DISUSUN OLEH :
Oleh:
(Ns. Liza Merianti, S. Kep, M.Kep) (Ns. Ade Sry Wahyuni, S. Kep, MS)
Preseptor Klinik
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah seminar tentang “Asuhan Keperawatan Pada An.I dengan
Kejang Demam Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina
Bukittinggi Tahun 2021 ini dengan lancar”. Penulisan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah
keperawatan anak.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari beberapa buku panduan dan hasil artikel ilmiah yang berkaitan
dengan Asuhan Keperawatan Pada An.I dengan Kejang Demam ini dengan
lancar. dan hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan kita semua dalam
bidang “Asuhan Keperawatan Pada An.I dengan Kejang Demam Di Ruang
Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina Bukittinggi Tahun 2021 ini
dengan lancar.” Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR SKEMA
2.1 WOC............................................................................... 9
3.1 Genogram.........................................................................................45
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering
terjadi pada anak, 1 dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam.
Hal ini dikarenakan, anak yang masih berusia dibawah 5 tahun sangat
rentan terhadap berbagai penyakit disebabkan system kekebalan tubuh
yang belum terbentuk secara sempurna (Harjaningrum, 2011). Kejang
pada anak dapat mengganggu kehidupan keluarga dan kehidupan social
orang tua khususnya ibu, karena stress dan rasa cemas yang luar biasa.
Bahkan, ada yang mengira anaknya akan meninggal karena kejang.
Beberapa ibu akan panik ketika anak mereka demam dan melakukan
kesalahan dalam mengatasi demam dan komplikasinya. Biasanya saat anak
demam ibu akan memakaikan pakaian tebal pada anak karna anak akan
terlihat menggigil saat demam dan kebanyakan kesalahan ibu saat anak
kejang adalah ibu menahan kekakuan pada kaki dan tangan anaknya
Kesalahan penanganan yang dilakukan oleh ibu salah satunya disebabkan
karena kurang pengetahuan dalam menangani. Memberikan informasi
kepada ibu tentang hubungan demam dan kejang itu sendiri merupakan hal
yang penting untuk menghilangkan stress dan cemas mereka (Hazaveh,
2011).
WHO memperkirakan terdapat lebih dari 21,65 juta penderita
kejang demam dan lebih 216 ribu diantaranya meninggal dengan usia
antara 1 bulan sampai 11 tahun dengan riwayat kejang demam sekitar
77%. (WHO, 2018). Di Asia angka kejadian kejang demam dilaporkan
lebih tinggi sekitar 80%-90% dari seluruh kejang demam adalah kejang
demam sederhana.(Pasaribu, 2014). Untuk penderita kejang demam di
negara Asia Tenggara didapatkan sebesar 7,2 per 1.000 anak sekolah usia
5-7 tahun Angka kejadian kejang demam di Indonesia dilaporkan
sekitar 14.254 penderita (DepkesRI, 2018). Di Provinsi Sumatera Barat
khsusnya berdasarkan laporan data RSUP Dr. M.Djamil Padang tahun
2013-2014 jumlah menyatakan bahwa angka kejadian demam kejang
1
sebayak 40 orang pasien.
Gejala yang mungkin muncul saat anak mengalami kejang demam
antara lain : Demam tinggi, kejang tonik-klonik / grand mal, pingsan,
postur ionic (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh biasanya
berlangsung selama 16-20 detik). Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi
otot yang kuat berirama, biasanya berlangsung dalam 1-2 menit), lidah
atau pipi tergigit, gigi atau rahangnya tertutup rapat, inkontinentia
(mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadaran), hilang kesadaran,
tangan dan kaki kaku tersentak-sentak, sulit bernafas, mulut mengeluarkan
busa, wajah dan kulit menjadi pucat atau kebiruan, dan mata berputar
sehingga hanya bagian putih saja yang nampak. Komplikasi yang sering
terjadi adalah : kerusakan sel otak, penurunan IQ pada demam yang
berlangsung selama 15 menit, henti nafas, epilepsy (Mansjoer Arif dkk,
2010).
