Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM NORMAL

OLEH :

LUH ERLINA RAHAYUNI


2114901173

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

2022
A. TINJAUAN TEORI

1. Definisi Post Partum


Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum
merupakan masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010)

2. Klasifikasi Post Partum


Post partum atau masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu:
1. Post partum dini yaitu kepulihan yang mana ibu diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Post partum intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu
3. Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan
atau tahunan (Ambarwati, 2010)

3. Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti
atau jelas, terdapat beberapa teori antara lain ( Rustman Muchtar, 1998) :
1. Penurunan kadar progesterone.
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan ketentraman otot rahim.
2. Penurunan kadar progesterone.
Pada akhirnya kehamilan kadar oxytocin bertambah, oleh karena itu timbul
kontraksi otot rahim
3. Keregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan makin regang otot-otot dan otot-otot rahim
makin rentan.
4. Pengaruh janin
Hypofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang
peranan oleh karena itu pada enencephalus kehamilan sering lebih lama dan
biasa
5. Teori prostagladin.
Teori prostagladin yang dihasilkan dan decidua, disangka menjadi salah satu
sebab permulaan.

4. Patofisiologi
Dalam masa postpartum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya
disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting
lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mamae
Otot-otot uterus berkontraksi segera postpartum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
mengehentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah bentuk serviks agak menganga seperti corong,
bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari
pertama endometrium yang kira kira setebal 2-5 mm itu mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sediakala.

5. Adaptasi Fisiologi Ibu Post Partum


1. Sistem Reproduksi
a. Involusio Uteri
Involusio adalah pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi normal
setelah kelahiran bayi. (Andriani, Dian Septiana. 2012). Involusio
terjadi karena masing-masing sel menjadi lebih kecil karena sitoplasma
yang berlebihan dibuang. Involusio disebabkan oleh proses autolysis,
dimana zat protein dinding rahim pecah, diabsorbsi dan kemudian
dibuang sebagai air kencing. Perubahan-perubahan pada uterus selama
postpartum dapat dilihat pada tabel dibawah.

Involusi Tinggi fundus uterus Berat uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 100gr


Plasenta lahir 2 jari di bawah pusat 750gr
1minggu Pertengahan pusat 500gr
simfisis
2minggu Tidak teraba di atas 350gr
simfisis
6 minggu Bertambah kecil 50gr
8 minggu Sebesar normal 30gr

