Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM BLUES

OLEH :
Oktaviana surnia, S.Kep
14420201060

CI INSTITUSI

(.............................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021/2022

BAB I
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP MEDIS

1. Defenisi
Post partum blues merupakan sebagai bentuk gejala ringan atau
depresi sementara dengan durasi 3-7 hari pasca melahirkan. Gale &
Harlow, (2003). Post partum blues adalah keadaan di mana seorang ibu
mengalami perasaan tidak nyaman (kesedihan atau
kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan
dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri.
Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan
hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam
tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional
Ibu.
Dewasa ini, post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut
maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma
gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah
persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada
hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari
atau dua minggu pasca persalinan. Post-partum blues ini dikategorikan
sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak
dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai
sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang
menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan-perasaan
tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang
gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu
depresi dan psikosis pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk,
terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan
perkembangan anak, karena stres dan sikap ibu yang tidak tulus terus-
menerus bisa membuat bayi tumbuh menjadi anak yang mudah menangis,
cenderung rewel, pencemas, pemurung dan mudah sakit.

2. Etiologi
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat
ini belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap
terjadinya postpartum blues, antara lain:
1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,
progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah
melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum
karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine
oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi
noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan
kejadian depresi.
2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4. Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status
perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan
kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan
sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman). Apakah suami
menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga, dan teman
memberi dukungan moril (misalnya dengan membantu pekerjaan
rumah tangga, atau berperan sebagai tempat ibu mengadu/berkeluh-
kesah) selama ibu menjalani masa kehamilannya atau timbul
permasalahan, misalnya suami yang tidak membantu, tidak mau
mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami,
problem dengan orang tua dan mertua, problem dengan si sulung.
5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
3. Patofisiologi
Sejarah kehamilan adalah factor utama yang bisa menimbulkan
terjadinya baby blues ini atau biasa dikenal dengan post partum blues.
Riwayat seperti kehamilan yang tidak di inginkan, adanya problem dengan
orang tua atau mertua, kurangnya biaya untuk persalinan, kurangnya
perhatin yang diberikan pada si ibu dan factor ari etiologi serta factor
psikolog lainnya merupakan penyebab utama. Penurunan kadar estrogen
setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional
pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim
monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi
nonadrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan
kejadian depresi. Karena proses ini pula seorang ibu setelah melahirkan
mengalami perubahan pada tingkat emosional. Biasanya ibu akan
mengalami kenaikan dalam resons psikologisnya, sensitive dan lebih
membutuhkan perhatian, kasih sayang dari orang di sekitarnya yang di
anggap penting baginya. Keabnormalitasan pada post partum blues ini
mengakibatkan rasa tidak nyaman, kecemasan yang mendalam pada diri
ibu, tek jarang terkadang seorang ibu menangis tanpa sebab yang pasti
kekhawatiran yang berlebihan pada bayinya.
4. Manifestasi Klinik
Gejala-gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan
sikap seorang ibu. Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau ke-
6 hari setelah melahirkan. Beberapa perubahan sikap tersebut diantaranya
Ibu sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia, penakut, tidak
mau makan, tidak mau bicara, sakit kepala sering berganti mood, mudah
tersinggung (iritabilitas), merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan,
tidak bergairah, khususnya terhadap hal yang semula sangat diminati,
tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan, merasa
tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja di lahirkan ,
insomnia yang berlebihan. Gejala-gejala itu mulai muncul setelah
persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara
beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika masih berlangsung
beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat disebut postpartum
depression.

5. Pemeriksaan Penunjang
Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simtom yang tampak
dapat disimpulkan sebagai gangguan depresi post partum blues bila
memenuhi kriteria gejala yang ada. Kekurangan hormon tyroid yang
ditemukan pada individu yang mengalami kelelahan luar biasa (fatigue)
ditemukan juga pada ibu yang mengalami post partum blues mempunyai
jumlah kadar tyroid yang sangat rendah.
Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah
merupakan acuan pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk
skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner dengan sebagai alat
bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan
kuesioner dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas
perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-
pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan,
perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-
partum blues