Upaya yang dapat dilakukan tenaga medis khususnya perawat
untuk mencegah atau mengurangi jumlah pendederita kejang demam yaitu
dengan aspek preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Preventif, yang
pertama dengan cara memberi anak banyak minum, kedua dengan
mengompres anak dengan air hangat pada dahi, ketiak, dan lipatan siku
Selama 10-15 menit, dan ketiga dengan memakaikan anak dengan
pakaiaan yang tipis dan longgar, kemudian promotif, yaitu
denganpenyuluhan atau dengan promosi kesehatan ke masyarakat
khususnya untuk kalangan ibu-ibu agar dapat menambah pengetahuan
tentang penyebab kejang demam.
Sebenarnya banyak hal yang dapat dilakukan ibu dalam mengatasi
demam pada anak sebelum terjadi kejang dan selanjutnya membawa
kerumah sakit, kuratif yaitu dengan cara mengukur suhu dan memberikan
obat penurun panas, kompres air hangat (yang suhunya kurang lebih sama
dengan suhu badan anak) dan memberikan cairan yang cukup dapat
menurunkan suhu tubuh anak, yang terakhir yaitu dengan rehabilitatif,
dengan cara ibu dianjurkan untuk selalu rutin membawa anaknya untuk
kontrol atau cek kesehatan sesuai anjuran dokter ataupun tenaga medis
lain khususnya perawat. Ibu harus menyadari bahwa demam merupakan
salah satu factor penyebab terjadinya kejang, dikarenakan adanya
peningkatan suhu tubuh yang cepat.
Berdasarkan data rekam medik Ruang Rawat Inap Anak PAV. Siti
Fatimah RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi jumlah pasien anak demam
kejang dalam 3 bulan terkahir dari bulan Oktober 2020 sampai dengan
bulan Desember 2020 ditemukan sebanyak 13 orang. Diperlukannya
perhatian, serta penanganan yang serius terhadap anak demam kejang agar
tidak terjadinya komplikasi yang dapat mengakibatkan kematian pada
anak.
Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mampu memberikan
asuhan keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya
penurunan angka insiden demam kejang melalui upaya preventif,
promotor, kuratif dan rehabilitatif. Dalam melakukan pelayanan kesehatan
sebagai profesi keperawatan, dibutuhkan perawat yang mampu
memberikan asuhan keperawatan seoptimal mungkin sehinggga
tercapainya derajat kesehatan. Perlunya asuhan keperawatan yang sesuai
dengan standar pelayanan kesehatan, sehingga tercapainya mutu pelayanan
rumah sakit yang baik.
Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk melakukan
pemberian “Asuhan Keperawatan Pada An.I dengan Kejang Demam Di
Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina Bukittinggi Tahun
2021”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan Asuhan
Keperawatan Pada An.I dengan Kejang Demam Di Ruang Rawat
Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina Bukittinggi Tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu Melakukan Pengkajian Pada An.I dengan Kejang
Demam Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn
Sina Bukittinggi Tahun 2021
b. Mampu Melakukan Analisa Data Dan Menegakkan Diagnosa
Keperawatan Pada An.I dengan Kejang Demam Di Ruang
Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina Bukittinggi
Tahun 2021
c. Mampu Menentukan Intervensi Keperawatan Pada An.I dengan
Kejang Demam Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs
Islam Ibn Sina Bukittinggi Tahun 2021
d. Mampu Melakukan Implementasi Keperawatan Pada An.I
dengan Kejang Demam Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah
Rs Islam Ibn Sina Bukittinggi Tahun 2021
e. Mampu Melakukan Evaluasi Keperawatan Pada An.I dengan
Kejang Demam Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs
Islam Ibn Sina Bukittinggi Tahun 2021
f. Mampu Melakukan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Pada An.I dengan Kejang Demam Di Ruang Rawat Inap Anak
Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina Bukittinggi Tahun 2021
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan lebih meningkatkan kualitas pelayanan sehingga
dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik terutama pada
kasus perawatan dengan demam kejang.
