Anda di halaman 1dari 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Baby Blues Syndrome

 
1. Pengertian

Syndrome baby blues adalah perasaan sedih yang dibawa ibu sejak hamil yang berhubungan dengan
kesulitan ibu menerima kehadiran bayinya. Perubahan ini sebenarnya merupakan respon alami dari
kelelahan pasca persalinan (Pieter dan Lubis, 2010). Mansyur (2009) juga mnyebutkan bahwa Syndrome
baby blues merupakan perasaan sedih yang dialami oleh ibu setelah melahirkan, hal ini berkaitan dengan
bayinya. Postpartum baby blues adalah gangguan suasana hati yang berlangsung selama 3-6 hari pasca
melahirkan. Syndrome baby blues ini sering terjadi dalam 14 hari pertama setelah melahirkan, dan
cenderung lebih buruk pada hari ke tiga dan ke empat.

Baby blues syndrome atau postpartum blues menurut Saleha (2009), merupakan suatu gangguan


psikologis sementara yang ditandai dengan memuncaknya emosi pada minggu pertama setelah melahirkan.
Suasana hati yang paling utama adalah kebahagiaan, namun emosi penderita menjadi stabil. Baby blues
syndrome atau stress pasca melahirkan merupakan suatu kondisi umum  yang sering di alami oleh seorang
wanita yang baru melahirkan dan biasanya terjadi pada 50% ibu baru. Baby blues sendiri merupakan suatu
perasaan gembira oleh kehadiransang buah hati, namun disertai oleh perasaan cemas,kaget dan sedih
sehingga dapat menimbulkan kelelahan secara psikis pada sang ibu tersebut

(Melinda, 2010).
 

Muhammad (2011), menjelaskan bahwa Baby blues syndrome atau stress pasca persalinan, merupakan salah satu
bentuk depresi yang sangat ringan yang biasanya terjadi dalam 14 hari pertama setelah melahirkan dan cenderung
lebih buruk sekitar hari ketiga atau keempat pasca persalinan. Postpartum Distress Syndrome atau yang juga
sering disebut dengan Baby Blues Syndrome merupakan reaksi psikologis yang berupa gejala depresi postpartum
dengan tingkat ringan. Syndrome ini muncul pasca melahirkan dan seringkali terjadi pada hari ketiga atau keempat
pasca partum dan memuncak pada hari kelima dan keempat belas pasca melahirkan (Medicastore, 2012).

Hampir sebagian besar ibu yang baru melahirkan mengalami baby blues. Sebuah kondisi depresi
pasca persalinan, yang jika tidak ditangani, akan berdampak pada perkembangan anak. Baby blues
syndrome atau postpartum syndrome adalah kondisi yang dialami oleh hampir 50% perempuan yang baru
melahirkan. Kondisi ini dapat terjadi sejak hari pertama setelah persalinan dan cenderung akan memburuk
pada hari ketiga sampai kelima setelah persalinan. Baby blues cenderung menyerap dalam rentang waktu
14 hari terhitung setelah persalinan (Conectique, 2011).
2. Waktu dan Durasi Baby Blues Syndrome

Baby blues syndrome dapat terjadi segera setelah kelahiran, tapi akan segera menghilang dalam
beberapa hari sampai satu minggu. Apabila gejala tersebut

berlangsung lebih dari satu minggu itu sudah termasuk dalam depresi postpartum

(Aprilia, 2010). Kondisi ini merupakan periode emosional stres yang terjadi antara hari ke 3 dan ke-l0 setelah
persalinan yang terjadi sekitar 80% pada ibu postpartum (Bahiyatun, 2009).
3. Gejala-Gejala Baby Blues Syndrome

Ibu yang baru melahirkan dapat merasakan perubahan mood yang cepat dan berganti-ganti (mood
swing) seperti kesedihan, suka menangis, hilang nafsu makan, gangguan tidur, mudah tersinggung, cepat
lelah, cemas, dan merasa kesepian. (Aprilia, 2010).

Beberapa gejala yang dapat mengindikasikan seorang ibu mengalami baby blues syndrome Menurut


Puspawardani (2011), adalah sebagai berikut :
a. Dipenuhi oleh perasaan kesedihan dan depresi disertai dengan menangis tanpa sebab.
b. Mudah kesal, gampang tersinggung dan tidaksabaran.

 
c. Tidak memiliki atau sedikit tenaga.

 
d. Cemas, merasa bersalah dan tidak berharga.

 
e. Menjadi tidak tertarik dengan bayi anda atau menjadi terlalu memperhatikan dan khawatir
terhadap bayinya.
f. Tidak percaya diri.

 
g. Sulit beristirahat dengan tenang.