b. Involusio Tempat Plasenta


Pada pemulaan nifas, bekas plasenta mengandung banyak pembuluh
darah besar yang tersumbat oleh trombus. Biasanya luka yang demikian,
sembuh dengan menjadi parut. Hal ini disebabkan karena dilepaskan dari
dasar dengan pertumbuhan endometrium baru di bawah pemukaan luka.
Rasa sakit yang disebut after pains ( meriang atau mules-mules )
disebabkan kontraksi rahim biasanya berlangsung 3-4 hari pasca
persalinan.( Kumalasari, Intan. 2015).
c. Lochea
Lochea merupakan btt pada masa nifas. Lochia dapat dibagi menjadi
beberapa jenis:
1. Lochea rubra: lochea ini muncul pada hari 1-4 masa postpartum,
berwarna merah karena berisi darah segar jaringan sisa-sisa plasenta.
2. Lochea saguinolenta: cairan berwarna merah kecoklatan dan berlendir.
Berlangsung hari ke 4-7.
3. Lochea serosa: berwarna kuning kecklatan, muncul hari ke 7-14.
4. Lochea alba: mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, serabut
jaringan yang mati, berlangsung selama 2-6 minggu.
d. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti corong
berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat
perlukaan kecil. Setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk rongga rahim,
setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat
dilalui 1 jari.
e. Vagina dan perineum
Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium merupakan
suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara berangsur-angsur luasnya
berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara.
Rugae ( lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan ) timbul kembali pada minggu
ketiga. Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum
tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi
lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila
kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru
terlihat dengan pemeriksaan spekulum. Pada perineum terjadi robekan
pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada
persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah
dan bisa menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat, sudut arkus pubis
lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah
dengan ukuran yang lebih besar daripada 11 sirkumferensia suboksipito
bregmatika. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi
lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik.
2. Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses
tersebut.
a. Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama
tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan
plasenta mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan.
Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal
tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal.
b. Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar
pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini
berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu.
Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada
permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada
wanita yang tidak menyusui bayinya, tingkat sirkulasi prolaktin menurun
dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah
depan otak yang mengontrol ovarium ke arah permulaan pola produksi
estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan
menstruasi.
c. Estrogen dan progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan bahwa
tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang
mengikatkan volume darah. Di samping itu, progesteron mempengaruhi
otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh
darah. Hal ini sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding
vena, dasar panggul, perineum dan vulva, serta vagina.
3. Sistem kardiovaskuler
Pada dasarnya tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama
sekali. Tapi biasanya terjadi penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg. Jika
ada perubahan posisi, ini disebut dengan hipotensi orthostatik yang
merupakan kompensasi kardiovaskuler terhadap penurunan resistensi di
daerah panggul.
4. Sistem Urinaria
Selama proses persalinan, kandung kemih mengalami trauma yang dapat
mengakibatkan edema dan menurunnya sensitifitas terhadap tekanan cairan,
perubahan ini menyebabkan, tekanan yang berlebihan dan kekosongan
kandung kemih yang tidak tuntas, hal ini bisa mengakibatkan terjadinya
infeksi. Biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil sampai 2 hari post
partum.
5. Sistem Gastrointestinal
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini
disebabkan karena pada saat melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan
yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang
berlebihan pada waktu persalinan, kurang makan, haemoroid, dan laserasi
jalan lahir.
6. Sistem Muskuloskeletal
a. Ambulasi pada umumnya mulai 1-8 jam setelah ambulasi dini untuk
mempercepat involusio rahim.
b. Otot abdomen terus-menerus terganggu selama kehamilan yang
mengakibatkan berkurangnya tonus otot, yang tampak pada masa post
partum dinding perut terasa lembek, lemah, dan kendor. Selama kehamilan
otot abdomen terpisah disebut distensi recti abdominalis, mudah di palpasi
melalui dinding abdomen bila ibu telentang. Latihan yang ringan seperti
senam nifas akan membantu penyembuhan alamiah dan kembalinya otot
pada kondisi normal.
7. Sistem kelenjar mamae
a. Laktasi
Pada hari kedua post partum sejumlah kolostrum, cairan yang
disekresi payudara selama lima hari pertama setelah kelahiran bayi, dapat
diperas dari puting susu.
b. Kolostrum
Dibanding dengan susu matur yang akhirnya disekresi oleh payudara,
kolostrum mengandung lebih banyak protein, yang sebagian besar adalah
globulin, dan lebih banyak mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit.
Meskipun demikian kolostrum mengandung globul lemak agak besar di
dalam yang disebut korpustel kolostrum, yang oleh beberapa ahli dianggap
merupakan sel-sel epitel yang telah mengalami degenerasi lemak dan oleh
ahli lain dianggap sebagai fagosit mononuclear yang mengandung cukup
banyak lemak. Kolostrum merupakan cairan prasusu yang dihasilkan ibu
dalam 24- 36 jam pertama setelah melahirkan. Sekresi kolostrum bertahan
selama sekitar lima hari, dengan perubahan bertahap menjadi susu matur.
Antibodi mudah ditemukan dalam kolostrum. Kandungan immunoglobulin
A mungkin memberikan perlindungan pada neonatus melawan infeksi
enterik. Faktor-faktor kekebalan hospes lainnya, juga immunoglobulin -
immunoglobulin, terdapat di dalam kolostrum manusia dan air susu.
Faktor ini meliputi komponen komplemen, makrofag, limfosit, laktoferin,
laktoperoksidase, dan lisozim.
c. Air susu
Komponen utama air susu adalah protein, laktosa, air dan lemak. Air
susu isotonik dengan plasma, dengan laktosa bertanggung jawab terhadap
separuh tekanan osmotik. Protein utama di dalam air susu ibu disintesis di
dalam retikulum endoplasmik kasar sel sekretorik alveoli. Asam amino
esensial berasal dari darah, dan asam- asam amino non-esensial sebagian
berasal dari darah atau disintesis di dalam kelenjar mamae. Kebanyakan
protein air susu adalah protein-protein unik yang tidak ditemukan
dimanapun. Juga prolaktin secara aktif disekresi ke dalam air susu.
Perubahan besar yang terjadi 30-40 jam post partum antara lain peninggian
mendadak konsentrasi laktosa. Sintesis laktosa dari glukosa didalam sel-
sel sekretorik alveoli dikatalisis oleh lactose sintetase. Beberapa laktosa
meluap masuk ke sirkulai ibu dan mungkin disekresi oleh ginjal dan
ditemukan di dalam urin kecuali kalau digunakan glukosa oksidase
spesifik dalam pengujian glikosuria. Asam-asam lemak disintetis di dalam
alveoli dari glukosa. Butirbutir lemak disekresi dengan proses semacam
apokrin. Semua vitamin kecuali vitamin K ada di dalam susu manusia
tetapi dalam jumlah yang berbeda. Kadar masing-masing meninggi dengan
pemberian makanan tambahan pada ibu. Karena ibu tidak menyediakan
kebutuhan bayi akan vitamin K, pemberian vitamin K pada bayi segera
setelah lahir ada manfaatnya untuk mencegah penyakit perdarahan pada
neonatus. Air susu manusia mengandung konsentrasi rendah besi. Tetapi,
besi di dalam air susu manusia absorpsinya lebih baik dari pada besi di
dalam susu sapi. Simpanan besi ibu tampaknya tidak mempengaruhi
jumlah besi di dalam air susu. Kelenjar mamae, seperti kelenjar tiroid,
menghimpun iodium, yang muncul di dalam air susu. (Cunningham, F
Gary, Dkk, 2015)
8. Sistem Intergumen
Penurunan melanin setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hiperpigmentasi kulit.
a. Hiperpigmentasi pada aerola mammae dan linea nigra mungkin
menghilang sempurna sesudah melahirkan.

