Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MATERNITAS
DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST PARTUM BLUES

Oleh:

BAYU AJIE SYAHPUTRA


NIM. 206410051

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2021
BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Pengertian
Dalam Mitayani, (2011) Postpartum blues merupakan suatu gangguan
penyesuaian terhadap kehidupan baru (kelahiran). Ibu mengalami depresi
selama masa transisi tersebut kurang dari 1-14 hari dengan puncak pada hari
ke lima (Beck, 1992).
Postpartum blues adalah kondisi periode emosional stress yang terjadi
antara hari ke tiga dan hari ke sepuluh setelah persalinan yang terjadi 80%
pada ibu postpartum. Karakteristik kondisi ini adalah iritabilitas meningkat,
perubahan mood, cemas, pusing, serta perasaan sedih dan sendiri.(Bahiyatun,
2009).
Postpartum blues merupakan kondisi dimana ibu mungkin menjadi
depresi, mudah menangis, dan kurang istirahat. Adanya penurunan kadar
estrogen dan progesterone yang tiba-tiba dapat menjadi bagian penting pada
postpartum blues (Hamilton, 1995).
1.2 Etiologi

Penyebab postpartum blues belum dapat diketahui secara pasti, tetapi


kemungkinan merupakan kombinasi dari aspek biologis, psikososial, dan
stress situasional (Beck, 1999). Ini juga berhubungan dengan latar belakang
depresi personal atau keluarga, dukungan social yang rendah, serta masalah
selama kehamilan dan kelahiran (Stewart dan Robinson, 1998) dalam
Mitayani, (2011).
Dalam Mansur, (2009)bahwa penyebab postpartum sebagai berikut :
a. Faktor Hormonal
Berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin, dan estriol
yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar estrogen turun secara
bermakna setelah melahirkan. Ternyata estrogen memiliki efek supresi
terhadap aktivitas enzim monoamine oksidase, yaitu suatu enzim otak
yang bekerja menginaktivasi, baik noradrenalin maupun serotonin yang
berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi.
b. Faktor demografik, yaitu umur dan paritas
Umur yang terlalu muda untuk melahirkan, sehingga dia memikirkan
tanggung jawabnya sebagai seorang ibu untuk mengurus anaknya.
Sedangkan postpartum blues banyak terjadi pada ibu primipara, mengingat
dia baru memasuki perannya sebagai seorang ibu, tetapi tidak menutup
kemungkinan juga terjadi pada ibu yang pernah melahirkan, yaitu jika
ibu mempunyai riwayat postpartum blues sebelumnya.
c. Pengalaman dalam proses kehamilandan persalinan
Kesulitan-kesulitan yang dialami ibu selama kehamilannya akan turut
memperburuk kondisi ibu pasca melahirkan. Sedangkan pada persalinan,
hal-hal yang tidak menyenangkan bagi ibu mencakup lamanya persalinan
serta intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan, seperti
ibu yang akan melahirkan dengan operasi caesar (sectio caesarea) akan
dapat menimbulkan perasaan takut terhadap peralatan operasi dan jarum.
Ada dugaan bahwa semakin besar trauma fisik yang terjadi selama proses
persalinan, akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul.
d. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan
Latar belakang seperti tingkat pendidikan, status perkawinan,
kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya,
status sosial ekonomi, serta keadekuatan dukungan sosial dari
lingkungannya (suami, keluarga dan teman) Apakah suami menginkan
juga kehamilan ini ? apakah suami, keluarga, dan teman memberi
dukungan moril (misalnya dengan membantu dalam menyelesaikan
pekerjaan rumah tangga atau berperan sebagai tempat ibu
mengadu/berkeluh kesah) selama ibu menjalani masa kehamilannya ?