15

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

h.
Peningkatan berat badan yang disertai dengan makan berlebihan.

i.

Penurunan berat badan yang disertai tidak mau makan.


 

 
j. Perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri ataubayinya.

Sedangkan menurut Novak dan


Broom (2009) gejala Baby Blues Syndrome merupakan suatu keadaan yang tidak dapat dijelaskan, merasa
sedih, mudah tersinggung, gangguan pada nafsu makan dan tidur. Selanjutnya menurut Young
dan Ehrhardt (2009) gaebjyalBaluBes Syndromeantara lain :
1) Perubahan keadaan dan suasana hati ibu yang bergantian dan sulit diprediksi seperti menangis,
kelelahan, mudah tersinggung, kadang- kadang mengalami kebingungan ringan atau mudah lupa.
2) Pola tidur yang tidak teratur karena kebutuhan bayi yang baru dilahirkannya, ketidaknyamanan
karena kelahiran anak, dan perasaan asing terhadap lingkungan tempat bersalin.
3) Merasa kesepian, jauh dari keluarga, menyalahkan diri sendiri karena suasana hati yang
terusberubah-ubah.
4) Kehilangan kontrol terhadap kehidupannya karena ketergantungan bayi yang baru dilahirkannya.

16
Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

4. Penyebab Terjadinya Baby Blues Syndrome

Beberapa hal yang disebutkan sebagai penyebab terjadinya Baby Blues


 

Syndrome menurut Ummu (2012), di antaranya:

 
a. Perubahan hormonal.

Pasca melahirkan terjadi


penurunan kadar estrogen dan progesterone yang drastis, dan juga disertai penurunan kadar hormon
yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang menyebabkan inudah lelah, penurunan mood, dan perasaan
tertekan.
b. Fisik

Kehadiran bayi dalam keluarga menyebabkan perubahan ritme kehidupan sosial dalam
keluarga, terutama ibu. Mengasuh si kecil sepanjang siang dan malam sangat menguras energi ibu,
menyebabkan berkurangnya waktu istirahat, sehingga terjadi penurunan ketahanan dalam menghadapi
masalah.
c. Psikis
 

Kecemasan terhadap berbagai hal, seperti ketidakmampuan dalam mengurus si kecil,


ketidakmampuan mengatasi dalam berbagai permasalahan, rasa tidak percaya diri karena perubahan
bentuk tubuh dan sebelum hamil serta kurangnya perhatian keluarga terutama suami ikut
mempengaruhi terjadinya depresi.

17

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

d.Sosial

Perubahan gaya hidup dengan peran sebagai ibu baru butuh adaptasi.

Rasa keterikatan yang sangat pada si kecil dan rasa dijauhi oleh lingkungan
 

juga berperan dalam depresi.

Penyebab baby blues
syndrome diduga karena perubahan hormonal di dalam tubuh wanita setelah melalul persalinan. Selama
menjalani kehamilan, berbagai hormon dalam tubuh ibu meningkat seinng pertumbuhan janin. Setelah
melalu tahap persalinan, jumlah produksi berbagai hormon seperti estrogen, progesteron, dan endorphin
mengalami perubahan yang dapat mempengaruhi kondisi emosional ibu. Kelelahan flsik dan rasa sakit
setelah persalinan, air susu yang belum keluar sehingga bayi rewel dan payudara membengkak, serta
dukungan moril yang kurang dapat menjadi alasan lain timbulnya baby blues syndrome (Suwignyo, 2010).

Sedangkan munculnya baby blues syndrome menurut Atus (2008), juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain:
a. Dukungan sosial

Perhatian dari lingkungan terdekat seperti suami dan kelurga dapat berpengaruh. Dukungan
berupa perhatian, komunikasi dan hubungan emosional yang hangat sangat penting. Dorongan moral
dari teman-teman yang sudah pernah bersalin juga dapat membantu. Dukungan sosial adalah derajat
dukungan yang diberikan kepada individu khususnya sewaktu dibutuhkan oleh orang-orang yang
memiliki hubungan emosional yang dekat dengan orang tersebut (As’ari, 2005).

18

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Dukungan sosial adalah kenyamanan, bantuan, atau informasi yang

diterima oleh seseorang melalui kontak formal dengan individu atau

kelompok (Landy dan Conte, 2007).