2. Bagi mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan dan meningkatkan
keterampilan serta mengaplikasikan secara langsung teori- teori yang
didapatkan selama di bangku perkuliahan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. Etiologi
Hingga kini belum diketahui pasti penyebab kejang demam. Demam
sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media,
pneumonia, dan infeksi saluran kemih (Lestari, 2016).
a. Faktor-faktor prinatal
c. Faktor genetika
d. Demam
e. Gangguan metabolisme
f. Trauma
g. Neoplasma
h. Gangguan Sirkulasi
3. Klasifikasi
Pedoman mendiagnosis kejang demam menurut Livingstone :
a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
b. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih
dari 15 menit
c. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah
timbulnya demam
d. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang
normal
b. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu
sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan
c. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak
melebihi 4 kali Kejang demam yang tidak memenuhi
salah satu atau lebih dari tujuh kriteria tersebut
(modifikasi livingstone) digolongkan pada
kejang demam kompleks. (Ngastiyah, 2012).`
Widagno (2012), mengatakan berdasarkan atas studi epidemiologi,
kejang demam dibagi 3 jenis, yaitu :
a. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion),
biasanya terdapat pada anak umur 6 bulan sampai 5
tahun, disertai kenaikan suhu tubuh yang mencapai
≥ 39⁰C. Kejang bersifat umum dan tonik-klonik,
umumnya berlangsung beberapa detik/menit dan
jarang sampai 15 menit. Pada akhir kejang
kemudian diakhiri dengan suatu keadaan singkat
seperti mengantuk (drowsiness), dan bangkitan
kejang terjadi hanya sekali dalam 24 jam, anak tidak
mempunyai kelainan neurologik pada pemeriksaan
fisis dan riwayat perkembangan normal, demam
bukan disebabkan karena meningitis atau penyakit
lain dari otak.
b. Kejang demam kompleks (complex or complicated
febrile convulsion) biasanya kejang terjadi selama ≥
15 menit atau kejang berulang dalam 24 jam dan
terdapat kejang fokal atau temuan fokal dalam
masa pasca bangkitan. Umur pasien, status
neurologik dan sifat demam adalah sama dengan
kejang demam sederhana.
c. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile
seizure) biasanya sifat dan umur demam adalah sama
pada kejang demam sederhana dan sebelumnya anak
mempunyai kelainan neurologi atau penyakit akut.
Faktor resiko untuk timbulnya epilepsi merupakan
gambaran kompleks waktu bangkitan. Kejang
bermula pda umur < 12 bulan dengan kejang
4. Patofisiologi kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal
meragukan maka pemeriksaan CSS sangat diperlukan
untuk memastikan kemungkinan adanya meningitis.).
kelainan
perubahan konsentrasi
neurologis
proses demam ion di ruan ekstraseluler
perinatal/
prenatal
HIPERTERMI
ketidakseimbangan
perubahan
porensi membrane
difusi Na+ dan
ATPASE
resiko kejang K+
berulang
kurang informasi
Metabolisme meningkat
resiko kerusakan sel
neuron otak
Kebutuhan O2 Meningkat
RESIKO
(Nurarif & Kusuma, 2015) POLA NAFAS TIDAK KETIDAKEFEKTIFAN
EFEKTIF
PERFUSI CEREBRAL
6. Manifestasi Klinis
Dewanto (2009), mengatakan gambaran klinis yang dapat dijumpai
pada pasien dengan kejang demam diantaranya :
e. Akral dingin.
6) Pemeriksaan Penunjang
Menurut Dewi (2011) :
a) EEG(Electroencephalogram)
Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas
panas tidak menunjukan kelainan likuor.
Gelombang EEG lambat didaerah belakang dan
unilateral menunjukan kejang demam kompleks.
b) Lumbal Pungsi
Fungsi lumbar merupakan pemeriksaan cairan yang
ada di otak dan kanal tulang belakang (cairan
serebrospinal) untuk meneliti kecurigaan
meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah
kejang demam pertama pada bayi (usia<12 bulan)
karena gejala dan tanda meningitis pada bayi
mungkin sangat minimal atau tidak tampak. Pada
anak dengan usia > 18 bulan, fungsi lumbal
dilakukan jika tampak tanda peradangan selaput
otak, atau ada riwayat yang menimbulkan
kecurigaan infeksi sistem saraf pusat.
Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam
pertama pada bayi :
i. Memiliki tanda peradangan selaput otak
(contoh : kaku leher )
ii. Mengalami complex partial seizure
iii. Kunjungan kedokter dalam 48 jam
sebelumnya (sudah sakit dalam 48 jam
sebelumnya)
iv. Kejang saat tiba di IGD
v. Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang
berkelanjutan. Mengantuk hingga 1 jam
setelah kejang adalah normal
vi. Kejang pertama setelah usia 3 tahun
23
- Kulit terasa hangat Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
Intervensi Pendukung (Manajemen Kejang)
Observasi :
a. Monitor terjadinya kejang berulang
b. Monitor karakteristik kejang (Mis,
aktivitas motorik, dan progresi kejang)
c. Monitor tanda- tanda vital
Terapeutik :
a. Baringkan pasien agar tidak terjatuh
b. Berikan alas empuk dibawah kepala
c. Pertahankan kepatenan jalan napas
d. Catat durasi kejang
e. Pasang akses IV jika perlu
f. Pasang Oksigen jika perlu
Edukasi
a. Anjurkan keluarga menghindari
memasukan apapun kedalam mulut saat
kejang
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian antikovulsan, jika
perlu
4. Pola nafas tidak efektif Luaran Utama Intervensi Utama (Manajemen jalan nafas)
1. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama / Nama Panggilan : An. I
TTL : 18 November 2018
Usia : 2 tahun 2 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Belum Sekolah
Alamat : Panesehan
Tanggal Masuk : 12 Januari 2021 (11.25 WIB)
Tanggal Pengkajian : 12 Januari 2021 (14.00 WIB)
Diagnosa Medik : Kejang Demam Kompleks
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Ayah
Nama : Tn. A
Usia : 31 Th
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Alamat : Panesehan
b. Ibu
Nama : Ny. F
Usia : 28 Th
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Panesehan
32
3. Identitas Saudara Kandung
Tabel 3.1 Identitas Saudara Kandung
No Nama Usia Riwayat Hubungan Status
Kesehatan
Persalinan
4. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien masuk RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi melalui IGD pada
tanggal 12 Januari 2021 jam 11.25 WIB. Ibu pasien mengatakan
pasien kejang sudah 2 kali di rumah, kejang terjadi 1 kali pagi
ini, dan 1 kali terjadi saat 15 menit sebelum ke IGD, pada saat
pemeriksaan suhu di IGD didapatkan suhu tubuh anak 38,2˚C
ibu pasien mengatakan saat kejang mata melihat ke atas, mulut
bergetar, tangan dan kaki pasien tidak tegang, ibu pasien
mengatakan pasien belum pernah mengalami kejang
sebelumnya. Ibu pasien mengatakan pasien demam sejak lebih
kurang 1 minggu yang lalu, dan disertai flu dan batuk sejak 4
hari yang lalu. Ibu pasien mengatakan pasien batuk berdahak
dan secret susah di keluarkan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Saat dilakukan pengkajian pada 12 Januari 2021 jam 14.00,
dilakukan pemeriksaan TTV pada pasien didapatkan Nadi: 100
x/menit, Pernafasan: 30x/menit dan suhu: 37,6˚C. Pasien
terpasang infus KA – EN 1B 10 tetes /menit pada tangan sebelah
kanan. Saat pengkajian pasien tampak istirahat dengan posisi
semifowler, pasien tampak letih, kulit tampak sedikit memerah,
akral hangat, mukosa bibir tampak kering, ibu pasien
mengatakan kejang tidak ada sejak pindah dari IGD ke ruangan
rawatan. Ibu pasien mengatakan pasien batuk berdahak, pasien
tampak batuk, pasien tampak susah untuk mengeluarkan
sputum, pasien tampak gelisah. Ibu pasien mengatakan anaknya
diare sejak pagi 4 kali, Ibu pasien sering menanyakan kondisi
anaknya dan mengatakan bahwa saat anaknya kejang ia panik
dan tidak tau akan melakukan apa untuk membantu anaknya.
Saat pengkajian tampak anak gelisah, dan tampak tegang,
menangis, serta menolak jika didekati oleh perawat, ibu pasien
juga mengatakan bahwa anaknya khwatir dan takut berada
dirumah sakit.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu pasien mengatakan anaknya pernah demam, pilek dan batuk,
namun anak tidak pernah dirawat. Ibu pasien mengatakan
anaknya tidak memiliki riwayat kejang sebelumnya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki
riwayat penyakit keturunan seperti DM, penyakit jantung,
ataupun hipertensi. Namun ayah pasien pernah memiliki riwayat
kejang ketika masih kecil.
