BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Satu penelitian juga mengatakan bahwa kejang demam lebih sering terjadi
pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 1,25:1
(Lumantobing, 1995).
Fuadi dkk (2010) dalam penelitian studi kasus control, 164 anak dipilih
secara consecutive sampling dari pasien yang berobat di RS. Dr. Kariadi
Semarang periode bulan Januari 2008-Maret 2009. Hasil didapatkan
hubungan yang bermakna antara faktor risiko dengan terjadinya bangkitan
kejang demam yaitu faktor demam lebih dari 39°C dan faktor usia kurang 2
tahun. Namun penelitian ini belum dapat menjelaskan peran dari seluruh
faktor risiko yang diteliti dan perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk
memperoleh hasil yang lebih akurat. Dengan mengetahui faktor risiko
kejang demam sederhana seperti usia, jenis kelamin, suhu tubuh, berat badan
lahir dan riwayat kejang demam dalam keluarga, diharapkan dapat diketahui
perkiraan kemungkinan terjadinya kejang demam sederhana sehingga orang
tua pasien dapat diedukasi untuk meningkatkan kewaspadaan. Dari situlah
peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Identifikasi Faktor Resiko Kejang
Demam Sederhana pada Anak”.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan suatu masalah yaitu apakah ada
hubungan faktor risiko dengan penyakit kejang demam sederhana?
3. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Kejang demam atau fibrile convulsion adalah bangkitan kejang yang
terajadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang
disebabkan oleh proses ekstrakranium. (Lestari, 2016).
2. Etiologi
Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam sering
disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonnia,
gastroententis, dan infeksi saluran kemih. Kejang juga dapat terjadi pada
bayi yang mengalami kenaikan suhu setelah vaksnasi contohnya
vaksinasi campak, akan tetapi sangat jarang (Lestari, 2016).
6
3. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri
dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik.
Dalam keadaan normal membran yang sel neuron dapat dilalui dengan
mudah oleh ion kalium [K+] dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium
[Na+] dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida [Cl+]. Akibatnya
konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah,
sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan
jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat
perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran di perlukan
energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan
sel.
Proses
demam
Ketidakseimbangan kelainan neorologis
Pengobatan perawatan
Dan diit
dan perawatan
perubaham
suplay kurang pengetahuan/ tidak menibulkan darah ke otak
inefektif gejala sisa
penatalaksaan kejang
cemas
perfusi jaringan
kebutuaha
n oksigen
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboraturium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap,
elektrolit, dan glukosa darah dapa dilakukan walaupun kadang tidak
menunjukan kelainan yang berarti.
b. Indikasi lumbal pungsi pada kejang demam adalah untuk
menegakan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis, indikasi
lumbal pungsi pada pasien dengan kejang demam meliputi:
1) Bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala
meningitis sering tidak jelas
2) Bayi antara 12 bulan atau kurang dari satu tahun di anjurkan
untuk melakukan lumbal pungsi kecuali pasti bukan meningitis
c. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada pasien kejang demam yang
tidak khas
d. Pemeriksaan foto kepala, CT-scan, dan/atau MRI tidak di anjurkan
pada anak pada kelainan neurologis karena hampir semuanya
menunjukan gambaran normal.(Kusuma, 2013)
6. Penatalaksanaan
a. Segera beri obat penurun panas begitu suhu tubuh sudah melewati
angka 37,5
b. Kompres dengan lap hangat (yang suhu nya kurang lebih sama
dengan suhu badan) jangan kompres dengan air dingin, karena
dapat menyebapkan korsleting/benturan kuat di otak antar suhu
panas dengan kompres dingin tadi
c. Agar anak tidak cidera, pindahkan benda-benda keras atau tajam
yang berada di dekat anak.Tak perlu menahan agar tetap terbuka
dengan mengganal atau menggigitkan sesuatau di antara giginya.