6. Adaptasi Psikologi Ibu Post Partum


Menurut Rubin dalam Varney (2007) adaptasi psikologi ibu post partum
dibagi menjadi 3 fase yaitu :
1. Fase Taking In (Fase mengambil) / ketergantungan
Fase ini dapat terjadi pada hari pertama sampai kedua post partum. Ibu
sangat tergantung pada orang lain, adanya tuntutan akan kebutuhan makan
dan tidur, ibu sangat membutuhkan perlindungan dan kenyamanan.
2. Fase Taking Hold / ketergantungan mandiri
Fase ini terjadi pada hari ketiga sampai hari ke sepuluh post partum, secara
bertahap tenaga ibu mulai meningkat dan merasa nyaman, ibu sudah mulai
mandiri namun masih memerlukan bantuan, ibu sudah mulai
memperlihatkan perawatan diri dan keinginan untuk belajar merawat
bayinya.
3. Fase Letting Go / kemandirian
Fase ini terjadi pada hari ke sepuluh post partum, ibu sudah mampu
merawat diri sendiri, ibu mulai sibuk dengan tanggung jawabnya

7. Kebutuhan Dasar Ibu Post Partum


1. Nutrisi dan cairan
Pada masa postpartum masalah diet perlu mendapat perhatian serius,
karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan
sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus
bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak
mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan
gizi sebagai berikut yaitu mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari,
makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan
vitamin yang cukup. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari, pil zat besi
harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pasca
persalinan, minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayi melalui ASI. (Nadjamuddin, Eka Suryani. 2016)
2. Ambulasi
Jika tidak ada kelainan lakukan mobilisasi sedini mungkin, yaitu 2
jam setelah persalinan normal. Pada ibu dengan partum normal ambulasi
dini dilakukan paling tidak 6-12 jam postpartum. Tahapan ambulasi yaitu
miring kiri atau kanan terlebih dahulu kemudian duduk dan apabila ibu
sudah cukup kuat berdiri maka ibu dianjurkan untuk berjalan (mungkin ke
toilet untuk berkemih). Manfaat ambulasi dini adalah sebagai berikut:
a. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
b. Menurunkan insiden tromboembolisme.
c. Memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea).
d. Mempercepat mengembalikan tonus otot dan vena.
3. Eliminasi
a. Buang air kecil
Ibu diminta untuk buang air kecil ( miksi ) 6 jam postpartum. Jika
dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih
belum melebihi 100 cc,maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau
ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk
kateterisasi. Berikut ini sebab- sebab terjadinya kesulitan berkemih
( retensio urine) pada ibu postpartum yaitu berkurangnya tekanan
intraabdominal, otot-otot perut masih lemah, edema pada uretra,
dinding kandung kemih belum sensitif.
b. Buang air besar
Buang air besar pada ibu postpartum biasanya tertunda selama 2-3 hari,
karena enema persalinan, diit cairan, obat-obatan analgetik dan dan
perineum yang sangat sakit. Bila lebih dari 3 hari belum bisa buang air
besar bisa diberikan obat laksantia. Ambulasi secara dini dan teratur
akan membantu dalam regulasi buang air besar, asupan cairan yang
adekuat dan diit tinggi serat sangat dianjurkan.
4. Personal hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.
Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya
infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur dan lingkungan sangat
penting untuk tetap dijaga. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk
menjaga kebersihan diri ibu postpartum yaitu anjurkan kebersihan seluruh
tubuh, terutama perineum, mangajarkan ibu bagaimana membersihkan
daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk
membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang,
kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehati ibu untuk
membersihkan daerah vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik
dan dikeringkan dibawah matahari dan setrika. Sarankan ibu untuk
mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,
sarankan kepada ibu untuk menghindari dan menyentuh daerah tersebut.
5. Istirahat dan tidur
Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan
istirahat dan tidur yaitu anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-
kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau
beristirahat selagi bayi tidur. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu
dalam beberapa hal yaitu mengurangi jumlah ASI yang diproduksi,
memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan,
menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
6. Aktivitas seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus
memenuhi syarat yaitu secara fisik aman untuk memulai hubungan suami
istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu dua
jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai
malakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Banyak budaya yang
mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu
tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.
Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
7. Latihan senam nifas
Setelah persalinan terjadi involusi uterus. Involusi ini sangat jelas
terlihat pada alat-alat kandungan. Sebagai akibat kehamilan, dinding perut
menjadi lembek disertai adanya striae gravidarum yang membuat
keindahan tubuh akan sangat terganggu. Cara untuk mengembalikan
bentuk tubuh menjadi indah dan langsing seperti semula adalah dengan
melakukan latihan dan senam nifas

