Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Maternitas II. Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai Gangguan Psikologi
Post Partum, diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak kesulitan yang kami hadapi.
Namun berkat bimbingan dari Dosen, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Saya menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya
belum seberapa dan masih banyak belajar dalam membuat makalah. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar makalah ini
menjadi lebih baik dan berdaya guna. Harapan kami, mudah - mudahan makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 07 April 2019

Kelompok

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Umum
C. Tujuan khusus

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Defenisi
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Tanda dan Gejala
E. Manifestasi Klinis
F. Pencegahan
G. Pemeriksaan Diagnostik
H. Penatalaksaan

BAB III LAPORAN KASUS

A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasai Dan Evaluasi Keperawatan

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis perubahan
psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian
besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus
dilalui tetapi sebagian wanita menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat
menentukan kehidupan selanjutnya.

Masa nifas adalah masa sejak selesainya persalinan hingga pulihnya alat-alat
kandungan dan anggota badan serta psikologis yang berhubungan dengan
kehamilan/persalinan selama 6 minggu. Dalam proses adaptasi pada masa post partum
terdapat tiga metode yang meliputi “ immediate puerperineum “ yaitu 24 jam pertama
setelah melahirkan, “ early puerperineum “ yaitu 24 jam hingga 1 minggu setelah
melahirkan, “ late puerperineum “ yaitu setelah satu minggu samapi 6 minggu post
partum.

Perubahan psikologi merupakan hal yang normal terjadi pada seorang ibu
yang baru melahirkan. Namun kadang-kadang terjadi perubahan psikologis yang
abnormal. Gangguan psikologi pascapartum dibagi menjadi tiga kategori yaitu
postpartum blues atau kesedihan pascapartum, depresi pascapartum nonpsikosis, dan
psikosis pascapartum. Pada makalah ini kami akan membahas secara khusus
mengenai postpartum blues.

B. Tujuan penulisan
a. Tujuan umum
1. Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam lagi yang dimaksud dengan
gangguan psikologis pada ibu masa postpartum khususnya postpartum blues.
2. Untuk mendapatkan gambaran umum secara teoritis konsep dasar asuhan
keperawatan pada klien dengan postpartum blues.

3
b. Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian pada klien dengan postpartum blues.
2. Menganalisa data untuk merumuskan Diagnosa Keperawatan pada klien
dengan postpartum blues.
3. Membuat rencana Keperawatan pada klien dengan postpartum blues.
4. Melaksanakan rencana keperawatan pada klien dengan postpartum blues.
5. Membuat pendokumentasian pada klien dengan post partum blues.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFENISI
Post partum Blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah menulis refrensi
di literature kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca - salin yang disebut “ milk fever “
karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi. Dewasa ini, post partumblues
atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan
afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat fase
taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang
waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan. Post partum blues merupakan kesedihan atau kemurungan
setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu sekitar dua hari hingga10 hari sejak kelahiran
bayinya.

B. ETIOLOGI
Penyebab pasti belum diketahui secara pasti, namun banyak faktor yang diduga berperan dapat
menyebabkan post partum blues, diantaranya :
 Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesterone, prolaktin
dan ekstradiol. Penurunan kadar estrogen setelahmelahirkan sangat berpengaruh pada
gangguan emosional pasca partum karena estrogen memiliki efek supresi aktivitas enzim
monoamineaksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalindan serotonin
yang berperan dalam perubahan mood dan depresi.
 Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
 Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
 Latar belakang psikososial ibu, seperti ; tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak
diinginkan, riwayat gangguan jiwa sebelumnya, social ekonomi serta keadekuatan dukungan social
dari lingkungan ( suami, keluarga dan teman ). Apakah suami menginginkan juga kehamilan ini,
apakah suami, keluarga dan teman memberikan dukungan moril ( misalnya dengan membantu
pekerjaan rumah tangga selama atau berperan sebagai tempat ibu mengadu / berkeluh - kesah )
selama ibu menjalani kehamilannya atau timbul permasalahan misalnya suami yang tidak
membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami,
problem dengan orang tua dan mertua, problem dengan si sulung.