Genogram
3.1 Skema Genogram
RW Kejang
: laki- laki : An. I
: Perempuan :Tinggal serumah
: Hubungan pernikahan
e. Riwayat ANC-PNC
1) Antenatal care
Ibu pasien mengatakan waktu hamil ia memerksa
kehamilannya setiap trimester ke dokter kandungan. Selama
hamil ibu tidak memiliki riwayat penyakit, BB ibu waktu
hamil 68 kg. Nutrisi ibu selama hamil terpenuhi namun saat
trimester 1 sering mual dan muntah. Golongan darah ayah
O, dan golongan darah ibu O
2) Natal
Ibu melahirkan cukup bulan di rumah sakit dengan jenis
persalinan melalui persalinan normal. Ibu tidak memiliki
komplikasi saat setelah melahirkan
3) Post Natal
Kondisi bayi saat lahir sehat dan menangis kencang, tonus
otot aktif, anak saat lahir tidak mengalami gangguan, BB
lahir 3000 gram, PB lahir 45 cm.
f. Riwayat Kecelakaan
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah jatuh
g. Riwayat Perkembangan Anak
Anak tumbuh kembang sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak seusianya. Untuk kemampuan berjalan anak
sedikit terlambat dengan usia 16 bulan.
h. Riwayat Alergi
Ibu pasien mengatakan anak tidak memiliki riwayat alergi
terhadap makanan ataupun obat- obatan.
i. Riwayat Sosial
Ibu pasien mengatakan pasien memiliki banyak teman di sekitar
tempat tinggalnya.
j. Riwayat Imunisasi
Tabel 3.2 Riwayat Imunisasi
No Jenis Imunisasi Waktu Frekuensi Reaksi
Pemberian
Imunisasi
39
- Saat sakit anak memiliki penurunan BB 1,5 kg
- Orang tua tidak memiliki masalah dalam pemenuhan nutrisinya
3 Eliminasi - Ibu pasien mengatakan anak tidak memiliki kesulitan dalam eliminasi
- Anak menggunakan pamper selama 24 jam
- Eliminasi urin, ibu mengganti popok 3 kali dalam sehari, urin bewarna
kuning
- Eliminasi feses, ibu pasien mengatakan biasanya anak BAB 2 kali sehari,
tekstur padat, namun saat sakit anak sudah 4 kali diare sejak pagi tektur cair
terdapat serat
- Orang tua tidak memiliki gangguan pola eliminasi
4 Aktivitas dan latihan - Ibu pasien mengatakan biasanya anak mandi 2 kali sehari, namun saat sakit
anak tidak mandi melainkan hanya dilap bagian tubuhnya
- Sebelum sakit anak biasanya bermain dengan teman seusianya, anak
biasanya bermain masak-masakan, mewarnai, dan menggambar, namun saat
sakit anak hanya dialihkan oleh ibunya untuk menonton film kartun
- Kemampuan mandi, makan, toileeting, serta berpakaian masih dibantu oleh
ibunya, namun anaknya sudah mampu mengungkapkan keinginannya
- Orang tua tidak memiliki gangguan aktivitas
5 Istirahat dan tidur - Ibu pasien mengatakan anaknya tidur siang dan tidur malam pukul 20.00,
saat sakit anak lebih tampak banyak tidur
- Pada malam hari terkadang anak terbangun, posisi tidur anak terlentang
- Orang tua tidak memiliki gangguan tidur
6 Kognitif - Ibu pasien mengatakan anak dapat merespon saat berkomunikasi
dengan ibunya
- Anak sudah mampu berbicara namun terkadang kurang jelas
- Anak dapat mengikuti objek dengan matanya
- Anak tampak suka menonton film kartun
- Anak berbicara 3-4 kalimat
- Anak mampu mengungkapkan perasaan lapar, haus, sakit area tertentu
- Orang tua tidak memiliki gangguan pengindraan
7 Persepsi diri - Anak mampu mengidentitaskan dirinya, bahwa ia adalah anak wanita
- Ibu pasien mengatakan anaknya memiliki banyak teman
- Terkdang anak takut dengan hal- hal yang menakutkannya
- Orang tua mengatakan saat ini ia bingung dan tidak tau melakukan apa saat
anaknya kejang
8 Peran - Anak dengan orangtuanya memiliki interaksi yang baik