8. Komplikasi Ibu Post Partum


a. Klien post partum komplikasi pendarahan
Pendarahan post partum adalah pendarahan dalam kala IV lebih dari
500-600cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir ( Prof. Dr.
Rustman Mochtar, MPH, 1998). Pendarahan post partum diklasifikasikan
menjadi 2, yaitu:
1. Early postpartum: terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir.
2. Late postpartum: terjadi lebih dari 24 jam pertama setalah bayi lahir

Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan


komplikasi pendarahan post partum.

1. Menghentikan pendarahan.
2. Mencegah timbulnya syok.
3. Mengganti darah yang hilang.

Penyebab umum pendarahan post partum adalah:

1. Atonia uteri.
2. Retensi plasenta
3. Sisa plasenta dan selaput ketuban.
a. Pelekatan yang abnrmal (plasenta akreta dan perkreta)
b. Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4. Trauma jalan lahir
a. Episitomi yang lebar
b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
c. Repture urteri.
5. Penyakit darah
a. Kelainan pmbekuan darah misalnya afibrinogenemia atau
hipofibrinogenemia
b. Klien post partum komplikasi infeksi
Infeksi pasca partum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan)
ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah
abortus atau persalinan (Kumalasari, Intan. 2015).
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada
saat berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah
sebelum maupun saat persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan
masuknya kuman dalam tubuh lewat rahim. Jalan masuk lainnya adalah
dari penolong persalinan sendiri, seperti alat-alat yang tidak steril
digunakan pada saat proses persalinan.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah:
1. Streptococcus haemoliticus anaerobic.
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat.
2. Staphylococcus aureus.
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan
sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-
orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi
terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
3. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi
terbatas pada parineum, vulva, dan endometrium. Kuman ini
merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius.
4. Clostridium welchii.
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi ada abortus kriminalis dan
partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
c. Klien post partum komplikasi penyakit blues.
Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau
baby blues dimengerti sebagai suatu sindrome gangguan afek ringan yang
seringg tampak dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat
fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima
dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau 2 minggu pasca
persalinan.
Baby blues adalah keadaan yang mana seorang ibu mengalami
perasaan tidak nyaman (kesedihan atau kemurungan) atau gangguan
suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya
dengan si bayi, ataupun dengan dirinya sendiri. Etiologi atau penyebab
pasti terjadinya post partum blues sampai saat ini belum diketahui. Namun
banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya post partum blues,
antara lain:
1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,
progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah
melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum
karena estrogen memiliki efek supresi aktivitas enzim monoamine
oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi
noradrenalin dan seretonin yang berperan dalam perubahan mood dan
kejadian depresi.
2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4. Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status
perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan
kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan
sosial dari lingkungan (suami, keluarga dan teman)
5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
2.9 Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang mungkin terjadi adalah kehilangan darah dalam
jumlah banyak (500 ml), nadi lemah, haus, pucat, lochea warna merah,
gelisah, letih, tekanan darah rendah ekstremitas dingin, dapat pula terjadi
syok hemorogik. Gejala klinik berdasarkan penyebab ada lima yaitu :
a) Antonia Uteri Uterus berkontraksi lembek , terjadi perdarahan segera
setelah lahir
b) Robekan jalan lahir Terjadi perdarahan segera, darah segar mengalir
segera setelah bayi lahir, konterksi uterus baik, plasenta baik. Gejala
yang kadang-kadang timbul pucat, lemah, menggigil.
c) Retensio plasenta Plasenta belum lahir selama 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik.
d) Tertinggalnya sisa plasenta selaput yang mengandung pembuluh darah
ada yang tertinggal, perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang
timbul uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
e) Inversio uterus Uterus tidak teraba, lumen vagina berisi massa,
perdarahan segera, nyeri berat.
2.10 Penatalaksanaan.
1. Penatalaksanaan medis
a. Observasi ketat 2 jam postpartum (adanya komplikasi pendarahan)
b. 6-8 jam pascapersalinan: istirahat dan tidur tenang, usahakan
miring kanan kiri
c. Hari ke 1-2: memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi
pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke-2: mulai latihan duduk
e. Hari ke-3: diperkenankan latihan berdiri dan berjalan.
B. TINJAUAN ASKEP
1. PENGKAJIAN
