Anda di halaman 1dari 88

SEMINAR SIKLUS ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. I DENGAN KEJANG DEMAM


DI RUANG RAWAT INAP ANAK SITI FATIMAH
RS ISLAM IBN SINA BUKITTINGGI
TAHUN 2021

DISUSUN OLEH :

1. Ade Rahmat Putra, S.Kep : 2008149010110


2. Ani Fitri, S.Kep : 2008149010097
3. Messy, S.Kep : 2008149010086
4. Nabila Suci Maharani, S.Kep : 2008149010096
5. Sry Rahayu Putri. H , S.Kep : 2008149010119
6. Wulan Agus Tiara, S.Kep : 2008149010107
7. Wilda Mulyani, S.Kep : 2008149010099

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes YARSI SUMBAR
BUKITINGGI
2020/2021
PERSETUJUAN PEMBIMBING SEMINAR MATERNITAS

Makalah seminar ini telah disetujui

Oleh:

Preseptor Akademik Preseptor Akademik

(Ns. Liza Merianti, S. Kep, M.Kep) (Ns. Ade Sry Wahyuni, S. Kep, MS)

Preseptor Klinik

(Ns. Asria Sari, S.Kep)

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah seminar tentang “Asuhan Keperawatan Pada An.I dengan
Kejang Demam Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina
Bukittinggi Tahun 2021 ini dengan lancar”. Penulisan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah
keperawatan anak.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari beberapa buku panduan dan hasil artikel ilmiah yang berkaitan
dengan Asuhan Keperawatan Pada An.I dengan Kejang Demam ini dengan
lancar. dan hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut.

Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan kita semua dalam
bidang “Asuhan Keperawatan Pada An.I dengan Kejang Demam Di Ruang
Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina Bukittinggi Tahun 2021 ini
dengan lancar.” Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.

Bukittinggi, 12 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................. 3
C. Manfaat …………………………………………………………. . 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Kejang Demam
1. Defenisi............................................................................................ 5
2. Etiologi ........................................................................................... 5
3. Klasifikasi ....................................................................................... 6
4. Patofisiologi..................................................................................... 7
5. WOC ............................................................................................... 9
6. Manifestasi klinis...................................................................................10
7. Respon tubuh.........................................................................................10
8. pemeriksaan penunjang.........................................................................11
9. penatalaksanaan.....................................................................................12
10. Asuhan keperawatan teoritis..................................................................15
BAB III LAPORAN KASUS
A. Pengakajian keperawatan......................................................................32
B. Analisa data...........................................................................................48
C. Diagnosa Keperawatan..........................................................................53
D. Intervensi Keperawatan.........................................................................54
E. Implementasi Keperawatan...................................................................60
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian.............................................................................................66
B. Diagnosa keperawatan...........................................................................67
C. Intervensi Keperawatan.........................................................................68
D. Implementasi Keperawatan...................................................................69
E. Evaluasi Keperawatan...........................................................................69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................70
B. Saran......................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................71
DAFTAR TABEL
2.1 Intervensi Keperawatan Teoritis.......................................................28

3.1 Riwayat Kehamilan masa lalu..........................................................45

3.2 Pola Pengkajian Fungsional.............................................................47

3.3 Pemeriksaan Urin.............................................................................56

3.4 Pemeriksaan Darah Lengkap I.........................................................56

3.5 Pemeriksaan Darah Lengkap II.......................................................57

3.6 Terapi Medis....................................................................................58

3.7 Penilaian Status fungsional..............................................................59

3.8 Data Fokus.......................................................................................62

3.9 Analisa Data....................................................................................66

3.10 Intervensi Keperawatan................................................................70

3.11 Implementasi Keperawatan...........................................................80

iii
DAFTAR SKEMA

2.1 WOC............................................................................... 9
3.1 Genogram.........................................................................................45
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering
terjadi pada anak, 1 dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam.
Hal ini dikarenakan, anak yang masih berusia dibawah 5 tahun sangat
rentan terhadap berbagai penyakit disebabkan system kekebalan tubuh
yang belum terbentuk secara sempurna (Harjaningrum, 2011). Kejang
pada anak dapat mengganggu kehidupan keluarga dan kehidupan social
orang tua khususnya ibu, karena stress dan rasa cemas yang luar biasa.
Bahkan, ada yang mengira anaknya akan meninggal karena kejang.
Beberapa ibu akan panik ketika anak mereka demam dan melakukan
kesalahan dalam mengatasi demam dan komplikasinya. Biasanya saat anak
demam ibu akan memakaikan pakaian tebal pada anak karna anak akan
terlihat menggigil saat demam dan kebanyakan kesalahan ibu saat anak
kejang adalah ibu menahan kekakuan pada kaki dan tangan anaknya
Kesalahan penanganan yang dilakukan oleh ibu salah satunya disebabkan
karena kurang pengetahuan dalam menangani. Memberikan informasi
kepada ibu tentang hubungan demam dan kejang itu sendiri merupakan hal
yang penting untuk menghilangkan stress dan cemas mereka (Hazaveh,
2011).
WHO memperkirakan terdapat lebih dari 21,65 juta penderita
kejang demam dan lebih 216 ribu diantaranya meninggal dengan usia
antara 1 bulan sampai 11 tahun dengan riwayat kejang demam sekitar
77%. (WHO, 2018). Di Asia angka kejadian kejang demam dilaporkan
lebih tinggi sekitar 80%-90% dari seluruh kejang demam adalah kejang
demam sederhana.(Pasaribu, 2014). Untuk penderita kejang demam di
negara Asia Tenggara didapatkan sebesar 7,2 per 1.000 anak sekolah usia
5-7 tahun Angka kejadian kejang demam di Indonesia dilaporkan
sekitar 14.254 penderita (DepkesRI, 2018). Di Provinsi Sumatera Barat
khsusnya berdasarkan laporan data RSUP Dr. M.Djamil Padang tahun
2013-2014 jumlah menyatakan bahwa angka kejadian demam kejang

1
sebayak 40 orang pasien.
Gejala yang mungkin muncul saat anak mengalami kejang demam
antara lain : Demam tinggi, kejang tonik-klonik / grand mal, pingsan,
postur ionic (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh biasanya
berlangsung selama 16-20 detik). Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi
otot yang kuat berirama, biasanya berlangsung dalam 1-2 menit), lidah
atau pipi tergigit, gigi atau rahangnya tertutup rapat, inkontinentia
(mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadaran), hilang kesadaran,
tangan dan kaki kaku tersentak-sentak, sulit bernafas, mulut mengeluarkan
busa, wajah dan kulit menjadi pucat atau kebiruan, dan mata berputar
sehingga hanya bagian putih saja yang nampak. Komplikasi yang sering
terjadi adalah : kerusakan sel otak, penurunan IQ pada demam yang
berlangsung selama 15 menit, henti nafas, epilepsy (Mansjoer Arif dkk,
2010).
Upaya yang dapat dilakukan tenaga medis khususnya perawat
untuk mencegah atau mengurangi jumlah pendederita kejang demam yaitu
dengan aspek preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Preventif, yang
pertama dengan cara memberi anak banyak minum, kedua dengan
mengompres anak dengan air hangat pada dahi, ketiak, dan lipatan siku
Selama 10-15 menit, dan ketiga dengan memakaikan anak dengan
pakaiaan yang tipis dan longgar, kemudian promotif, yaitu
denganpenyuluhan atau dengan promosi kesehatan ke masyarakat
khususnya untuk kalangan ibu-ibu agar dapat menambah pengetahuan
tentang penyebab kejang demam.
Sebenarnya banyak hal yang dapat dilakukan ibu dalam mengatasi
demam pada anak sebelum terjadi kejang dan selanjutnya membawa
kerumah sakit, kuratif yaitu dengan cara mengukur suhu dan memberikan
obat penurun panas, kompres air hangat (yang suhunya kurang lebih sama
dengan suhu badan anak) dan memberikan cairan yang cukup dapat
menurunkan suhu tubuh anak, yang terakhir yaitu dengan rehabilitatif,
dengan cara ibu dianjurkan untuk selalu rutin membawa anaknya untuk
kontrol atau cek kesehatan sesuai anjuran dokter ataupun tenaga medis
lain khususnya perawat. Ibu harus menyadari bahwa demam merupakan
salah satu factor penyebab terjadinya kejang, dikarenakan adanya
peningkatan suhu tubuh yang cepat.
Berdasarkan data rekam medik Ruang Rawat Inap Anak PAV. Siti
Fatimah RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi jumlah pasien anak demam
kejang dalam 3 bulan terkahir dari bulan Oktober 2020 sampai dengan
bulan Desember 2020 ditemukan sebanyak 13 orang. Diperlukannya
perhatian, serta penanganan yang serius terhadap anak demam kejang agar
tidak terjadinya komplikasi yang dapat mengakibatkan kematian pada
anak.
Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mampu memberikan
asuhan keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya
penurunan angka insiden demam kejang melalui upaya preventif,
promotor, kuratif dan rehabilitatif. Dalam melakukan pelayanan kesehatan
sebagai profesi keperawatan, dibutuhkan perawat yang mampu
memberikan asuhan keperawatan seoptimal mungkin sehinggga
tercapainya derajat kesehatan. Perlunya asuhan keperawatan yang sesuai
dengan standar pelayanan kesehatan, sehingga tercapainya mutu pelayanan
rumah sakit yang baik.
Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk melakukan
pemberian “Asuhan Keperawatan Pada An.I dengan Kejang Demam Di
Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina Bukittinggi Tahun
2021”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan Asuhan
Keperawatan Pada An.I dengan Kejang Demam Di Ruang Rawat
Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina Bukittinggi Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu Melakukan Pengkajian Pada An.I dengan Kejang
Demam Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn
Sina Bukittinggi Tahun 2021
b. Mampu Melakukan Analisa Data Dan Menegakkan Diagnosa
Keperawatan Pada An.I dengan Kejang Demam Di Ruang
Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina Bukittinggi
Tahun 2021
c. Mampu Menentukan Intervensi Keperawatan Pada An.I dengan
Kejang Demam Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs
Islam Ibn Sina Bukittinggi Tahun 2021
d. Mampu Melakukan Implementasi Keperawatan Pada An.I
dengan Kejang Demam Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah
Rs Islam Ibn Sina Bukittinggi Tahun 2021
e. Mampu Melakukan Evaluasi Keperawatan Pada An.I dengan
Kejang Demam Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs
Islam Ibn Sina Bukittinggi Tahun 2021
f. Mampu Melakukan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Pada An.I dengan Kejang Demam Di Ruang Rawat Inap Anak
Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina Bukittinggi Tahun 2021
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan lebih meningkatkan kualitas pelayanan sehingga
dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik terutama pada
kasus perawatan dengan demam kejang.
2. Bagi mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan dan meningkatkan
keterampilan serta mengaplikasikan secara langsung teori- teori yang
didapatkan selama di bangku perkuliahan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Kejang Demam


1. Defenisi
Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behavior
yang bersifat paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya
aktifitas listrik abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh
(Widagno, 2012). Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada
suhu badan tinggi (kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi
kelainan ektrakranial. Kejang demam atau febrile convulsion adalah
bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan
oleh proses ekstrakranium (Lestari,2016). Jadi dapat disimpulkan, kejang
demam adalah gangguan yang terjadi akibat dari peningkatan suhu tubuh
anak yang dapat menyebabkan kejang yang diakibatkan karena proses
ekstrakranium.).

2. Etiologi
Hingga kini belum diketahui pasti penyebab kejang demam. Demam
sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media,
pneumonia, dan infeksi saluran kemih (Lestari, 2016).