Cukup miringkan tubuh anak agar penderita tidak menelan cairan
muntahannya sendiri yang bisa menggangu pernafasannya.
d. Jangan berikan minuman/makanan segera setelah berhenti kejang
karena hanya akan berpeluang membuat anak tersendak. (Oktami,
2017)
7. Komplikasi kejang demam
Komplikasi yang berkaitan dengan demam meliputi status epileptikus,
defisit koordinasi motorik, ketidak mampuan intelektual, dan masalah
prilaku.(Terri Kyle, 2012)
B. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan Aktualisasi
Diri
Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan dasar yang terganggu pada anak dengan kejang demam adalah
kebutuhan fisiologis dan kebutuhan aman nyaman :
1. Pengkajian
Tahap pengkajian merupakan merupakan pemikiran dasar
dalam memberikana asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
individu pengkajian yang lengkap, akurat sesuai kenyataan, kebenaran
data sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa keperawatan
dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon
individu ( Apriyani, 2017)
3. Rencana Keperawatan
Perencanaan merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan khusus, perncanaan keperawatan meliputi
perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis pengkajian agar
masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat teratasi (Nurjannah, 2005)
Tabel 1
Rencana Asuhan Keperawatan berdasarkan SDKI (2017), SLKI (2018), dan SIKI (2018)
1 2 3 4
1 Pola Napas Tidak Efektif Pola napas membaik Manajemen jalan napas
berhubungan dengan neorologis Observasi
gangguan kejang di tandai Dengan kriteri hasil :
Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
DS Tidak ada dispnea Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi,
Tidak ada penggunaan otot wheezing, ronkhi kering)
dispnea bantu napas Teraupetik
Frekuensi napas normal
Kedalaman napas membaik Posisikan semiflower atau flower
DO Berikan minuman hangat
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
penggunanan otot bantu Berikan oksigen, jika perlu
napas, Edukasi
takipnea.
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
jika perlu
1 2 3 4
3 Resiko perfusi serebral tidak Perfusi serebral meningkat Manajemen peningkatan tekanan
efektif di buktikan dengan
dengan kriteri hasil : intrakaranial Observasi
Masa tromboplastin parsial
abnormal,
Masa protrombin abnormal, Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi,
Tingkat kesadaran membaik gangguan metabolisme, edema serebral)
Segmen ventrikel kiri
akinetik, Tidak ada sakit kepala Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan
Aterosklerosis aortik, Tidak ada gelisah darah meningkat, bradikardi, pola napas ireguler, kesadaran
Tidak ada peningkatan tekanan menurun)
Fibrilasi atrium,
intra kranial Monitor status pernapasan monitor MAP (mean arterial
Miksoma atrium,
pressure)
Tumor otak.
Monitor CVP (central venuos pressure), JIKA PERLU
Monitor PAWP, jika perlu
Monitor PAP, jika perlu
Monitor ICP (intra cranial pressure)
Monitor glombang icp
Terapeutik
4 Resiko cidera di buktikan dengan Tingkat cidera menurun Manajemen keselamatan lingkungan
Observasi
Terdapat Dengan kriteria hasil :
ketidakamanna Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis. Kondisi fisik,
transportasi Tidak ada kejadian cidera fungsi kognitif, dan riwayat prilaku)
Perubahan orientasi afektif Luka/lecet Monitor status keselamatan lingkungan
Perubahan sensasi Teraupetik
Tidak terjadi fraktur
Klien kejang
Tekanan darah dalam batas
Hilangkan bayaha keselamatan lingkungan (mis. Fisik,
normal
biologi, dan kimia) jika memungkinkan
Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan
resiko
Edukasi
4. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independent), saling ketergantungan/kolaborasi (interdependent), dan
tindakan rujukan / ketergantungan (dependent), (Tarwoto, 2015)
5. Evaluasi keperawatan