Pengkajian pada ibu nifas merupakan pengumpulan data dasar yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan ibu yang meliputi sebagai berikut
1. Biodata klien
Biodata klien berisi tentang nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku,
agama, alamat, nomor medical record, serta biodata suami yang meliputi
nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku, agama, alamat, tanggal
pngkajian.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum, meiputi tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran,
BB, TB, LILA.
b. Tanda vital normal (RR knsisten, nadi cenderung bradikardia, suhu
36,2-38 0C, respirasi 16-24 x/menit.
c. Kepala: rambut, wajah, mata (konjungtiva), hidung, mulut, fungsi
pernapasan, pendengaran dan leher.
d. Payudara: pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan
areola dan puting susu, simulation nipple erection, kepenuhan atau
pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum, perabaan
pembesaran kelenjar getah bening di ketiak.
e. Abdomen: teraba lembut, tekstur Doughy (kenyal), muskulus rektus
abdomial utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi
fundus uterus, konsistensi ( keras, lunak, boogy), lokasi, kontraksi
uterus, nyeri, perabaan distensi blas.
f. Anogenital: lihat struktur, regangan, edema vagina, keadaan liang
vagina (licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum:
keadaan luka episiotomi, ekimosis, edema, kemerahan, eritema,
drainase. Lochea (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi, 1-
3 hari lochea rubra, 4-10 hari lochea serosa, > 10 hari alba). Anus:
hemoroid dan trombosis pada anus.
g. Muskuluskeletal: tanda homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila
dipalpasi, kekuatan otot.
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah: hemoglobin dan hematokrit 12-24 jam postpartum (jika Hb < 10
g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, trombosit.
b. Klien dengan dower cateter diperlukan kultur urine.
4. Konsep diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui,
perspsi ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama
kehamilan.
5. Seksual
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi
frekuensi koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks,
keyakinan, kesulitan melakakukan seks, kontinuitas hubungan seksual.
Pengetahuan pasangan kapan dimulai hubunan intercourse pascapartum
(dapat dilakukan setelah luka episiotomi membaik dan lochea terhenti,
biasanya pada akhir minggu ketiga)
6. Kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi: pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis
makanan (kalori, protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi
kudapan ( makanan ringan ), nafsu makan, pola minum, jumlah,
frekuensi.
b. Pola istirahat dan tidur: lamanya, kapan ( malam, siang), rasa tidak
nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu terang,
remang-remang, atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-
suara, posisi saat tidur ( penekanan pada perineum).
c. Pola eliminasi: apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan adakan
inkontinensia (hilangnya involunter pengeluaran urine), hilangnya
kontrol blas, terjadi overdistensu blas atau tidak atau restensi urine
karena rasa takut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola
BAB, frekuensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum,
kebiasaan penggunaan toilet.
d. Personal higiene: pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, pemgunaan
pembalut dan kebersihan genetalia, pola berpakaian, tata rias rambut
dan wajah.
e. Aktivitas: kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,
kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampan bekerja,
dan menyusui.
f. Rekreasi dan hiburan: situasi atau tempat yang mneyenangkan, kegiatan
yang membuat fresh dan rileks
7. Profil keluarga
Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat,
sibling, tipe rumah, community seething, penghasilan keluarga, hubungan
sosial dan keterlibatan dalam kegiatan masyarakat.
8. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan
secara genetik, menular, kelainan kngenital, atau gangguan kejiwaan yang
pernah diderita oleh keluarga
9. Riwayat psikososial-kultural
10. Baby blues: perasaan sedih, kelelahan, kecemasan, bingung dan mudah
menangis
11. Depresi: konsentrasi, minat, perasaan kesepian, ketidakamanan, berpikir
obsesif, rendahnya emosi yang positif, perasaan tidak berguna.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan laserasi atau trauma jalan lahir.
2. Risiko terhadap ketidakefektifan menyusui yang berhubungan dengan
tidak berpengalaman dan / atau payudara membengkak.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan invasi bakteri sekunder akibat trauma
selama proses persalinan.
4. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan adanya hemoragi.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan
psikologis, nyeri / ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran
melelahkan.
6. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan
dengan kurang mengingat, kesalahan interpretasi,tidak mengenal sumber-
sumber.
7. Resiko terhadap perubahan menjadi orangtua berhubungan dengan tidak
berpengalaman, perasaan inkompeten, ketidakberdayaan, anak yang tidak
diingini, kekecewaan dengan anak, kurangnya model peran.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan laserasi atau trauma jalan lahir. (Doenges,
2001)