Menurut Ridha (2014), mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya


kejang demam diantaranya :

a. Faktor-faktor prinatal

b. Malformasi otak congenital

c. Faktor genetika

d. Demam

e. Gangguan metabolisme

f. Trauma
g. Neoplasma

h. Gangguan Sirkulasi

3. Klasifikasi
Pedoman mendiagnosis kejang demam menurut Livingstone :
a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
b. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih
dari 15 menit
c. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah
timbulnya demam
d. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang
normal
b. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu
sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan
c. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak
melebihi 4 kali Kejang demam yang tidak memenuhi
salah satu atau lebih dari tujuh kriteria tersebut
(modifikasi livingstone) digolongkan pada
kejang demam kompleks. (Ngastiyah, 2012).`
Widagno (2012), mengatakan berdasarkan atas studi epidemiologi,
kejang demam dibagi 3 jenis, yaitu :
a. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion),
biasanya terdapat pada anak umur 6 bulan sampai 5
tahun, disertai kenaikan suhu tubuh yang mencapai
≥ 39⁰C. Kejang bersifat umum dan tonik-klonik,
umumnya berlangsung beberapa detik/menit dan
jarang sampai 15 menit. Pada akhir kejang
kemudian diakhiri dengan suatu keadaan singkat
seperti mengantuk (drowsiness), dan bangkitan
kejang terjadi hanya sekali dalam 24 jam, anak tidak
mempunyai kelainan neurologik pada pemeriksaan
fisis dan riwayat perkembangan normal, demam
bukan disebabkan karena meningitis atau penyakit
lain dari otak.
b. Kejang demam kompleks (complex or complicated
febrile convulsion) biasanya kejang terjadi selama ≥
15 menit atau kejang berulang dalam 24 jam dan
terdapat kejang fokal atau temuan fokal dalam
masa pasca bangkitan. Umur pasien, status
neurologik dan sifat demam adalah sama dengan
kejang demam sederhana.
c. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile
seizure) biasanya sifat dan umur demam adalah sama
pada kejang demam sederhana dan sebelumnya anak
mempunyai kelainan neurologi atau penyakit akut.
Faktor resiko untuk timbulnya epilepsi merupakan
gambaran kompleks waktu bangkitan. Kejang
bermula pda umur < 12 bulan dengan kejang
4. Patofisiologi kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal
meragukan maka pemeriksaan CSS sangat diperlukan
untuk memastikan kemungkinan adanya meningitis.).

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi


dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri
dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natriun (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (CI-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron
terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion
di dalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang
disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-
ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran
ini dapat diubah oleh :

a. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraselular

b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme,


kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya

c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena


penyakit atau keturunan

Pada keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan


kenaikkan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari
seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh
karena itu kenaikkan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh
sel maupun ke membran sel disekitarnya. Tiap anak mempunyai ambang
kejang yang berbeda dan tergantung tinggiu rendahnyaambang kejang
seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak


berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang
berlangsung lama ( lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatkanya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot
skeletal yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut
jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan
makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak
meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga
terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang (Lestari,
2016 & Ngastiyah, 2012).
5. WOC
Skema 2.1 WOC Kejang Demam

infeksi virus dan parasit


rangsangan mekanik dan biokimia.
gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit
reaksi inflamasi

kelainan
perubahan konsentrasi
neurologis
proses demam ion di ruan ekstraseluler
perinatal/
prenatal

HIPERTERMI
ketidakseimbangan
perubahan
porensi membrane
difusi Na+ dan
ATPASE
resiko kejang K+
berulang

pelepasan muataN listrik


semakin meluas keseluruh
RESIKO CEDERA sel maupun membrane sel perubahan beda
sekitarnya dengan bantuan potensial
neurotramister membrane sel
neuron
RESIKO
KETERLAMBATAN
KEJANG
PERKEMBANGAN

kurang informasi

DEFISIT kurang dari 15 menit lebih dari 15 menit


PENGETAHUAN
Kontraksi otot meningkat perubahan suplay
darah ke otak

Metabolisme meningkat
resiko kerusakan sel
neuron otak

Kebutuhan O2 Meningkat
RESIKO
(Nurarif & Kusuma, 2015) POLA NAFAS TIDAK KETIDAKEFEKTIFAN
EFEKTIF
PERFUSI CEREBRAL
6. Manifestasi Klinis
Dewanto (2009), mengatakan gambaran klinis yang dapat dijumpai
pada pasien dengan kejang demam diantaranya :

a. Suhu tubuh mencapai >38⁰C

b. Anak sering hilang kesadaran saat kejang

c. mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian


tubuh anak berguncang (gejala kejang bergantung pada jenis
kejang)

d. Kulit pucat dan membiru

e. Akral dingin.

7. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis


a. Sistem Pernapasan
Pada anak dengan kejang demam laju metabolisme akan
meningkat. Sebagai kompensasi tubuh, pernapasan akan
mengalami peningkatan pula sehingga anak tampak pucat
sampai kebiruan terutama pada jaringan perifer (Brunner &
Suddart, 2013).
b. Sistem Thermogulasi
Masuknya Exogenus dan virogenus ke selaput otak akan
menstimulasi sel host inflamasi.hipotalamus akan
menghasilkan “set poin”. Demam terjadi karena adanya
gangguan pada “set poin”. Mekanisme tubuh secara
fisiologis pada anak dengan kejang demam mengalami
vasokontriksi perifer sehingga suhu tubuh meningkat.
(Suriadi & yuliani, 2010).
c. Sistem Neurologis
Kurangnya suplai oksigen ke otak akan menyebabkam
iskemik jaringan otak, bila tidak diatasi segera akan
menyebabkan hipertrofi pada jaringan otak yang beresiko
pada abses serebri. Keluhan yang muncul pada anak kejang
demam kompleks adalah penurunan kesadaran (Muttaqin,
2008).
d. Sistem Muskulosketal
Peningkatan suhu tubuh pada anak dengan kejang demam
menyebabkan terjadinya gangguan pada metaboilsme
otak. Konsekuensinya, keseimbangan sel otak pun akan
terganggu dan terjadi pelepasan muatan listrik yang
menyebar keseluruh jaringan, sehingga menyebabkan
kekakuan otot disekujur tubuh terutama di anggota gerak).
8. Pemeriksaan Penunjang
a. EEG (Electroencephalogram)
Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak
menunjukan kelainan likuor. Gelombang EEG lambat
didaerah belakang dan unilateral menunjukan kejang demam
kompleks.
b. Lumbal Pungsi
Fungsi lumbar merupakan pemeriksaan cairan yang ada di
otak dan kanal tulang belakang (cairan serebrospinal) untuk
meneliti kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan
setelah kejang demam pertama pada bayi (usia<12 bulan)
karena gejala dan tanda meningitis pada bayi mungkin sangat
minimal atau tidak tampak. Pada anak dengan usia > 18
bulan, fungsi lumbal dilakukan jika tampak tanda peradangan
selaput otak, atau ada riwayat yang menimbulkan kecurigaan
infeksi sistem saraf pusat.
c. Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama
pada bayi : Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh :
kaku leher ) Mengalami complex partial seizure
Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :
1) warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning,
menunjukan pigmen kuning santokrom.
2) Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih
dari normal (normal bayi 40-60ml, anak muda 60-
100ml, anak lebih tua 80-120ml dan dewasa 130-
150ml).
3) Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat (
normal dewasa 3.5-5.0 mEq/L, bayi 3.6-5.8mEq/L).
Neuroimaging
4) Yang termasuk pemeriksaan neuroimaging antara lain
adalah CT- Scan, dan MRI kepala. Pemeriksaan ini
tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru
terjadi untuk pertama kalinya. Pemeriksaan tersebut
dianjurkan bila anak menujukkan kelainan saraf yang
jelas, misalnya ada kelumpuhan, gangguan
keseimbangan, sakit kepala yang berlebihan, ukuran
lingkar kepala yang tidak normal.
d. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium ini harus ditujukan untuk mencari
sumber demam, bukan sekedar pemeriksaan rutin.
Pemeriksaannya meliputi pemeriksaaan darah rutin, kadar
elektrolit, kalsium, fosfor, magnesium, atau gula darah
Menurut Dewi (2011).
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Dapat ditangani secara aktif atau konservatif, aktif
berarti Ngastiyah (2012), Dalam penanggulangan kejang demam ada
beberapa faktor yang perlu dikerjakan yaitu:
a. Penatalaksanaan Medis
1) Memberantas kejang secepat mungkin
Bila pasien datang dalam keadaan status
konvulsivus (kejang), obat pilihan utama yang diberikan
adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis
yang diberikan pada pasien kejang disesuaikan
dengan berat badan, kurang dari 10 kg 0,5-0,75
mg/kgBB dengan minimal dalam spuit 7,5 mg dan untuk
BB diatas 20 kg 0,5 mg/KgBB. Biasanya dosis rata-rata
yang dipakai 0,3 mg /kgBB/kali dengan maksimum 5 mg
pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg pada
anak yang lebih besar.
Setelah disuntikan pertama secara intravena
ditunggu 15 menit, bila masih kejang diulangi suntikan
kedua dengan dosis yang sama juga melalui intravena.
Setelah 15 menit pemberian suntikan kedua masih
kejang, diberikan suntikan ketiga denagn dosis yang
sama juga akan tetapi pemberiannya secara
intramuskular, diharapkan kejang akan berhenti. Bila
belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau
paraldehid 4 % secara intravena. Efek samping dari
pemberian diazepan adalah mengantuk, hipotensi,
penekanan pusat pernapasan.
Pemberian diazepan melalui intravena pada anak
yang kejang seringkali menyulitkan, cara pemberian
yang mudah dan efektif adalah melalui rektum. Dosis
yang diberikan sesuai dengan berat badan ialah berat
badan dengan kurang dari 10 kg dosis yang
diberikan sebesar 5 mg, berat lebih dari 10 kg diberikan
10 mg.
Obat pilihan pertama untuk menanggulangi
kejang atau status konvulsivus yang dipilih oleh para ahli
adalah difenilhidantion karena tidak mengganggu
kesadaran dan tidak menekan pusat pernapasan, tetapi
dapat mengganggu frekuensi irama jantung.
2) Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh
dilupakan pengobatan penunjang yaitu semua pakaian
ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya miring untuk
mencegah aspirasi isi lambung, usahakan agar jalan
napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen. Fungsi
vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan
dan fungsi jantung diawasi secara ketat. Untuk cairan
intravena sebaiknya diberikan dengan dipantau untuk
kelainan metabolik dan elektrolit. Obat untuk hibernasi
adalah klorpromazi 2-.
Untuk mencegah edema otak diberikan
kortikorsteroid dengan dosis 20-30 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 3 dosis atau sebaiknya glukokortikoid misalnya
dexametason 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan
membaik.
3) Memberikan pengobatan rumat
Setelah kejang diatasi harus disusul pengobatan
rumat. Daya kerja diazepan sangat singkat yaitu berkisar
antara 45-60 menit sesudah disuntikan, oleh karena itu
harus diberikan obat antiepileptik dengan daya kerja
lebih lama. Lanjutan pengobatan rumat tergantung
daripada keadaan pasien. Pengobatan ini dibagi atas dua
bagian, yaitu pengobatan profilaksis intermiten dan
pengobatan profilaksis jangka panjang.
4) Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab kejang demam sederhana maupun
epilepsi yang diprovokasi oleh demam biasanya adalah
infeksi respiratorius bagian atas dan otitis media akut.
Pemberian antibiotik yang adekuat perlu untuk
mengobati penyakit tersebut. Secara akademis pasien
kejang demam yang datang untuk pertama kali
sebaliknya dilakukan pungsi lumbal untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya faktor infeksi
didalam otak misalnya meningitis.
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan
dan pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kasa
atau bila ada guedel lebih baik.
2) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien,
lepaskan pakaian yang mengganggu pernapasan
3) Berikan O2 boleh sampai 4 L/ mnt.
4) Isap lendir sampai bersih
5) Bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara intensif.
6) Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat
(berbeda dengan pasien tetanus yang jika kejang
tetap sadar).
7) Jika dengan tindakan ini kejang tidak segera berhenti,
hubungi dokter apakah perlu pemberian obat penenang.
8) Segera berikan diazepam intravena, dosis rata-
rata 0,3mg/kgBB atau diazepam rektal. Jika kejang tidak
berhenti tunggu 15 menit dapat diulang dengan dengan
dosis dan cara yang sama.
9) Bila diazepan tidak tersedia, langung dipakai
fenobarbital dengan dosis awal dan selanjutnya
diteruskan dengan pengobatan rumat.
C. Asuhan Keperawatan Teoritis