e. Fisik
Kelelahan fisik karena aktivitas mengasuh bayi, menyusui,
memandikan, mengganti popok, dan menimang sepanjang hari bahkan tak
jarang di malam buta sangatlah menguras tenaga. Apalagi jika tidak ada
bantuan dari suami atau anggota keluarga yang lain.
Adapun faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko gangguan (dalam
Mitayani, 2011)
a. Fluktuasi hormon seiring dengan kelahiran

b. Latar belakang depresi, gangguan mental


c. Kesulitan berhubungan dengan orang terdekat
d. Kemarahan terhadap kehamilan
e. Perasaan terisolasi atau tidak ada dukungan dari keluarga
f. Kelelahan, kurang tidur, kekhawatiran finansial, dan melahirkan bayi cacat
g. Kehamilan yang tidak diinginkan
Dalam Bahiyatun (2009) ada beberapa faktor yang berperan menyebabkan
kondisi postpartum blues ini, yaitu :

a. Perubahan kadar hormon yang terjadi secara cepat


b. Ketidaknyamanan yang tidak diharapkan (payudara bengkak, nyeri
persalinan)
c. Kecemasan setelah pulang dari rumah sakit atau tempat bersalin
d. Menyusui ASI
e. Perubahan pola tidur
1.3 Patofisiologi
Sejarah kehamilan adalah faktor utama yang bisa menimbulkan terjadinya
baby blues ini atau biasa dikenal dengan postpartum blues. Riwayat seperti
kehamilan yang tidak di inginkan, adanya problem dengan orang tua atau
mertua, kurangnya biaya untuk persalinan, kurangnya perhatin yang diberikan
pada si ibu dan faktordari etiologi serta faktor psikolog lainnya merupakan
penyebab utama. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat
berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki
efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang
bekerja menginaktifasi nonadrenalin dan serotonin yang berperan dalam
perubahan mood dan kejadian depresi. Karena proses ini pula seorang ibu
setelah melahirkan mengalami perubahan pada tingkat emosional. Biasanya
ibu akan mengalami kenaikan dalam resons psikologisnya, sensitiv dan lebih
membutuhkan perhatian, kasih sayang dari orang di sekitarnya yang di anggap
penting baginya. Keabnormalitasan pada post partum blues ini mengakibatkan
rasa tidak nyaman, kecemasan yang mendalam pada diri ibu, tak jarang
terkadang seorang ibu menangis tanpa sebab yang pasti. Khawatir pada
bayinya dengan kekhawatiran yang berlebihan.

1.4 Manifestasi Klinis

Adapun manifestasi dari postpartum blues sebagai berikut :


a. Reaksi depresi ringan/sedih/disforia
b. Menangis
c. Perasaan kehilangan
d. Kelelahan
e. Konsentrasi menurun
f. Cemas
g. Labilitas perasaan
h. Mudah tersinggung
i. Pelupa
j. Perasaan bersalah
k. Cepat marah
l. Cenderung menyalahkan diri sendiri
m. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan
n. Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih, dan cepat pula menjadi
gembira.
o. Perasaan terjebak dan juga marah terhadap pasangannya serta bayinya.
Gejala postpartum blues menurut Ambarwati (2009) dalam Mansur,
(2009) :
1. Menangis
2. Mengalami perubahan perasaan
3. Cemas
4. Khawatir
5. Kesepian
6. Penurunan gairah seksual
7. Kurang percaya diri terhadap kemampuannya menjadi seorang ibu
Gejala-gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap
seorang ibu. Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau ke-6 hari
setelah melahirkan. Beberapa perubahan sikap tersebut diantaranya Ibu sering
tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia, penakut, tidak mau makan,
tidak mau bicara, sakit kepala sering berganti mood, mudah tersinggung
(iritabilitas), merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan, tidak bergairah,
khususnya terhadap hal yang semula sangat diminati, tidak mampu
berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan, merasa tidak mempunyai
ikatan batin dengan si kecil yang baru saja di lahirkan , insomnia yang
berlebihan. Gejala-gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada
umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai
beberapa hari.
1.5 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dan pendidikan bagi klien postpartum dengan komplikasi