 

 
b.  Keadaan dan kualitas bayi

Kondisi bayi dapat menyebabkan munculnya baby blues syndrome misalnya jenis kelamin


bayi yang tidak sesuai harapan, bayi dengan cacat bawaan ataupun kesehatan bayi yang kurang baik.
c. Komplikasi kelahiran

Proses persalinan juga dapat mempengaruhi munculnya baby blues syndrome misalnya proses


persalinan yang sulit, pendarahan, pecah ketuban dan bayi dengan posisi tidak normal.
d. Persiapan untuk persalinan dan menjadi ibu

Kehamilan yang tidak diharapkan seperti hamil di luar nikah, kehamilan akibat perkosaan,
kehamilan yang tidak terencana sehingga wanita tersebut belum siap untuk menjadi ibu. Kesiapan
menyambut kehamilan dicerminkan dalam kesiapan dan respon emosionalnya dalam menerima
kehamilan. Seorang wanita memandang kehamilan sebagai suatu hasil alami hubungan perkawinan,
baik yang diinginkan maupun tidak diinginkan, tergantung dengan keadaan. Sebagian wanita lain
menerima kehamilan sebagai kehendak alam dan bahkan pada beberapa wanita termasuk banyak
remaja, kehamilan merupakan akibat percobaan seksual

19

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

 
tanpa menggunakan kontrasepsi. Awalnya mereka terkejut ketika tahu

bahwa dirinya hamil, namun seiring waktu mereka akan menerima

kehadiran seorang anak (Bobak, 2004).


 

e.  Stresor psikososial

Faktor psikososial seperti umur, latar belakang sosial, ekonomi, tingkat pendidikan dan respon
ketahanan terhadap stresor juga dapat mempengaruhi baby blues syndrome.
f. Riwayat depresi

Riwayat depresi atau problem emosional lain sebelum persalinan Seorang dengan riwayat


problem emosional sangat rentan untuk mengalami baby blues syndrome.
g. Hormonal

Perubahan kadar hormon progresteron yang menurun disertai peningkatan hormon estrogen,
prolaktin dan kortisol yang drastis dapat mempengaruhi kondisi psikologis ibu.
h. Budaya
 

Pengaruh budaya sangat kuat menentukan muncul atau tidaknya baby blues syndrome. Di
Eropa kecenderungan baby blues syndrome lebih tinggi bila dibandingkan di Asia, karena budaya
timur yang lebih dapat

20

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

menerima atau berkompromi dengan situasi yang sulit daripada budaya

barat.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Baby Blues Syndrome


 

faktor-faktor yang menyebabkan baby


blues syndrome menurut Sujiyatini dkk (2010), yaitu:
a. Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen, progeteron, prolaktin dan estriol yang terlalu
rendah. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah melahirkan ternyata estrogen memiliki efek
serupsi aktifitas enzim non adrenalin maupun serotin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian
depresi.
b. Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan pada emosional seperti
payudara bengkak, nyeri jahitan dan rasa mules.
c. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional yang

kompleks.

 
d. Faktor postpartum syndrome baby blues umum dan paritas (jumlah anak).

 
e. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.

 
f. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat pendidikan, status perkawinan,
kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan gangguan kejiwaan sebelumnya,
social ekonomi.

21

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

g. Stres yang dialami ibu dalam keluarga karena banyak kebutuhan ditambah

ekonomi keluarga semakin memburuk.

h. Kelelahan pasca persalinan juga dapat mempengaruhi psikologis ibu.


 

 
i. Rasa memiliki bayi yang terlalu
dalam sehingga timbul rasa takut yang berlebihan akan kehilangan bayinya.
6. Dampak Baby Blues Syndrome

Jika kondisi baby blues syndrome tidak disikapi dengan benar, bisa berdampak pada hubungan
ibu dengan bayinya, bahkan anggota keluarga yang lain juga bisa merasakan dampak dari baby blues
syndrome tersebut. Jika baby blues syndrome dibiarkan, dapat berlanjut menjadi depresi pasca
melahirkan, yaitu berlangsung lebih dan hari ke-7 pascapersalinan. Depresi setelah melahirkan rata-rata
berlangsung tiga sampai enam bulan. bahkan terkadang sampai delapan bulan. Pada keadaan lanjut
dapat mengancam keselamatan diri dan anaknya (Kasdu, 2007).
a. Pada ibu

 
1) Menyalahkan kehamilannya

 
2) Sering menangis

 
3) Mudah tersinggung

 
4) Sering terganggu dalam waktu istirahat atau insomnia berat

22
Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

5) Hilang percaya diri mengurus bayi, merasa takut dirinya tidak bisa

memberikan asi bahkan takut apabila bayinya meninggal.

