OLEH :
FAKULTAS KESEHATAN
2022
A. TINJAUAN TEORI
3. Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti
atau jelas, terdapat beberapa teori antara lain ( Rustman Muchtar, 1998) :
1. Penurunan kadar progesterone.
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan ketentraman otot rahim.
2. Penurunan kadar progesterone.
Pada akhirnya kehamilan kadar oxytocin bertambah, oleh karena itu timbul
kontraksi otot rahim
3. Keregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan makin regang otot-otot dan otot-otot rahim
makin rentan.
4. Pengaruh janin
Hypofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang
peranan oleh karena itu pada enencephalus kehamilan sering lebih lama dan
biasa
5. Teori prostagladin.
Teori prostagladin yang dihasilkan dan decidua, disangka menjadi salah satu
sebab permulaan.
4. Patofisiologi
Dalam masa postpartum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya
disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting
lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mamae
Otot-otot uterus berkontraksi segera postpartum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
mengehentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah bentuk serviks agak menganga seperti corong,
bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari
pertama endometrium yang kira kira setebal 2-5 mm itu mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sediakala.
1. Menghentikan pendarahan.
2. Mencegah timbulnya syok.
3. Mengganti darah yang hilang.
1. Atonia uteri.
2. Retensi plasenta
3. Sisa plasenta dan selaput ketuban.
a. Pelekatan yang abnrmal (plasenta akreta dan perkreta)
b. Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4. Trauma jalan lahir
a. Episitomi yang lebar
b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
c. Repture urteri.
5. Penyakit darah
a. Kelainan pmbekuan darah misalnya afibrinogenemia atau
hipofibrinogenemia
b. Klien post partum komplikasi infeksi
Infeksi pasca partum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan)
ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah
abortus atau persalinan (Kumalasari, Intan. 2015).
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada
saat berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah
sebelum maupun saat persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan
masuknya kuman dalam tubuh lewat rahim. Jalan masuk lainnya adalah
dari penolong persalinan sendiri, seperti alat-alat yang tidak steril
digunakan pada saat proses persalinan.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah:
1. Streptococcus haemoliticus anaerobic.
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat.
2. Staphylococcus aureus.
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan
sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-
orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi
terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
3. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi
terbatas pada parineum, vulva, dan endometrium. Kuman ini
merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius.
4. Clostridium welchii.
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi ada abortus kriminalis dan
partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
c. Klien post partum komplikasi penyakit blues.
Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau
baby blues dimengerti sebagai suatu sindrome gangguan afek ringan yang
seringg tampak dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat
fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima
dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau 2 minggu pasca
persalinan.
Baby blues adalah keadaan yang mana seorang ibu mengalami
perasaan tidak nyaman (kesedihan atau kemurungan) atau gangguan
suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya
dengan si bayi, ataupun dengan dirinya sendiri. Etiologi atau penyebab
pasti terjadinya post partum blues sampai saat ini belum diketahui. Namun
banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya post partum blues,
antara lain:
1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,
progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah
melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum
karena estrogen memiliki efek supresi aktivitas enzim monoamine
oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi
noradrenalin dan seretonin yang berperan dalam perubahan mood dan
kejadian depresi.
2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4. Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status
perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan
kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan
sosial dari lingkungan (suami, keluarga dan teman)
5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
2.9 Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang mungkin terjadi adalah kehilangan darah dalam
jumlah banyak (500 ml), nadi lemah, haus, pucat, lochea warna merah,
gelisah, letih, tekanan darah rendah ekstremitas dingin, dapat pula terjadi
syok hemorogik. Gejala klinik berdasarkan penyebab ada lima yaitu :
a) Antonia Uteri Uterus berkontraksi lembek , terjadi perdarahan segera
setelah lahir
b) Robekan jalan lahir Terjadi perdarahan segera, darah segar mengalir
segera setelah bayi lahir, konterksi uterus baik, plasenta baik. Gejala
yang kadang-kadang timbul pucat, lemah, menggigil.
c) Retensio plasenta Plasenta belum lahir selama 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik.
d) Tertinggalnya sisa plasenta selaput yang mengandung pembuluh darah
ada yang tertinggal, perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang
timbul uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
e) Inversio uterus Uterus tidak teraba, lumen vagina berisi massa,
perdarahan segera, nyeri berat.
2.10 Penatalaksanaan.
1. Penatalaksanaan medis
a. Observasi ketat 2 jam postpartum (adanya komplikasi pendarahan)
b. 6-8 jam pascapersalinan: istirahat dan tidur tenang, usahakan
miring kanan kiri
c. Hari ke 1-2: memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi
pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke-2: mulai latihan duduk
e. Hari ke-3: diperkenankan latihan berdiri dan berjalan.
