Anda di halaman 1dari 23

TREND DAN ISU POST PARTUM BLUES

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Maternitas 1

Oleh

LUH ERLINA RAHAYUNI (17C10143)

KOMANG GEDE PUTRA ADNYANA (17C10144)

NI KETUT TARI WIDIASTUTI (17C10145)

KOMANG TRIYA WIDHI ASTUTI (17C10146)

KELAS C

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat Beliau dan kerja keras penulis, maka makalah “TREND DAN ISU POST
PARTUM BLUES” dapat penulis selesaikan dengan tepat waktu. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam
pembuatan makalah, diantaranya :

1. Bapak I G.P. Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D. selaku ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Bali yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk
menuntut ilmu di sini.
2. selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Maternitas I yang telah
membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini.
3. Teman sejawat Prodi Ilmu Keperawatan yang telah mendukung pembuatan
makalah ini.
4. Teman-teman kelompok Keperawatan Maternitas I kelas C yang telah berperan
dalam proses pembuatan makalah ini.
5. Teman sejawat kelas C program studi Ilmu Keperawatan yang telah
mendukung pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah yang telah penulis susun jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
untuk penulisan makalah yang lebih baik untuk berikutnya.

Denpasar, 13 November 2019

Penulis
Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis,


perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah
mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan
adalah kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menggapnya, sebagai
peristiwa yang menetukan kebidupan selanjutnya. Beberapa penyesuaian
dibutuhkan oleh wanita dalam mengahadapi aktivitas dan peran barunya
sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan,
baik tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami
gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindroma yang
oleh para peneliti dan klinisi disebut post-partum blus.

Secara global diperkirakan terdapat 20% wanita melahirkan menderita post


partum blues, di Belanda diperkirakan sekitar 2-10% ibu melahirkan mengidap
gangguan ini. Beberapa kondisi yang dapat memunculkan depresi post partum
blues

Post partum blues adalah….

selama sembilan bulan menjalani kehamilan, seorang perempuan akan


mengalami banyak perubahan dalam hidupnya. Tidak hanya perubahan fisik,
melainkan juga psikologis. Pola makan, gaya hidup dan lingkungan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan janin. Permasalahan yang timbul di
trimester kehamilan, seperti mual, muntah, ngidam menjadi momok bagi calon
ibu. Tidak jarang ibu-ibu yang baru saja melahirkan mengalami postpartum
blues. Perubahan emosi ibu-ibu yang baru saja melahirkan ini bisa
berkepanjangan bahkan mengakibatkan postpartum depression. Akibatnya,
terjadi beberapa kasus yang tidak diharapkan seperti anak yang ditelantarkan
hingga dibunuh oleh ibunya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan post partum blues?
1.2.2 Apa faktor penyebab dari post partum blues?
1.2.3 Apa gejala dari post partum blues?
1.2.4 Apa dampak yang dapt terjadi jika ibu mengalami post partum blues?
1.2.5 Bagaimana cara mengatasi gangguan postpartum blues?
1.2.6 Bagaimana cara mencegah terjadinya postpartum blues?
1.2.7 Bagaimana Analisa PICOT dari jurnal yang berkaitan dengan post
partum blues?
1.2.8 Bagaimana trend dan isu dalam post partum blues?
1.3 Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan post partum blues?
1.3.2. Untuk mengetahui apa faktor penyebab dari post partum blues?
1.3.3. Untuk mengetahui apa gejala dari post partum blues?
1.3.4. Untuk mengetahui apa dampak yang dapt terjadi jika ibu mengalami
post partum blues?
1.3.5. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi gangguan postpartum
blues?
1.3.6. Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah terjadinya postpartum
blues?
1.3.7. Untuk mengetahui bagaimana Analisa PICOT dari jurnal yang
berkaitan dengan post partum blues?
1.3.8. Untuk mengetahui bagaimana trend dan isu dalam post partum blues?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Post Partum Blues


Postpartum blues (PPB) adalah kesedihan atau kemurungan
setelah melahirkan yang dialami oleh ibu yang berkaitan dengan
bayinya atau disebut juga dengan baby blues, yang disebabkan oleh
perubahan perasaan yang alami oleh ibu saat hamil sehingga sulit
menerima keadaan bayinya perubahan perasaan ini merupakan respon
alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu, juga karena
perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan kehamilan.
Perubahan ini akan kembali secara perlahan setelah ibu menyesuiakan
diri dengan peran barunya dan tumbuh kembali dalam keadaan normal.