- Anak menangis saat ibunya tidak disampingnya
- Ibu pasien mengatakan Anak lebih suka bermain dengan teman sebayanya
9 Seksualitas - Ibu pasien mengatakan anak mampu mengungkapkan bahwa ia adalah
seorang wanita
- Orangtua tidak memiliki riwayat gangguan reproduksi
10 Koping - Saat pengkajian ibu pasien mengatakan bahwa anaknya khawatir dan takut
berada dirumah sakit
- Saat pengkajian tampak anak gelisah, dan tampak tegang, menangis, serta
menolak jika didekati oleh perawat
- Biasanya ibu mengalihkan perhatiannya dengan menonton film kesukaannya
- Orang tua memiliki semangat dan yakin anaknya akan sembuh
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum= Baik
b. Kesadaran Kompos Mentis
1) N= 100X/ menit
2) S= 37,2oC
3) P= 30x/ menit
4) GCS= 15 normal
5) TB= 60 cm
6) BB= 9,7 kg
c. Pemeriksaan Head To Toe
1) Kepala:
inspeksi= simetris, tidak ada lesi, rambut hitam, rambut
bersih
Palpasi= tidak teraba adanya pembengkakan dan benjolan
2) Mata
Inspeksi= Konjungtiva tampak tidak anemis, sklera tidak
ikterik, pupil isokor dan refleks cahaya , mata bersih,
penglihatan normal, tidak ada edema, mata sedikit cekung,
gerakan bola mata normal
3) Telinga
Inspeksi= bentuk simetris, lubang telinga bersih, tidak ada
memakai alat bantu
Palpasi= tidak ada nyeri tekan
Auskultasi= pendegaran berfungsi dengan baik
4) Hidung
Inspeksi= posisi simetris, tidak ada polip, tidak ada
peradangan dan bersih, anak tampak batuk berdahak
5) Mulut
Inspeksi= gigi tidak lengkap, tidak ada caries gigi, gusi
tidak meradang, lidah bersih, mukosa bibir pucat dan
kering, gigi bersih dan lengkap tidak ada caries , gusi
43
berwarna merah muda, kemampuan berbicara mengucapkan
3-4 kalimat
6) Leher
Inspeksi= tidak ada pembesaran pada kelenjer tiroid
Palpasi= tidak ada nyeri tekan
7) Dada
a) Jantung:
Inspeksi= iktus cordis tidak tampak
Palpasi= iktus cordis teraba pada mid calvicularis
sinistra ICS 5
Perkusi= batas jantung dalam batas normal
Auskultasi= bunyi jantung I-II tunggal, reguler
b) Paru
Inspeksi= pengembangan dada simetris kiri kanan,
tidak tampak sesak pada pasien, frekuensi nafas
30x/menit
Palpasi= tidak ada nyeri
tekan Perkusi= sonor
Auskultasi= vesikuler
8) Abdomen
Inspeksi= tidak ada tampak luka, perut datar
Palpasi= terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas
Perkusi= suara timpani
Aukskultasi= suara bising usus 15x/menit
9) Genetalia
Kekuatan Otot
5555 5555
5555 5555
7. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan darah lengkap
Tabel 3.4 Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin 8,7 g/dL 11,5 – 12,5
Leukosit 10,9 10^3/ul 5,50 – 15,50
Eritrosit 5,11 10^3/ul 3,90 – 4,60
Hematokrit 29,3% % 34,0 – 37,0
Trombosit 445 10^3/ul 150 – 400
MCV 75,4 fL 75,0 – 81,0
MCH 25,6 Pg 24,0 – 27,0
MCHC 34,0 g/dL 31,0 – 34,0
RDW-SD 35,4 fL
RDW-CV 12,8 % 11,5 – 15,0
MPV 9,0 fL
P-LCR 16,8 %
PCT 0,20 %
Kesan : Nilai Leukosit dan eritrosit (tidak dalam batas normal)
b. Pemeriksaan Feses tanggal 13 Januari 2021
Tabel 3.5 Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Konsistensi Lembek
Warna Coklat
Eritrosit Negatif Negatif
Leukosit Negatif Negatif
Telur cacing Negatif Negatif
Amuba Negatif Negatif
Lendir Negatif Negatif
Kesan : hasil dari pemeriksaan feses dalam batas normal
8. Terapi yang Diberikan (12 Januari 2021)
Tabel 3.6 Terapi Medis
No Nama Obat Dosis Cara Frekuensi
Pemberian
1 Musera ½ sth oral 3x6 jam (07,13,19)
Dihentikan tanggal 13
