Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KEPERAWATAN JIWA II

ASUHAN KEPERAWATAN BUNUH DIRI

Oleh :

DHINNY AULYA DINATTA

NIM. 1912142010145

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI BUKITTINGGI

PROGRAM STUDI PROSUS S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Resiko Bunuh Diri”.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data yang penulisperoleh dari buku-buku
dan media masa yang berkaitan dengan “Resiko Bunuh Diri”.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat membermanfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai keperawatan jiwa tentang resiko
bunuhdiri. Memang makalah ini masih jauh dari Kesempurnaan, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Padang panjang, April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............………………...………................................... i


DAFTAR ISI…………………….……………...…………………......................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang….….........................…………………....……………......... 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………… 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................... …….. 2
D. Manfaat Penulisan................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori................................................................................................................ 6
BAB III : KASUS
A. Kasus ………………………………............……….................................... 9

BAB IV

A. Kesimpulan……………………………………………………………………….11
B. Saran……………...........…………….…………………...................................11
DAFTARPUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bunuh diri adalah masalah global. Dalam beberapa tahun terakhir, bunuh diri menjadi
fenomena yang sering muncul dalam pemberitaan media cetak maupun media elektronik.
Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan psikiatri. Meskipun suicide
adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang komprehensif pada depresi,
penyalahgunaan NAPZA , skizofrenia, gangguan kepribadian (paranoid, borderline,
antisocial), suicide tidak bisa disamakan dengan penyakit mental.Isu bunuh diri merupakan
fenomena yang terus meningkat dari waktu ke waktu serta hingga kini belum dapat dipahami
secara pasti penyebab dari munculnya tindakan bunuh diri oleh seseorang individu. Bunuh
diri merupakan “kanker” yang bila terlambat dicegah dapat berakibat fatal (Hawari,
2010).Bunuh diri merupakan sebuah perilaku pemusnahan secara sadar yang ditujukan pada
diri sendiri oleh seorang individu yang memandang bunuh diri sebagai solusi terbaik dari
sebuah isu (Schneidman dalam Adam, 2012). Bunuh diri merupakan penyebab kedua
tertinggi kematian pada individu berusia 15 tahun hingga 29 tahun di seluruh dunia (WHO
dalam Rubrik, 2014)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2020 angka bunuh diri
secara global akan mencapai 2,4 persen dari 100.000 jiwa apabila tidak mendapat perhatian
serius dari berbagai pihak (Mardani, 2012). Tingginya angka bunuh diri di dunia berbanding
lurus dengan tingginya angka bunuh diri di Indonesia setiap tahunnya. Berdasarkan data
WHO tahun 2005, tingkat angka bunuh diri di Indonesia cukup tinggi, sedikitnya sekitar
50.000 orang Indonesia melakukan tindakan bunuh diri setiap tahunnya. Oleh sebab itu,
diperkirakan bahwa sekitar 1.500 orang Indonesia melakukan tindakan bunuh diri perharinya
(Hawari, 2010). Pada tahun 2010, WHO melaporkan angka bunuh diri di Indonesia mencapai
1,6 hingga 1,8 persen dari 100.000 jiwa. Angka tersebut tidaklah representatif mengingat
fenomena bunuh diri ibarat gunung es, yang tampak hanyalah puncaknya sementara yang
tertutup dan ditutupi sesungguhnya lebih besar lagi. Kenyataan ini dibuktikan dengan
peningkatan angka bunuh diri yang cukup signifikan setiap tahunnya diberbagai daerah di
Indonesia (Mardani, 2012).
Angka bunuh diri pada remaja meningkat mencapai angka yang mengkhawatirkan :bunuh
diri saat ini merupakan penyebab kematian yang kedua di kalangan remaja, banyak factor
yang menyertai dan banyaknya beban yang dihadapi menyebabkan timbulnya keinginan
untuk bunuhdiri dengan tujuan melarikan diri dari segala beban yang dirasa berat.