Postpartum blues dapat terjadi sejak hari pertama


pascapersalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan
memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam
rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan. Postpartum
blues merupakan gangguan suasana hati pascapersalinan yang bisa
berdampak pada perkembangan anak karena stres dan sikap ibu yang
tidak tulus terus-menerus bisa membuat bayi tumbuh menjadi anak
yang mudah menangis, cenderung rewel, pencemas, pemurungdan
mudah sakit. Keadaan ini sering disebut puerperium atau trimester
keempat kehamilan yang bila tidak segera diatasi bisa berlanjut pada
depresi pascapartum yang biasanya terjadi pada bulan pertama setelah
persalinan. Saat ini postpartum blues yang sering juga disebut
maternity blues atau baby blues diketahui sebagai suatu sindrom
gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama
setelah persalinan.
2.2 Faktor Penyebab Dari Post Partum Blues

Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai


saat ini belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan
terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain:

Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar


estrogen, progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar
estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan
emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas
enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja
menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam
perubahan mood dan kejadian depresi.

Ada beberapa hal yang menyebabkan post partum blues, diantaranya :

1. Lingkungan melahirkan yang dirasakan kurang nyaman oleh si


ibu.
2. Kurangnya dukungan dari keluarga maupun suami.
3. Sejarah keluarga atau pribadi yang mengalami gangguan
psikologis.
4. Hubungan sex yang kurang menyenangkan setelah melahirkan
5. Tidak ada perhatian dari suami maupun keluarga
6. Tidak mempunyai pengalaman menjadi orang tua dimasa kanak-
kanak atau remaja. Misalnya tidak mempunyai saudara kandung
untuk dirawat.
7. Takut tidak menarik lagi bagi suaminya
8. Kelelahan, kurang tidur
9. Cemas terhadap kemampuan merawat bayinya
10. Kekecewaan emosional (hamil,salin)
11. Rasa sakit pada masa nifas awal
Selain itu faktor lain yang dapat berpengaruh pada post partum blues
yaitu :

1. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.


2. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
3. Latar belakang psikososial ibu
4. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

2.3 Gejala Post Partum Blues

Gejala – gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan


sikap seorang ibu. Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau
6 hari setelah melahirkan. Beberapa perubahan sikap tersebut
diantaranya, yaitu :

1. Sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia,


2. Tidak sabar,
3. Penakut,
4. Tidak mau makan,
5. Tidak mau bicara,
6. Takit kepala sering berganti mood,
7. Mudah tersinggung ( iritabilitas),
8. Merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan,
9. Tidak bergairah,
10. Tidak percaya diri hususnya terhadap hal yang semula sangat
diminati.
11. Tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat
keputusan,
12. Merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru
saja dilahirkan,
13. Merasa tidak menyayangi bayinya,
14. Insomnia yang berlebihan.
Gejala – gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada
umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai
beberapa hari. Namun jika masih berlangsung beberapa minggu atau
beberapa bulan itu dapat disebut postpartum depression.

2.4 Dampak Yang Dapat Terjadi Jika Ibu Mengalami Post Partum
Blues
1. Pada Bayi

Ibu yang depresi juga tidak mampu merawat bayinya dengan


optimal, karena merasa tidak berdaya atau tidak mampu
sehingga akan menghindar dari tanggung jawabnya, akibatnya
kondisi kebersihan dan kesehatan bayinya pun menjadi tidak
optimali juga tidak bersemangat menyusui bayinya sehingga
pertumbuhan dan perkembangan bayinya tidak seperti bayi yang
ibunya sehat. Akibat lainnya adalah hubungan antara ibu dan
bayi juga tidak optimal. Bayi sangat senang berkomunikasi
dengan ibunya. Komunikasi ini dilakukannya dengan cara dan
dalam bentuk yang bermacam-macam, misalnya senyuman,
tatapan mata, celoteh, tangisan, gerak tubuh yang berubah-ubah
yang semua itu perlu ditangggapi dengan respons yang sesuai
dan optimal, namun bila hal ini tidak terpenuhi, anak menjadi
kecewa, sedih bahkan frustasi. Kejadian seperti ini membuat
perkembangan tidak optimal, sehingga membuat
kepribadiannya kurang matang

2. Pada Hubungan Perkawinan

Kelahiran seorang bayi biasanya dapat mengubah suatu


hubungan pasangan dan psikolog menemukan kaitan antara
depresi pasca melahirkan dan hubungan yang tidak memuaskan
pasangan. Pada kenyataanya, tekanan karena harus merawat
bayi, dan depresi pasca melahirkan khususnya, dapat membuat
semua keretakan lama muncul dan banyak keretakan baru juga.
Dampak paling negatif dari seseorang yang mengalami baby
blues adalah simptom-simptom itu berlangsung lebih dari 10
hari, kondisi seseorang tersebut tidak dikatakan sekedar
mengalami beby bluess lagi tetapi mengalami post partum
depression atau depresi pasca salin

2.5 Cara Mengatasi Gangguan Postpartum Blues


Ada dua cara untuk mengatasi gangguan psikologi pada ibu nifas
dengan postpartum blues yaitu :
1. Dengan cara pendekatan komonikasi terapetik :
a Membantu pasien mampu untuk meredakan segala
ketegangan emosinya
b Dapat memahami dirinya
c Dapat mendukung tindakan support mental
2. Dengan cara peningkatan support mental:
Beberapa cara peningkatan support mental dapat dilakukan
keluarga, diantaranya:
a Suami dapat membantu istrinya untuk mengurus bayinya
sama- sama.
b Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya
dan lebih perhatian terhadap istrinya.
c Memperbanyak dukungan dari suami.
d Suami mampu menggantikan peran istri ketika istrinya
kelelahan.
e Suami sering menemani istri dalam mengurus bayinya.

Berikut ini adalah beberapa penanganan pada ibu PPB :


1. Bersalin yang dapat dilakukan pada diri ibu sendiri,
diantaranya dengan cara, Persiapan diri yang baik yaitu
persiapan diri pada saat kehamilan sangat diperlukan
sehingga saat kelahiran memiliki kepercayaan diri yang
baik sehingga
2. mengurangi resiko terjadinya PPB, tidurlah ketika bayi
tidur yaitu pada saat bayi tidur ibu juga bisa beristirat
karena terlalu capek dalam mengurus bayinya di malam
hari, berolahraga ringan ibu maka dapat menjaga kondisi
dan stamina sehingga dapat membuat keadaan emosi ibu
lebih baik, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu.
3. bicarakan apabila ibu merasa cemas yang membuat tidak
nyaman kepada keluarga sehingga membuat ibu sedikit
lebih tenang.

2.6 Mencegah Terjadinya Postpartum Blues


Hampir semua wanita, setelah melahirkan akan mengalami
perubahan perasaan yang tidak menentu, seperti sedih dan takut.
Perasaan emosional inilah yang mempengaruhi kepekaan seorang ibu
pasca melahirkan. Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat
mengurangi resiko terjadinya PPB yaitu :
1. Pelajari diri sendri yaitu pelajari dan mencari informasi mengenai
pospatum blues sehingga ibu sadarr terhadap kondisinya.
2. Tidur dan makan yang cukup merupakan diet nutrisi cukup
penting untuk kesehatan maka lakukan usaha yang terbaik
dengan makan dan tidur yang cukup.
3. Olahraga merupakan kunci mengurangi terjadinya PPB, sehingga
membuat ibu merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan
dalam diri ibu
4. Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan, dukungan
keluarga atau orang yang ibu cintai selama melahirkan, sangat
diperlukan.yakinkan diri ibu, bahwa merekan akan selalu berada
disisiibu setiap mengalami kesulitan,.
5. Persiapan diri dengan baik yaitu persiapan sebelum melahirkan
sangat diperlukan untuk kesiapan diri sebagai seorang ibu dengan
peran barunya.
6. Dukungan emosional, yaitu dukungan emosional dari lingkungan
dan juga keluarga, akan membantu ibu dalam mengatasi PPB
sehingga ibu merasa akan lebih baik.
BAB III