6) Muncul kecemasan terus menerus ketika bayi menangis


 

7)  Muncul perasaan malas


untuk mengurus bayi

 
8) Mengisolasi diri dari lingkungan masyarakat

 
9) Frustasi hingga berupaya untuk bunuh diri

 
b. Pada anak

 
1) Masalah perilaku

 
Anak-anak dari ibu yang mengalami baby blues syndrome lebih memungkinkan memiliki
masalah perilaku, termasuk masalah tidur, tantrum, agresi, danhiperaktif.
2) Perkembangan kognitif terganggu

Anak nantinya mengalami keterlambatan dalam bicara dan berjalan jika dibandingkan
dengan anak-anak dari ibu yang tidak depresi. Mereka akan mengalami kesulitan dalam
belajar di sekolah.
3) Sulit bersosialisasi

Anak-anak dari ibu yang mengalami baby blues syndrome biasanya mengalami kesulitan


membangun hubungan dengan orang lain. Mereka sulit berteman atau cenderung bertindak
kasar.

23

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

4) Masalah emosional

Anak-anak dari ibu yang mengalami baby blues syndrome

cenderung merasa rendah diri, lebih sering merasa cemas dan takut,
 

 
lebih pasif, dan kurang
independen.

 
c. Pada suami

Keharmonisan pada ibu yang mengalami baby blues syndrome biasanya akan terganggu ketika
suami belum mengetahui apa yang sedang di alami oleh istrinya yaitu baby blues syndrome, suami
cenderung akan menganggap si ibu tidak becus mengurus anaknya bahkan dalam melakukan
hubungan suami istri biasanya mereka merasa takut seperti takut mengganggu bayinya.
1. Pencegahan Baby Blues Syndrome

Tindakan atau meminimalisasikan baby blues syndrome menurut Pandji (2010), adalah sebagai


berikut :
a. Mempersiapkan jauh-jauh hari kelahiran yang sehat, ibu yang hamil dan suaminya harus
benar-benar di persiapkan dari segi kesehatan janin pada saat kehamilan, mental, finansial
dan social.
b. Adanya pembagian tugas antara suami dan istri pada saat proses kehamilan berlangsung.

24

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

 
c. Tanamkan pada benak ibu hamil bahwa anak adalah anugrah ilahi

yang akan membawa berkah dan menambah jalinan cinta kasih di

tengah-tengah keluarga.
 

d.  Bersama-sama istri merajut


suatu kepercayaan dan keyakinan dengan adanya anak karier kita akan terus berjalan.
e. Merencanakan mempekerjakan pembantu untuk membantu mengurus dan merawat bayi dan
pekerjaan rumah tangga pasca ibu melahirkan.

Pencegahan baby blues syndrome menurut Conectique (2011), juga dapat dilakukan


dengan beberapa cara yaitu :
a. Mintalah bantuan orang lain, misalnya kerabat atau teman untuk membantu anda mengurus
si kecil.
b. Ibu yang baru saja melahirkan sangat butuh istirahat dan tidur yang cukup. Lebih banyak
istirahat di minggu-minggu dan bulan-bulan pertama setelah melahirkan, bias mencegah
depresi dan memulihkan tenaga yang seolah terkuras habis.
c. Konsumsilah makanan yang bernutrisi agar kondisi tubuh cepat pulih, sehat dan segar.
d. Cobalah berbagi rasa dengan suami atau orang terdekat lainnya.

Dukungan dari mereka bias membantu anda mengurangi depresi.


25

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

B. Postpartum (Pasca Salin)

1.Definisi
 

Postpartum menurut Marni (2012),


merupakan masa beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai minggu ke enam setelah melahirkan. Masa
postpartum dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali pada masa
sebelum hamil yang berlangsung kira-kira enam minggu. Sedangkan Postpartum menurut Sujiyatini (2010),
merupakan masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
pra hamil. Lama pada masa ini berkisar 6-8 minggu. Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika organ-organ reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil. Jadi masa nifas adalah masa
kembalinya organ reproduksi sperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 6 minggu setelah melahirkan
(Mansur, 2009).

Menurut Sujiyanti (2010), masa nifas terdiri dari 3 tahapan yaitu:

 
a. Puerperim dini, yaitu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan

 
mobilisasi jalan.

 
b. Pueperium intermedial, yaitu masa kepulihan alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8
minggu.
c. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna yang
berlangsung sekitar 3 bulan. Tapi bilaselama

26

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

hamil maupun bersalin ibu mempunyai komplikasi masa ini bisa

berlangsung lebih lama sampai tahunan.


 

 
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas (Postpartum)

Tujuan dari pemberian asuhan pada


masa nifas menurut Mansur (2010), adalah :
a. Memulihkan dan mempertahankan kesehatanfisik ibu dengan
 

mobilisasi bertahap, menjaga kebersihan, mencegah terjadinya anemi.

 
b. Memulihkan dan mempertahankan kesehatan psikologis ibu dengan memberi dukungan dan
memperkuat keyakinan ibu dalam menjalankan peran ibu.
c. Mencegah terjadinya komplikasi selama masa nifas dan bila perlu melakukan pengobatan
ataupun rujukan 27.
d. Memperlancar dalam pembentukan ASI.

 
e. Memberikan konseling informasi dan edukasi/KIE pada ibu dan keluarganya tentang
perubahan fisik dan tanda-tanda infeksi, pemberian, ASI, asuhan pada diri sendiri, gizi
seimbang, kehidupan seksual dan kontrasepsi sehingga ibu mampu merawat dirinya dan
bayinya secara mandiri selama masa nifas.