postpartum blues sebagai berikut :
a. Terapi terbaik dari depresi tersebut adalah kombinasi dari psikoterapi,
dukungan sosial, dan medikasi. Beberapa wanita mungkin membutuhkan
ECT. Psikoterapi mungkin lebih berguna dalam membantu ibu untuk
mengatasi perubahan hidup mereka. Pasangan dan keluarga terdekat harus
ikut dalam sesi konseling, sehingga mereka bisa memahami apa yang
mereka butuhkan.
b. Pengobatan psikoterapi, obat-obatan penenang, dan peningkatan suasana
hati atau gabungan obat-obat ini dapat diindikasikan. Terapi spesifik
bergantung pada sigfat gangguan psikiatri yang terdapat pada ibu.
c. Antidepresan sering digunakan untuk depresi postpartum dan mungkin
diteruskan selama 6 bulan atau lebih. Jika ibu ingin melanjutkan
pemberian ASI, obat-obatan yang digunakan harus aman selama laktasi,
karena hal ini dapat memengaruhi proses bonding (Lawrence dan
Lawrence, 1999).
d. Rawat inap mungkin diperlukan untuk mencegah cedera diri atau
kekejaman terhadap janin. Rawat inap mungkin diperlukan bila ada
ansietas yang tidak tertahankan atau kelainan tingkah laku yang tidak
dapat dikontrol.
Adapun penatalaksanaan sederhana yang dapat dilakukan untuk mengatasi
postpartum blues pada ibu adalah :
a. Meminta bantuan suami atau keluarga jika ibu membutuhkan istirahat
untuk menghilangkan kelelahan.
b. Beritahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan. Mintalah
dukungan dan pertolongannya.
c. Buang rasa cemas dan kekhawatiran ibu akan kemampuan merawat bayi.
d. Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendiri.
1.6 Pemeriksaan Penunjang
Skrining untuk mendeteksi gangguan mood / depresi sudah merupakan
acuan pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat
dipergunakan beberapa kuesioner dengan sebagai alat bantu.
Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner
dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan
perasaan depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya
berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta
mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-partum blues. Kuesioner ini
terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan memiliki 4
(empat) pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu
sesuai dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.
1.7 Komplikasi
Hal ini jika dibiarkan maka akan berlanjut menjadi depresi postpartum,
gejala-gejala yang muncul tersebut merupakan kempensasi dari perubahan
hormon yang cukup drastis. Tubuh seolah berada di ambang batas
toleransinya rangsangan karena kelelahan fisik dan mental.Ibu merasa tidak
sangggup lagimenerima rangsangan fisik dan mental karena energinya seolah
tersedot habis tanpa sebab yang pasti. Kecemasan dalam menghadapi peran
barunya sebagai ibu juga bisa menjadi pencentus baby blues syndrome. Tubuh
yang seharusnya beristirahat setelah proses persalinan justru harus bekerja
ekstra untuk menyesuaikan diri dengan tugas-tugas baru. Selain itu, tubuh
juga menghadapi ritme biologis yang baru (Nurdiansyah, 2011).
Jika kondisi baby bluestidak disikapi dengan benar, bisa berdampak pada
hubungan ibu dengan bayinya, bahkan anggota keluarga yang lain bias
merasakan dampak dari baby blues syndrome tersebut. Jika baby blues
sindrome tidak langsung ditangani dapat berkelanjutan menjadi depresi
setelah melahirkan. Depresi setelah melahirkan rata-rata berlangsung tiga
sampai enam bulan.bahkan sampai delapan bulan. Pada keadaan lanjut dapat
mengancam keselamatan diri dan anaknya (Marmi, 2012).
a. Pada ibu
1. Menyalahkan kehamilannya
2. Sering menangis
3. Mudah tersinggung
4. Sering terganggu dalam waktu istirahat atau insomnia berat
5. Hilang percaya diri mengurus bayi, merasa takut tidak bisa
memberikan ASI bahkan takut apabila bayi menginggal
6. Muncul kecemasan terus-menerus ketika bayi menangis
7. Muncul perasaan malas untuk mengurus bayinya
8. Frustasi hingga berniat bunuh diri.
b. Pada anak
1. Masalah perilaku
Anak-anak dari ibu yang mengalami baby blues memiliki masalah
perilaku, termasuk masalah tidur, agresi, hiperaktif
2. Perkembangan kognitif terganggu
Anak nantinya mengalami keterlambatan dalam bicara dan berjalan
jika dibandingkan dengan anak-anak normal lainnya.
3. Sulit berisolasi
Sulit membina hubungan dengan teman disekitar atau berhubungan
dengan orang lain, sulit berteman dan cenderung bersikap kasar.
4. Masalah emosional
Anak-anak dari ibu yang mengalami post partum blues cenderung
merasa rendah diri, lebih sering merasa cemas dan takut lebih pasif
dan kurang independen.
BAB 2
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan
oleh perawat perinatal. Rencana keperawatan harus merefleksikan respons
perilaku yang diharapkan dari gangguan tertentu. Rencan individu didasarkan
pada karakteristik wanita dan keadaannya yang spesifik. Suami atau pasangan
wanita tersebut juga dapat mengalami gangguan emosional akibat perilaku
wanita tersebut.
Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat
dilakukan pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru.
Pengkajiannya meliputi ;
a. Identitas klien.
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medical record dan lain-lain
b. Keluhan Utama
Mudah marah, cemas, melukai diri
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang nafsu
makan, sedih – murung, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia,
merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai
diri
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu serta
kesehatan pasien
3. Riwayat kesehatan keluarga
Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan pasien
d. Riwayat Persalinan
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses
kelahiran itu sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil
dalam upaya retrospeksi diri (Konrad, 1987). Selama hamil, ibu dan
pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana tertentu tentang
kelahiran anak mereka, hal-hal yang mencakup kelahiran pervagina dan
beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam persalinan
sangat berbeda dari yang diharapkan (misalnya ; induksi, anestesi epidural,
kelahiran sesar), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai
yang telah direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua
tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi
mereka untuk menjadi orang tua.
e. Citra Diri Ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan
seksualitas ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya
selama masa nifas dapat mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam
menjadi orang tua. Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat
mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan-perasaan yang berkaitan dengan
penyesuaian perilaku seksual setelah melahirkan seringkali menimbulkan
kekhawatiran pada orang tua baru. Ibu yang baru melahirkan bisa merasa
enggan untuk memulai hubungan seksual karena takut merasa nyeri atau
takut bahwa hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan jaringan
perineum.
f. Interaksi Orang Tua-Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi
interaksi orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran
anak meliputi perilaku adaptif dan perilaku maladatif. Baik ibu maupun
ayah menunjukkan kedua jenis perilaku maupun saat ini kebanyakan riset
hanya berfokus pada ibu. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan
untuk menjadi orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik.
Kualitas keibuan atau kebapaan pada perilaku orang tua membantu
perawatan dan perlindungan anak. Tanda-tanda yang menunjukkan ada
atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu melahirkan, saat orang
tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk
menegakkan hubungan mereka.
g. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang
tua terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan
kemampuan mereka, respon social yang tidak matur, dan
ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku yang adaptif
ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya dan karena
tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan bersama anaknya, saat mereka
memahami yang dikatakan bayinya melalui ekspresi emosi yang
diperlihatkan bayi dan yang kemudian menenangkan bayinya, dan ketika
mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan
bayi. Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang tua tidak sesuai
dengan kebutuhan bayinya. Mereka tidak dapat merasakan kesenangan
dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi-bayi ini cenderung akan dapat
diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa tertarik untuk melihat
anaknya. Tugas merawat anak seperti memandikan atau mengganti
pakaian, dipandang sebagai sesuatu yang menyebalkan. Orang tua tidak
mampu membedakan cara berespon terhadap tanda yang disampaikan oleh
bayi, seperti rasa lapar, lelah keinginan untuk berbicara dan kebutuhan
untuk dipeluk dan melakukan kontak mata. Tampaknya sukar bagi mereka
untuk menerima anaknya sebagai anak yang sehat dan gembira.
h. Struktur dan Fungsi Keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum
blues ialah melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang
wanita terhadap perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh
hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan
anak-anak lain. Perawat dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang
akan pulang dengan mengkaji kemungkinan konflik yang bisa terjadi
diantara anggota keluarga dan membantu ibu merencanakan strategi untuk
mengatasi masalah tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.
i. Perubahan Mood.
Kurang nafsu makan, sedih – murung, perasaan tidak berharga, mudah
marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan
fisik, sulit konsentrasi, melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah
dalam kehendak, tidak mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau
berhubungan dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit
untuk mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus serta
mengotori kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan dan
perasaan bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang benar–benar
memusuhi bayinya.
j. Kebiasaan sehari-hari
1) Kebersihan perorangan
Biasanya kebersihan perorangan tidak terjaga (kebersihan kurang)
2) Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan tidur, gelisah
2) Data sosek
Biasanya gangguan psikologis ini banyak ditemukan pada ekonomi
rendah
3) Data psikologis
Biasanya klien murung, gelisah, rasa tidak percaya kepada orang lain,
cemas, menari diri.
k. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas/ istirahat
Biasanya aktivitas dan istirahat klien terganggu
2) Sirkulasi
Biasanya nadi meningkat, (tachikardia), TD kadang meningkat
3) Eliminasi
Biasanya klien sering BAK, kadang terjadi diare
4) Makanan/ cairan
Biasanya terjadi anoreksia, mual atau muntah, haus , membrane
mukosa kering
4) Neurosensori
Biasanya klien mengeluh sakit kepala
5) Pernafasan
Biasanya pernafasan cepat dan dangkal
6) Nyeri dan ketidaknyamanan
Biasanya terjadi nyeri/ ketidaknyamanan pada daerah abdomen dan
kepala
7) Integritas Ego
Biasanya klien ansietas, gelisah
8) Seksualitas
Biasanya seksualitas terganggu dan penurunan libido
9) TTV
Biasanya nadi meningkat, pernafasan meningkat, TD meningkat