ANALISA JURNAL

3.1 Analisa PICOT Dari Jurnal Yang Berkaitan Dengan Post Partum Blues

Judul Jurnal Pertama:

GAMBARAN KEJADIAN POST PARTUM BLUES PADA IBU NIFAS DI


KELURAHAN NANGGALO WILAYAH KERJA PUSKESMAS
NANGGALO PADANG TAHUN 2018

Populasi / Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu post partum
problem pada hari ke 7 - 42 yang ada di Kelurahan Nanggalo wilayah
kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang pada bulan bulan Juni
berjumlah 19 orang.
intervensi -
comparison -
Outcome Hampir semuanya responden memiliki usia tidak beresiko
yaitu sebanyak 84,2%, hampir semuanya responden memiliki
pendidikan yang rendah tentang postpartum blues yaitu
sebanyak 89,5%, lebih dari separuh responden tidak bekerja
yaitu sebanyak 73,3%, lebih dari separuh responden
memiliki paritas multigravida yaitu sebanyak 63,2%, lebih
dari separuh responden mengalami depresi postpartum blues
yaitu sebanyak 52,6%
time Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal Juli 2018

Judul Jurnal Ke-2


FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI
POSTPARTUM BLUES
Problem / Populasi Populasi penelitian ini adalah ibu
pasca melahirkan/ bersalin di RSIA X
dan RSIA Y di Malang, serta RSIA Z
di Blitar. Rujukan tempat penelitian
didasarkan pada adanya kasus
postpartum blues di ketiga rumah
sakit tersebut, yang mana di klinik
psikologi ketiga rumah sakit tersebut
menangani 2-5 kasus perbulan.
Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling,
yaitu pengambilan sampel
berdasarkan kriteria spesifik yang
telah ditetapkan. Adapun kriteria
spesifik subjek penelitian adalah 1)
ibu yang memiliki bayi usia 4-7 hari,
2) kehamilan ibu adalah kehamilan
yang pertama, dan 3) berusia 2040
tahun. Jumlah subjek penelitian
sebanyak 41 orang yang tersebar dari
3 RSIA yaitu 8 orang dari RSIA X, 18
orang dari RSIA Y, dan 15 orang dari
RSIA Z.
Intervensi -
Comparison -
Outcome pengaruh terbesar pada munculnya
postpartum blues adalah variabel
penyesuaian diri (56,3%), kemudian
coping stress (46,1%), dan dukungan
sosial (30,2%).
Time -