27

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

3.

Adaptasi Psikologi ibu postpartum

Menurut Jhaquin (2010), menjalani adaptasi psikologis setelah melahirkan

ibu akan mengalami fase-fase berikut ini:


 

 
1)  Fase taking in yaitu periode
ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada
saat itu fokus perhatian ibu terutama pada diri sendiri. Pengalaman sering berulang diceritakannnya
hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungan.
2) fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3 -10 hari setelah melahirkan. Pada fase
ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan dan meruapakan kesempatan yang baik menerima
berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
3) fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung
sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya
sudah meningkat. Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya
keadaan ini disebut baby blues.

Perubahan emosi ibu postpartum menurut Whibley (2006) dalam Yusdiana (2009) secara
umum antara lain adalah :

28

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

1) Thrilled dan excaited, ibu merasakan bahwa persalinan merupakan

peristiwa besar dalam hidup. Ibu heran dengan keberhasilan melahirkan

seorang bayi dan selalu bercerita seputar peristiwa persalinan dan bayinya.
 

 
 

2)  Overwhelmed, merupakan masa


kritis bagi ibu dalam 24 jam pertama untuk merawat bayinya. Ibu mulai melakukan tugas-
tugas baru.
3) Let down, status emosi ibu berubah-ubah, merasa sedikit kecewa khususnya dengan perubahan
fisik dan perubahan peran.
4) Weepy, ibu mengalami baby blues postpartum karena perubahan yang tiba- tiba dalam
kehidupannya, merasa cemas dan takut dengan ketidakmampuan merawat bayinya dan merasa
bersalah. Perubahan emosi ini dapat membaik dalam beberapa hari setelah ibu dapat merawat diri
dan bayinya serta mendapat dukungan keluarga.
5) Feeling beat up, merupakan masa kerja keras fisik dalam hidup dan akhirnya merasa kelelahan.
4. Jenis Gangguan Psikologis Ibu Postpartum

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental disorder (American Psychiatric


Association, 2000) tentang petunjuk resmi untuk pengkajian dan diagnosis penyakit psikiater, bahwa
gangguan yang dikenali selama postpartum adalah :

29

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

a. Postpartum Blues

Fenomena pasca postpartum awal atau baby blues merupakan


sekuel umum kelahiran bayi, terjadi hingga 70% wanita. Postpartum

blues, maternity blues atau baby blues merupakan gangguan mood/efek


 

ringan sementara yang terjadi pada


hari pertama sampai hari ke 10 setelah persalinan ditandai dengan tangisan singkat, perasaan
kesepian atau ditolak, cemas, bingung, gelisah, letih, pelupa dan tidak dapat tidur (Pillitteri, 2003).
Bobak (2005) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan postpartum blues adalah
perubahan mood pada ibu postpartum yang  terjadi setiap waktu setelah ibu melahirkan tetapi
seringkali terjadi pada hari ketiga atau keempat postpartum dan memuncak antara hari kelima dan
ke-14 postpartum yang ditandai dengan tangisan singkat, perasaan kesepian atau ditolak, cemas,
bingung, gelisah, letih, pelupa dan tidak dapat tidur.

Ibu postpartum yang mengalami postpartum blues mempunyai gejala antara lain rasa marah,
murung, cemas, kurang konsentrasi, mudah menangis (tearfulness), sedih (sadness), nafsu makan
menurun (appetite), sulit tidur (Pillitari, 2003; Lyn dan Pierre, 2007 dalam Macmudah, 2010).
Keadaan ini akan terjadi beberapa hari saja setelah melahirkan dan biasanya akan berangsur-angsur
menghilang dalam beberapa hari dan masih dianggap sebagai suatu kondisi yang normal terkait
dengan adaptasi psikologis postpartum. Apabila memiliki faktor predisposisi dan pemicu lainnya
maka dapat berlanjut menjadi depresi postpartum.