januari 2020 pukul 24.00
setelah 4 kali pemberian ,
dilanjutkan dengan
luminal
DATA FOKUS
49
2. DS Hipoksia Jaringan Risiko Cedera
a. Ibu pasien mengatakan pasien kejang sudah
2 kali di rumah, 1 kali pagi ini, 1 kali 15
menit sebelum ke IGD
b. Ibu pasien mengatakan saat kejang mata
melihat ke atas, tangan dan kaki pasien
tidak tegang
c. Ibu pasien mengatakan pasien belum pernah
mengalami kejang sebelumnya
d. Ibu pasien mengatakan anak saat usia 18
bulan pernah jatuh ditempat tidur
DO
a. Pasien tampak istirahat dengan posisi
semifowler,
b. Pemeriksaan TTV
N: 100x/i
P: 30x/i
S: 37,6ºc
3. DS Sekresi yang tertahan Bersihan jalan napas tidak efektif
a. Ibu pasien mengatakan pasien batuk
berdahak dan secret susah di keluarkan
DO
a. Pasien tampak batuk,
b. Pasien tampak susah untuk mengeluarkan
sputum,
c. Pasien tampak gelisah
d. Pasien tampak istirahat dengan posisi
semifowler,
e. Pemeriksaan TTV
N: 100x/i
P: 30x/i
S: 37,6ºc
4 DS Kurang terpapar informasi Defisit Pengetahuan
a. Ibu pasien mengatakan pasien kejang 1
kali di rumah, 1 kali pagi saat di IGD, dan
1 kali saat diruangan
DO
a. pasien tampak gelisah
b. Pasien tampak tegang jika didekati oleh
perawat
c. Pasien tampak menangis, serta menolak
jika didekati oleh perawat
3. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia b.d Proses Penyakit (ditandai dengan anak kejang 2x, kulit memerah, kulit terasa hangat, dan suhu
saat kejang 38,2oC)
b. Risiko Cedera b.d Hipoksia Jaringan (ditandai dengan anak kejang 2x)
c. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Sekresi yang tertahan (ditandai dengan terdapatnya sputum, batuk, anak
gelisah, dan pola napas tidak teratur)
d. Defisit Pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi (ditandai dengan ibu panik saat anak kejang)
e. Ansietas b.d hospitalisasi (ditandai dengan anak tampak gelisah, menangis, serta menolak jika didekati oleh
perawat)
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tabel 3.9 Intervensi Keperawatan
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena
Intervensi Pendukung (Manajemen Kejang)
Observasi :
a. Monitor terjadinya kejang berulang
b. Monitor karakteristik kejang (Mis, aktivitas
motorik, dan progresi kejang)
c. Monitor tanda- tanda vital
Terapeutik :
a. Baringkan pasien agar tidak terjatuh
b. Berikan alas empuk dibawah kepala
c. Pertahankan kepatenan jalan napas
d. Catat durasi kejang
e. Pasang akses IV jika perlu
f. Pasang Oksigen jika perlu
Edukasi
a. Anjurkan keluarga menghindari memasukan
apapun kedalam mulut saat kejang
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian antikovulsan, jika perlu
2. Risiko Cedera Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi Utama (Pencegahan Cedera)
selama 3x/24 jam diharapkan tingkat Observasi
cedera menurun a. Identifikasi area lingkungan yang berpotensi
Kriteria Hasil: menyebabkan cedera
a. Toleransi aktivitas meningkat b. Identifikasi obat yang berpotensi
b. Kejadian cedera menurun menyebabkan cedera
c. Ketegangan otot menurun Teraupetik
d. Gangguan mobilitas menurun a. Sediakan pencahayaan yang memadai
e. Gangguan kognitif menurun b. Gunakan lampu tidur selama jam tidur
f. Frekuensi nadi membaik c. Pastikan bel panggilan atau telepon mudah
g. Frekuensi nafas membaik dijangkau
h. Pola istirahat/ tidur membaik d. Pastikan barang-barang pribadi mudah
dijangkau
e. Pastikan roda tempat tidur terkunci
f. Gunakan pengaman tempat tidur