Asuhan keperawatan adalah serangkaian tindakan sistematis


berkesinambungan, yang meliputi tindakan untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan individu atau kelompok, baik actual maupun potens ial
kemudian merencanakan tindakan untuk menyelesaikan, mengurangi,
atau mencegah terjadinya masalah baru dan melaksanakan tindakan atau
menugaskan orang lain untuk melaksanakan tindakan keperawatan serta
mengevaluasi keberhasilan dari tindakan yang dikerjakan.
1. Pengkajian
a) Anamnesis
1) Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin,
tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa,
agama, nama orang tua, pekerjaan orang tua,
penghasilan orang tua. Wong (2009), mengatakan
kebanyakan serangan kejang demam terjadi setelah usia
6 bulan dan biasanya sebelum 3 tahun dengan
peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak yang
berusia kurang dari 18 bulan.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh
>38,0⁰C, pasien mengalami kejang dan bahkan pada
pasien dengan kejang demam kompleks biasanya
mengalami penurunan kesadaran.
b) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya
terasa panas, nafsu makan anaknya berkurang, lama
terjadinya kejang biasanya tergantung pada jenis
kejang demam yang dialami anak.
c) Riwayat kesehatan
Riwayat perkembangan anak : biasanya pada pasien
dengan kejang demam kompleks mengalami
gangguan keterlambatan perkembangan dan
intelegensi pada anak serta mengalami kelemahan
pada anggota gerak (hemifarise).
d) Riwayat imunisasi
Biasanya anak dengan riwayat imunisasi tidak
lengkap rentan tertular penyakit infeksi atau virus
seperti virus influenza.
e) Riwayat nutrisi
Saat sakit, biasanya anak mengalami penurunan
nafsu makan karena mual dan muntahnya
f) Riwayat nutrisi
Saat sakit, biasanya anak mengalami penurunan
nafsu makan karena mual dan muntahnya
3) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum biasnaya anak rewel dan
kesadaran compos mentis
b) TTV :
Suhu : biasanya >38,0oC
Respirasi: pada usia 2- < 12 bulan : biasanya >
49 kali/menit Pada usia 12 bulan - <5 tahun :
biasanya >40 kali/menit
Nadi : biasanya >100 x/i
c) BB
Biasanya pada nak dengan kejang demam tidak
terjadi penurunan berar badan yang berarti
d) Kepala
Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan
yang tampak
e) Mata
Biasanya simetris kiri-kanan, skelera tidak
ikhterik, konjungtiva anemis.
f) Mulut dan lidah
Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil
hiperemis, lidah tampak kotor
g) Telinga
Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya
pili sejajar dengan katus mata, keluar cairan,
terjadi gangguan pendengaran yang bersifat
sementara, nyeri tekan mastoid.
h) Hidung
Biasanya penciuman baik, tidak ada
pernafasan cuping hidung, bentuk simetris,
mukosa hidung berwarna merah muda.
i) Leher
Biasanya terjadi pembesaran KGB
j) Dada
a) Thoraks
(1) Inspeksi, biasanya gerakan dada
simetris, tidak ada penggunaan otot bantu
pernapasan
(2) Palpasi, biasanya vremitus kiri kanan sama
(3) Auskultasi, biasanya ditemukan bunyi
napas tambahan seperti ronchi.
b) Jantung
Biasanya terjadi penurunan atau peningkatan
denyut jantung
I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis di SIC V teraba
P: batas kiri jantung : SIC II kiri di linea
parastrenalis kiri (pinggang jantung), SIC V
kiri agak ke mideal linea midclavicularis
kiri.
Batas bawah kanan jantung disekitar ruang
intercostals III-IV kanan, dilinea
parasternalis kanan, batas atasnya di ruang
intercosta II kanan linea parasternalis kanan.
A: BJ II lebih lemah dari BJ I
k) Abdomen
biasanya lemas dan datar, kembung
l) Anus
biasanya tidak terjadi kelainan pada genetalia
anak
m) Ekstermitas :
Atas : biasanya tonus otot mengalami
kelemahan, CRT > 2 detik, akral dingin.
Bawah : biasanya tonus otot mengalami
kelemahan, CRT > 2 detik, akral dingin.
4) Penilaian tingkat kesadaran
a) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran
normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya,
nilai GCS: 15-14.
b) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan
untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya
acuh tak acuh, nilai GCS: 13 - 12.
c) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang,
tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak,
berhalusinasi, kadang berhayal, nilai GCS: 11 -
10.
d) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran
menurun, respon psikomotor yang lambat,
mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih
bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal,
nilai GCS: 9 – 7.
e) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti
tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri,
nilai GCS: 6 – 4.
f) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan,
tidak ada respon terhadap rangsangan apapun
(tidak ada respon kornea maupun reflek muntah,
mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap
cahaya), nilai GCS: ≤ 3.
5) Penilaian kekuatan otot
Tabel 2.1 Kekuatan Otot
Respon Skala
Kekuatan otot tidak ada 0
Tidak dapat digerakkan, tonus otot ada 1
Dapat digerakkan, mampu terangkat sedikit 2
0 3
Terangkat sedikit < 45 , tidak mampu melawan gravitasi
Bisa terangkat, bisa melawan gravitasi, namun tidak 4
mampu
Kekuatan otot normal 5

(Sumber: Wijaya dan Yessi. 2013)

6) Pemeriksaan Penunjang
Menurut Dewi (2011) :
a) EEG(Electroencephalogram)
Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas
panas tidak menunjukan kelainan likuor.
Gelombang EEG lambat didaerah belakang dan
unilateral menunjukan kejang demam kompleks.
b) Lumbal Pungsi
Fungsi lumbar merupakan pemeriksaan cairan yang
ada di otak dan kanal tulang belakang (cairan
serebrospinal) untuk meneliti kecurigaan
meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah
kejang demam pertama pada bayi (usia<12 bulan)
karena gejala dan tanda meningitis pada bayi
mungkin sangat minimal atau tidak tampak. Pada
anak dengan usia > 18 bulan, fungsi lumbal
dilakukan jika tampak tanda peradangan selaput
otak, atau ada riwayat yang menimbulkan
kecurigaan infeksi sistem saraf pusat.
Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam
pertama pada bayi :
i. Memiliki tanda peradangan selaput otak
(contoh : kaku leher )
ii. Mengalami complex partial seizure
iii. Kunjungan kedokter dalam 48 jam
sebelumnya (sudah sakit dalam 48 jam
sebelumnya)
iv. Kejang saat tiba di IGD
v. Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang
berkelanjutan. Mengantuk hingga 1 jam
setelah kejang adalah normal
vi. Kejang pertama setelah usia 3 tahun

Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :


vii. warna cairan cerebrospinal : berwarna
kuning, menunjukan pigmen kuning
santokrom.
viii. Jumlah cairan dalam cerebrospinal
menigkat lebih dari normal. (normal
bayi 40-60ml, anak muda 60-100ml,
anak lebih tua 80- 120ml dan dewasa
130-150ml).
ix. Perubahan biokimia : kadar Kalium
menigkat ( normal dewasa 3.5-5.0
mEq/L, bayi 3.6-5.8mEq/L).
c) Neuroimaging
Yang termasuk pemeriksaan neuroimaging antara
lain adalah CT- Scan, dan MRI kepala.
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang
demam yang baru terjadi untuk pertama
kalinya. Pemeriksaan tersebut dianjurkan bila anak
menujukkan kelainan saraf yang jelas, misalnya
ada kelumpuhan, gangguan keseimbangan, sakit
kepala yang berlebihan, ukuran lingkar kepala yang
tidak normal.
d) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium ini harus ditujukan untuk
mencari sumber demam, bukan sekedar
pemeriksaan rutin. Pemeriksaannya meliputi
pemeriksaaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium,
fosfor, magnesium, atau gula darah.
2. Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompok kan dan
dianalisa untuk menemukan masalah kesehatan klien. Untuk
mengelompok kan nya dibagi menjadi dua data yaitu , data
subjektif dan data objektif dan kemudian ditentukan masalah
keperawatan yang timbul.
3. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI (2018) diagnosa keperawatan dengan kejang
demam terbagi menjadi:
a. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme
b. Resiko cidera berhubungan dengan kejang
c. Resiko perfusi cerebral tidak efektif berhubungan
dengan peningkatan sirkulasi otak
d. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan
neurologis atau kejang
e. Resiko gangguan perkembangan berhubungan dengan
gangguan kejang.
f. Defisit Pengetahuan berhungan dengan kurang
terapapar informasi
4. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan Teoritis
No Diagnosa SLKI SIKI
1. Hipertermia Luaran Utama : Intervensi Utama (Manajemen Hipertermi)
Defenisi: (Termoregulasi) Observasi :
(suhu tubuh meningkat diatas Kriteria Hasil a. Identifikasi penyebab hipertermia
rentang normal tubuh) a. Menggigil menurun b. Monitor suhu tubuh
a. Gejala dan Tanda b. Kulit merah menurun c. Monitor kadar elitrolit
Mayor c. Kejang menurun d. Monitor haluaran urine
Subjektif d. Hipoksia menurun e. Monitor komplikasi akibat hipertemi
(tidak tersedia) e. Suhu tubuh membaik
Objektif f. Suhu kulit membaik Terapeutik :
- Suhu tubuh diatas a. Sediakan lingkungan yang dingin
nilai normal b. Longgarkan atau lepaskan pakaian
b. Gejala dan Tanda c. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Minor d. Berikan cairan oral
Subjektif e. Ganti linen setiap hari
(tidak tersedia) f. Berikan oksigen jika perlu
Objektif
- Kulit merah Edukasi
- Kejang a. Anjurkan tirah baring
- Takikardi
- Takipnea

23
- Kulit terasa hangat Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
Intervensi Pendukung (Manajemen Kejang)
Observasi :
a. Monitor terjadinya kejang berulang
b. Monitor karakteristik kejang (Mis,
aktivitas motorik, dan progresi kejang)
c. Monitor tanda- tanda vital

Terapeutik :
a. Baringkan pasien agar tidak terjatuh
b. Berikan alas empuk dibawah kepala
c. Pertahankan kepatenan jalan napas
d. Catat durasi kejang
e. Pasang akses IV jika perlu
f. Pasang Oksigen jika perlu

Edukasi
a. Anjurkan keluarga menghindari
memasukan apapun kedalam mulut saat
kejang
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian antikovulsan, jika
perlu