5
 Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya. Ada beberapa pendapat yang menyebutkan
bahwa post partum blues tidak berhubungan dengan perubahan hormonal, biokimia atau
kekurangan gizi. Antara 8 % sampai 12 % wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang
tua dan menjadi sangat tertekan sehingga mencari bantuan dokter. Dengan kata lain para wanita
lebih mungkin mengembangkan depresi post partum jika mereka tertekan secara sosial dan
emosional serta baru saja mengalami peristiwa kehidupan yang menekan. Ada juga pendapat bahwa
kemunculan dari post partum blues ini disebabkan oleh beberapa faktor dari dalam dan luar
individu. Penelitian dari Dirksen dan De Jonge Andriaansen ( 1985 ) menunjukan bahwa depresi
tersebut membawa kondisi yang berbahaya bagi perkembang anak dikemudian hari.

C. PATOFISIOLOGI
Sejarah kehamilan adalah factor utama yang bisa menimbulkan terjadinya baby blues
ini atau bisa dikenal dengan post partum blues. Riwayat seperti kehamilan yang tidak di
inginkan, adanya problem dengan orang tua atau mertua, kurangnya biaya untuk persalinan,
kurangnya perhatian yang diberikan pada si ibu dan factor ari etiologi serta factor psikologi
lainnyamerupakan penyebab utama. Penurunan kadar estrpgen setelah melahirkan sangat
berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi
aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi
nonadrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
Karena proses ini pula seorang ibu setelah melahirkan mengalami perubahan pada tingkat
emosional. Biasanya ibu akan mengalami kenaikan dalam resons psikologinya, senstive dan
lebih membutuhkan perhatian, kasih sayang dari orang sekitarnya yang dianggap penting
baginya. Keabnormalitasan pada post partum blues ini mengakibatkan rasa tidak nyaman,
kecemasan yang mendalam pada diri ibu, tak jarang terkadang seorang ibu menangis tanpa
sebab yang pasti. Khawatir pada bayinya dengan kekhawatiran yang berlebihan.

D. TANDA DAN GEJALA


Ibu postpartum yang mengalami postpartum blues mempunyai gejala antara lain
mudah menangis (tearfulness), murung, sedih, cemas, perubahan mood, reslestness, mudah
marah, kurang konsentrasi, pelupa (Wong, 2002; Pillitteri, 2003). Henshaw, 2003
menjelaskan tanda dan gejala postpartum blues antara lain tearfulness, labilitas emosi,
perubahan mood, bingung, cemas dan gangguan kognitif (kurang perhatian, tidak bisa
konsentrasi/distractibility dan pelupa).

6
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala post partum blues, sebagai berikut :
 Cemas tanpa sebab.
 Menangis tanpa sebab.
 Tidak percaya diri.
 Tidak sabar.
 Sensitif, mudah tersinggung.
 Merasa kurang menyayangi bayinya.
 Tidak memperhatikan penampilan dirinya.
 Kurangnya menjaga kebersihan dirinya. Gejala fisiknya seperti : kesulitan bernafas, ataupun
perasaan yangberdebar-debar.
 Ibu merasa kesedihan, kecemasan yang berlebihan.
 Ibu merasa kurang diperhatikan oleh suami ataupun keluarga.

F. PENCEGAHAN
Post partum blues dapat dicegah dengan cara :
a. Anjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan pada suami atau keluarga untuk selalu
memperhatikan si ibu.
b. Menu makanan yang seimbang.
c. Olahraga secara teratur.
d. Mintalah bantuan pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan bayinya.
e. Rencankan acara keluar bersama bayi berdua dengan suami.
f. Rekreasi.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara langsung post partu
blues. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa syntom yang tampak dapat disimpulkan sebagai
gangguan depresipost partum blues bila memenuhi kriteria dan gejala yang ada. Kekurangan hormone
thyroid yang ditemukan pada individu yang mengalami kelelahan luar biasa ( fatique ) ditemukan juga pada
ibu yang mengalami post partum blues mempunyai jumlah kadar thyroid yang sangat rendah. Skrining
untuk mendeteksi gangguan mood / depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca salin yang rutin
dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner dengan alat bantu. Endinburgh
Postnatal Depression Scale ( EPDS ) merupakan kuesioner dengan validasi yang teruji yang dapat

7
mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan – pertanyaan
berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta mencakup hal - hal lain yang
terdapat pada post partum blues. Kuesiner ini terdiri dari 10 ( sepuluh ) pertanyaan, dimana setiap
pertanyaan memiliki 4 (empat ) pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai
dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu
dan rata rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit, nilai scoring lebih besar 12 ( dua belas ) memiliki
sensitifitas 86 % dan nilai prediksi positif 73 % untuk mendiagnosis psotpartum blues. EPDS dapat
dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2
( dua ) minggu kemudian.