g. Tingkatkan pengawasan pasien
Edukasi
a. Jelaskan alasan itervensi pencegahan jatuh ke
pasien dan keluarga
3. Bersihan Jalan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi utama (Manajemen Jalan Napas)
Napas Tidak Efektif selama 3x/24 jam bersihan jalan napas Observasi
meningkat. a. Monitor pola napas
Kriteria hasil: b. Monitor bunyi napas tambahan
a. Batuk efektif meningkat c. Monitor sputum
b. Produksi sputum menurun
c. Gelisah menurun Terapeutik
d. Frekuensi napas membaik a. Pertahankan kepatena jalan napas
e. Pola napas membaik b. Posisikan semi fowler atau fowler
c. Berikan minum hangat
d. Lakukan fisioterapi dada
e. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
f. Keluarkan sumbatan benda padat
g. Berikan oksigen
Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/ hari
b. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
a. Pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik
4. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi Utama (Edukasi Kesehatan)
selama 3x/24 jam diharapkan tingkat Observasi :
pengetahuan membaik dengan kriteria a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
hasil : menerima informasi
a. Prilaku sesuai dengan
pengetahuan Terapeutik :
b. Pertanyaan tentang masalah yang a. Sediakan materi dan media pendidikan
dihadapi menurun kesehatan
c. Prilaku yang keliru terhadap b. Jadwalkan pendidikan kesehatan
masalah menurun c. Berikan kesemapatan bertanya
d. Prilaku membaik Edukasi
e. Kemampuan menjelaskan a. Jelaskan faktor resiko yang mempengaruhi
pengetahuan tentang suatu topik kesehatan
meningkat b. Ajarkan prilaku bersih dan sehat
c. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkat prilaku bersih dan sehat
5 Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi Pendukung (Teknik Distraksi)
selama 3x/24 jam diharapkan tingkat Observasi :
ansietas menurun pada anak dengan a. Identifikasi pilihan teknik distraksi yang
kriteria hasil : diingikan
a. Verbalisasi
kekhawatiran menurun Edukasi
b. Perilaku gelisah menurun a. Jelaskan kepada orang tua manfaat dan jenis
c. Perilaku tegang menurun distraksi bagi panca indra
d. Frekuensi nadi, pernafasan, TD b. Anjurkan menggunakan teknik distrkasi
menurun sesuai dengan kemampuan, usia,
e. Pucat menurun perkembangan
f. Pola tidur membaik c. Anjurkan membuat daftar aktivitas yang
g. Kontak mata membaik menyenangkan
h. Orientasi membaik Intervensi Pendukung (Teknik Menenangkan)
Observasi :
a. Identifikasi masalah yang dihadapi
Terapeutik :
a. Ciptakan ruangan yang tenang dan nyaman
Edukasi
a. Anjurkan mendengarkan musik yang lembut
b. Anjurkan teknik menenangkan hingga
perasaan anak menjadi tenang
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI
P:
Implementasi dilanjutkan no
2,3,5,6
PEMBAHASA
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
3. Bagi Perawat
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan: Defenisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Dewanto, G. dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata laksana Penyakit
Gunawan, P.I., dkk. 2012. Faktor Resiko Kejang Demam Berulang pada
Anak. http://download.portalgaruda.org. Diaskes pada tanggal 13
januari 2021
Kakalang, J.P, dkk, 2016. Profil Kejang Demam di Bagian Ilmu Kesehatan
Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kondou Manado periode Januari 2014-
Juni 2016. http://download.portalgaruda.org. Diaskes pada tanggal
13 januari 2021