2. Risiko Cedera Luara Utama: Intervensi Utama (Pencegahan Cedera)


Defenisi: (Tingkat Cedera) Observasi
(beresiko mengalami bahaya Kriteria Hasil: a. Identifikasi area lingkungan yang
atau kerusakan fisik yang a. Toleransi aktivitas meningkat berpotensi menyebabkan cedera
menyebabkan seseorang b. Kejadian cedera menurun b. Identifikasi obat yang berpotensi
tidak dalam kondisi sehat c. Ketegangan otot menurun menyebabkan cedera
atau baik) d. Iritabilitas menurun Teraupetik
Faktor Resiko: e. Gangguan mobilitas menurun a. Sediakan pencahayaan yang memadai
a. Eksternal f. Gangguan kognitif menurun b. Gunakan lampu tidur selama jam tidur
- Terpapar patogen g. Frekuensi nadi membaik c. Pastikan bel panggilan atau telepon
- Terpapar zat kimia h. Frekuensi nafas membaik mudah dijangkau
toksik i. Pola istirahat/ tidur membaik d. Pastikan barang-barang pribadi mudah
- Terpapar nosokomial dijangkau
- Ketidakamanan e. Pastikan roda tempat tidur terkunci
transportasi f. Gunakan pengaman tempat tidur
b. Internal g. Tingkatkan pengawasan pasien
- Ketidakamanan profil
darah Edukasi
- Perubahan orientasi a. Jelaskan alasan itervensi pencegahan
afektif jatuh ke pasien dan keluarga
- Perubahan sensasi
- Hipoksia jaringan
- Kegagalan
mekanisme
pertahanan tubuh
- Perubahan fungsi
psikomotor
- Perubahan fungsi
kognitif

3 Resiko Perfusi Serebral Luaran Utama Intervensi Utama (Manajemen Peningkatan


tidak efektif Intrakranial)
(Peningkatan Tekanan Intrakranial)
Defenisi: Observasi :
(beresiko mengalami Kriteria Hasil: a. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
penurunan sirkulasi darah ke b. Monitor MAP, CPV, PAP, CPP
a. Tingkat kesadaran meningkat
otak) c. Monitor status pernafasan
b. Kognitif meningkat
Faktor Resiko: d. Monitor intake output cairan
c. Gelisah menurun
- Keabnormalan masa Terapeutik :
d. Demam menurun
protombin a. Berikan posisi semi fowler
e. Agitasi menurun
- Aterosklerosis b. Cegah terjadinya kejang
f. Kesadaran membaik
- Diseksi arteri c. Pertahankan suhu normal tubuh
g. Refleks Saraf membaik
- Tumor otak Kolaborasi:
- Miksoma atrium a. Kolaborasi Pemberian Anti Konvulsan,
- Aneurisma serebri jika perlu
- Koagulopati
- Koagulasi
intravaskuler
diseminata
- Cedera kepala
- Neoplasma otak

4. Pola nafas tidak efektif Luaran Utama Intervensi Utama (Manajemen jalan nafas)

Defenisi: (Pola Nafas) Observasi


(inspirasi atau ekspirasi yang
tidak memberikan ventilasi Kriteria Hasil: a. Monitor pola napas (frekuensi,
adekuat) kedalaman, usaha napas)
a. Gejala dan Tanda a. Ventilasi semenit meningkat b. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
Mayor b. Kapasitas vital meningkat Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
Subjektif c. Diameter thoraks anterior-posterior kering
(dispnea) meningkat c. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Objektif d. Tekanan ekspirasi meningkat Teraupetik
- Penggunaan otot e. Tekanan inspirasi meningkat
bantu pernafasan f. Dispnea menurun a. Pertahankan kapatenan jalan nafas
- Fase ekspirasi g. Penggunaan otot bantu napas menurun dengan head-tilt dan chin lift (jaw thrust
memanjang h. Pemanjangan fase ekspirasi menurun jika curiga trauma servikal)
- Pola nafas abnormal i. Ortopnea menurun b. Posisikan semi fowler atau fowler
(takipnea, bradipnea, j. Pernafasan pursed lip menurun c. Berikan minum hangat
k. Pernafasan cuping hidung menurun d. Lakukan fisioterapi dada
kusmaul,dll) l. Frekuensi napas membaik e. Lakukan penghisapan lendir kurang dari
m. Kedalaman nafas baik 15 detik
n. Ekrusi dada membaik f. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
b. Gejala dan Tanda g. Keluarkan sumbatan benda padat dengan
Minor forcep McGill
Subjektif h. Berikan oksigen
(ortopnea) Edukasi
Objektif
- Pernafasan pursed-lip a. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
- Pernafasan cuping b. Ajarkan teknik batuk efektif
hidung Kolaborasi
- Ventilasi semenit
menurun a. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
- Tekanan ekspirasi ekspektoran, mukolitik
menurun
- Tekanan inspirasi
menurun

5 Resiko Gangguan Luaran Utama Intervensi Utama (Promosi Perkembangan


Perkembangan (Status Perkembangan) Anak)
Kriteria Hasil: Observasi
Defenisi: a. Keterampilan/ prilaku sesuai usia a. Identifikasi kebutuhan khusus anak dengan
(beresiko mengalami meningkat teman sebaya
gangguan untuk berkembang Teraupetik
sesuai dengan kelompok b. Respon sosial meningkat a. Fasilitasi hubungan anak dengan teman
usianya) sebaya
c. Kontak mata meningkat b. Dukung anak berinteraksi dengan anak
Faktor Resiko: lain
- Ketidakadekuatan d. Kemarahan menurun c. Berikan mainan yang sesuai dengan usia
nutrisi anak
- Ketidakadekuatan e. Pola tidur membaik d. Sediakan kesempatan dan alat- alat untuk
perawatan prenatal menggambar, mewarnai, melukis
- Kelainan
genetik/kongenital Edukasi
- Kerusakan otak a. Ajarkan sikap kooperatif bukan kompetisi
- Penyakit kronis pada anak
- Infeksi
- Efek samping terapi b. Ajarkan anak cara meminta bantuan dari
- Ketidakmampuan anak lain
belajar c. Ajarkan teknik asertif pada anak

d. Demosntrasikan kegiatan yang


meningkatkan perkembangan pada
pengasuh
6. Defisit Pengetahuan Luara Utama Intervensi Utama (Edukasi Kesehatan)
Defenisi: (Tingkat Pengetahuan) Observasi :
(kurangnya informasi Kriteria Hasil: a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
kognitif yang berkaitan a. Prilaku sesuai dengan pengetahuan menerima informasi
dengan topik tertentu) b. Pertanyaan tentang masalah yang
a. Gejala dan Tanda dihadapi menurun Terapeutik :
Mayor c. Prilaku yang keliru terhadap masalah a. Sediakan materi dan media pendidikan
Subjektif menurun kesehatan
- Menanyakan masalah d. Prilaku membaik b. Jadwalkan pendidikan kesehatan
yang dihadapi e. Kemampuan menjelaskan pengetahuan c. Berikan kesemapatan bertanya
Objektif tentang suatu topik meningkat Edukasi
- Menunjukkan prilaku b. Jelaskan faktor resiko yang
tidak sesuai dengan mempengaruhi kesehatan
anjuran c. Ajarkan prilaku bersih dan sehat
- Menunjukkan d. Ajarkan strategi yang dapat digunakan
persepsi yang keliru untuk meningkat prilaku bersih dan sehat
terhadap masalah
yang dihadapi
b. Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
- Menjalani
pemeriksaan yang
tidak tepat
- Menunjukkan prilaku
yang berlebihan
BAB III
LAPORAN KASUS

1. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama / Nama Panggilan : An. I
TTL : 18 November 2018
Usia : 2 tahun 2 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Belum Sekolah
Alamat : Panesehan
Tanggal Masuk : 12 Januari 2021 (11.25 WIB)
Tanggal Pengkajian : 12 Januari 2021 (14.00 WIB)
Diagnosa Medik : Kejang Demam Kompleks
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Ayah
Nama : Tn. A
Usia : 31 Th
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Alamat : Panesehan
b. Ibu
Nama : Ny. F
Usia : 28 Th
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Panesehan

32
3. Identitas Saudara Kandung
Tabel 3.1 Identitas Saudara Kandung
No Nama Usia Riwayat Hubungan Status
Kesehatan
Persalinan

1 An. A 6 tahun Normal kakak sehat

4. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien masuk RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi melalui IGD pada
tanggal 12 Januari 2021 jam 11.25 WIB. Ibu pasien mengatakan
pasien kejang sudah 2 kali di rumah, kejang terjadi 1 kali pagi
ini, dan 1 kali terjadi saat 15 menit sebelum ke IGD, pada saat
pemeriksaan suhu di IGD didapatkan suhu tubuh anak 38,2˚C
ibu pasien mengatakan saat kejang mata melihat ke atas, mulut
bergetar, tangan dan kaki pasien tidak tegang, ibu pasien
mengatakan pasien belum pernah mengalami kejang
sebelumnya. Ibu pasien mengatakan pasien demam sejak lebih
kurang 1 minggu yang lalu, dan disertai flu dan batuk sejak 4
hari yang lalu. Ibu pasien mengatakan pasien batuk berdahak
dan secret susah di keluarkan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Saat dilakukan pengkajian pada 12 Januari 2021 jam 14.00,
dilakukan pemeriksaan TTV pada pasien didapatkan Nadi: 100
x/menit, Pernafasan: 30x/menit dan suhu: 37,6˚C. Pasien
terpasang infus KA – EN 1B 10 tetes /menit pada tangan sebelah
kanan. Saat pengkajian pasien tampak istirahat dengan posisi
semifowler, pasien tampak letih, kulit tampak sedikit memerah,
akral hangat, mukosa bibir tampak kering, ibu pasien
mengatakan kejang tidak ada sejak pindah dari IGD ke ruangan
rawatan. Ibu pasien mengatakan pasien batuk berdahak, pasien
tampak batuk, pasien tampak susah untuk mengeluarkan
sputum, pasien tampak gelisah. Ibu pasien mengatakan anaknya
diare sejak pagi 4 kali, Ibu pasien sering menanyakan kondisi
anaknya dan mengatakan bahwa saat anaknya kejang ia panik
dan tidak tau akan melakukan apa untuk membantu anaknya.
Saat pengkajian tampak anak gelisah, dan tampak tegang,
menangis, serta menolak jika didekati oleh perawat, ibu pasien
juga mengatakan bahwa anaknya khwatir dan takut berada
dirumah sakit.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu pasien mengatakan anaknya pernah demam, pilek dan batuk,
namun anak tidak pernah dirawat. Ibu pasien mengatakan
anaknya tidak memiliki riwayat kejang sebelumnya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki
riwayat penyakit keturunan seperti DM, penyakit jantung,
ataupun hipertensi. Namun ayah pasien pernah memiliki riwayat
kejang ketika masih kecil.
Genogram
3.1 Skema Genogram

RW Kejang
: laki- laki : An. I
: Perempuan :Tinggal serumah
: Hubungan pernikahan

e. Riwayat ANC-PNC
1) Antenatal care
Ibu pasien mengatakan waktu hamil ia memerksa
kehamilannya setiap trimester ke dokter kandungan. Selama
hamil ibu tidak memiliki riwayat penyakit, BB ibu waktu
hamil 68 kg. Nutrisi ibu selama hamil terpenuhi namun saat
trimester 1 sering mual dan muntah. Golongan darah ayah
O, dan golongan darah ibu O
2) Natal
Ibu melahirkan cukup bulan di rumah sakit dengan jenis
persalinan melalui persalinan normal. Ibu tidak memiliki
komplikasi saat setelah melahirkan
3) Post Natal
Kondisi bayi saat lahir sehat dan menangis kencang, tonus
otot aktif, anak saat lahir tidak mengalami gangguan, BB
lahir 3000 gram, PB lahir 45 cm.
f. Riwayat Kecelakaan
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah jatuh
g. Riwayat Perkembangan Anak
Anak tumbuh kembang sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak seusianya. Untuk kemampuan berjalan anak
sedikit terlambat dengan usia 16 bulan.
h. Riwayat Alergi
Ibu pasien mengatakan anak tidak memiliki riwayat alergi
terhadap makanan ataupun obat- obatan.
i. Riwayat Sosial
Ibu pasien mengatakan pasien memiliki banyak teman di sekitar
tempat tinggalnya.
j. Riwayat Imunisasi
Tabel 3.2 Riwayat Imunisasi
No Jenis Imunisasi Waktu Frekuensi Reaksi
Pemberian
Imunisasi