30

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

b. Depresi Postpartum
Depresi adalah gangguan perasaan (afek) yang ditandai dengan

afek disforik (kehilangan kegembiraan/gairah) disertai dengan gejala-

gejala lain, seperti gangguan Universita Sumatera Utara tidur dan


 

menurunnya selera makan


(Wahyuni, 2010). Depresi postpartum adalah perasaan sedih akibat berkurangnya
kebebasan bagi ibu, penurunan estetika dan perubahan tubuh, berkurangnya interaksi sosial dan
kemandirian yang disertai dengan gejala sulit tidur, kurang nafsu makan, cemas, tidak berdaya,
kehilangan kontrol, pikiran yang menakutkan mengenai kondisi bayi, kurang memerhatikan bentuk
tubuhnya, tidak menyukai bayi dan takut menyentuh bayinya dimana hal ini terjadi selama

2 minggu berturut-turut dan menunjukkan perubahan dari keadaan sebelumnya (Lubis, 2010).

Gejala yang ditimbulkan antara lain kehilangan harapan (hopelessness), kesedihan, mudah


menangis, tersinggung, mudah marah, menyalahkan diri sendiri, kehilangan energi, nafsu makan
menurun (appetite), berat badan menurun, insomnia, selalu dalam keadaan cemas, sulit
berkonsentrasi, sakit kepala yang hebat, kehilangan minat untuk melakukan hubungan seksual dan
ada ide untuk bunuh diri (Beck, 2001; Lynn dan Pierre, 2007 dalam Macmudah, 2010).

31

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

c. Postpartum Psikosis
Mengalami depresi berat seperti gangguan yang dialami penderita

depresi postpartum ditambah adanya gejala proses pikir (delusion,

hallucinations and incoherence of association) yang dapat mengancam


 

dan membahayakan keselamatan


jiwa ibu dan bayinya sehingga sangat memerlukan pertolongan dari tenaga professional yaitu
psikiater dan pemberian obat (Olds, 2000, Pilliteri, 2003, Lynn dan Pierre, 2007).
5. Kebutuhan dasar ibu nifas

Kebutuhan dasar masa nifas antara lain sebagai berikut:

a. Gizi

Ibu nifas dianjurkan untuk :

 
1) Makan dengan diit berimbang, cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
2) Mengkomsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hari pada 6 bulan pertama, 6 bulan selanjutnya
500kalori/hari dan tahun kedua 400 kalori. Jadi jumlah kalori tersebut adalah tambahan dari kalori
per harinya.
3) Mengkomsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam bentuk suplementasi dapat
meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan kelangsungan hidup anak.
(Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2009)

32

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

b.Ambulasi

Ambulasisedinimungkinsangatdianjurkan,kecualiada

kontraindikasi. Ambulasi ini akan meningkatkan sirkulasi dan mencegah

risiko tromboflebitis, meningkatkan fungsi kerja peristaltik dan kandung


 

kemih, sehingga mencegah


distensi abdominal dan konstipasi. Bidan harus menjelaskan kepada ibu tentang tujuan dan manfaat
ambulasi dini. Ambulasi ini dilakukan secara bertahap sesuai kekuatan ibu. Terkadang ibu nifas
enggan untuk banyak bergerak karena merasa letih dan sakit. Jika keadaan tersebut tidak segera
diatasi, ibu akan terancam mengalami trombosis vena. Untuk mencegah terjadinya trombosis vena,
perlu dilakukan ambulasi dini oleh ibu nifas.
Pada persalinan normal dan keadaan ibu normal, biasanya ibu diperbolehkan untuk mandi
dan ke WC dengan bantuan orang lain, yaitu pada 1 atau 2 jam setelah persalinan. Sebelum waktu
ini, ibu harus diminta untuk melakukan latihan menarik napas dalam serta latihan tungkai yang
sederhana Dan harus duduk serta mengayunkan tungkainya di tepi tempat tidur. Sebaiknya, ibu
nifas turun dan tempat tidur sediri mungkin setelah persalinan. Ambulasi dini dapat mengurangi
kejadian komplikasi kandung kemih, konstipasi, trombosis vena puerperalis, dan emboli perinorthi.
Di samping itu, ibu merasa lebih sehat dan kuat serta dapat segera merawat bayinya. Ibu harus
didorong untuk berjalan dan tidak hanya duduk di tempat tidur. Pada ambulasi pertama, sebaiknya
ibu dibantu karena pada

33

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

saat ini biasanya ibu merasa pusing ketika pertama kali bangun setelah

melahirkan. (Bahiyatun, 2009).


 

 
c. Higiene Personal Ibu

Sering membersihkan area


perineum akan meningkatkan kenyamanan dan mencegah infeksi. Tindakan ini paling sering
menggunakan air hangat yang dialirkan (dapat ditambah larutan antiseptik) ke atas vulva perineum
setelah berkemih atau defekasi, hindari penyemprotan langsung. Ajarkan ibu untuk membersihkan
sendiri.