iii
Insiden bunuh diri lebih tinggi pada kelompok orang yang sangat kaya atau yang sangat
miskin dari pada kelas menengah. Semakin besar tingkat keputus asaan tentang masa depan,
semakin besar resiko bunuh diri. Individu yang masih sendiri memiliki resikobunuh diri dua
kali lebih besar dari pada mereka yang menikah.Wanita yang bercerai angka bunuh diri yang
lebih rendah dari pada pria yang bercerai. Wanita memiliki angka upaya bunuh diri yang
lebih tinggi tetapi pria lebih berhasil dalam melaksanakan tindakan bunuh diri karena mereka
menggunakan metode-metode yang lebih letal (mematikan). Wanita cenderung menggunakan
pil tidur sedangkan pria menggantung diri mereka atau melompat dari tempat yang tinggi
(Roy, 2000).

Beberapa hambatan dalam melakukan managemen klien dengan bunuh diri adalah pasien
yang dirawat dalam waktu yang cukup singkat sehingga membuat klien kurang mampu
mengungkapkan perasaannya tentang bunuhdiri. Kurang detailnya tentang pengkajian resiko
bunuhdiri pada saat masuk dan banyak perawat kurang melakukan skreningakan resiko
bunuhdiri. Disamping itu 2 dari 3 orang yang melakukan suicide diketahui oleh perawat
dalam beberapa bulan sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa tenaga kesehatan kurang
memberikan intervensi yang ade kuat. Lebih lanjut banyak perawat mungkin takut untuk
menanyakan tentang masalah bunuhdiri pada pasien atau bahkan tidak mengetahui
bagaimana untuk menanyakan jika pasien memiliki pikiran untuk melakukan
suicide.Olehkarenaitu suicide pada pasien rawat inap merupakan masalah yang perlu
penanganan yang cepat dan akurat. Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai factor
resikoterjadinyabunuhdiri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka permasalahan yang dapat dirumuskan
“Apa permasalahan kasus bunuh diri”.

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan untuk mengetahui bagaimana kasus resiko bunuh diri.

D. Manfaat Penulisan
Sebagai sarana pendidikan dalam meningkatkan wawasan pengetahuan mengenai kasus
resiko bunuh diri. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang kasus resiko bunuh diri.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

Teori
Bunuh diri adalah tindakan untuk membunuh diri sendir idan memilih untuk tidak ada, sedangkan
percobaan bunuh diri adalah percobaan yang mengancam nyawa secara disengaja, ditimbulkan
sendiri, yang belum sampai mengakibatkan kematian (Varcarolis, 2013). Bunuh diri adalah tindaka
nagresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuhdiri mungkin merupakan
keputusan terkahir dari individu untukmemecahkan masalah yang dihadapi (Keliat1991 : 4).Menurut
Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang harapan – putus harapan merupakan
rentang adaptif – maladaptif. Bunuhdiri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah d apat
mengarah pada kematian (Gail w. Stuart, 2007). Bunuhdiri adalah pikiran untuk menghilangkan
nyawa sendiri (Ann Isaacs, 2004.)

Kesimpulan dari pengertian diatas bahwa bunuh diri adalah suatu tindakan agresif
yang merusak diri sendiri dengan mengemukakan rentang harapan-harapan putus asa,
sehingga menimbulkan tindakan yang mengarah pada kematian.

Faktorrisikodaribunuhdiriantara lain (Kaplan, 2010):


1. Jenis kelamin: laki laki melakukan bunuh diri empat kali lebih sering dari pada
perempuan, tetapi percobaan bunuh diri empat kali lebih sering pada perempuan
dibandingkan dengan laki-laki.
2. Usia: angka bunuh diri meningkat seiring dengan usia. Laki-laki mempunyai insidensi
puncak bunuh diri setelah usia 45 tahun, sedangkan perempuan pada usia setelah 55
tahun.
3. Ras: dua dari tiga kejadian bunuh diri dilakukan oleh laki-laki kulit putih.
4. Agama: angka bunuh diri pada Katolik Roma lebih rendah dibandingkan dengan
populasi Protestan dan Yahudi.
5. Status perkawinan: perkawinan yang dilengkapi anak mengurangi risiko bunuh diri
secara signifikan.
6. Pekerjaan: semakin tinggi status sosial seseorang semakin tinggi risiko bunuh diri
pada orang tersebut.
7. Kesehatan fisik.
8. Kesehatan jiwa.
9. Pasien psikiatrik:
 Gangguan depresi seperti gangguan mood banyak melakukan bunuh diri jika
sedang depresi.