Judul Jurnal ke-3


FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
POSTPARTUM BLUES DI KLINIK PRATAMA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU
Populasi adalah ibu postpartum di Klinik Pratama
Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki yang
Populasi
berjumlah 45 orang dan sampel diambil secara
accidental sampling.
Intervensi -
Comparation -
Ibu postpartum yang mengalami postpartum blues di
Klinik Pratama Wilayah Kerja Puskesmas Payung
Sekaki selama bulan Maret- Juni 2017 adalah sebanyak
12 responden (26,7%).
b. Frekuensi umur ibu postpartum di Klinik Pratama
Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki adalah
sebanyak 26 responden (57,8%) berumur <20 atau ≥35
Outcome tahun dan 19 responden (42,2%) yang berumur 2035
tahun.
c. Frekuensi paritas ibu postpartum di Klinik Pratama
Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki adalah
sebanyak 22 responden (48,9%) yang primipara dan 23
responden (51,1%) yang multipara.
d. Frekuensi jenis persalinan ibu postpartum di Klinik
Pratama Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki
adalah sebanyak 9 responden (20%) yang
persalinannya dengan bantuan dan 36 responden (80%)
yang persalinannya normal.
e. Frekuensi penghasilan di dalam keluarga ibu
postpartum di Klinik Pratama Wilayah Kerja
Puskesmas Payung Sekaki adalah sebanyak 28
responden (62,2%) yang penghasilan didalam keluarga
<UMR dan 17 responden (37,8%) yang penghasilan
didalam keluarga >UMR.
f. Frekuensi kesiapan menjadi ibu pada ibu postpartum
di Klinik Pratama Wilayah Kerja Puskesmas Payung
Sekaki adalah 23 responden (51,1) yang belum siap
menjadi ibu dan 22 responden (48,9%) yang siap
menjadi ibu.
g. Ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian
postpartum blues.
h. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian
postpartum blues.
i. Tidak ada hubungan antara jenis persalinan dengan
kejadian postpartum blues.
j. Tidak ada hubungan antara penghasilan dengan
kejadian postpartum blues.
k. Tidak ada hubungan antara kesiapan menjadi ibu
dengan kejadian postpartum blues
Time Bulan September 2016 - Juli 2017.

Judul Jurnal ke-4 :


PENGARUH PEMBERIAN KIE (KOMUNIKASI INFORMASI EDUKASI)
PERSIAPAN PERSALINAN DAN NIFAS TERHADAP KEJADIAN
POSTPARTUM BLUES
Populasi penelitian ini adalah semua ibu hamil
trimester III yang datang periksa ke poli kebidanan
RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu selama periode april
sampai mei 2016. Ratarata popu-lasi ibu hamil yang
Populasi
periksa ke RSUD Dr R Soeprapto Cepu ada 30 – 40
orang ibu hamil trimester III dalam 1 bulan, maka dari
itu semua populasi yang sesuai dengan kriteria menjadi
sampel
Pemberian KIE persiapan persalinan dan nifas pada
Intervensi
ibu dengan kehamilan trimester ke III
Pemberian leaflet persiapan persalinan dan nifas pada
Comparation
ibu dengan kehamilan trimester ke III
Hasil penelitian tersebut untuk umur adalah usia
reproduksi sehat /tidak beresiko (20-35 tahun)
sebanyak 33 (83%), paritas untuk primipara dan mul-
tipara sama-sama 20 (50%), tingkat pendidikan
terbanyak pendidikan SMA 18 (43%), paling sedikit
Outcome D3/S1 3(8%), pekerjaan kebanyakan ibu yang tidak
bekerja/ ibu rumah tangga 25 (62%). Jumlah
postpartum blues pada ibu yang diberikan KIE
persiapan persa-linan dan nifas sebanyak 4 (20%).
Jumlah postpartum blues pada ibu yang diberikan
leaflet sebanyak 11 (55%)
Time April sampai Mei 2016