Pasien yang harus istirahat di tempat tidur (mis, hipertensi, post- seksio sesaria) harus dibantu
mandi setiap hari dan mencuci daerah perineum dua kali sehari dan setiap selesai eliminasi. Setelah
ibu mampu mandi sendiri (dua kali sehari), biasanya daerah perineum dicuci sendiri. Penggantian
pembalut hendaknya sering dilakukan, setidaknya setelah membersihkan perineum atau setelah
berkemih atau defekasi. Luka pada perineum akibat episiotomi, ruptura, atau laserasi merupakan
daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Tindakan membersihkan vulva
dapat memberi kesempatan untuk melakukan inspeksi secara seksama daerah perineum.

Payudara juga harus diperhatikan kebersihannya. Jika puting terbenam, lakukan masase
payudara secara perlahan dan tarik keluar secara hati - hati. Pada masa postpartum, seorang ibu akan
rentan terhadap infeksi. Untuk itu, menjaga kebersihan sangat penting untukmencegah

34

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

infeksi. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan tubuh, pakaian, tempat

tidur, dan lingkungannya. Ajari ibu cara membersibkan daerah genitalnya

dengan sabun dan air bersih setiap kali setelah berkemih dan defekasi.

Sebelum dan sesudah membersihkan genitalia, ia harus mencuci tangan


 

 
sampai bersih. Pada waktu
mencuci luka (epistotomi), ia harus mencucinya dan arah depan ke belakang dan mencuci daerah
anusnya yang terakhir. Ibu harus mengganti pembalut sedikitnya dua kali sehari. Jika ia menyusui
bayinya, anjurkan untuk menjaga kebersihan payudaranya.

Alat kelamin wanita ada dua, yaitu alat kelamin luar dan dalam. Vulva adalah alat kelamin luar
wanita yang terdiri dan berbagai bagian, yaitu kommissura anterior, komrnissura interior, labia
mayora, labia rninora, klitoris, prepusium klitonis, orifisium uretra, orifisium vagina, perineum
anterior, dan perineum posterior. Robekan perineum terjadi pada semua persalinan, dan biasanya
robekan tenjadi di garis tengah dan dapat meluas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Perineum
yang dilalui bayi biasanya mengalami peregangan, lebam, dan trauma. Rasa sakit pada perineum
semakin parah jika perineum robek atau disayat pisau bedah. Seperti semua luka baru, area
episiotomi atau luka sayatan membutuhkan waktu untuk sembuh, yaitu 7 hingga 10 hari.

Infeksi dapat terjadi, tetapi sangat kecil kemungkinanya jika luka perineum dirawat dengan
baik. Selama di rumah sakit, dokter akan

35

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

memeriksa perineum setidaknya sekali sehari untuk memastikan tidak

terjadi peradangan atau tanda infeksi lainnya. Dokter juga akan memberi
instruksi cara menjaga kebersihan perineumpascapersalinan untuk

mencegah infeksi.
 

d.  Istirahat dan tidur

Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk mengurangi kelelahan, tidur siang atau
istirahat selagi bayi tidur dan kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan. Mengatur
kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam
dan malam 7-8 jam.

Kurangnya istirahat pada ibu nifas menurut Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati,
(2009) dapat berakibat mengurangi jumlah ASI, memperlambat involusi, yang akhirnya bisa
menyebabkan perdarahan dan juga dapat mengakibatkan ibu menjadi depresi.

 
e. Senam Nifas

Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik seperti dinding perut
menjadi kendor, longgarnya liang senggama, dan otot dasar panggul. Untuk mengembalikan kepada
keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu
setelah melahirkan. Ibu tidak perlu takut untuk banyak bergerak, karena dengan ambulasi secara dini
dapat membantu rahim untuk kembali kebentuk semula.

36

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan

setiap hari sampai hari yang kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh

yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan ibu. (Suherni, Hesty Widyasih,

Anita Rahmawati, 2009)


 

f.  Seksualitas masa nifas

Kebutuhan seksual sering menjadi perhatian ibu dan keluarga. Diskusikan hal ini sejak mulai hamil
dan diulang pada postpartum berdasarkan budaya  dan kepercayaan ibu dan keluarga. Seksualitas ibu
dipengaruhi oleh derajat ruptur perineum dan penurunan hormon steroid setelah persalinan. Keinginan
seksual ibu menurun karena kadar hormon rendah, adaptasi peran baru, keletihan (kurang istirahat dan
tidur). Penggunaan kontrasepsi (ovulasi terjadi pada kurang lebih 6 minggu) diperlukan karena
kembalinya masa subur yang tidak dapat diprediksi. Menstruasi ibu terjadi pada kurang lebih 9 minggu
pada ibu tidak menyusui dan kurang Iebih 30 - 36 minggu atau 4 - 18 bulan pada ibu yang menyusui.
6. Gravida

 
a. Definisi Gravida

Menurut Dorland (2002) gravida adalah wanita hamil Gravida merupakan salah satu komponen dari
status paritas yang sering dituliskan dengan notasi G- P-Ab, di mana G menyatakan jumlah kehamilan
(gestasi), P menyatakan jumlah paritas, dan Ab menyatakan jumlah abortus.