1 BCG 1 bulan 1 kali

2 DPT (I,II,III) 4 bulan dan 18 4 kali


bulan
3 Polio (I,II,III,IV) 1,2,3,4 bulan 4 kali

4 Campak 9 bulan dan 18 2 kali


bulan
5 Hepatitis 3 bulan 2 kali

k. Riwayat Tumbuh Kembang


Berat badan sebelum sakit :

Berat badan saat sakit : 9,7 Kg

Tinggi badan : 70 cm berat badan normal


l. Perkembangan Tiap tahap
Usia anak saat
Berguling : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Merangkak : 7-8 bulan
Berdiri : 9-10 bulan
Berjalan : 1 tahun
Senyum kepada orang lain pertama kali : 4 tahun
Bicara pertama kali : 1,5 tahun dengan menyebutkan : ma ma pa
pa
Berpakaian tanpa bantuan : pasien belum bisa memakai pakaian
sendiri
m. Pemeriksaan tingkat perkembangan (DDST II) :
1) Tahap perkembangan psikososial (sesuai usia)
Ibu pasien mengatakan anaknya sudah mulai berani
bermain, mampu menentukan pilihan.
2) Tahap perkembangan psikoseksual (sesuai usia)
Ibu pasien mengatakan anaknya lebih suka bergaul dengan
sesama jenis, gaya pakaian yang meniru ibunya atau sesuai
wanita, serta anak lebih suka bermain seperti masak-masak.
3) Perkembangan motorik halus (sesuai usia)
Ibu pasien mengatakan anaknya sudah mulai untuk
menggambar gambar
4) Perkembangan motorik kasar (sesuai usia)
Ibu pasien mengatakan anak sudah mampu membawa
barang dikedua tangannya, mampu memegang benda yang
diberikan ke arahnya.
5) Perkembangan sosialisasi (sesuai usia)
Ibu pasien mengatakan anaknya akan marah bila ada yang
mengejeknya atau ada keinginannya yang tidak dipenuhi
oleh orang tuanya
6) Perkembangan bahasa (sesuai usia)
Ibu pasien mengatakan anaknya sudah mampu berhitung 1-
10 kadang dibantu
7) Kemampuan menolong diri sendiri (sesuai usia)
Ibu mengatakan anaknya belum mampu melakukan
aktivitasnya sendiri atau masih dibantu oleh ibunya. Namun
terkadang anak mampu untuk mencoba makan sendiri
meskipun masih berserakan. Untuk toieletting anak mampu
mengungkapkan saat anak ingin BAB/BAK.
5. Pengkajian Pola Fungsional
Tabel 3.3 Pengkajian Pola Fungsional

No Pola Fungsi Fisiologis


1 Persepsi Sensori Sebelum sakit ibu pasien mengatakan anak tidak ada memiliki gangguan
pendengaran, penglihatan, penciuman, serta pengecapan, kesehatan anak sejak lahir
sehat tidak ada gangguan, imunisasi anak lengkap, saat sakit ibu membawa anak
berobat ke bidan dan dokter, ayah anak memiliki kebiasaan merokok
2 Nutrisi - Ibu pasien mengatakan anaknya berhenti mendapatkan ASI saat usia
2 tahun, namun saat sakit anak kembali ingin mendapatkan ASI
- Saat ini anak mendapatkan susu formula 3 kali dalam sehari sebanyak 250
ml. Namun saat ini anak sedikit minum air putih
- Saat ini anak ibu memberikan anak makanan 4 sehat 5 sempurna, seperti
nasi, lauk pauk, sayur serta buah-buahan namun saat sakit anak sedikit tidak
nafsu makan
- Anak menyukai makanan yang berkuah seperti sup ayam
- Biasanya anak mampu menghabiskan porsi makannya, namun saat
sakit anak menghabiskan ½ porsi makannnya
- BB lahir 3000 kg dan BB saat ini 45 cm

39
- Saat sakit anak memiliki penurunan BB 1,5 kg
- Orang tua tidak memiliki masalah dalam pemenuhan nutrisinya
3 Eliminasi - Ibu pasien mengatakan anak tidak memiliki kesulitan dalam eliminasi
- Anak menggunakan pamper selama 24 jam
- Eliminasi urin, ibu mengganti popok 3 kali dalam sehari, urin bewarna
kuning
- Eliminasi feses, ibu pasien mengatakan biasanya anak BAB 2 kali sehari,
tekstur padat, namun saat sakit anak sudah 4 kali diare sejak pagi tektur cair
terdapat serat
- Orang tua tidak memiliki gangguan pola eliminasi
4 Aktivitas dan latihan - Ibu pasien mengatakan biasanya anak mandi 2 kali sehari, namun saat sakit
anak tidak mandi melainkan hanya dilap bagian tubuhnya
- Sebelum sakit anak biasanya bermain dengan teman seusianya, anak
biasanya bermain masak-masakan, mewarnai, dan menggambar, namun saat
sakit anak hanya dialihkan oleh ibunya untuk menonton film kartun
- Kemampuan mandi, makan, toileeting, serta berpakaian masih dibantu oleh
ibunya, namun anaknya sudah mampu mengungkapkan keinginannya
- Orang tua tidak memiliki gangguan aktivitas
5 Istirahat dan tidur - Ibu pasien mengatakan anaknya tidur siang dan tidur malam pukul 20.00,
saat sakit anak lebih tampak banyak tidur
- Pada malam hari terkadang anak terbangun, posisi tidur anak terlentang
- Orang tua tidak memiliki gangguan tidur
6 Kognitif - Ibu pasien mengatakan anak dapat merespon saat berkomunikasi
dengan ibunya
- Anak sudah mampu berbicara namun terkadang kurang jelas
- Anak dapat mengikuti objek dengan matanya
- Anak tampak suka menonton film kartun
- Anak berbicara 3-4 kalimat
- Anak mampu mengungkapkan perasaan lapar, haus, sakit area tertentu
- Orang tua tidak memiliki gangguan pengindraan
7 Persepsi diri - Anak mampu mengidentitaskan dirinya, bahwa ia adalah anak wanita
- Ibu pasien mengatakan anaknya memiliki banyak teman
- Terkdang anak takut dengan hal- hal yang menakutkannya
- Orang tua mengatakan saat ini ia bingung dan tidak tau melakukan apa saat
anaknya kejang
8 Peran - Anak dengan orangtuanya memiliki interaksi yang baik
- Anak menangis saat ibunya tidak disampingnya
- Ibu pasien mengatakan Anak lebih suka bermain dengan teman sebayanya
9 Seksualitas - Ibu pasien mengatakan anak mampu mengungkapkan bahwa ia adalah
seorang wanita
- Orangtua tidak memiliki riwayat gangguan reproduksi
10 Koping - Saat pengkajian ibu pasien mengatakan bahwa anaknya khawatir dan takut
berada dirumah sakit
- Saat pengkajian tampak anak gelisah, dan tampak tegang, menangis, serta
menolak jika didekati oleh perawat
- Biasanya ibu mengalihkan perhatiannya dengan menonton film kesukaannya
- Orang tua memiliki semangat dan yakin anaknya akan sembuh
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum= Baik
b. Kesadaran Kompos Mentis
1) N= 100X/ menit
2) S= 37,2oC
3) P= 30x/ menit
4) GCS= 15 normal
5) TB= 60 cm
6) BB= 9,7 kg
c. Pemeriksaan Head To Toe
1) Kepala:
inspeksi= simetris, tidak ada lesi, rambut hitam, rambut
bersih
Palpasi= tidak teraba adanya pembengkakan dan benjolan
2) Mata
Inspeksi= Konjungtiva tampak tidak anemis, sklera tidak
ikterik, pupil isokor dan refleks cahaya , mata bersih,
penglihatan normal, tidak ada edema, mata sedikit cekung,
gerakan bola mata normal
3) Telinga
Inspeksi= bentuk simetris, lubang telinga bersih, tidak ada
memakai alat bantu
Palpasi= tidak ada nyeri tekan
Auskultasi= pendegaran berfungsi dengan baik
4) Hidung
Inspeksi= posisi simetris, tidak ada polip, tidak ada
peradangan dan bersih, anak tampak batuk berdahak
5) Mulut
Inspeksi= gigi tidak lengkap, tidak ada caries gigi, gusi
tidak meradang, lidah bersih, mukosa bibir pucat dan
kering, gigi bersih dan lengkap tidak ada caries , gusi

43
berwarna merah muda, kemampuan berbicara mengucapkan
3-4 kalimat
6) Leher
Inspeksi= tidak ada pembesaran pada kelenjer tiroid
Palpasi= tidak ada nyeri tekan
7) Dada
a) Jantung:
Inspeksi= iktus cordis tidak tampak
Palpasi= iktus cordis teraba pada mid calvicularis
sinistra ICS 5
Perkusi= batas jantung dalam batas normal
Auskultasi= bunyi jantung I-II tunggal, reguler
b) Paru
Inspeksi= pengembangan dada simetris kiri kanan,
tidak tampak sesak pada pasien, frekuensi nafas
30x/menit
Palpasi= tidak ada nyeri
tekan Perkusi= sonor
Auskultasi= vesikuler
8) Abdomen
Inspeksi= tidak ada tampak luka, perut datar
Palpasi= terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas
Perkusi= suara timpani
Aukskultasi= suara bising usus 15x/menit
9) Genetalia

Inspeksi: ibu pasien mengatakan urin anaknya bewarna


kuning, ibu mengatakan mengganti pempers 3 kali sehari,
tidak terjadi tanda- tanda infeksi saluran kemih.

Palpasi: tidak teraba penumpukan urine


10) Ekstremitas

Ekstremita atas : pergerakan simteris kiri dan kanan,


pergerakan normal, kekuatan otot lemah, tidak ada nyeri,
tangan kiri terpasang infus

Ekstremitas bawah: anak terbaring ditempat tidur, tidak ada


nyeri, kekuatan otot lemah

Kekuatan Otot

5555 5555

5555 5555

7. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan darah lengkap
Tabel 3.4 Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin 8,7 g/dL 11,5 – 12,5
Leukosit 10,9 10^3/ul 5,50 – 15,50
Eritrosit 5,11 10^3/ul 3,90 – 4,60
Hematokrit 29,3% % 34,0 – 37,0
Trombosit 445 10^3/ul 150 – 400
MCV 75,4 fL 75,0 – 81,0
MCH 25,6 Pg 24,0 – 27,0
MCHC 34,0 g/dL 31,0 – 34,0
RDW-SD 35,4 fL
RDW-CV 12,8 % 11,5 – 15,0
MPV 9,0 fL
P-LCR 16,8 %
PCT 0,20 %
Kesan : Nilai Leukosit dan eritrosit (tidak dalam batas normal)
b. Pemeriksaan Feses tanggal 13 Januari 2021
Tabel 3.5 Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Konsistensi Lembek
Warna Coklat
Eritrosit Negatif Negatif
Leukosit Negatif Negatif
Telur cacing Negatif Negatif
Amuba Negatif Negatif
Lendir Negatif Negatif
Kesan : hasil dari pemeriksaan feses dalam batas normal
8. Terapi yang Diberikan (12 Januari 2021)
Tabel 3.6 Terapi Medis
No Nama Obat Dosis Cara Frekuensi
Pemberian
1 Musera ½ sth oral 3x6 jam (07,13,19)

2 Clabat 1 sth oral 3x6 jam (07,13,19)

3 PCT Syrup 1 sth oral 3x6 jam (08,16,24)

4 Luminal 25 mg oral 2x12 jam (7,19)

5 KA – EN 10 tpm intravena 2x12 jam (12,24)


1B
6 Sibital 50 mg intravena 12 jam (24, 12)

Dihentikan tanggal 13
januari 2020 pukul 24.00
setelah 4 kali pemberian ,
dilanjutkan dengan
luminal
DATA FOKUS