Menurut Nurjanah (2005), evaluasi adalah proses yang berkelanjutan
untuk menilai efek dari tidakan keperawaan pada klien evaluasi terus menerus
dilakuakan pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan, digunakan komponen SOAP :
secara langsung
-
II. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan Utama :
Pasien mengalami kejang2 dirumah selama 5 menit, sebelumnya pasien
mengalami demam tinggi dengan suhu 39 C
2. Natal
a, Tempat melahirkan : Rumah sakit
b. Jenis persalinan : sectio caesarea (SC)
c. Penolong persalinan : Dr.SPOG
d. ibu pasien tidak ada mengalami komplikasi sesudah dan sebelum
melahirkan
3. Post natal
a. Kondisi bayi : segera menangis setelah lahir APGAR 8-10
b. Pasien tidak ada mengalami kelainan pada saat lahir
c. BB lahir 3000 gram PB lahir 45 cm
¤ Genogram
v
v
v v v
v : perempuan
: Laki-laki
: perempuan
2. Nutrisi metabolik
a. Pemberian ASI eksklusif hingga saa ini
b. Pemberian susu formula (Alasan pemberian, Jumlah pemberian,
Cara pemberian) : tidak ada pemberian susu formula
c. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini: tidak
ada
d. Makanan dan minuman selama 24 jam, adakah makanan
tambahan/vitamin : pasien makan makanan pendamping ASI
seperti nasi, kentang, sayur mayur, ikan dan daging segar
e. Alat makan yang digunakan tempat makan bayi
f. BB lahir dan BB saat ini : Bb lahir 3 kg, saat ini 9,5 kg
g. Status nutrisi orang tua baik, sering mengkonsumsi susu dan buah-
bauahn serta sayur mayur.
3. Pola eliminasi
a. Pola edefekasi : pasien BAB 2 kali sehari, tidak ada masalah dalam
edefeksi
b. Mengganti pakaian dalam / diapers (bayi) : sekali 2-3 jam sekali
c. Pola eliminasi urin 7-8 kali, dan menukar pempers sekali 2-3 jam
sekali
d. Orang tua : tidak ada masalah dalam eliminasi urin .
7. Muka
Inspeksi
a. Simetris / tidak : muka simetris .................................................................
b. Bentuk wajah : bulat ..........................................................................................
c. Gerakan abnormal : tidak ada
d. Ekspresi wajah : lesu karena lagi demam
Palpasi
Nyeri tekan / tidak : tidak ada nyeri tekan
Data lain : tidak ada
8. Mata
Inspeksi
a. Pelpebra : tidak edema
Tidak ada radang
b. Sclera : tidak ikterik
c. Conjungtiva : tidak ada radang
Tidak anemis
d. Pupil : - Isokor
- Myosis
- Refleks pupil terhadap cahaya : baik
e. Posisi mata :
Simetris / tidak : simetris
f. Gerakan bola mata : normal
g. Penutupan kelopak mata: normal
h. Keadaan bulu mata : baik
i. Keadaan visus : baik
j. Penglihatan : - tidak kabur
- tidak diplopia
Palpasi
Tekanan bola mata : tidak ada
Data lain : tidak ada
9. Hidung & Sinus
Inspeksi
a. Posisi hidung : simetris .....................................................................................
b. Bentuk hidung: simetris .....................................................................................
c. Keadaan septum : ada
d. Secret / cairan : tidak ada ...................................................................................
Data lain : ...................................................................................
10.Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga : simetris kiri dan kanan
b. Ukuran / bentuk telinga : simetris
c. Aurikel :
d. Lubang telinga : Bersih
e. Pemakaian alat bantu : tidak ada
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
11.Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi : bersih
- Karang gigi / karies : tidak ada
- Pemakaian gigi palsu: tidak ada
b. Gusi
Merah / radang / tidak : tidak ada
c. Lidah
Kotor / tidak : tidak
d. Bibir
- Cianosis / pucat / tidak : tidak sianosis dan pucat
- Basah / kering / pecah : bibir sedikit kering
- Mulut berbau / tidak : tidak berbau
- Kemampuan bicara : masih terbata-bata
Data lain : ..............................................................................