B. TINJAUAN ASKEP
1. PENGKAJIAN
Pengkajian pada ibu nifas merupakan pengumpulan data dasar yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan ibu yang meliputi sebagai berikut
1. Biodata klien
Biodata klien berisi tentang nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku,
agama, alamat, nomor medical record, serta biodata suami yang meliputi
nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku, agama, alamat, tanggal
pngkajian.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum, meiputi tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran,
BB, TB, LILA.
b. Tanda vital normal (RR knsisten, nadi cenderung bradikardia, suhu
36,2-38 0C, respirasi 16-24 x/menit.
c. Kepala: rambut, wajah, mata (konjungtiva), hidung, mulut, fungsi
pernapasan, pendengaran dan leher.
d. Payudara: pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan
areola dan puting susu, simulation nipple erection, kepenuhan atau
pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum, perabaan
pembesaran kelenjar getah bening di ketiak.
e. Abdomen: teraba lembut, tekstur Doughy (kenyal), muskulus rektus
abdomial utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi
fundus uterus, konsistensi ( keras, lunak, boogy), lokasi, kontraksi
uterus, nyeri, perabaan distensi blas.
f. Anogenital: lihat struktur, regangan, edema vagina, keadaan liang
vagina (licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum:
keadaan luka episiotomi, ekimosis, edema, kemerahan, eritema,
drainase. Lochea (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi, 1-
3 hari lochea rubra, 4-10 hari lochea serosa, > 10 hari alba). Anus:
hemoroid dan trombosis pada anus.
g. Muskuluskeletal: tanda homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila
dipalpasi, kekuatan otot.
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah: hemoglobin dan hematokrit 12-24 jam postpartum (jika Hb < 10
g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, trombosit.
b. Klien dengan dower cateter diperlukan kultur urine.
4. Konsep diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui,
perspsi ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama
kehamilan.
5. Seksual
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi
frekuensi koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks,
keyakinan, kesulitan melakakukan seks, kontinuitas hubungan seksual.
Pengetahuan pasangan kapan dimulai hubunan intercourse pascapartum
(dapat dilakukan setelah luka episiotomi membaik dan lochea terhenti,
biasanya pada akhir minggu ketiga)
6. Kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi: pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis
makanan (kalori, protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi
kudapan ( makanan ringan ), nafsu makan, pola minum, jumlah,
frekuensi.
b. Pola istirahat dan tidur: lamanya, kapan ( malam, siang), rasa tidak
nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu terang,
remang-remang, atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-
suara, posisi saat tidur ( penekanan pada perineum).
c. Pola eliminasi: apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan adakan
inkontinensia (hilangnya involunter pengeluaran urine), hilangnya
kontrol blas, terjadi overdistensu blas atau tidak atau restensi urine
karena rasa takut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola
BAB, frekuensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum,
kebiasaan penggunaan toilet.
d. Personal higiene: pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, pemgunaan
pembalut dan kebersihan genetalia, pola berpakaian, tata rias rambut
dan wajah.
e. Aktivitas: kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,
kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampan bekerja,
dan menyusui.
f. Rekreasi dan hiburan: situasi atau tempat yang mneyenangkan, kegiatan
yang membuat fresh dan rileks
7. Profil keluarga
Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat,
sibling, tipe rumah, community seething, penghasilan keluarga, hubungan
sosial dan keterlibatan dalam kegiatan masyarakat.
8. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan
secara genetik, menular, kelainan kngenital, atau gangguan kejiwaan yang
pernah diderita oleh keluarga
9. Riwayat psikososial-kultural
10. Baby blues: perasaan sedih, kelelahan, kecemasan, bingung dan mudah
menangis
11. Depresi: konsentrasi, minat, perasaan kesepian, ketidakamanan, berpikir
obsesif, rendahnya emosi yang positif, perasaan tidak berguna.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan laserasi atau trauma jalan lahir.
2. Risiko terhadap ketidakefektifan menyusui yang berhubungan dengan
tidak berpengalaman dan / atau payudara membengkak.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan invasi bakteri sekunder akibat trauma
selama proses persalinan.
4. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan adanya hemoragi.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan
psikologis, nyeri / ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran
melelahkan.
6. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan
dengan kurang mengingat, kesalahan interpretasi,tidak mengenal sumber-
sumber.
7. Resiko terhadap perubahan menjadi orangtua berhubungan dengan tidak
berpengalaman, perasaan inkompeten, ketidakberdayaan, anak yang tidak
diingini, kekecewaan dengan anak, kurangnya model peran.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan laserasi atau trauma jalan lahir. (Doenges,
2001)
analgetik.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap kelima dalam proses keperawatan untuk
mengetahui perasaan ibu dalam melakukan tindakan keperawatan dan
keadaan ibu. Semua evaluasi keperawatan dievaluasi dengan membandingkan
respons aktual ibu terhadap hasil yang diharapkan dari rencana keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA