/mnt Suhu : 36,70C
c. pengeluaran pervaginam lochea alba
d. TFU tidak teraba
e. Pengeluaran ASI sudah lancar
A : Penyuluhan tentang hubungan seksual setelah persalinan
P : a. Persiapan pemberian alat kontrasepsi yang dipilih ibu
b. Pemberian alat kontrasepsi yang dipilih
c. Jelaskan pada ibu dan suami, apakah ibu dapat memasukkan satu/dua jari kedalam vagina
tanpa rasa nyeri berarti secara fisik ibu aman jadi, tidak perlu cemas.

DAFTAR PUSTAKA

www.google.com

Anda mungkin juga menyukai