H. PENATALAKSANAAN
Post-partum blues atau gangguan mentak pasca-salin seringkali terabaikan dan tidak
ditangani dengan baik. Banyak ibu yang berjuang sendiri dalam beberapa saat setelah melahirkan. Mereka
merasakan ada suatu yang salah namun mereka sendiri tidak benar - benar mengetahui apayang sedang
terjadi. Apabila mereka pergi mengunjungi dokter atau sumber-sumber lainnya untuk minta pertolongan,
seringkali hanya mendapatkan saran untuk beristirahat atau tidur lebih banyak, tidak gelisah,
minum obat atau berhenti mengasihani diri sendiri dan mulai merasa gembira menyambut kedatangan bayi
yang mereka cintai. Penangganan gangguan mental pasca - salin pada prinsip nya tidak berbeda dengan
penangganan gangguan mental pada momen – momen lainnya. Para ibu yang mengalami post - partum
blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan
yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya
yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan
mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan / atau istirahat,
dan seringkali merasa gembira mendapat pertolongan praktis. Dengan bantuan dari teman dan keluarga,
mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari - hari, atau mungkin
menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi.
Bila memang diperlukan dapat diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang
psikolog atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut. Para ahli obstetri memegang peranan
penting untuk mempersiapkan para wanita untuk kemungkinan terjadinya gangguan mental
pasca-salin dansegera memberikan penangganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan
merujuk kepada para ahli psikologi / konseling bila memang diperlukan. Dukungan yang memadai dari para
petugas obstetri, yaitu : dokter dan bidan / perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan
informasi yang memadai / adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit - penyulit
yang mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penangganan nya. Post - partum blues juga dapat

8
dikurangi dengan cara belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi, tidur ketika bayi tidur,
berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu, tidak perfeksionis dalam hal mengurusi
bayi, membicarakan rasa cemas dan mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung dengan
kelompok ibu - ibu baru. Dalam penangganan para ibu yang mengalami post – partum blues
dibutuhkan pendekatan menyeluruh / holistik. Pengobatan medis, konseling, emosional, bantuan-
bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan - harapan mereka
miungkin pada saat - saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan
ditingkat perilaku, emosional, intelektual, social dan psikologis secara bersama - sama dengan
melibatkan lingkungannya yaitu : suami, keluarga, dan juga teman dekatnya.

9
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Pengkajian
Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh perawat perinatal.
Rencana keperawatan harus merefleksikan respons perilaku yang diharapkan dari gangguan
tertentu. Rencana individu didasarkan pada karakteristik wanita dan keadaannya yang
spesifik. Suamiatau pasangan wanita tersebut juga dapat mengalami gangguan emosional akibat
perilaku wanita tersebut. Pengkajian klien post - partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat dilakukan
pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang baru. Pengkajiannya meliputi :
a. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,pendidikan, alamat, medical record, dan
lain-lain.
b. Dampak pengalaman melahirkan ;
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu sendiri dan
melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retropeksi diri ( Kondrat,1987 ). Selama hamil ibu
dan pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka,
hal - hal yang mencakup kelahiran pervaginam dan beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman
mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang diharapkan ( misalnya induksi, anastesi epidural,
kelahiran sesar ), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan
sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi
adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.
c. Citra diri ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri. Citra tubuh dan seksualitas ibu. Bagaimana
perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat mempengaruhi perilaku dana
daptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi
seksualitasnya. Perasaan – perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah
seringkali menimbulkan kekahwatiran pada orang tua baru. Ibu yang melahirkan bisa merasa
enggan untuk memulai hubungan seksual karena merasa takut nyeri atau takut bahwa hubungan seksual
akan menganggu penyembuhan jaringan perineum.
d. Interaksi Orang -Tua
Bayi Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi orang tua
dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan perilaku