2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan pada pasien postpartum blues :

1. Kecemasan berhubungan dengan perubahan pada fisik yang dialami


2. Pola koping tidak efektif berhubungan dengan emosi yang tidak stabil
3. Keletihan berhubungan dengan kekurangan tidur

2.3 Intervensi Keperawatan


No PERENCANAAN
DX Tujuan Intervensi

1 Kecemasan b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi


perubahan pada intervensi selama tingkat
tubuh yang 3x24 jam kecemasan
dialami diharapkan
kecemasan ibu
berkurang dengan 2. Dorong klien
criteria hasil: ungkapkan
-klien mampu perasaan
mengidentifikasi
gejala cemas 3. Dengarkan
dengan penuh
perhatian

4. Libatkan
keluarga untuk
mendampingi
klien

2 Pola koping tidak Setelah dilakukan 1. Kaji respon


efektif b.d emosi intervensi selama emosional klien
yang tidak stabil 3x24 jam
diharapkan 2. Kaji terhadap
perubahan gejala depresi
emosional ibu pasca partum.
stabil dengan
3. Berikan dukungan
criteria hasil:
emosional dan
-Mengungkapkan
bimbingan dalam
ansietas dan respon
mempelajari peran
emosional
baru
-Mengidentifikasi
kekuatan individu
dan kemampuan
koping pribadi
3 Keletihan b.d Setelah dilakukan 1. Catat aktivitas
kekurangan intervensi 3x24 yang dapat
tidur jam diharapkan meningkatkan
keletihan klien kelelahan
teratasi dengan
criteria hasil: 2. Anjurkan pasien
-klien dapat melakukan yang
beraktivitas seperti meningkatkan
biasanya relaksasi
-terpenuhinya
keseimbangan 3. Tingkatkan
antara aktivitas dan pembatasan bedrest
istirahat dan aktivitas
4. Batasi stimulasi
lingkungan untuk
memfasilitasi
relaksasi

5. Kolaborasi dengan
ahli gizi dalam cara
meningkatkan
intake makanan
tinggi energi
DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Askeb Nifas Normal. Jakarta: EGC


Dewi, vivian Nany Lia.,Sunarsih Tri. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Jakarta: Salemba Medika
Farrer, helen. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Hamilton, Persisi Mary. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta:
EGC
Manuaba .1998. Ida Bagus Gede. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
KeluargaBerencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta :EGC
Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
Marylin E. Doengoes, Mary Frances moorhouse. dkk. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC
Walsh. Linda V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai