Anda di halaman 1dari 51

KATA PENGANTAR

Puji syukur pemakalah ucapkan kepada Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kelompok dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Kejang Demam Simplek pada An.
A”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas dari proses pembelajaran pada
mata kuliah Keperawatan Anak . Kelompok menyadari bahwa dengan
bantuan dan bimbingan dari Ibuk Ns. Ade Sri Wahyuni.S.Kep,M.Kep
sebagai CI Akademik dan Ns.Sri Betharia M, S.Kep sebagai CI Klinik
makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. 
Kelompok menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kelompok dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran dari
pembaca. Akhir kata kelompok berharap makalah ini bermanfaat khususnya
bagi kelompok sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta kelompok
mendoakan semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan
balasan dari Allah SWT. Amin
 
                       Bukittinggi, 6 Mei 2021
 

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kejang demam merupakan kejang yang diawali dengan demam. Kejang


demam merupakan salah satu kelainan saraf yang paling sering dijumpai
pada bayi dan anak. Menurut The International League Against, kejadian
kejang demam pada bayi atau anak pasti disertai suhu lebih dari 38°C tanpa
bukti adanya ketidakseimbangan elektrolit akut dan infeksi sistem saraf
pusat (Paul, 2010). Lebih 90% kejang bersifat umum, berlangsung kurang
dari 5 menit dan terjadi pada awal penyakit infeksi yang menyebabkan
demam. Infeksi akut saluran napas oleh virus adalah penyebab yang
tersering (Judith, 2013).

Kejang demam terbagi kepada kejang demam sederhana dan kompleks.


Kejang demam sederhana umum terjadi saat onset, berlangsung kurang dari
15 menit, dan tidak terjadi lebih dari sekali dalam 24 jam. Kejang kompleks
lebih tahan lama, memiliki gejala fokal, dan bisa kambuh dalam 24 jam.
Risiko terkena epilepsi lebih meningkat pada anak-anak dengan riwayat
kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana berlaku singkat dan
sedikit meningkatkan risiko pengembangan epilepsi, namun tidak ada data
efek samping pada perilaku, kesulitan belajar atau gangguan kognitif (Leena
D, 2008).

Studi epidemiologi mengatakan penyakit ini terjadi sekitar 4% pada anak


berumur 6 bulan hingga 5 tahun dan sering terkena pada anak berumur 9
hingga 20 bulan (Mark, 2002). Angka kejadian kejang demam di Swedia,
Amerika Utara dan Inggris sebesar 2-5%, terutama pada anak-anak berusia 3
bulan - 5 tahun (Paul, 2010) tapi lebih tinggi prevalensinya di negara Asia.
Di Japang, prevalensi kejang demam pada anak dilaporkan sekitar 7% atau
lebih tinggi sekitar 9-10% (Pengekuten,2012). Kejadian kejang demam di
Indonesia disebutkan terjadi pada 2-5% anak berumur 6 bulan sampai
dengan 3 tahun dan 30% diantaranya akan mengalami kejang demam
berulang. Di Indonesia khususnya didaerah tegal, jawa tengah tercatat 6
balita meninggal akibat serangan kejang demam, dari 62 kasus penderita
kejang demam (Kuncoro, 2011). Hasil penelitian Imaduddin (2013),
mengatakan kasus kejang demam di Sumatera Barat yang dirawat di bangsal
anak RSUP Dr. M. Djamil Padang pada periode Januari 2010 sampai
Desember 2012 adalah 173 kasus anak dengan kejang demam. Sedangkan
dari survey awal yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Tingkat III Dr.
Reksodiwiryo Padang pada 13 Januari 2017 ditemukan 216 orang anak
dengan kasus kejang demam pada tahun 2014. Sedangkan dalam satu tahun
terakhir terdapat skitar 112 kasus kejang demam pada anak diruangan Ibu
dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang.

Satu penelitian juga mengatakan bahwa kejang demam lebih sering terjadi
pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 1,25:1
(Lumantobing, 1995).

Kemungkinan kambuhnya kejang demam pada anak umur dibawah 12 bulan


adalah 50% dan akan menurun sampai 30% setelah anak berumur di atas 12
bulan. Kemungkinan terjadinya kambuh kembali akan meningkat menjadi
50% pada anak-anak yang mengalami kejang demam untuk yang kedua
kalinya (Ahmad Talebian, 2017).

Angka mortalitas akibat kejang demam relatif rendah. Berdasarkan studi


kohort yang dilakukan di Denmark selama 28 tahun diperoleh Case Fatality
Rate kejang demam adalah 0,42%. Resiko kematian sekitar 80% pada tahun
pertama dan 90% lebih tinggi pada tahun kedua setelah kejang demam
pertama pada anak. Namun, resiko yang lebih tinggi ini sering disebabkan
oleh anak–anak yang memiliki kelainan neurologis yang mendasarinya
terutama pada kejang demam kompleks (Vestergaard dkk., 2008).
Kejang demam sederhana mempunyai prognosis yang baik namun masih
sering menyebabkan kedua orang tua rasa cemas dan panik. Sebagian orang
tua sering melakukan kesalahan dalam menangani anak dengan demam
kejang. Kesalahan yang dilakukan salah satunya disebabkan karena kurang
pengetahun dalam mengatasi anak dengan demam kejang (Syndi Seinfeld,
2013).

Fuadi dkk (2010) dalam penelitian studi kasus control, 164 anak dipilih
secara consecutive sampling dari pasien yang berobat di RS. Dr. Kariadi
Semarang periode bulan Januari 2008-Maret 2009. Hasil didapatkan
hubungan yang bermakna antara faktor risiko dengan terjadinya bangkitan
kejang demam yaitu faktor demam lebih dari 39°C dan faktor usia kurang 2
tahun. Namun penelitian ini belum dapat menjelaskan peran dari seluruh
faktor risiko yang diteliti dan perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk
memperoleh hasil yang lebih akurat. Dengan mengetahui faktor risiko
kejang demam sederhana seperti usia, jenis kelamin, suhu tubuh, berat badan
lahir dan riwayat kejang demam dalam keluarga, diharapkan dapat diketahui
perkiraan kemungkinan terjadinya kejang demam sederhana sehingga orang
tua pasien dapat diedukasi untuk meningkatkan kewaspadaan. Dari situlah
peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Identifikasi Faktor Resiko Kejang
Demam Sederhana pada Anak”.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan suatu masalah yaitu apakah ada
hubungan faktor risiko dengan penyakit kejang demam sederhana?

3. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor risiko kejang demam


sederhana pada anak di RSI IBNU SINA BUKITTINGGI

b. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada


pasien dengan KDS
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan KDS
c. Mahasiswa mampu merumuskan intervensi keperawatan pada pasien
dengan KDS
d. Mahasiswa mampu memberikan implementasi keperawatan pada
pasien dengan KDS
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien
dengan KDS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Penyakit

1. Pengertian
Kejang demam atau fibrile convulsion adalah bangkitan kejang yang
terajadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang
disebabkan oleh proses ekstrakranium. (Lestari, 2016).

Menurut consensus statement fibrile seizures, kejang demam adalah


bangkitan kejang pada bayi dan anak, biasanya terjadi antara umur 3
bulan sampai 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti
adanya infeksi intrakranial atau penyebap lain. (Deliana,Melda, 2012)
Kejang demam di klasifikasikan menjadi dua, yaitu:

a. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)


Ciri dari kejang ini adalah Kejang berlangsung singkat, Berhenti
dalam waktu <10 menit, Tidak berlangsung dalam waktu 24 jam

b. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)


Kejang berlangsung lama >15 menit, Kejang fokal atau parsia,l
Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam (Kusuma, 2013)

2. Etiologi
Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam sering
disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonnia,
gastroententis, dan infeksi saluran kemih. Kejang juga dapat terjadi pada
bayi yang mengalami kenaikan suhu setelah vaksnasi contohnya
vaksinasi campak, akan tetapi sangat jarang (Lestari, 2016).
6

3. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri
dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik.
Dalam keadaan normal membran yang sel neuron dapat dilalui dengan
mudah oleh ion kalium [K+] dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium
[Na+] dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida [Cl+]. Akibatnya
konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah,
sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan
jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat
perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran di perlukan
energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan
sel.

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan


kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhuan oksigen akan
meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari
seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%.Oleh
karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh
sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan
“neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung
lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnoe, meningkatnya
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang
tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin
meningkatnya aktivitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak
meningkat (Lestari, 2016).Mekanisme terjadinya Kejang Demam dapat
dilihat pada gambar Patofisiologi dihalaman berikutnya.
Pathway

Infeksi bakteri rangsang mekanik dan biokimia

Virus dan parasit gangguan keseimbangan cairan &elektrolit

Reaksi inflasi perubahan konsentrasi


ion Diruang ekstraseluler

Proses
demam
Ketidakseimbangan kelainan neorologis

potensial membran perinatal/prenatal

Hipertermi ATP ASE

Resiko kejang berulang difusi Na+ dan K+

Pengobatan perawatan

Kondisi, prognosis, lanjut kejang resiko cidera

Dan diit

Kurang informasi,kondisi kurang dari lebih dari 15


menit Prognosis pengobatan 15 menit

dan perawatan

perubaham
suplay kurang pengetahuan/ tidak menibulkan darah ke otak
inefektif gejala sisa

penatalaksaan kejang
cemas

perfusi jaringan

apnea cerebral tidak


efektif

kebutuaha
n oksigen

pola napas tidak efektif

Sumber : dimodifikasi Lestari (2016), Suparjo (2010)


4. Manifestasi Klinis

Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral,


serangan klonik atau tonik-klonik. Umumnya kejangakan berhenti
sendiri. Begitu kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun untuk
sejenak tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun menangis
dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf.Adapula kejang
berlangsung lama dan mungkin terjadi kerusakan sel saraf yang menetap.
(Lestari, 2016).

Gejala dari kejang demam ini tidak berbeda dengan kejadian


kejang pada umumya. Namun, biasanya orangtua akan panik bila anak
tiba-tiba kejang atau seluruh tubuhnya menjadi kaku. Berikut ini tanda
dan gejala yang muncul : terjadi peningkatan suhu tubuh lebih dari 38oC,
mucul kekakuan tiba-tiba pada tangan dan kaki anak, telapak tangan
tampak menggenggam kuat dan menekuk ke dalam, telapak kaki tampak
menekuk ke dalam, mata melotot, namun tidak bereaksi, bibir dan gigi
saling mengatup kuat, kejang emumnya diawali kejang tonik kemudian
klonik, nadi teraba lemah, penurunan curah jantung

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboraturium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap,
elektrolit, dan glukosa darah dapa dilakukan walaupun kadang tidak
menunjukan kelainan yang berarti.
b. Indikasi lumbal pungsi pada kejang demam adalah untuk
menegakan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis, indikasi
lumbal pungsi pada pasien dengan kejang demam meliputi:
1) Bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala
meningitis sering tidak jelas
2) Bayi antara 12 bulan atau kurang dari satu tahun di anjurkan
untuk melakukan lumbal pungsi kecuali pasti bukan meningitis
c. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada pasien kejang demam yang
tidak khas
d. Pemeriksaan foto kepala, CT-scan, dan/atau MRI tidak di anjurkan
pada anak pada kelainan neurologis karena hampir semuanya
menunjukan gambaran normal.(Kusuma, 2013)
6. Penatalaksanaan
a. Segera beri obat penurun panas begitu suhu tubuh sudah melewati
angka 37,5
b. Kompres dengan lap hangat (yang suhu nya kurang lebih sama
dengan suhu badan) jangan kompres dengan air dingin, karena
dapat menyebapkan korsleting/benturan kuat di otak antar suhu
panas dengan kompres dingin tadi
c. Agar anak tidak cidera, pindahkan benda-benda keras atau tajam
yang berada di dekat anak.Tak perlu menahan agar tetap terbuka
dengan mengganal atau menggigitkan sesuatau di antara giginya.
Cukup miringkan tubuh anak agar penderita tidak menelan cairan
muntahannya sendiri yang bisa menggangu pernafasannya.
d. Jangan berikan minuman/makanan segera setelah berhenti kejang
karena hanya akan berpeluang membuat anak tersendak. (Oktami,
2017)
7. Komplikasi kejang demam
Komplikasi yang berkaitan dengan demam meliputi status epileptikus,
defisit koordinasi motorik, ketidak mampuan intelektual, dan masalah
prilaku.(Terri Kyle, 2012)
B. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

1. Teori konsep kebutuhan dasar manusia


Menurut Abraham Maslow (2001) dalam (Mubarak &
Chayatin, 2007). Banyak ahli filsafat, psikologis, dan fisiologis
menguraikan kebutuhan manusia dan membahasnya dari berbagai
segi. Orang pertama yang menguraikan kebutuhan manusia adalah
Aristoteles. Sekitar tahun 1950, Abraham Maslow seorang psikolog
dari Amerika mengembangkan teori tentang kebutuhan dasar manusia
yang lebih dikenal dengan istilah Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow.
Hirarki tersebut meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yakni :

a. Kebutuhan fisiologis (Physiologic Needs).


b. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman (Safety and Security
Needs).
c. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki (Love and Belonging
Needs).
d. Kebutuhan harga diri (Self-Esteem Needs).
e. Kebutuhan aktualisasi diri (Need for Self Actualization).
Konsep Hirarki diatas menjelaskan bahwa manusia senantiasa
berubah, dan kebutuhannya pun terus berkembang. Jika seseorang
merasakan kepuasan, ia akan menikmati kesejahteraan dan bebas
untuk berkembang menuju potensi yang lebih besar. Sebaliknya, jika
proses pemenuhan kebutuhan itu terganggu, akan timbul suatu kondisi
patologis. Karena, dengan memahami konsep kebutuhan dasar
Maslow, akan diperoleh persepsi yang sama bahwa untuk beralih ke
tingkat kebutuhan yang lebih tinggi, kebutuhan dasar dibawahnya
harus terpenuhi lebih dulu (Mubarak & Chayatin, 2007).

hirarki kebutuhan dasar Maslow dapat dilihat pada gambar dihalaman


berikutnya.
Gambar 2
Hirarki kebutuhan dasar Maslow

Kebutuhan Aktualisasi

Diri

Kebutuhan Harga Diri


Kebutuhan Rasa Cinta,

Memiliki dan Dimiliki

Kebutuhan Rasa Aman

Kebutuhan Fisiologis

Sumber : Abraham Maslow dalam (Mubarak & Chayatin, 2007)

Kebutuhan dasar yang terganggu pada anak dengan kejang demam adalah
kebutuhan fisiologis dan kebutuhan aman nyaman :

1. Kebutuhan fisiologi yang terganggu adalah : Oksigen.


Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel
dan jaringan tubuh, karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme
tubuh secara terus-menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfir melalui
proses bernafas (Tarwoto dan Wartonah, 2015).
2. Kebutuhan fisiologis yang terganggu adalah: cairan Cairan dan elektrolit
merupakan komponen tubuh yang berperan dalam memelihara pungsi tubuh
dan proses hemoestasis. Tubuh kita terdiri atas sekitar 60 % air yang tersebar di
dalam sel maupun di luar sel. Namun demikian, besarnya kandungan air
tergantung dari usia, jenis klamin, dan kandungan lemak. (Tarwoto, 2015)
3. Kebutuhan fisiologis yang terganggu adalah: keseimbangan suhu tubuh
Keseimbangan suhu tubuh merupakan kebutuhan merupakan
kebutuhan yang berpengaruh bagi manusia. Pada anak yang menderita
kejang demamtentunya suhu tubuh sangat tidak seimbang , naik nya
pengaturan suhu di hipotalamus akan men merangsang penaikan suhu
di bagian tubuh yang lain seperti otot, kulit hingga peningkatan
kontraksi otot (Tarwoto, 2015)
Untuk itu oksigen,cairan, dan suhu tubuh pada anak sangatlah penting ,
agar tidak terjadi kembali kejang demam yang berulang yang dapat
mengakibatkan rusaknya sistem saraf yang dapat menggangu
pertumbuhan pada anak. (Tarwoto, 2015)

4. Kebutuhan aman nyaman yang terganggu adalah :Resiko Cidera


Pasien yang dirawat di rumah sakit atau di rumah sangat beresiko
terjadinya trauma atau jatuh. Faktor resiko yang mempengaruhi resiko
trauma dan jatuh di antaranya ,usia pasien, pasien dengan keadaan kejang
atau kesadran menurun, pasiendalam keadaan koma, penggunaan korsi
roda yang tidak tepat (Tarwoto, 2015)

C. Konsep Proses Keperawatan Kasus Kejang Demam

Menurut Tarwoto dan wartonah (2015), proses keperawatan adalah


metode pengorganisasian yang sistematis dalam melakukan asuhan
keperawatan pada individu, klompok dan masyarakat yang berfokus pada
identifikasi dan pemecahan masalah dari respons pasien terhadap
penyakitnya.