12.Tenggorokan
a. Warna mukosa : merah ........................................................................
b. Nyeri tekan : tidak ada ...................................................................................
c. Nyeri menelan: tidak ada
13.Leher
Inspeksi
Kelenjar thyroid : tidak membesar
Palpasi
a. Kelenjar thyroid : tidak
b. Kaku kuduk / tidak : tidak kaku kuduk
c. Kelenjar limfe : tidak membesar
Data lain : ...................................................................................
14.Thorax dan pernapasan
a. Bentuk dada : simetris kiri dan kanan .............................................................
b. Irama pernafasan : teratur .....................................................
c. Pengembangan di waktu bernapas : baik
d. Tipe pernapasan ...........................................................: normal
Data lain : .................................................................
Palpasi
a. Vokal fremitus : sama disemua lapang paru
b. Massa / nyeri : tidak ada
Auskultasi
a. Suara nafas :Vesikuler
b. Suara tambahan : Ronchi / Wheezing / Rales :
tidak ada
Perkusi
Tympani
Data lain : .................................................................
15.Jantung
Palpasi
Ictus cordis : teraba di area jantung ICS ke V
Perkusi
Pembesaran jantung : tidak ada
Auskultasi
a. BJ I : lup
b. BJ II : dup
c. BJ III :-
d. Bunyi jantung tambahan : tidak ada
Data lain : .................................................................
16.Abdomen
Inspeksi
a. Membuncit : tidak
b. Ada luka / tidak ..........................................................: tidak ada
Palpasi
a. Hepar : dalam batas normal
b. Nyeri tekan : tidak ada
Auskultasi
Peristaltik : + 15 kali permenit
Perkusi
a. Tympani : Tympani
b. Redup : tidak ada
Data lain : .................................................................
17.Genitalia dan Anus : bersih
18.Ekstremitas
Ekstremitas atas
a. Motorik
- Pergerakan kanan / kiri : normal
- Pergerakan abnormal : normal
- Kekuatan otot kanan / kiri : normal
- Tonus otot kanan / kiri : normal
- Koordinasi gerak : normal
b. Refleks
- Biceps kanan / kiri : baik
- Triceps kanan / kiri : baik
c. Sensori
- Nyeri : tidak ada
- Rangsang suhu : hangat
- Rasa raba : baik
Ekstremitas bawah
a. Motorik
- Gaya berjalan : masih terbata-bata ..................................
- Kekuatan kanan / kiri : baik
- Tonus otot kanan / kiri : baik
b. Refleks
- KPR kanan / kiri : baik
- APR kanan / kiri : baik
- Babinsky kanan / kiri : baik
c. Sensori
- Nyeri : tidak ada
- Rangsang suhu : hangat
- Rasa raba : baik
Data lain : .................................................................
19.Status Neurologi.