3.2 Trend Dan Isu Dalam Post Partum Blues


Trend yang kami angkat dalam makalah ini yaitu banyak sekali saat ini
ibu-ibu pasca melahirkan mengalami postpartum blues. Post partum blues
biasanya dialami pada ibu post partum yang merasakan perubahan perasaan
yang alami oleh ibu saat hamil sehingga sulit menerima keadaan bayinya
perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang
dirasakan. Pada teori dikatakan bahwa post partum blues dapat disebabkan oleh
faktor hormonal dan faktor psikososial. Saat ini angka kejadian post partum
blues semakin meningkat, menurut jurnal yang berjudul GAMBARAN
KEJADIAN POST PARTUM BLUES PADA IBU NIFAS DI KELURAHAN
NANGGALO WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG
TAHUN 2018 didapatkan gambaran kejadian ibu dengan post partum blues
secara global diperkirakan 20% wanita melahirkan menderita post partum
blues. Pada jurnal ini juga menyatakan penelitian yang dilakukan oleh Irwanti
mendapatkan hasil penelitian di DKI Jakarta menunjukkan 25% dari 580 ibu
yang menjadi respondennya mengalami sindroma ini. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa ibu post partum rentan mengalami post partum blues. Dan
diperkirakan 50-70% ibu melahirkan menunjukkan gejala-gejala awal
kemunculan post partum blues. Dari data tersebut didapatkan hasil bahwa ibu
post partum sangat rentan mengalami post partum blues.
Dapat kita ketahui pada ibu post partum memang terjadi banyak
perubahan hormone salah satu penyebab post partum blues yang dipengaruhi
faktor hormonal yaitu, Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat
berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki
efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang
bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam
perubahan mood dan kejadian depresi. Menurut jurnal dengan judul “FAKTOR
- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
POSTPARTUM BLUES DI KLINIK PRATAMA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU” yang telah kami
analisa postpartum blues dapat terjadi akibat beberapa faktor diantaranya,
frekuensi umur ibu, frekuensi paritas ibu postpartum, frekuensi jenis persalinan,
frekuensi penghasilan di dalam keluarga ibu postpartum, frekuensi kesiapan
menjadi ibu pada ibu postpartum. Menurut kelompok kami trend postpartum
blues pada ibu harus bisa dicegah dengan beberapa hal yang sudah kami bahas
pada 2.6. karena dampak dari postpartum ini sendiri tidak hanya berdampak
pada ibu melainkan akan berdampak pada ayah dan si buah hati. Postpartum
blues membuat penderita merasa putus harapan, merasa tidak menjadi ibu yang
baik, sampai tidak mau mengurus anak.

Dari trend postpartum blues pada ibu ini muncul isu dimasyarakat
bahwa penderita postpartum blues adalah ibu-ibu yang pertamakali melahirkan
(primipara). Menurut jurnal “FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES DI KLINIK PRATAMA
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYUNG SEKAKI KOTA
PEKANBARU” menjelaskan bahwa ibu primipara yang mengalami
postpartum sebanyak 11 orang tetapi terdapat 1 responden yang mengalami
postpartum blues dengan riwayat pernah melahirkan sebelumnya (multipara).

Sehingga tidak menutup kemiungkinan terjadi pada ibu yang pernah


melahirkan, yaitu jika ibu memiliki riwayat post partum blues sebelumnya yang
dijelaskan dalam jurnal “GAMBARAN KEJADIAN POST PARTUM BLUES
PADA IBU NIFAS DI KELURAHAN NANGGALO WILAYAH KERJA
PUSKESMAS NANGGALO PADANG TAHUN 2018” dari jurnal penelitian
yang kami dapatkan bahwa ibu multipara juga dapat terjadi postpartum blues
karena selain dari kesepian seorang ibu terdapat factor lain yaitu lingkungan
melahirkan yang dirasakan kurang nyaman oleh si ibu, kurangnya dukungan
dari keluarga maupun suami, faktor hormonal yang berhubungan dengan
perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan
kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan
emosional pascapartum, faktor-faktor ini dapat terjadi pada ibu pasca
melahirkan manapun. Kemudian cemas terhadap kemampuan merawat bayinya
wajar juga dirasakan oleh ibu multipara, itulah yang membuat postpartum blues
juga dapat terjadi pada ibu multipara. Dijelaskan juga pada jurnal yang berjudul
“FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI
POSTPARTUM BLUES” dipaparkan ada hubungan antara faktor psikologis
dengan kejadian post partum blues. Faktor psikologi yang dimaksud
diantaranya adalah coping stress, penyesuaian diri, dan dukungan sosial
berhubungan dengan postpartum blues. Ketiga variabel sebagai faktor-faktor
psikologis memberikan prediksi pengaruh terhadap terjadinya postpartum blues
pada ibu pasca melahirkan. Sehingga post partum blues bukan semata-mata
hanya dipengaruhi oleh paritas ibu.