Tabel 3.7 Data Fokus

Data Objektif Data Subjektif

 Ibu pasien mengatakan pasien  Pemeriksaan TTV pada pasien


kejang sudah 2 kali di rumah,
 Nadi: 100 x/menit,
1 kali pagi ini, 1 kali 15 menit
sebelum ke IGD  Pernafasan : 30 x/menit

 Ibu pasien mengatakan saat  Suhu: 37,6oC.


kejang mata melihat ke atas,
 Pasien terpasang infus KA – EN
mulut bergetar, tangan dan
1B 10 tetes / menit pada tangan
kaki pasien tidak tegang
sebelah kanan.
 Ibu pasien mengatakan pasien
 Pasien tampak istirahat dengan
belum pernah mengalami
posisi semifowler,
kejang sebelumnya
 Pasien tampak letih,
 Ibu pasien mengatakan pasien
demam sejak lebih kurang 1  Kulit tampak sedikit memerah,
minggu yang lalu, dan disertai
flu dan batuk sejak 4 hari  Akral hangat,

yang lalu  Mukosa bibir tampak kering,

 Ibu pasien mengatakan pasien  Pasien tampak batuk,


batuk berdahak dan secret
susah di keluarkan  Pasien tampak susah untuk
mengeluarkan sputum,
 Ibu pasien mengatakan kejang
tidak ada sejak pindah dari  Pasien tampak gelisah

IGD ke ruangan rawatan


 Pasien tampak tegang, menangis,
 Saat pengkajian ibu pasien serta menolak jika didekati oleh
mengatakan bahwa anaknya perawat
khawatir dan takut berada
dirumah sakit
2. Analisa Data

Tabel 3.8 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1. DS Proses Penyakit Hipertermia


a. Ibu pasien mengatakan pasien demam sejak
lebih kurang 1 minggu yang lalu, dan
disertai flu dan batuk sejak 4 hari yang lalu
DO
a. Pasien tampak istirahat dengan posisi
semifowler,
b. Pasien tampak letih,
c. Kulit tampak sedikit memerah,
d. Akral hangat,
e. Mukosa bibir tampak kering,
f. Pemeriksaan TTV
N: 100x/i
P: 30x/i
S: 37,6ºc

49
2. DS Hipoksia Jaringan Risiko Cedera
a. Ibu pasien mengatakan pasien kejang sudah
2 kali di rumah, 1 kali pagi ini, 1 kali 15
menit sebelum ke IGD
b. Ibu pasien mengatakan saat kejang mata
melihat ke atas, tangan dan kaki pasien
tidak tegang
c. Ibu pasien mengatakan pasien belum pernah
mengalami kejang sebelumnya
d. Ibu pasien mengatakan anak saat usia 18
bulan pernah jatuh ditempat tidur
DO
a. Pasien tampak istirahat dengan posisi
semifowler,
b. Pemeriksaan TTV
N: 100x/i
P: 30x/i
S: 37,6ºc
3. DS Sekresi yang tertahan Bersihan jalan napas tidak efektif
a. Ibu pasien mengatakan pasien batuk
berdahak dan secret susah di keluarkan
DO
a. Pasien tampak batuk,
b. Pasien tampak susah untuk mengeluarkan
sputum,
c. Pasien tampak gelisah
d. Pasien tampak istirahat dengan posisi
semifowler,
e. Pemeriksaan TTV
N: 100x/i
P: 30x/i
S: 37,6ºc
4 DS Kurang terpapar informasi Defisit Pengetahuan
a. Ibu pasien mengatakan pasien kejang 1
kali di rumah, 1 kali pagi saat di IGD, dan
1 kali saat diruangan

b. Ibu pasien mengatakan saat kejang ia


bingung dan tidak mampu melakukan apa
terhadap anaknya

c. Ibu selalu menanyakan kondisi anaknya


DO
a. Ibu pasien tampak gelisah dan cemas
terhadap kondisi anaknya
5 DS Krisis Situasional Ansietas
a. ibu pasien mengatakan bahwa anaknya (hospitalisasi pada anak)
khawatir dan takut berada dirumah sakit

DO
a. pasien tampak gelisah
b. Pasien tampak tegang jika didekati oleh
perawat
c. Pasien tampak menangis, serta menolak
jika didekati oleh perawat
3. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia b.d Proses Penyakit (ditandai dengan anak kejang 2x, kulit memerah, kulit terasa hangat, dan suhu
saat kejang 38,2oC)
b. Risiko Cedera b.d Hipoksia Jaringan (ditandai dengan anak kejang 2x)
c. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Sekresi yang tertahan (ditandai dengan terdapatnya sputum, batuk, anak
gelisah, dan pola napas tidak teratur)
d. Defisit Pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi (ditandai dengan ibu panik saat anak kejang)
e. Ansietas b.d hospitalisasi (ditandai dengan anak tampak gelisah, menangis, serta menolak jika didekati oleh
perawat)
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tabel 3.9 Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA SLKI SIKI

1. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi Utama (Manajemen Hipertermi)


selama 3x/24 jam diharapkan Observasi :
termoregulasi membaik dengan kriteria a. Identifikasi penyebab hipertermia
hasil : b. Monitor suhu tubuh
a. Kulit merah menurun c. Monitor haluaran urine
b. Kejang menurun
c. Hipoksia menurun Terapeutik :
d. Suhu tubuh membaik a. Sediakan lingkungan yang dingin
e. Suhu kulit membaik b. Longgarkan atau lepaskan pakaian
c. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
d. Berikan cairan oral

Edukasi
a. Anjurkan tirah baring

Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena
Intervensi Pendukung (Manajemen Kejang)
Observasi :
a. Monitor terjadinya kejang berulang
b. Monitor karakteristik kejang (Mis, aktivitas
motorik, dan progresi kejang)
c. Monitor tanda- tanda vital

Terapeutik :
a. Baringkan pasien agar tidak terjatuh
b. Berikan alas empuk dibawah kepala
c. Pertahankan kepatenan jalan napas
d. Catat durasi kejang
e. Pasang akses IV jika perlu
f. Pasang Oksigen jika perlu

Edukasi
a. Anjurkan keluarga menghindari memasukan
apapun kedalam mulut saat kejang

Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian antikovulsan, jika perlu
2. Risiko Cedera Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi Utama (Pencegahan Cedera)
selama 3x/24 jam diharapkan tingkat Observasi
cedera menurun a. Identifikasi area lingkungan yang berpotensi
Kriteria Hasil: menyebabkan cedera
a. Toleransi aktivitas meningkat b. Identifikasi obat yang berpotensi
b. Kejadian cedera menurun menyebabkan cedera
c. Ketegangan otot menurun Teraupetik
d. Gangguan mobilitas menurun a. Sediakan pencahayaan yang memadai
e. Gangguan kognitif menurun b. Gunakan lampu tidur selama jam tidur
f. Frekuensi nadi membaik c. Pastikan bel panggilan atau telepon mudah
g. Frekuensi nafas membaik dijangkau
h. Pola istirahat/ tidur membaik d. Pastikan barang-barang pribadi mudah
dijangkau
e. Pastikan roda tempat tidur terkunci
f. Gunakan pengaman tempat tidur
g. Tingkatkan pengawasan pasien

Edukasi
a. Jelaskan alasan itervensi pencegahan jatuh ke
pasien dan keluarga

3. Bersihan Jalan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi utama (Manajemen Jalan Napas)
Napas Tidak Efektif selama 3x/24 jam bersihan jalan napas Observasi
meningkat. a. Monitor pola napas
Kriteria hasil: b. Monitor bunyi napas tambahan
a. Batuk efektif meningkat c. Monitor sputum
b. Produksi sputum menurun
c. Gelisah menurun Terapeutik
d. Frekuensi napas membaik a. Pertahankan kepatena jalan napas
e. Pola napas membaik b. Posisikan semi fowler atau fowler
c. Berikan minum hangat
d. Lakukan fisioterapi dada
e. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
f. Keluarkan sumbatan benda padat
g. Berikan oksigen

Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/ hari
b. Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi
a. Pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik

4. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi Utama (Edukasi Kesehatan)
selama 3x/24 jam diharapkan tingkat Observasi :
pengetahuan membaik dengan kriteria a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
hasil : menerima informasi
a. Prilaku sesuai dengan
pengetahuan Terapeutik :
b. Pertanyaan tentang masalah yang a. Sediakan materi dan media pendidikan
dihadapi menurun kesehatan
c. Prilaku yang keliru terhadap b. Jadwalkan pendidikan kesehatan
masalah menurun c. Berikan kesemapatan bertanya
d. Prilaku membaik Edukasi
e. Kemampuan menjelaskan a. Jelaskan faktor resiko yang mempengaruhi
pengetahuan tentang suatu topik kesehatan
meningkat b. Ajarkan prilaku bersih dan sehat
c. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkat prilaku bersih dan sehat
5 Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi Pendukung (Teknik Distraksi)
selama 3x/24 jam diharapkan tingkat Observasi :
ansietas menurun pada anak dengan a. Identifikasi pilihan teknik distraksi yang
kriteria hasil : diingikan
a. Verbalisasi
kekhawatiran menurun Edukasi
b. Perilaku gelisah menurun a. Jelaskan kepada orang tua manfaat dan jenis
c. Perilaku tegang menurun distraksi bagi panca indra
d. Frekuensi nadi, pernafasan, TD b. Anjurkan menggunakan teknik distrkasi
menurun sesuai dengan kemampuan, usia,
e. Pucat menurun perkembangan
f. Pola tidur membaik c. Anjurkan membuat daftar aktivitas yang
g. Kontak mata membaik menyenangkan
h. Orientasi membaik Intervensi Pendukung (Teknik Menenangkan)
Observasi :
a. Identifikasi masalah yang dihadapi
Terapeutik :
a. Ciptakan ruangan yang tenang dan nyaman
Edukasi
a. Anjurkan mendengarkan musik yang lembut
b. Anjurkan teknik menenangkan hingga
perasaan anak menjadi tenang
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI

Tabel 3.10 Implementasi Keperawatan


No Hari/ Diagnosa Waktu Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal/
Jam

1. Selasa , 12 Hipertermi 16.00 Memberikan asuhan Pukul, 20.00


Januari keperawatan Manajemen S:
2021 Hipertermi dengan  Ibu pasien mengatakan
implementasi: anaknya masih demam
 Ibu pasien mengatakan kejang
1. Mengidentifikasi penyebab
tidak ada sejak pindah dari
hipertemi
IGD ke ruangan rawatan
2. Melakukan Monitor suhu
tubuh O:
3. Melakukan Monitor  Penyebab Hipertermi adalah
haluaran urine demam disertai flu dan batuk
4. Melonggarkan pakaian  Suhu tubuh 37,3ºC
5. Melakukan Kompres hangat  Jumlah haluaran urin 800 cc
6. Memberikan Cairan Oral  Pakaian anak telah
7. Menganjurkan tirah baring dilonggarkan
 Anak terpasang kompres
hangat
 Ibu pasien memberikan anak
air putih 200 cc, dan susu
formula 250 cc
 Pasien tampak istirahat
dengan posisi berbaring
 Pasien tampak letih,
 Kulit tampak sedikit
memerah,
 Akral hangat,
 Mukosa bibir tampak kering,
 Pasien terpasang infus KA –
EN 1B 10 tetes / menit pada
tangan sebelah kanan.
 Pemeriksaan TTV
N: 100x/i
P: 26x/i
S:37,3ºc
A:
Masalah keperawatan hipertermi
belum teratasi
P:
Implementasi dilanjutkan no
2,3,5,6
Selasa , 12 Risiko 16.00 memberikan asuhan Pukul, 20.00
Januari Cedera keperawatan pencegahan cedera
2021 dengan implementasi: S:
 Ibu pasien mengatakan kejang
1. Mengidentifikasi area tidak ada sejak pindah dari IGD
lingkungan yang berpotensi ke ruangan rawatan
menyebabkan cedera O:
2. Menyediakan pencahayaan  Posisi tempat tidur telah
yang memadai diturunkan
3. Meredukan lampu saat anak  Pengaman tempat tidur tampak
hendak tidur terpasang
4. Mengunci roda tempat tidur  Roda tempat tidur tampak
terkunci terkunci
5. Menggunakan pengaman  Keluarga pasien dianjurkan
tempat tidur meningkatkan pengawasan
6. Meningkatkan pengawasan terhadap pasien
pasien  Pemeriksaan TTV
7. Menjelaskan alasan N: 100x/i
itervensi pencegahan jatuh P: 26x/i
ke pasien dan keluarga S:37,3ºc
A:
masalah resiko cedera sebagian
teratasi
P: lanjutkan implementasi poin
4,5,6