Tujuan Tindakan Rasional


Setelah dilakukan tidakan 1. Kaji karakteristik nyeri, 1. Mengetahui seberapa berat
keperawatan 1x24 jam tingkat nyeri, tempat nyeri, nyeri yang dialami pasien.
diharapkan nyeri pasien skala nyeri
dapat berkurang dengan 2. Inspeksi daerah perineum 2. Mengetahui apakah ada
kriteria hasil : dan daerah episiotomi. tanda-tanda peradangan
1. Mampu Perhatikan adanya oedema, daerah sekitar vulva.
mengontrol nyeri nyeri tekan lokal, purulen.
2. Melaporkan bahwa 3. Berikan kompres es pada 3. Memberi anestesi lokal,

nyeri berkurang perineum, khususnya selama meningkatkan

dengan 24 jam pertama setelah vasokonstriksi,dan

menggunakan melahirkan. mengurangi edema dan

menajemen nyeri vasodilatasi.

3. Mampu mengenali 4. Berikan kompres panas 4. meningkatkan sirkulasi pada


nyeri (skala, lembab ( misalnya rendam perineum, meningkatkan

intesitas, frekuensi duduk/bak mandi ) diantara oksigenasi dan nutrisi pada


jaringan, menurunkan
dan tanda nyeri) 100º dan 105º F ( 38,0º edema dan meningkatkan
4. Menyatakan rasa sampai 43,2º C ) selama 20 penyembuhan.
nyaman setelah menit, 3 sampai 4 kali
nyeri bekurang. sehari, setelah 24 jam
pertama. 5. Analgetik dapat mengurangi

5. Kolaborasi pemberian nyeri

analgetik.

2. Risiko terhadap ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tidak


berpengalaman dan / atau payudara membengkak. ( Carpenito, Lynda Juall.
2001)

Tujuan Tindakan Rasional


Setelah dilakukan 1. Kaji pengetahuan ibu 1. Membantu dalam
tindakan keperawatan mengenai manajemen mengidentifikasi kebutuhan
1x 24 jam diharapakan laktasi dan perawatan saat ini dan
ibu mengetahui tentang payudara mengembangkan rencana
cara perawatan perawatan.
payudara, dengan 2. Kaji puting ibu, anjurkan 2. identifikasi dan intervensi
kriteria hasil : untuk melihat puting setiap dini dapat mencegah/
1. Ibu mengetahui cara habis menyusui. membatasi terjadinya luka
merawat payudara atau pecah puting, yang
2. Asi keluar dapat merusak proses
3. Payudara bersih menyusui.
3. Anjurkan ibu untuk
4. Payudara tidak 3. pemajanan pada udara atau
mengeringkan puting
bengkak dan tidak panas membantu
dengan udara selama 20-30
nyeri mengencangkan putting,
menit setelah menyusui.
5. Bayi mau sedangkan sabun dapat
Insruksikan ibu
menyusu menyebabkan kering.
menghindari penggunaan
Mempertahankan putting
sabun atau penggunaan
bantalan bra berlapis plastik, pada media lembab
dan mengganti pembalut maningkatkan pertumbuhan
bila basah atau lembab. bakteri dan kerusakan kulit.

4. Berikan informasi, verbal


dan tertulis, mengenai 4. identifikasi dan intervensi
fisiologi dan keuntungan dini dapat mencegah/
menyusui, perawatan puting membatasi terjadinya luka
dan payudara, kebutuhan atau pecah puting, yang
diet khusus, dan faktor- dapat merusak proses
faktor yang memudahkan menyusui.
atau mengganggu
keberhasilan menyusui.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi bakteri sekunder akibat trauma


selama proses persalinan.(Carpenito, Lynda Juall. 2001 )

Tujuan Tindakan Rasional


Setelah dilakukan 1. Pantau vital sign 1. Peningkatan suhu dapat
tindakan keperawatan mengidentifikasikan adanya
2x24 jam diharapkan infeksi
tidak terjadi infeksi dan
pengetahuan pasien 2. Kaji daerah perineum dan 2. Menentukan radakah tanda
bertambah, dengan vulva peradangan di daerah vulva
kriteria hasil : dan perineum
1. Ibu bebas dari tanda
3. Kaji pengetahuan ibu 3. Ibu mengetahui cara
dan gejala infeksi
mengenai cara perawatan perawatan vulva bagi
2. Mendeskripsikan
ibu post partum dirinya
proses penularan
4. Anjurkan ibu mencuci 4. Meminimalkan terjadinya
penyakit factor yang
tangan sebelum memegang infeksi
mempengaruhi
daerah vulvanya
penyularan serta 5. Ajarkan perawatan vulva
penatalaksanaanya bagi ibu 5. Ibu mengetahui cara
3. Menunjukan perawatan vulva bagi
kemampuan untuk 6. Lakukan perawatan dirinya
mencegah timbulnya hygiene 6. Mencegah terjadinya infeksi
infeksi dan memberikan rasa
4. Jumlah leukosit nyaman bagi pasien
dalam normal
5. Menunjukkan
perilaku hidup sehat.

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya


hemoragi atau perdarahan. (Doenges, 2001)

Tujuan Tindakan Rasional


Setelah dilakukan 1. Monitor vital sign 1. tanda vital dapat digunakan
tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi
1x24 jam diharapkan perubahan-perubahan yang
kebutuhan cairan ibu terjadi pada keadaan umum
terpenuhi dan mencapai pasien terutama untuk
keseimbangan, dengan mengetahui adakah tanda-
kriteria hasil: tanda syok hipovolemik
2. Kaji dan awasi turgor kulit
1. Intake dan output 2. capilary refil time yang lebih
seimbang dari 2 detik dapat
2. Tanda-tanda vital mengidentifikasikan
normal 3. Monitor intake dan output terjadinya dehidrasi
3. Berat badan pasien 3. membantu dalam
ideal menganalisa keseimbangan
cairan dan derajat
4. Anjurkan ibu untuk kekurangan cairan
meningkatkan intake 4. mengganti kehilangan cairan
cairan sedikitnya 8 gelas karena kelahiran dan
sehari diaforesis
5. Kolaborasi pemberian
cairan intravena jika 5. membantu kebutuhan cairan
diinstruksikan dalam tubuh.

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan psikologis,


nyeri / ketidaknyamanan, proses persalinan, dan kelahiran melelahkan.
(Doenges, 2001)

Tujuan Tindakan Rasional


Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat kelelahan dan 1. persalinan atau kelahiran
tindakan keperawatan kebutuhan untuk istirahat. yang lama dan sulit,
1x24 jam diharapkan Catat lama persalinan dan khususnya bila ini terjadi
kebutuhan pola tidur jenis kelahiran. malam,meningkatkan
terpenuhi, dengan tingkat kelelahan.
kriteria hasil:
1. Ibu tampak segar 2. Kaji lingkungan rumah, 2. multipara dengan anak di
2. Ibu bantuan di rumah, dan rumah memerlukan tidur
mengungkapkan adanya sibling dan lebih banyak di rumah
dapat tidur anggota keluarga. sakit untuk mengatasi
3. tidak ada lingkaran kekurangan tidur dan
hitam dibawah memenuhi kebutuhannya
mata dan kebutuhan keluarga.
3. Berikan informasi tentang
3. kelelahan dapat
efek-efek kelelahan dan
mempengaruhi penilaian
ansietas pada suplai ASI
psikologis, suplai ASI,
dan penurunan reflek
secara psikologis.
4. Kolaborasi dengn dokter
4. mungkin diperlukan untuk
dalam pemberian obat-
meningkatkan relaksasi
obatan misalnya dan tidur sesuai
analgesik kebutuhan.

6. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan


kurang mengingat,kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumbersumber.
(Doenges, 2001)

Tujuan Tindakan Rasional


Setelah dilakukan 1. Pastikan persepsi ibu tentang 1. terdapat hubungan antara
tindakan 1x 24 jam persalinan dan kelahiran, lama persalinan dan
diharapkan lama persalinan, dan tingkat kemampuan untuk
pengetahuan ibu kelelahan ibu. melakukan tanggung jawab
bertambah, dengan 2. Berikan informasi tentang tugas dan aktivitas –
kriteria hasil: perawatan diri, termasuk aktivitas perawatan diri/
1. Ibu perawatan perineal dan perawatan bayi. Makin lama
menyatakan hygiene, perubahan fisiologis, persalinan makin negative
pemahaman termasuk kemajuan normal persepsi ibu tentang kinerja
tentang dari rabas lokhia, kebutuhan persalinan, dan semakin
persalinan dan untuk tidur dan istirahat, lama hal tersebut klien
perawatan perubahan peran, dan memikul tanggung jawab
setelah perubahan emosional. terhadap perawatan dan
melahirkan Biarkan klien mensintesa informasi baru
2. Ibu mampu mendemonstrasikan materi serta mempelajari
menjelaskan yang dipelajari, bila peranperan baru.
kembali apa diperlukan. 2. membantu mencegah
yang infeksi, mempercepat
dijelaskan pemulihan dan
oleh perawat/ penyembuhan, dan berperan
tim kesehatan pada adaptasi yang positif
lainnya dari perubahan fisik dan
emosional.