6. Penatalaksanaan
Penanganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak
berbeda dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen
lainya. Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter
dan bidan/perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan
informasi yang memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan,
termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-masa
tersebut serta penanganannya.
Post-partum blues juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang
dengan menarik nafas panjang dan meditasi, tidur ketika bayi tidur,
berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu, tidak
perfeksionis dalam hal mengurusi bayi, membicarakan rasa cemas dan
mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok
ibu-ibu baru. Dalam penanganan para ibu yang mengalami post-partum
blues dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik. Pengobatan medis,
konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara
intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin
pada saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa
dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial
dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan lingkungannya,
yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak ( 2004 )
dapat dilakukan pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru.
Pengkajiannya meliputi ;
a. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medical record dan lain-lain.
b. Dampak pengalaman melahirkan
Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu
rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal-hal yang mencakup
kelahiran pervagina dan beberapa intervensi medis. Apabila
pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang
diharapkan (misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran sesar),
orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah
direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua tentang
pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi
mereka untuk menjadi orang tua.
c. Citra diri ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan
seksualitas ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya
selama masa nifas dapat mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam
menjadi orang tua. Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat
mempengaruhi seksualitasnya.
d. Interaksi Orang tua – Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi
interaksi orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap
kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan perilaku maladatif.
e. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua
terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan
kemampuan mereka, respon social yang tidak matur, dan
ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku yang adaptif
ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya dan
karena tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan bersama anaknya, saat
mereka memahami yang dikatakan bayinya melalui ekspresi emosi
yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian menenangkan bayinya, dan
ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa tingkat
kelelahan bayi. Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang tua
tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya. Mereka tidak dapat merasakan
kesenangan dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi – bayi ini
cenderung akan dapat diperlakukan kasar.
f. Struktur dan fungsi keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues
ialah melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita
terhadap perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya
dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan anak-anak lain.
Perawat dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang
dengan mengkaji kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota
keluarga dan membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi
masalah tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.

2. Diagnosa Keperawatan
a) Resiko terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan
dengan pengaruh komplikasi fisik dan emosional.
b) Resiko perubahan emosional yang tidak stabil pada ibu berhubungan
dengan ketidakefektifan koping individu.
c) Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan
psikologis (sangat gembira, ansietas, kegirangan), nyeri /
ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran melelahkan.

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1

 Tujuan : Mengungkapkan masalah dan pertanyaan tentang menjadi


orang tua, mendiskusikan peran menjadi orang tua secara realistis,
dan secara aktif mulai melakukan tugas perawatan bayi baru lahir
dengan tepat.
 Intervensi Keperawatan :
a) Kaji kekuatan, kelemahan, usia , status perkawianan,
ketersediaan sumber pendukung dan latar belakang budaya.
b) Perhatikan respon klien/pasangan terhadap kelahiran dan peran
menjadi orang tua.
c) Evaluasi sifat dari menjadi orang tua secara emosi dan fisik
yang pernah dialami klien/pengalaman selama kanak-kanak.
d) Evaluasi status fisik masa lalu dan saat ini dan kejadian
komplikasi prenatal, intranatal dan pascapartal.
e) Anjurkan pasangan untuk mengunjungi dan mengendong bayi
dan berpartisipasi terhadap aktifitas perawatan bayi sesuai izin.
f) Kolaborasi dalam merujuk untuk konseling bila keluarga
beresiko tinggi terhadap masalah menjadi orang tua atau bila
ikatan positif diantara klien/pasanngan dan bayi tidak terjadi.
Diagnosa ke 2
 Tujuan : Mengungkapkan ansietas dan respon emosional,
mengidentifikasi kekuatan individu dan kemampuan koping pribadi,
mencari sumber-sumber yang tepat sesuai kebutuhan.
 Intervensi Keperawatan :
a) Kaji respon emosional klien selama prenatal dan periode
inpartum dan persepsi klien tentang penampilannya selama
persalinan.
b) Anjurkan diskusi oleh klien / pasangan tentang persepsi
pengalaman kelahiran.
c) Kaji terhadap gejala depresi yang fana (perasaan sedih
pascapartum), pada hari ke-2 sampai ke-3 pasca partum
(misalnya, ansietas, menangis, kesedihan, konsentrasi yang
buruk, dan depresi ringan atau berat).
d) Evaluasi kemampuan koping masa lalu klien, latar belakang
budaya, system pendukung, dan rencana untuk bantuan
domestic pada saat pulang.
e) Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk
membantu klien mempelajari peran baru dan strategi untuk
koping terhadap bayi baru lahir.
f) Anjurkan pengungkapan raa bersalah, kegagalan pribadi, atau
keragu-raguan tentang kemampuan menjadi orang tua.
g) Kolaborasi dalam merujuk klien/pasangan pada kelompok
pendukungan menjadi orang tua, pelayanan social, kelompok
komunitas, atau pelayanan perawat berkunjung.
Dignosa ke 3
 Tujuan : Menidentifikasi penilaian untuk mengakomodasi
perubahan yang diperlukan dengan kebutuhan terhadap anggota
keluarga baru, melaporkan peningkatan rasa sejaterah dan istirahat.
 Intervensi Keperawatan :
a) Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat.
b) Kaji faktor-faktor, bila ada yang mempengaruhi istirahat.
c) Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat
setelah kembali ke rumah.
d) Berikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas
pada suplai ASI.
e) Kaji lingkungan rumah, dan bantuan di rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, Jensen. ( 2004 ). Buku Ajar : Keperawatan maternitas edisi -


4. Jakarta: EGC.
Herdman, Heather.2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C.Geissler ( 2000 ),
Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Morhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby
Mc Closkey Dochterman, Joanne. 2004. Nursing Interventions
Classification (NIC). America : Mosby

Anda mungkin juga menyukai