37

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

1)Klasifikasi Gravida

Berdasarkan jumlahnya, kehamilan seorang wanita dapat dibedakan menjadi

:
 

a)  Primigravida
 

Primigravida atau primipara merupakan seorang wanita yang pernah melahirkan bayi satu
kali setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau melahirkan bayi aterm (Murray &
McKinney, 2007; Ratnawati, Sunarsih, & Dharmaningrum, 2011).

Ibu primipara yang baru satu kali melahirkan menyebabkan ibu belum memiliki pengalaman
sama sekali dalam melakukan perawatan diri paska melahirkan. Hal ini menyebabkan ibu
postpartum primipara akan mengalami kecemasan tentang perawatan dirinya (Murray &
McKinney, 2007). Ibu postpartum primipara juga beresiko untuk mengalami komplikasi
tergantung kesiapan fisik, psikologi dan pengetahuan ibu tentang masa kehamilan sampai masa
postpartum (Ratnawati, Sunarsih, & Dharmaningrum, 2011).

Bobak (Munawaroh, 2008) menerangkan bahwa ibu primipara pasca melahirkan lebih
membutuhkan dukungan daripada yang sudah mempunyai pengalaman melahirkan sebelumnya,
kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat dapat menyebabkan penurunan fungsi psikologis
(satu kemunduran dalam kemampuan mental) yang akan menyebabkan ibu menjadi depresi.
Gangguan psikologis pasca

38

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

melahirkan dapat mengganggu proses peran ibu primipara ditambah

lagi jika tidak disertai dukungan keluarga khususnya suami ibu kandung

maupun diluar keluarganya seperti; bidan, dokter dan bagian medis

lainnya. Jika tidak segera diatasi dapat memunculkan stres yang


 

 
berkepanjangan.

Strategi coping keluarga menurut Mccubbin, dkk (Judge, 1998) dapat berpotensi
memperkuat atau mempertahankan keluarga untuk melindungi keluarga dari tuntutan munculnya
stres. Keluarga juga berpotensi dapat memperkuat atau mempertahankan sumber daya keluarga
untuk melindungi keluarga dari dampak tekanan. Banyak ibu dapat mengalami distress yang
tidak seharusnya dan kecemasan hanya karena tidak dapat mengantisipasi atau tidak mengetahui
perubahan psikologis, perubahan emosi, dan adanya penyesuaian yang merupakan bagian
integral proses kehamilan, persalinan dan pascanatal. Banyak bukti menunjukkan bahwa periode
kehamilan, persalinan dan pasca natal merupakan masa terjadinya stres berat, kecemasan,
gangguan emosi dan penyesuaian diri (Marmi, 2011).
b) Multigravida

Multigravida atau Multipara menurut Prawirohardjo (2009), adalah wanita yang telah
melahirkan seorang anak lebih dari satu kali. Sedangkan menurut Varney (2006) Multigravida
adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau lebih.

39

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

c)Grandemultipara

Grandemultipara menurut Rustam (2005), adalah wanita yang


pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau mati. Sedangkan

menurut Varney (2006) Grandemultipara adalah wanita yang telah


 

melahirkan 5 orang anak atau


lebih.

 
7. Kerangka Teori

Berdasarkan teori diatas, maka penulis dapat menyusun kerangka teori sebagai betikut :
Baby BluesSyndrome 

Gejala- gejala baby blues syndrome:

a. Gejalaperilaku
b. Gejala fisik
c. Gejalaemosional

Dampak Baby
Blues Syndrome
a. Pada ibu

 
b. Padabayi

 
c. Pada pasangan

Faktor-faktoryang mempengaruhi babyblues

syndrome :
a. Hormonal
b. Ketidaknyamana nfisik
c. Ketidaknyamana nberadaptasi
d. Paritas
e. Pengalaman
f. Latarbelakang

Fase Adaptasi Psikologis:


a. Fase talking in
b. Fase talkinghold
c. Fase letting go

Ibu Postpartum
 
 

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Sumber : Sujiyatini dkk (2010), Jhaquin (2010), Pieter & Lubis, (2010)

40

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

8. Kerangka Konsep
 

Gejala-gejala Baby Blues Syndrome (perilaku, fisik


dan emosional)

Baby Blues Syndrome

Faktor-faktor yang mempengaruhi


 

 
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
41

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Anda mungkin juga menyukai