Selasa , 12 Bersihan 16.00 Memberikan asuhan Pukul, 20.00


Januari jalan napas keperawatan manajemen jalan
2021 tidak efektif napas dengan implementasi: S:
 Ibu pasien mengatakan pasien
1. Melakukan Monitor pola batuk berdahak dan secret susah
napas di keluarkan
2. Melakukan Monitor bunyi O:
napas tambahan  Pola napas tampak teratur
3. Melakukan Monitor sputum  Tidak ada bunyi napas
4. Mempertahankan kepatenan tambahan
jalan napas  Pasien tampak susah untuk
5. Memberikan minum hangat mengeluarkan sputum
6. Melakukan fisioterapi dada  Pasien tampak istirahat dengan
7. Menganjurkan asupan posisi semifowler
cairan 2000 ml/ hari  Pemeriksaan TTV
N: 100x/i
P: 26x/i
S:37,3ºc
A:
Masalah keperawatan bersihan
jalan napas tidak efektif belum
teratasi
P: lanjutkan implementasi poin
1,2,3,4,5,6,7
Selasa , 12 Defisit 16.00 Memberikan asuhan Pukul, 20.00
Januari Pengetahuan keperawatan Edukasi Kesehatan
2021 dengan implementasi: S:
 Ibu pasien mengatakan siap
1. Mengidentifikasi kesiapan untuk menerima informasi
dan kemampuan menerima O:
informasi  Ibu mendengarkan materi
2. Menyediakan materi dan penkes tentang demam kejang
media pendidikan kesehatan yang disampaikan
tentang pencegahan kejang  Ibu memahami materi yang
berulang saat dirumah disampaikan, dan mengetahui
3. Menjadwalkan pendidikan apa yang dilakukan saat anak
kesehatan kejang
4. Menjelaskan faktor resiko  Ibu memahami prilaku hidup
yang mempengaruhi bersih dan sehat
kesehatan  Ibu tampak tidak cemas lagi
5. Mengajarkan prilaku bersih A:
dan sehat masalah defisit pengetahuan
6. Mengajarkan strategi yang teratasi
dapat digunakan untuk P: implementasi dihentikan
meningkat prilaku bersih
dan sehat
Selasa , 12 Ansietas 16.00 Memberikan asuhan Pukul, 20.00
Januari keperawatan Edukasi Kesehatan
2021 dengan implementasi: S:
 Ibu pasien mengatakan
1. Mengidentifikasi pilihan memahami tujuan dan manfaat
teknik distraksi yang distrkasi pada anak
diinginkan oleh anak O:
2. Menjelaskan tujuan dan  Anak tampak lebih memilih
manfaat distrkasi kepada menyukai menonton vidio
orangtua anak kartun daripada bernyanyi
3. Mengidentifikasi masalah  Anak takut jika didekati perawat
yang dihadapi anak apabila anak melihat jarum
4. Menciptakan ruangan yang suntik
tenang, nyaman, dan tidak  Ruangan anak tampak
bising tenang,nyaman
5. Menganjurkan orangtua  Anak tampak menonton vidio
untuk mengalihkan kartun
perhatian anak dengan  Gelisah pada anak tampak
menonton vidio kartun yang menurun
disukai anak  Tegang dan mengangis pada
6. Mengalihkan perhatian anak anak menurun
dengan mengajak anak  Orientasi mulai membaik
berhitung secara bersama-  Anak mulai memberikan kontak
sama mata jika dipanggil
A:
masalah ansietas teratasi
P: implementasi dihentikan
2. Rabu, 13 Hipertermi 08.00 Memberikan asuhan Pukul,12.00
Januari keperawatan Manajemen S:
2021 Hipertermi dengan  Ibu pasien mengatakan kejang
implementasi: tidak ada sejak pindah dari
IGD ke ruangan rawatan
2. Melakukan Monitor suhu
tubuh O:
3. Melakukan Monitor haluaran  Suhu tubuh 36,8ºC
urine  Jumlah haluaran urin 800 cc
5. Melakukan Kompres hangat  Anak terpasang kompres
6. Memberikan Cairan Oral hangat, jika panas
 Pasien tampak istirahat
dengan posisi berbaring
 Pasien tampak letih,
 Akral hangat
 Mukosa bibir masih tampak
kering,
 Pasien terpasang infus KA –
EN 1B 10 tetes / menit pada
tangan sebelah kanan.
 Pemeriksaan TTV
N: 110 x/i
P: 26x/i
S:36,8ºc
A:
Masalah keperawatan hipertermi
sebagian teratasi

P:
Implementasi dilanjutkan no
2,3,5,6

Rabu, 13 Risiko 08.00 memberikan asuhan Pukul, 12.00


Januari Cedera keperawatan pencegahan cedera
2021 dengan implementasi: S:
 Ibu pasien mengatakan kejang
4. Mengunci roda tempat tidur tidak ada sejak pindah dari IGD
terkunci ke ruangan rawatan
5. Menggunakan pengaman
tempat tidur
6. Meningkatkan pengawasan O:
pasien  Pasien terpasang infus KA – EN
1B 10 tetes / menit pada tangan
sebelah kanan.
 Pasien tampak istirahat dengan
posisi semifowler,
 Pemeriksaan TTV
N: 110 x/i
P: 26x/i
S:36,8ºc
 Pengaman tempat tidur tampak
terpasang
 Roda tempat tidur tampak
terkunci
 Keluarga pasien dianjurkan
meningkatkan pengawasan
terhadap pasien
A:
masalah resiko cedera teratasi
P: implementasi dihentikan

Rabu, 13 Bersihan 08.00 Memberikan asuhan Pukul, 12.00


Januari jalan napas keperawatan manajemen jalan
2021 tidak efektif napas dengan implementasi: S:
 Ibu pasien mengatakan pasien
1. Melakukan Monitor pola batuk berdahak dan secret susah
napas di keluarkan
2. Melakukan Monitor bunyi O:
napas tambahan  Pola napas tampak tidak teratur
3. Melakukan Monitor sputum  Tidak ada bunyi napas
4. Mempertahankan kepatenan
jalan napas tambahan
5. Memberikan minum hangat  Pasien tampak susah untuk
6. Melakukan fisioterapi dada mengeluarkan sputum
Menganjurkan asupan  Ibu pasien tampak banyak
cairan 2000 ml/ hari meminumkan air hangat dan
meminta anak untuk menelan
dahaknya
 Pasien tampak istirahat dengan
posisi semifowler
 Pemeriksaan TTV
N: 110 x/i
P: 26x/i
S:36,8ºc
A:
Masalah keperawatan bersihan
jalan naps tidak efektif belum
teratasi
P: lanjutkan implementasi poin
1,2,3,4,5,6
3. Kamis, 14 Hipertermi 08.00 Memberikan asuhan Pukul, 12.00
Januari keperawatan Manajemen S:
2021 Hipertermi dengan  Ibu pasien mengatakan kejang
implementasi: tidak ada sejak pindah dari
IGD ke ruangan rawatan, dan
2. Melakukan Monitor suhu
tubuh demam tidak ada
3. Melakukan Monitor haluaran
urine O:
5. Melakukan Kompres hangat  Suhu tubuh 36,3ºC
6. Memberikan Cairan Oral  Jumlah haluaran urin 800 cc
 Anak terpasang kompres
hangat, jika panas
 Pasien tampak istirahat
dengan posisi berbaring
 Pasien tampak letih,
 Akral hangat
 Mukosa bibir masih tampak
lembab
 Pasien terpasang infus KA –
EN 1B 10 tetes / menit pada
tangan sebelah kanan.
 Pemeriksaan TTV
N: 100 x/i
P: 26x/i
S:36,3ºc
A:
Masalah keperawatan hipertermi
teratasi
P:
Implementasi dihentikan

Kamis, 14 Bersihan 16.00 Memberikan asuhan Pukul, 12.00


Januari jalan napas keperawatan manajemen jalan
2021 tidak efektif napas dengan implementasi: S:
 Ibu pasien mengatakan pasien
1. Melakukan Monitor pola batuk sekali-kali, dahak sudah
napas tidak ada
2. Melakukan Monitor bunyi O:
napas tambahan  Pola napas tampak tidak teratur
3. Melakukan Monitor sputum  Tidak ada bunyi napas
4. Mempertahankan kepatenan tambahan
jalan napas  Pasien tampak istirahat dengan
5. Memberikan minum hangat posisi semifowler
6. Melakukan fisioterapi dada  Pemeriksaan TTV
Menganjurkan asupan N: 100 x/i
cairan 2000 ml/ hari P: 26x/i
S:36,3ºc
A:
Masalah keperawatan bersihan
jalan napas tidak efektif teratasi
P: implementasi dihentikan
BAB IV

PEMBAHASA

Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Pada An.I dengan Kejang Demam


Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina Bukittinggi Tahun
2021. Selanjutnya kelompok akan membahas permasalahan tentang Asuhan
Keperawatan Pada An.I dengan Kejang Demam . Kelompok membagi empat sub
pembahasan yaitu pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi keperawatan dan
implementasi keperawatan.
Pembahasan akan diuraikan sesuai masalah yang ditemukan dengan
menggunakan pendekatan konsep dasar yang mendukung. Kelompok akan
menguraikan tentang kesenjangan yang muncul pada asuhan keperawatan antara
teoritis dengan kasus yang kelompok kelola.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Potter
danperry, 2005). Kelompok tidak menemukan kesenjangan dalam melakukan
pengkajian pada saat membandingkan data yang diperoleh dari pengkajian
pada pasien dengan yang ada dalam teoritis. Sehingga kelompok dapat
menegakkan diagnosa keperawatan. Kelompok menegakkan diagnosa
keperawatan berdasarkan tanda dan gejala yang khas yang ada dalam teori.
Pada tinjauan teori didapatkan bahwa anak dengan demam kejang akan
mengalami tanda gejala sebagai berikut; Suhu tubuh mencapai >38⁰C, Anak
sering hilang kesadaran saat kejang, mata mendelik, tungkai dan lengan
mulai kaku, bagian tubuh anak berguncang (gejala kejang bergantung pada
jenis kejang), Kulit pucat dan membiru, dan Akral teraba dingin
(Dewanto,2009)
Pada saat pengkajian kelompok menemukan semua tanda dan gejala
khas tersebut pada pasien. Data tersebut antara lain Ibu pasien mengatakan
pasien kejang sudah 2 kali di rumah, 1 kali pagi ini, 1 kali 15 menit sebelum
ke IGD, pada saat pemeriksaan suhu di IGD didapatkan suhu tubuh anak
38,2˚C ibu pasien mengatakan saat kejang mata melihat ke atas, tangan dan
72
kaki pasien tidak tegang, ibu pasien mengatakan pasien belum pernah
mengalami kejang sebelumnya. Ibu pasien mengatakan pasien demam sejak
lebih kurang 1 minggu yang lalu, dan disertai flu dan batuk sejak 4 hari yang
lalu. Ibu pasien mengatakan pasien batuk berdahak dan secret susah di
keluarkan
Saat dilakukan pengkajian pada 12 Januari 2021 jam 14.00, dilakukan
pemeriksaan TTV pada pasien didapatkan Nadi: 100 x/menit, Pernafasan:
30x/menit dan suhu: 37,6˚C. Pasien terpasang infus KA – EN 1B 10 tetes
/menit pada tangan sebelah kanan. Saat pengkajian pasien tampak istirahat
dengan posisi semifowler, pasien tampak letih, kulit tampak sedikit memerah,
akral hangat, mukosa bibir tampak kering, ibu pasien mengatakan kejang
tidak ada sejak pindah dari IGD ke ruangan rawatan. Ibu pasien mengatakan
pasien batuk berdahak, pasien tampak batuk, pasien tampak susah untuk
mengeluarkan sputum, pasien tampak gelisah. Ibu pasien mengatakan
anaknya diare sejak pagi 4 kali, Ibu pasien serin menanyakan kondisi anaknya
dan mengatakan bahwa saat anaknya kejang ia panik dan tidak tau akan
melakukan apa untuk membantu anaknya.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon
actual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan dan perawat
mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon actual dan
potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang
berkaitan, catatan medis klien dimasa lalu yang dikumpulkan selama
pengkajian (Potter danperry, 2005).
Pada diagnosa keperawatan ditemukan kesenjangan dalam jumlah
masalah keperawatan yang ditemukan. Diagnosa – diagnosa yang ditemukan
pada prinsipnya sesuai dengan yang ada pada teori, diagnosa sesuai dengan
keluhan yang didapat dari pasien. Berikut ini keluhan yang didapat dari
pasien sehingga kelompok menegakkan 5 diagnosa keperawatan melalui data
objetik dan subjektif yang didapatkan yaitu:
a. Hipertermia b.d Proses Penyakit
b. Risiko Cedera b.d Hipoksia Jaringan
c. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Sekresi yang tertahan
d. Defisit Pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi
e. Ansietas b.d Hospitalisasi
Diagnosa yang diteggakkan didapatkan berdasarkan keluhan yang
disampaikan oleh pasien, selain itu juga berdasarkan apa yang tampak saat
pengkajian dan juga berdasarkan pemeriksaan penunjang yang dilakukan.
Semua keluhan ditampilkan dalam analisa data melalui data objektif dan data
subjektif yang terlampir pada bab 3.
Pada teori dengan asuhan keperawatan kejang demam didapatkan 6
diagnosa yang kemungkinan muncul. Namum pada kasus kelolaan yang
diteggakkan adalah 5 diagnosa. Diagnosa yang tidak ada di tinjauan kasus
yaitu yang pertama resiko gangguan perkembangan, alasan penulis tidak
menegakkan diagnosa tersebut karena tidak ada data objektif maupun data
subjektif yang mendukung untuk menengakan diagnosa tersebut seperti
pada saat pengkajian 12 januari 2021 pukul 14.00, dari hasil pengkajian
tumbuh kembang anak sesuai dengan tumbuh kembang anak seusianya.
Yang kedua diagnosa yang tidak muncul ialah resiko ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral karena saat pengkajian ibu pasien mengatakan anak kejang
tidak lebih dari 5 menit, sedangkan pada teori ialah resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral terjadi pada kejang yang berlangsung lebih dari 15
menit. Dan yang ketiga yaitu pola nafas tidak efektif, kelompok tidak
mengangkat diagnosa tersebut karena saat pengkajian kelompok tidak
menemukan data yang sesuai dengan diagnosa untuk diangkat. Sedangkan
terdapat 2 diagnosa diluar tinjauan kasus yaitu pertama bersihan jalan nafas
tidak efektif, kelompok mengangkat diagnosa tersebut karena terdapat data
yang sesuai saat pengkajian dimana anak batuk berdahak serta flu. Dan
diagnosa kedua diluar tinjauan kasus adalah ansietas, kelompok mengangkat
diagnosa tersebut karena anak tampak gelisah, takut, menangis jika didekati
oleh perawat dan keadaan dirumah sakit. Penulis hanya membuat sesuai
dengan kebutuhan klien, dan dari data yang di dapatkan hasil pengkajian.
Dalam menegakan diagnosa keperawatan, penulis tidak menemukan
adanya kesulitan atau hambatan. Hal ini didukung oleh tersedianya sumber
buku diagnosa keperawatan, data-data yang ditunjukan oleh klien sesuai
dengan konsep yang ada. Adanya kerjasama yang baik dengan perawat
ruangan dan klien secara terbuka dalam menyampaikan semua yang
dikeluhkan dan dirasakan saat ini, sehingga penulis dapat menyimpulkan 5
diangnosa.
C. Intervensi
Intervensi (perencanaan) adalah kategori dalam perilaku
keperawatan dimana tujuan yang terpusat pada klien dan hasil yang
diperkirakan dan ditetapkan sehingga perencanaan keperawatan dipilih untuk
mencapai tujuan tersebut (Potter dan Perry, 2005).
Intervensi atau perencanaan asuhan keperawatan (nursing care plan)
adalah acuan tertulis dari berbagai intervensi keperawatan yang direncanakan
dapat mengatasi diagnosis keperawatan sehingga klien dapat terpenuhi
kebutuhan dasarnya. kelompok menegakkan diagnose, kemudian membuat
rencana tindakan (intervensi) sesuai dengan diagnose yang diangkat
kelompok berdasarkan teori standar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI)
D. Implementasi
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.
Adapun faktor pendukung terlaksananya implementasi adalah:
1. Adanya Kooperatif pasien terhadap semua implementasi yang dilakukan
2. Adanya kerjasama yang baik dengan perawat ruangan dan tim kesehatan
lainnya.
Implementasi merupakan bagian aktif dari asuhan keperawatan,
yaitu perawat melakukan tindakan sesuai rencana. Implementasi yang
dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun.
Selama melakukan implementasi kelompok tidak menemukan kesulitan yang
berarti karena keluarga klien yang kooperatif dan implementasi yang
dilakukan dapat dipahami oleh keluarga klien.
Salah satu bentuk implementasi keperawatan yang dilakukan adalah
memberikan Penkes tentang kejang demam dan bagaimana pencegahan untuk
kedepannya. Kendala saat pelaksanaan impelementasi sesuai dengan
intervensi yang telah direncanakan sebelumnya ialah anak tampak tidak
kooperatif atau menolak saat didekati. Anak tampak menangis dan marah saat
implementasi diberikan salah satu contohnya ialah saat pemberian kompres
hangat tampak anak mengambil dan melepaskannya serta tampak anak
menangis, sehingga suhu tubuh yang diharapkan dapat turun seblumnya
setelah pemberian kompres hangat tidak tercapai semaksimal mungkin.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang
menundakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
penatalaksanaan yang sudah berhasil di capai (Potter dan Perry, 2005).
Evaluasi dari masalah keperawatan pasien kejang demam dari hasil
implementasi selama 12 januari 2021 sampai tanggal 14 januari 2021
didapatkan semua diagnosa yang diteggakkan pada pasien dapat teratasi,
Ketika pasien persiapan pulang, penulis memberikan edukasi kepada ibu
pasien agar orang tua selalu memonitor suhu tubuh anaknya jika demam, dan
memberikan penkes agar kejang demam tidak berulang. Ibu pasien juga
dianjurkan untuk memberikan pola makan yang sehat terhadap anaknya.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pelaksanaan dilakukan Asuhan Keperawatan Pada An.I dengan Kejang


Demam Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina
Bukittinggi Tahun 2021 selama 3 hari, berdasarkan pelaksanaan asuhan
keperawatan tersebut maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut :

1. Dalam pengkajian An.I dengan Kejang Demam, didaptkan data


sesuai dengan tinjauan teori diantaranya, pada saat kejang suhu
anak diatas 38oC, pada saat kejang ibu pasien mengatakan mata
anak melihat ketas, namun kaki dan tangan anak tidak tegang,
didaptkan data tambahan bahwa anak mengalami batuk
berdahak, serta pada pengkajian orang tua anak tampak
kurangnya pengetahuan dalam mengatasi kejang demam pada
anak

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin terdapat pada klien


dengan kejang demam tidak dapat penulis temukan semua.
Sesuai dengan data yang didapat penulis pada saat
pengkajian, ditemukan 5 diagnosa yang dapat ditegakkan pada
kasus, diagnosa tersebut antara lain : Hipertermia b.d Proses
Penyakit, Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Sekresi yang
tertahan, Risiko Cedera b.d Hipoksia Jaringan, dan Defisit
Pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi, Ansietas b.d
hospitalisasi

3. Perencanaan dirumuskan berdasarkan prioritas masalah


sekaligus memperhatikan kondisi klien serta kesanggupan
keluarga dalam kerjasama.

4. Dalam melakukan perawatan pada klien kejang demam, penulis


telah berusaha melaksanakan tindakan keperawatan sesuai
rencana keperawatan dan ditujukan untuk mencegah masalah
yang diderita klien.

5. Kesulitan yang ditemui saat pelaksanaan asuhan keperawatan


pada pasien adalah terbatasnya waktu, pemberi asuhan
keperawatan tidak bisa terlalu lama atau adanya pembatasan saat
kontak dengan pasien karena kondisi COVID-19 sehingga tidak
terlalu maksimal dalam pemberian asuhan keperawatan.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan kemudahan dalam penggunaan perpustakaan dalam


koleksi buku yang menjadi fasilitas bagi mahasiswa untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilannya dalam
menjalani praktik dan pembuatan asuhan keperawatan.

2. Bagi Lahan Praktik

Meningkatkan mutu pelayanan untuk klien dengan


melibatkan peran aktif keluarga sehingga asuhan keperawatan
dapat tercapai sesuai tujuan dan memberikan kenyamanan pada
klien.

3. Bagi Perawat

Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan


kejang demam diharapkan juga melakukan pendekatan
psikologisnya yang dibutuhkan untuk proses penyembuhan
pasien.
Daftar Pustaka

RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi. 2020. Insiden Peritonitis Tahun 2020.


Rekam medik

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan: Defenisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Ed.12. Jakarta:


EGC Christian,W.,dkk. Pengalaman Perawat dalam Penanganan
pada Anak dengan

Kejang Demam di Ruangan IGD RSUD Karangayar.2015. Stikes Kusuma


Husada. SurakartaDiaskes. http://download.portalgaruda.org.
Diaskes tanggal : 13 januari 2021

Darmandi, dkk. (2012). Diagnosis dan Tata Laksana Terkini Kejang


Demam, Lampung.http://download.portalgaruda.org. diaskes paada
tanggal : 13 januari 2021

Dewanto, G. dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata laksana Penyakit

Saraf. Jakarta: EGC. hlm 92-93.

Dewi, R. 2011.Waspadai Penyakit pada Anak.Jakarta : Indeks Penerbit

Gunawan, P.I., dkk. 2012. Faktor Resiko Kejang Demam Berulang pada
Anak. http://download.portalgaruda.org. Diaskes pada tanggal 13
januari 2021
Kakalang, J.P, dkk, 2016. Profil Kejang Demam di Bagian Ilmu Kesehatan
Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kondou Manado periode Januari 2014-
Juni 2016. http://download.portalgaruda.org. Diaskes pada tanggal
13 januari 2021

Kurnia, P & Anggraeni, L.D, Rustika, 2014. Analisis Perbedaan faktor –


faktor pada Kejang Demam Pertama dengan Kejang Demam
Berulang pada Balita di RSPI Puri Indah Jakarta.
http://download.portalgaruda.org. Diaskes pada tanggal 13 januari
2021

Lestari, T, 2016.Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika

Maling, dkk, (2016). Pengaruh Kompres Tepid Sponge Hangat Terhadap


Penurunan Suhu Tubuh pada Anak Umur 1-10 Tahun dengan
Hipertermia di RSUD Tugurejo Semarang.
http://download.portalgaruda.org. diaskes paada tanggal : 11 Juni
2016

Anda mungkin juga menyukai