Saraf – saraf cranial
a. Nervus I (Olfactorius) : penghidu : tidak ada kelainan
b. Nervus II (Opticus) : Penglihatan : tidak ada kelainan
c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
- Konstriksi pupil : baik
- Gerakan kelopak mata : baik
- Pergerakan bola mata : baik
- Pergerakan mata ke bawah & dalam.........................................................: baik
d. Nervus V (Trigeminus)
- Sensibilitas / sensori : baik
- Refleks dagu : baik
- Refleks cornea : baik
e. Nervus VII (Facialis)
- Gerakan mimik : normal
- Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan......................................................: normal
f. Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : normal
g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)
- Refleks menelan : baik
- Refleks muntah : tidak ada
- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : baik
- Suara : normal
h. Nervus XI (Assesorius)
- Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : baik
- Mengangkat bahu : baik
i. Nervus XII (Hypoglossus)
- Deviasi lidah : baik
Tanda – tanda perangsangan selaput otak
a. Kaku kuduk : tidak ada
b. Kernig Sign : tidak ada
c. Refleks Brudzinski : tidak ada
d. Refleks Lasegu : tidak ada
Data lain
DO :
S : 38,5C
N : 100x/menit
P : 20x/menit
Kulit kemerahan
Kulit terasa hangat
Bibir tampak merah
DO :
Pasien tampak batuk
berdahak
Pasien tampak susah
untuk mengeluarkan
dahak
Pasien nampak susah
untuk berhenti batuk
S : 38,5C
N : 100x/menit
P : 20x/menit
DO :
Mukosa bibir kering
Makanan yang
dihabiskan hanya ¼
Bibir tampak merah
Klien tampak lelah
HB : 8,9
Diagnosa Keperawatan
1. Hipetermi b.d proses penyakit
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
3. Resiko defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan )
Intervensi Keperawatan
Edukasi:
- anjurkan tirah
baring
Kolaborasi :
- kolaborasi
pemberian cairan dan
elektrolit intravena
2. 5. Bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan Manajemen
nafas tidak efektif keperawatan selama 3x 24 Observasi :
b.d sekresi yang jam diharapkan bersihan - monitor pola nafas,
tertahan jalan nafas tidak efektif kedalaman, usaha
teratasi dengan kriteria nafas
hasil : - monitor bunyi nafas
- produksi sputum menurun tambahan
- frekuensi nafas normal - monitor
- pola nafas normal sputum(jumlah,
warna)
Terapeutik :
- pertahankan
kepatenan jalan nafas
- berikan minum air
hangat
- lakukan fisioterapy
dada jika perlu
Edukasi :
- anjurkan asupan
cairan 2000ml/hari
Kolaborasi :
- kolaborasi
pemberian
bromkodilator,
mukolitik jika perlu
3. 6. Resiko defisit keperawatan selama 3x 24 Observasi :
nutrisi b.d faktor jam diharapkan resiko - Identifikasi status
psikologis deficit nutrisi tidak terjadi nutrisi
(keengganan dengan kriteria hasil : - identifikasi alergi
untuk makan ) - pengetahuan tentang dan intoleransi
pilihan minuman yang makanan
sehat meningkat - identifikasi
- pengetahuan tentang makanan yang
standar asupan nutrisi yang disukai
tepat meningkat - identifkasi
- makan/minuman sesuai kebutuhan kalori dan
dengan tujuan kesehatan jenis nutrisi
- frekuensi makan
meingkat Terapeutik :
- nafsu makan meningkat - fasilitasi
- membrane mukosa menentukan
membaik pedoman diet (mis :
piramida makanan)
- sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
- berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- berikan makanan
yang tinggi kalori,
dan tinggi protein
- berikan suplemen
makanan jika perlu
Edukasi :
- anjurkan duduk jika
mampu
- anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
- kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
- kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori .
7.