10
maladaptive. Baik ibu maupun ayah menunjukan kedua jenis perilaku. Banyak orang tua baru
mengalami kesulitan untuk menjadi orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik.
Kualitas keibuan atau kebapaan pada perilaku orang tua membantu perawatan dan perlindungan
anak. Tanda - tanda yang menunjukan ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu melahirkan,
saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk menegakkan hubungan
mereka.
e. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap
kebutuhan bayinya yang baru lahir dengan keterbatasan kemampuan mereka, respon social yang
tidak matur, dan ketidak berdayaannya. Orang tua menunjukan perilaku yang adaptif ketika mereka
merasakan suka cita karena kehadiran bayinya dan k arena tugas - tugas yang diselesaikan untuk dan
bersama anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya melalui ekspresi emosi yang
diperlihatkan bayi dan kemudian menenangkan bayinya dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi
dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi. Perilaku mal adaptif terlihat ketika respon orangtua
tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya. Mereka tidak dapat merasakan kesenangan dari kontak fisik dengan
anak mereka. Bayi - bayi ini cendrung akan dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa tertarik
untuk melihat anaknya. Tugas merawat anak seperti memandikan atau menganti pakaian dipandang
sebagai sesuatu yang menyebalkan. Orang tua tidak mampu membedakan cara berespon terhadap tanda
yang disampaikan oleh bayi, seperti rasalapar, lelah keinginan untuk berbicara dan kebutuhan untuk
dipeluk dan melakukan kontak mata, tampaknya sukar bagi mereka untuk menerima anaknya sebagai anak
yang sehat dan gembira.

f. Struktur dan Fungsi Keluarga


Komponen penting lain dalam pengkajian pasa pasien postaprtum blues ialah melihat komposisi
dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh
hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan anak - anak lain. Perawat / bidan dapat
membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji kemungkinan konflik yang
bisa terjadi diantara anggota keluarga dan membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi
masalah tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.

3.1.2 Sedangkan pengkajian dasar data klien menurut Marlynn E.Doeges (2001 ) adalah :
a.Aktivitas / istirahat insomnia mungkin teramati.
b.Sirkulasi : episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
c.Integritas Ego : peka rangsang, takut / menangis ( sering terlihatkira-kira 3 hari setelah kelahiran ).

11
d.Eliminasi : dieresis diantara hari ke-2 dan ke-5.
e.Makanan / cairan : kehilangan nafsu makam mungkin dikeluhkanhari-hari ke-3.
f.Nyeri / ketidaknyamanan : nyeri tekan payudara / pembesaran dapatterjadi diantara hari ke-3 sampai
ke-5 pascapartum.
g.Seksualitas : uterus 1 cm diatas umbilicus pada 12 jam pertamasetelah kelahiran, menurun kira-kira 1 lebar
jari setiap harinya.Lokhea rubra berlanjut sampai hari ke-2 dan ke-3 berlanjut menjadilokhea
serosa dengan aliran tergantung pada posisi ( misalnyarekumben versus ambulasi berdiri ) dan aktivitas (
misalnyamenyusui ). Payudara ; produksi kolostrum 48 jam pertama,berlanjut pada susu matur biasanya
pada hari ke-3, mungkin lebihdini, tergantung kapan menyusui dimulai.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien post partum blues diantaranya adalah :
a. Nyeri akut / ketidak nyamanan berhubungan dengan trauma mekanisedema / pembesaran jaringan
atau distensi, efek-efek hormonal.
b. Resiko gangguan proses menyusui berhubungan dengan tingkatpengetahuan, pengalaman
sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkatdukungan, struktur / karakteristik fisik payudara ibu.
c. Resiko terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan denganpengaruh komplikasi fisik
dan emosional.
d. d.Resiko perubahan emosional yang tidak stabil pada ibu berhubungandengan ketidakefektifan
koping individue.
e. e.Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan psikologis( sangat gembira,
ansietas, kegirangan ), nyeri / ketidaknyamanan, prosespersalinan dan kelahiran
melelahkan.f.
f. f.Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayiberhubungan dengan kurang
paparan informasi, kesalahan interprestasi,tidak mengenal sumber-sumber.
g. g.Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengankecukupan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu dan tugas-tugasadaptif memungkinkan tujuan
aktualisasi diri muncul ke permukaan.