Kemudian dari jurnal “GAMBARAN KEJADIAN POST PARTUM


BLUES PADA IBU NIFAS DI KELURAHAN NANGGALO WILAYAH
KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG TAHUN 2018” dijelaskan
bahwa lebih dari separuh responden memiliki paritas multigravida yaitu
sebanyak 63,2% dan lebih dari separuh responden mengalami depresi
postpartum blues yaitu sebanyak 52,6%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
postpartum blues tidak hanya bisa diderita ileh ibu primipara saja melainkan
pada ibu multipara sekalipun. Selain itu dapat dilihat dari hasil penelitian yang
berjudul ”PENGARUH PEMBERIAN KIE (KOMUNIKASI INFORMASI
EDUKASI) PERSIAPAN PERSALINAN DAN NIFAS TERHADAP
KEJADIAN POSTPARTUM BLUES” menyatakan bahwa pemberian edukasi
pada ibu dengan kehamilan trimester ke III dapat mepengaruhi turunnya angka
post partum blues pada ibu. Kita sebagai perawat seharusnya telah sadar akan
hal itu, bahwa sangat penting melakukan edukasi terhadap ibu tentang
bagaimana nantinya ibu akan menjalani perannya sebagai pribadi yang baru.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Winarni, Dwi ., Wijayanti, Krisdiana .,Ngadiyono (2017). PENGARUH


PEMBERIAN KIE (KOMUNIKASI INFORMASI EDUKASI) PERSIAPAN
PERSALINAN DAN NIFAS TERHADAP KEJADIAN POSTPARTUM
BLUES. Jurnal Kebinanan volume 6, Nomor 14. Diakses pada
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&as_vis=1&q=post
+partum+blues+pemberian+kie&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3D0F323Uve
u2QJ, tanggal 9 November 2019.

Ariesca, Ririn., Helina, Siska., Vitriani, Okta (2018). FAKTOR -


FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN POSTPARTUM
BLUES DI KLINIK PRATAMA WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU. Jurnal Proteksi Kesehatan,
Volume 7, Nomor 1, hlm : 15-23. Diakses pada
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&as_vis=1&q=fakt
orfaktor+yang+berhubungan+dengan+kejadian+post+partum+&btnG=#d=gs_
qabs&u=%23p%3DemVCk93iEP8J, tanggal 9 November 2019.

Ningrum, Susanti Prasetya (2017). FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS


YANG MEMPENGARUHI POSTPARTUM BLUES. Jurnal Ilmiah Psikologi
: 2502-2903, Volume 4, Nomor 2 : 205-218. Diakses pada…….
Susilawati, Risnawati, Dewi (2018). GAMBARAN KEJADIAN POST
PARTUM BLUES PADA IBU NIFAS DI KELURAHAN NANGGALO
WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG TAHUN 2018.
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, Volume VI, Nomor 2. Diakses pada
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&as_vis=1&q=ga
mbaran+kejadian+post+partum+blues+pada+ibu+nifas&btnG=#d=gs_qabs&u
=%23p%3DT8-1eD6NjSgJ, tanggal 9 November 2019
Novitasari, Evi.(2012). MAKALAH POST PARTUM BLUES. Diakses
pada https://www.scribd.com/doc/110679518/Makalah-Post-Partum-Blues,
tanggal 9 Novenber 2019.
Irawati, Dian., Yuliani, Farida.(). Dian Irawati , Farida Yuliani.
PENGARUH FAKTOR PSIKOSOSIAL DAN CARA PERSALINAN
TERHADAP TERJADINYA POST PARTUM BLUES PADA IBU NIFAS
(STUDI DI RUANG NIFAS RSUD R.A BOSOENI MOJOKERTO).
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 6 No. 1. Diakses pada
https://scholar.google.co.id/scholar?q=dampak+post+partum+blues&hl=en&a
s_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart#d=gs_qabs&u=%23p%3DoxU0TIziHgkJ,
tanggal 9 November 2019.

Anda mungkin juga menyukai