Implementasi dan Evaluasi
Ibu pasien
mengatakan
anaknya suka
semua
makanan
tanpa
pantangan
O:
-Nasi yang
dihabiskan
sudah ½
porsi
-Membrane
mukosa
kering
A : masalah
belum
teratasi
P:
implementasi
dilanjutkan
Tanggal Dx Jam Implementasi Jam Evaluasi
22/05/21 DX I 13.00 - Mengidentifikasi 17:00 S : ibu pasien
penyebab mengatakan
hipetermia demamnya
- Monitor suhu anaknya
tubuh berangsur
- monitor haluaran turun
urine
-mempertahankan Ibu pasien
jalan nafas mengatakan
- menyediakan bibir anaknya
lingkungan yang masih merah
bagus sirkulasi
udara O:
- menganjurkan N: 95x/menit
pasien untuk Pernafasan :
memakai pakain 20x/menit
yang tipis S : 36,5C
- Menganjurkan - mukosa
pasien kompres bibir kering
hangat di dahi , - haluaran
lipatan paha dan urine 4x/hari
lipatan ketiak - infus pasien
- menganjurkan KAEN 1B
pasien untuk
banyak minum air A : masalah
putih teratasi
- manganjurkan sebagian
pasien untuk
banyak istirahat P:
- mengkolaborasi implementasi
pemberian cairan dilanjutkan
dan elektrolit
intravena
P:
implementasi
dilanjutkan
21/05/21 DX III 13.00 - mengidentifikasi 17:00 S : ibu pasien
status nutrisi mengatakan
- anaknya
Mengindentifikasi menghabiska
alergi dan n porsi
intoleransi makanan
makanan masih ½ dari
- mengidentifikasi porsi yang
makanan yang disediakan,
disukai pasien lebih
memilih
banyak
minum ASI
dan air putih
saja
dibandingkan
makanan
pendamping
ASI
Ibu pasien
mengatakan
anaknya
tidak ada
alergi
makanan
Ibu pasien
mengatakan
anaknya suka
semua
makanan
tanpa
pantangan
O:
-Nasi yang
dihabiskan
sudah ½
porsi
-Membrane
mukosa
kering
A : masalah
teratasi
P:
implementasi
dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini kelompok akan membahas tentang kasus KDS yang terjadi pada
An.A di ruang Anak RSI Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi dengan tinjauan teori. Kasus
KDS yang terjadi pada An.A disebabkan karna infeksi sistem saraf pusat, ini
sejalan dengan teori dimana salah satu penyebab KDS adalah infeksi sistem
saraf pusat. Keluhan pasien masuk rumah sakit dengan keluhan suhu diatas 38
C disertai dengan kejang kurang dari 15 menit yang berlangsung 1 kali dalam
24 jam dengan anak usia >3 tahun <6 tahun. Ibu dengan riwayat kejang
demam simplek berpeluang menurunkan kejang demam pada anaknya.
Semestinya ibu harus dapat mengontrol apabila terjadi kejang demam pada
anaknya sesegera mungkin agar dapat mencegah terjadinya kejadian kejang
demam pada anaknya. Pada pengkajian yang dilakukan pada An.A didapatkan
Pada saat pengkajian tanggal 22 mei 2021 jam12:00 wib , ibu mengatakan anak
sudah demam sejak 1 minggu yang lalu, anak kejang 1x dirumah dan sudah
berpbat kerumah bidan dan tidak ada angsuran demam anak tetap naik
turun. Suhu 38,5C, N : 80x/menit, P : 20x/menit, kulit pasien tampak
kemerahan, bibir tampak kemerahan, dan ibu pasien juga mengatakan anak
batuk berdahak sudah 3 hari yang lalu, batuk berdahak, susah mengeluarkan
dahak, ibu pasien mengatakan nafsu makan anaknya menurun, biasanya makan
3x sehari, saat sakit Cuma 2 kali sehari kadang juga 1 kali sehari dalam porsi
sedikit
BAB V PENUTUP
1. Kejang demam adalah perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan
akibat kenaikan suhu dimana suhu rectal diatas 38°C sehingga mengakibatkan
renjatan kejang yang biasanya terjadi pada anak dengan usia 3 bulan sampai 5
tahun.
2. Data yang didapat dari pengkajian berupa ibu klien mengtakan ankanya
panas, tubuh klien teraba hangat, hasil pengukuran tanda-tanda vital klien
yaitu nadi : 100x/menit, suhu : 37,2°C, RR: 30x/menit, ibu klien mengatakan
anaknya tidak nafsu makan, klien mengatakan mulutnya pahit dan malas
makan. Klien makan hanya habis 1⁄4 porsi karena klien tidak suka, klien lebih
suka makan pisang, kklien tampak lemah dan pucat, konjungtiva tampak
anemis
5. Ketiga diagnosa pada An.A telah dilakukan tindakan keperawtan oleh penulis
dan semuanya telah teratsi, baik secra penuh maupun sebgaian.
B. Saran