C. Rencana Keperawatana.
a. Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan teruma mekanis,edema / pembesaran jaringan
atau distensi, efek-efek hormonal.
Tujuan : Mengidentifikasi kebutuhan dan mengunakan intervensi untuk mengatasi ketidaknyamanan.
Intervensi Keperawatan :

12
1. Tentukan adanya, lokasi dan sifat ketidaknyamanan.R/ Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
khusus dan intervensi yangtepat.
2. Inspeksi perbaikan perineum dan epiostomi.R/ Dapat menunjukan trauma berlebihan pada jaringan
perineal danterjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.
3. Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertamasetelah melahirkan.R/
Memberi anesthesia lokal, meningkatkan vasokontriksi, danmengurangi edema dan vasodilatasi.
4. Berikan kompres panas lembab ( misalnya : rendam duduk / bak mandi ). R / Meningkatkan
sirkulasi pada perineum, meningkatkan oksigenasi dan nutrisi pada jaringan, menurunkan edema
dan meningkatkanpenyembuhan.
5. Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikanepisiotomy.R/ Pengunaan
pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stress dan tekanan langsung pada perineum.
6. Kolaborasi dalam pemberian obat analgesic 30-60 menit sebelum menyusui.R/
Memberikan kenyamanan, khususnya selama laktasi, bila after pain paling hebat karena pelepasan
oksitoksin.

b. Resiko gangguan proses menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman


sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkatdukungan, struktur / karakteristik fisik payudara ibu.
Tujuan : Mengungkapkan pemahaman tentang proses / situasi menyusui
mendemonstrasikan teknik efektif dari menyusui, menunjukan kepuasan regimen menyusui satu
sama lain.
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya. R / Membantu
dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan mengembangkan rencana perawatan.
2. Tentukan system pendukung yang tersedia pada klien, dan sikappasangan / keluarga.R/
Mempunyai dukungan yang cukup meningkatkan kesempatan untuk pengalaman menyusui
dengan berhasil.
3. Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologi dan keuntungan menyusui,
perawatan putting dan payudara, kebutuhan diet khusus, dan factor - faktor yang memudahkan atau
menganggu keberhasilan menyusui. R/ Membantu menjamin suplai susu adekuat, mencegah
putting pecahdan luka, memberikan kenyamanan, dan membuat peran ibumenyusui.
4. Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik-teknik menyusuiR/ Posisi yang tepat biasanya mencegah
luka putting, tanpa memperhatikan lamanya menyusui.

13
5. Identifikasi sumber-sumber yang tersedia di masyarakat sesuai indikasimisalnya ;
program kesehatan ibu dan anak ( KIA ).R/ Pelayanan ini mendukung pemberian ASI melalui
pendidikan kliendan nutrisional.

c. Resiko terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan denganpengaruh kompliksi fisik dan
emosional.
Tujuan : Mengungkapkan masalah dan pertanyaan tentang menjadi orangtua, mendiskusikan peran
menjadi orang tua secara realistis, dansecara aktif mulai melakukan tugas perawatan bayi baru
lahirdengan tepat.
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji kekuatan, kelemahan, usia , status perkawianan, ketersediaansumber pendukung dan
latar belakang budaya.R/ Menidentifikasi factor-faktor resiko dan sumber-
sumberpendukung, yang mempengaruhi kemampuan klien/pasangan untuk menerima tantangan
peran menjadi orang tua.
2. Perhatikan respon klien/pasangan terhadap kelahiran dan peranmenjadi orang tua.R/
Kemampuan klien untuk beradaptasi secara positif untuk menjadiorang tua mungkin dipengaruhi
oleh reaksi ayah dengan kuat.
3. Evaluasi sifat dari menjadi orang tua secara emosi dan fisik yangpernah dialami klien/pengalaman
selama kanak-kanak.R/ Peran menjadi orang tua dipelajari, dan individu memakai peranorang tua
mereka sendiri menjadi model peran.
4. Tinjau ulang catatan intrapartum terhadap lamanya persalionan,adanya komplikasi dan
peran pasangan pada persalinan. R/ Persalinan lama dan sulit, dapat secara sementara menurunkan
energy fisik dan emosional yang perlu untuk mempelajari peranmenjadi ibu dan dapat secara
negative mempengaruhi menyusui.
5. Ecaluasi status fisik masa lalu dan saat ini dan kejadian komplikasiprenatal, intranatal dan
pascapartal. R/ kejadian seperti persalinan praterm, hemoragi, infeksi,atau
adanyakomplikasi ibu dapat mempengaruhi kondisi psikologis klien.
6. Evaluasi kondisi bayi ; komunikasikan dengan staf perawatan sesuaidengan indikasi.R/ Ibu sering
mengalami kesedihan karena mendapati bayinya tidak seperti bayi yang diharapkan.
7. Pantau dan dokiumentasikan interaksi klien/pasangan dengan bayi.R/ Beberapa ibu atau ayah
mengalami kasih saying bermakna padapertama kali ; selanjutnya, mereka dikenalkan pada bayi
secarabertahap.
8. Anjurkan pasangan untuk mengunjungi dan mengendong bayi danberpartisipasi terhadap aktifitas
perawatan bayi sesuai izin.R/ Membantu meningkatkan ikatan dan mencegah perasaan putus asa.