v
 Skizofrenia: 10% pasien skizofrenia meninggal karena bunuh diri.
 Ketergantungan alkohol: 15% orang dengan ketergantungan alkohol
 meninggal karena bunuh diri.
 Ketergantungan zat, seperti heroin atau zat-zat lain yang dimasukkan secara
intravena
 Gangguan kepribadian: gangguan kepribadian menyendiri memiliki
predisposisi terhadap gangguan jiwa utama yang berakhir dengan bunuh diri.
 Gangguan ansietas: percobaan bunuh diri yang tidak berhasil sekitar 20%
pasien dengan gangguan panik dan fobia sosial.
Sedangkanetiologidaribunuhdiriterdiridaribeberapafaktoryaitu (Kaplan,
2010) :
1. Faktor Sosiologis
2. Faktor Psikologis
Ahli bunuh diri kontemporer tidak menganjurkan bahwa struktur kepribadian atau
psikodinamik tertentu terkait dengan bunuh diri. Mereka yakin bahwa banyak yang
dapat dipelajari mengenai psikodinamik pasien bunuh diri dari khayalan mereka
mengenai apa yang akan terjadi dan apa akibatnya jika mereka bunuh diri. Khayalan
seperti ini sering mencakup keinginan untuk balas dendam, kekuatan, kendali,
penebusan kesalahan, pengorbanan, penyelamatan, penyatuan kembali dengan
kematian atau suatu kehidupan baru. Percobaan bunuh diri dapat menghilangkan
depresi yang lama.
3. Faktor Biologis
4. Faktor Genetik
5. Perilaku parasuicidal

Tandadangejala :

1. Merasa sedih
2. Sering menangis
3. Kecemasan dan gelisah
4. Perubahan mood (senang berlebihan sampai sedih berlebihan)
5. Perokok dan peminum alkohol berat
6. Gangguan tidur yang menetap atau berulang
7. Mudah tersinggung, bingung

vi
8. Menurunnya minat dalam kegiatan sehari-hari
9. Sulit mengambil keputusan
10. Perilaku menyakiti diri
11. Mengalami kesulitan hubungan dengan pasangan hidup atau anggota keluarga lain
12. Menjadi ”sangat fanatik terhadap agama” atau jadi ”atheis”
13. Membagikan uang atau barangnya dengan cara yang khusus

vii
BAB III
KASUS

Sejak usia sangat muda, sekitar kelas 3 SD, Devan telah memiliki pemikiran untuk
bunuh diri. Ia mengungkapkan ada banyak masalah dengan lingkungan nya saat itu, yang ia
sebut sangat kompleks. Hal itu berlanjut hingga ia duduk di bangku kelas 2 SMA di mana
dirinya mulai menunjukkan gejala-gejala gangguan jiwa.
"Titiknya di situ.Entah itu depresi, entah itu gangguan anxietas, dan lain-lain. Dan itu
menjadi salah satu factor risiko tertinggi saya untuk memiliki keinginan untuk bunuhdiri.
Bullying juga pernah ngalamin," tutur Devan kepada detikHealth, saat ditemui di kawasan
Serpong, Minggu (16/9/2018).

Bertahun-tahun Devan bergumul dengan dirisendiri, hingga akhirnya ia memutuskan


untuk pergi ke psikiater. Keputusan tersebut didorong oleh kawan-kawan dekatnya, sampai ia
bias mencapai titik di mana ia ingin merubah diri jadi lebih baik.
"Kalau dulu teman saya ada yang cerita ingin bunuh diri, bahkan ada yang kelas 6 SD
"Kak kayaknya bunuh diri itu enak ya Kak, kayaknya meninggal itu enak ya Kak" dan lain
sepertinya. Banyak sekali tiba-tiba aja malem-malem jam 11 gitu ada yang cerita. Saya tidak
bias melakukan apa-apa, saya bukan terapis, sayabukan siapa-siapa. Saya Cuma anak SMA
yang sedang belajar, yang sedang mengalami stigma," ujarnya. Beruntung i a menemukan
Komunitas Into The Light Indonesia, sebuah komunitas yang bergerak untuk menyebarkan
kepedulian dan informasi tentang pencegahan bunuh diri. Lewat komunitas tersebut selain
mendapat ilmu baru untuk membantu orang lain, ia juga mengalami perubahan besar pada
dirinya sendiri.
Pria yang kini sudah menjalani perkuliahan mengaku, masih banyak hari-hari di mana
pikiran ingin bunuh diri kembali. Akan tetapi kini ia bias menanganinya. Salah satunya
dengan menulis puisi yang ia sebut alat terbaik untuk mengenal diri sendiri.

Kasus resiko bunuh diri dapat dikaitkan dengan bagaimana seseorang mampu
mengendalikan dirinya ketika mengalami suatu masalah, ketika seseorang tidak mampu
mengendalikan maka nyawa adalah ancamannya. Jika seseorang memiliki masalah , ketika
tidak mampu memecahkan suatu masalah, berbagilah kepada orang terdekat untuk meminta
sebuah saran terhadap masalah kita. Keluarga adalah orang yang paling dekat, bangunlah
keterbukaan kepada keluarga kita. Dan merdoa lah pada Allah untuk meminta jalan solusi

viii
pada-NYA dan serahkan semua pada-NYA. Resiko bunuh diri terjadi ketika seseorang tidak
mau untuk terbuka.
Pada komponen diri keluarga, responden tidak sepenuhnya memiliki karakteristik
komponen diri keluarga yang positif karena terdapat beberapa karakteristik komponen diri
keluarga yang negatif pada diri responden. Sebagian besar responden diterima dan berharga
bagi orangtua serta saudara - saudara responden. Hal tersebut ditunjukkan dengan kepedulian
keluarga saat responden menghadapi masalah terutama saat responden melakukan percobaan
bunuh diri, keluarga merawat dan tetap mendukung responden. Adanya perasaan diterima
dan berharga membuat sebagian responden menjadi terbuka serta leluasa dalam
menyampaikan pendapat didalam keluarga baik mengenai masalah pribadi responden
maupun masalah di dalam keluarga.

ix
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang merusak diri sendiri dengan
mengemukakan rentang harapan-harapan putus asa, sehingga menimbukan tindakan yang
mengarah pada kematian.

Tanda dan gejala : Merasa sedih, sering menangis, kecemasan dan gelisah, perubahan
mood (senang berlebihan sampai sedih berlebihan), perokok dan peminum alcohol berat,
gangguan tidur yang menetap atau berulang, mudah tersinggung, bingung, menurunnya minat
dalam kegiatan sehari-hari, sulit mengambil keputusan, perilaku menyakiti diri, mengalami
kesulitan hubungan dengan pasangan hidup atau anggota keluarga lain, menjadi ”sangat
fanatic terhadap agama” atau jadi ”atheis”, membagi kan uang atau barangnya dengan cara
yang khusus

B. Saran
1. Bagi Keluarga
Disarankan kepada bagi semua anggota keluarga untuk dapat selalu saling terbuka
dan memberikan saran kepada anggota keluarganya jika ada masalah. Saling support di
dalam anggota keluarga. Saling menjaga dan melindungi antara sesama.
2. Bagi Pembaca
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan para pembaca mengetahui bagaimana
cara mengenali orang-orang dengan resiko bunuhdiri dengan baik. Karena dengan adanya
manajemen yang baik, maka kejadian bunuhdiri dapat ditekan dan hidup masyarakat akan
menjadi lebih baik pula

x
DAFTAR PUSTAKA

https://health.detik.com/true-story/d-4214893/cerita-mereka-yang-pernah-hampir-bunuh-diri
http://dezlicius.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-
resikobunuhdiri 09.html

xi

Anda mungkin juga menyukai