7. Resiko terhadap perubahan menjadi orangtua berhubungan dengan tidak


berpengalaman, perasaan inkompeten, ketidakberdayaan, anak yang tidak
diingini, kekecewaan dengan anak, kurangnya model peran.(Carpenito, Lynda
Juall, 2001)

Tujuan Tindakan Rasional


Setelah dilakukan 1. kemampuan klien untuk
tindakan 1x24 jam 1. Perhatikan respons beradaptasi secara positif
diharapkan ibu ibu/pasangan terhadap untuk menjadi orangtua
menyadari perubahan kelahiran dan peran mungkin dipengaruhi oleh
menjadi orang tua, menjadi orangtua. reaksi ayah dengan kuat.
dengan kriteria hasil : 2. meningkatkan perawatan
1. Mendiskusikan 2. Mulai asuhan keperawatan berpusat pada keluarga,
peran menjadi primer untuk ibu dan bayi kontinuitas dan asuhan yang
orangtua secara saat di unit. diberikan secara individu,
realistis serta mungkin memudahkan
2. Secara aktif mulai terjadinya ikatan keluarga
melakukan tugas positif.
perawatan bayi
baru lahir dengan
tepat
4. Implementasi

Pelaksanaan atau implementasi merupakan tahap keempat dalam proses


keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan atau
tindakan keperwatan yang telah direncanakan. Dalam tahap ini perawat harus
mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya fisik dan perlindungan kepada
ibu post partum, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan,
pemahaman tentang hak-hak ibu tingkat perkembangan ibu. Dalam tahap
pelaksanaan terdapat dua tindakan yaitu tindakan mandiri dan kolaborasi.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap kelima dalam proses keperawatan untuk
mengetahui perasaan ibu dalam melakukan tindakan keperawatan dan
keadaan ibu. Semua evaluasi keperawatan dievaluasi dengan membandingkan
respons aktual ibu terhadap hasil yang diharapkan dari rencana keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Dian Septiana. 2012. LP Post Partum.


http://www.scribd.com/doc/98167262/LP-Post-Partum. Diakses
pada tanggal 21 Desember 2021
Bobak, L.J,2011. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Hafifah, (2011). Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal.
Kumalasari, Intan. 2015. Perawatan Antenatal, Intranatal, Pstnatal Bayi Baru
Lahir dan Kontrasepsi. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
Nadjamuddin, Eka Suryani. 2016. Lp Post Partum Normal.
http://www.scribd.com/doc/307203826/Lp-Post-Partum-Normal.
Diakses pada tanggal 21 Desember 2021
Rohani, Saswita, Reni.Marisah. (2014). Asuhan Kebidanan Pada <asa Persalinan.
Jakarta: Salembah Medika.
Wiknjosastro G. 2012. Pelatihan Klinik Asuhan Keperawatan Persalinan Normal.
Jakarta : ISBN.
WOC

Post partum spontan

Adaptasi fisiologi Adaptasi psikologi

Proses involusi Vagina dan Laktasi


perineum Taking in Taking hold Letting go
Peningkatan kadar ( ketergantungan) ( ketergantungan ( kemandirian )
oksitosin, Struktur dan karakter
Laktasi mandiri)
peningkatan Trauma Pembuluh payudara ibu
Butuh Resiko
kontraksi uterus mekanik darah
Personal perlindungan Perubahan
rusak Belajar Kondisi
hygiene Hormon Aliran darah dan Peran
Nyeri mengenai tubuh
kurang perdarahan estrogen di payudara pelayanan Menjadi
Akut perawatan mengalami
baik berasal dari Orang Tua
diri dan bayi perubahan
Prolaktin uterus Berfokus
Genetalia Resiko pada diri
meningkat Butuh
kotor Kekurangan sendiri
Retensi darah di informasi
Volume Pembentukan
pembuluh payudara dan
Resiko Cairan ASI lemas
Infeksi Bengkak Kurang
Pengetahuan
ASI keluar Penyempitan pada
duktus invertus
Gangguan
Payudara ASI tidak Retensi ASI Pola
bengkak keluar Tidur
Mastitis
Menyusui
Tidak Efektif

Anda mungkin juga menyukai