14
9. Kolaborasi dalam merujuk untuk konseling bila keluarga beresikotinggi terhadap masalah menjadi
orang tua atau bila ikatan positif diantara klien/pasanngan dan bayi tidak terjadi.R/ perilaku menjadi
orang tua yang negative dan ketidakefektifankoping memerlukan perbaikan melalui konseling,
pemeliharaan ataubahkan psikoterapi yang lama.

d. Resiko perubahan emosional yang tidak stabil pada ibu berhubungandengan ketidakefektifan koping
individu
Tujuan : Mengungkapkan ansietas dan respon emosional, mengidentifikasikekuatan individu dan
kemampuan koping pribadi, mencarisumber-sumber yang tepat sesuai kebutuhan.
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji respon emosional klien selama prenatal dan periode inpartum danpersepsi klien tentang
penampilannya selama persalinan.R/ Terhadap hubungan langsung antara penerimaan yang positif
akanperan feminism dan keunikan fungsi feminism serta adaptasi yengpsositif terhadap kelahiran
anak, menjadi ibu, dan menyusui.
2. Anjurkan diskusi oleh klien / pasangan tentang persepsi pengalamankelahiran.R/
Membantu klien/pasangan bekerja melalui proses dan memperjelasrealitas dari pengalaman fantasi.
3. Kaji terhadap gejala depresi yang fana ( perasaan sedih pascapartum ),pada hari ke-2 sampai ke-
3 pasca partum ( misalnya, ansietas,menangis, kesedihan, konsentrasi yang buruk, dan depresi
ringan atauberat ).R/ Sebanyak 80 % ibu-ibu mengalami depresi sementara atau perasaanemosi
kecewa setelah melahirkan.
4. Evaluasi kemampuan koping masa lalu klien, latar belakang budaya,system pendukung, dan
rencana untuk bantuan domestic pada saatpulang.R/ Membantu dalam mengkaji kemampuan
klien untuk mengatasistress.
5. Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membantu klien mempelajari peran
baru dan strategi untuk kopingterhadap bayi baru lahir.R/ Keterampilan menjadi ibu/orang tua
bukan secara insting tetapiharus dipelajari.
6. Anjurkan pengungkapan raa bersalah, kegagalan pribadi, atau keragu-raguan tentang kemampuan
menjadi orang tua.R/ Membantu pasangan mengevaluasi kekuatan dan area masalahsecara realistis
dan mengenali kebutuhan terhadap bantuanprofessional yang tepat.
7. Kolaborasi dalam merujuk klien/pasangan pada kelompok pendukungan menjadi orang tua,
pelayanan social, kelompok komunitas, atau pelayanan perawat berkunjung.R/ Kira-kira 40%
wanita dengan depresi pascapartum ringanmempunyai gejala-gejala yang menetap sampai 1 tahun
dan dapatmemerlukan evaluasi lanjut.

15
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan psikologis( sangat gembira, ansietas
dan kegirangan ), nyeri/ketidaknyamanan,proses persalinan dan kelahiran melelahkan.
Tujuan : Menidentifikasi penilaian untuk mengakomodasi perubahan yangdiperlukan dengan
kebutuhan terhadap anggota keluarga baru,melaporkan peningkatan rasa sejaterah dan istirahat.
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat.R/ Persalinan atau kelahiran yang lama
dan sulit, khususnya bila initerjadi malam meningkatkan tingakt kelelahan.
2. Kaji faktor-faktor, bila ada yang mempengaruhi istirahat.R/ Membantu meningkatkan
istirahat, tidur dan relaksasi danmenurunkan rangsangan.
3. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat setelahkembali ke rumah.R/
Rencana yang kreatif yang membolehkan unruk tidur dengan bayilebih awal serta tidur siang
membantu untuk memenuhi kebutuhantubuh.
4. Berikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplaiASI.R/ Kelelahan dapat
mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI,dan penurunan reflex secara psikologis.
5. Kaji lingkungan rumah, dan bantuan di rumah.R/ Multipara dengan anak dirumah memerlukan
tidur lebih banyak dirumah sakit untuk mengatasi kekurangan tidur dan memenuhikebutuhannya.

f. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayiberhubungan dengan kurang
pemanjanan/mengingat, kesalahaninterprestasi, tidak mengenal sumber-sumber.
Tujuan : Mengungkapkan berhubungan dengan pemahaman perubahanfisiologis, kebutuhan individu,
ahasil yang diharapkan,melakukan aktivitas / prosedur yang perlu menjelaskan alas an-alasan
untuk tindakan.
Intervensi Keperawatan :
1. Pastikan persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lamapersalinan, dan tingkat kelelahan
klien.R/ Terhadap hubungan antara lama persalinan dan kemampuan untuk melakukan
tanggung jawab tugas dan aktifitas-aktifitas perawatandiri/perawatan bayi.
2. Kaji persiapan klien dan motivasi untuk belajar.R/ Periode pascanatal dapat merupakan
pengalaman ibu, maturasi, dankompetensi.
3. Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan perinealdan hygiene,
perubahan fisiologis.R/ Membantu mencegah infeksi, mempercepat pemulihan danpenyembuhan,
dan berperan pada adaptasi yang positif dariperubahan fisik dan emosional.
4. Diskusikan kebutuhan seksualitas dan rencana untuk kontrasepsi.R/ Pasangan mungkin
memerlukan kejelasan mengenaik ketersediaanmetode kontrasepsi dan kenyataan bahwa
kehamilan dapat terjadibahkan sebelum kunjungan minggu ke-6.

16
g. Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengankecakupan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu dan tugas-tugasadaptif.
Tujuan : Mengungkapkan keinginan untuk melaksanakan tugas-tugas yang mengarah pada kerjasama
dari anggota keluarga baru, mengekspresikan perasaan percaya diri dan kepuasan dengan terbentuknya
kemajuan dan adaptasi.
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji hubungan anggota keluarga satu sama lain.R/ Perawat dapat membantu memberikan
pengalaman positif di rumahsakit dan menyiapkan keluarga terhadap pertumbuhan melaluitahap-
tahap perkembangan.
2. Anjurkan partisipasi seimbang dari orang tua pada perawatan bayi.R/ Fleksibilitas dan
sensitifitas terhadap kebutuhan keluargamembantu mengembangkan harga diri dan rasa
kompoten dalamperawatan bayi baru lahir setelah pulang.
3. Berikan bimbingan antisipasi mengenai perubahan emosi normalberkenaan dengan periode pasca
partum.R/ Membantu menyiapkan pasangan untuk kemunkinan perubahanyang mereka alami,
menurunkan stress dan meningkatkan kopingpositif.
4. Berikan informasi tertulis mengenai buku-buku yang dianjurkan untuk anak-anak
(sibling ) tntang bayi baru.R/ Membantu mengidentifikasi dan mengtasi perasaan akankemungkinan
pergantian atau penolakan.
5. Kolaborasi dalam merujuk klien/pasangan pada kelompok orang tuapasca partum
dikomunitas.R/ Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang membesarkan anak dan
perkembangan anak.

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Post partum blues yaitu suatu perasaan bercampur aduk, merupakan kemurungan dan kesediahan.
b. Penyebab post partum blues belum diketahui secara pasti.
c. Penderita post partum blues dapat di deteksi melalui skrining yaitu dengan kuesioner yang berupa
pertanyaan tentang rasa cemas.
d. d.Asuhan keperawatan pada pasien post partum blues pada dasarnya harus holistic yaitu
menyeluruh dari Bio – Psiko – Sosial - Spiritual dan melibatkan orang tua si anak yaitu
ayah dan ibu si anak.

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambauh pengetahuan mahasiswa dalam memberikan pelayanan
keperawatan dan dapat menerapkannya dalamkehidupan sehari - hari. Dan untuk para pelayanan kesehatan
khususnya dalam bidang keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan
Health Education dalam perawatan depresi post partum blues.

18
DAFTAR PUSTAKA

19

Anda mungkin juga menyukai