Dalam proses keperawatan, ada lima tahap dimana tahap-tahap


tersebut tidak dapat di pisahkan dan saling berhubungan. Tahap-tahap ini
secara bersama-sama membentuk lingkaran pemikiran dan tindakan yang
kontinu, yang mengulangi kembali kontrak dengan pasien. Tahap – tahap
dalam proses keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian
Tahap pengkajian merupakan merupakan pemikiran dasar
dalam memberikana asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
individu pengkajian yang lengkap, akurat sesuai kenyataan, kebenaran
data sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa keperawatan
dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon
individu ( Apriyani, 2017)

Pengkajian pada anak kejang demam dengan peningkatan suhu tubuh


menurut (Lestari, 2016) meliputi :

a. Observasi manifestasi klinis demam.


b. Riwayat kejang.
c. Peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal (36,5-37,5 oC).
d. Kulit kemerahan dan teraba hangat
e. Peningkatan frekuensi pernafasan.
f. Takikardia dan nadi teraba lemah.
g. Diawali kejang tonik kemudian klonik 10-15 menit.
h. Kehilangan kesadaran dan tubuh kaku.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan bagian vital dalam
menentukan asuhan keperawatanyang sesuai untuk membantu klien
mencapai kesehatan yang optimal.maka dibutuhkan standar diagnosis
keperawaan yang dapat menerapkan secara nasional di indonesia
dengan mengacu pada standar diagnosis internasioanal yang telah
dibakukan sebelumnya (PPNI, 2017)
Diagnosa yang sering muncul pada anak kejang demam dengan
gangguan kebutuhan cairan menurut Lestari (2016), dan Suparjo (2010)
yaitu :

a. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan neorologis (gangguan


kejang) di tandai dengan Dispnea, penggunanan otot bantu napas,
takipnea.
b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit. Ditandai dengan :
Gelisah, Kejang, Kulit Kemerahan, Kulit terasa hangat, suhu di atas
normal
c. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak di buktikan dengan
Masa tromboplastin parsial abnormal, Masa protrombin abnormal,
Segmen ventrikel kiri akinetik, Aterosklerosis aortik, Fibrilasi atrium,
Miksoma atrium, Tumor otak.
d. Resiko cidera di buktikan dengan Terdapat ketidakamanna
transportasi, Perubahan orientasi afektif, Perubahan sensasi, Klien
kejang,
15

3. Rencana Keperawatan
Perencanaan merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan khusus, perncanaan keperawatan meliputi
perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis pengkajian agar
masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat teratasi (Nurjannah, 2005)

Tabel 1
Rencana Asuhan Keperawatan berdasarkan SDKI (2017), SLKI (2018), dan SIKI (2018)

No.DX DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI

1 2 3 4

1 Pola Napas Tidak Efektif Pola napas membaik Manajemen jalan napas
berhubungan dengan neorologis Observasi
gangguan kejang di tandai Dengan kriteri hasil :
 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
DS  Tidak ada dispnea  Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi,
 Tidak ada penggunaan otot wheezing, ronkhi kering)
 dispnea bantu napas Teraupetik
 Frekuensi napas normal
 Kedalaman napas membaik  Posisikan semiflower atau flower
DO  Berikan minuman hangat
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 penggunanan otot bantu  Berikan oksigen, jika perlu
napas, Edukasi
 takipnea.
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspetoran, mukolitik,


16

jika perlu
1 2 3 4

2 Hipertermia beruhubungan Termoregulasi membaik Manajemen hipertermia


dengan penyakit di tandai dengan Observasi
Dengan kriteria hasil :
 identifikasi penyebab hipertermi (mis. Dehidrasi, terpapar
DS : -  Menggigil lingkungan panas, penggunaan inkubator)
 Suhu tubuh normal (36,5-37,5  monitor suhu tubuh
o
DO : c)  monitor kadar elektrolit
 monitor komplikasi akibat hipertermi
 Suhu kulit normal Terapuetik
 Suhu tubuh diatas nilai
normal (36,5-37-5)  Tidak ada kejang
 Takikardi  sediakan lingkungan yang dingin
 Kulit merah  takipnea  longgarkan atau leapaskan pakain
 Kejang  basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Takipnea  beriakan cairan oral
 Kulit terasa hangat  berikan oksigen, jika perlu
Edukasi

 anjurkan tirah baring


kolaborasi

 kolaborasi pemberian cairan


Regulasi Temprature
Observasi
 monitor suhu anak tiap dua jam sekali, jika perlu
 monitor tekanan darah, frekuansi fernapasan dan nadi
 monitor warna dan suhu kulit
 monitor dan catat tanda/gejala hipertermia
Teraupetik

 pasang alat pemantau suhu kutinu, jika perlu


 tingkatkan asupan nutrisi dan cairan yang adekuat
 sesuaikan suhu ingkungan dengan kebutuahan pasien
Edukasi

jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara


dingin
Kolaborasi

 kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu


1 2 3 4

3 Resiko perfusi serebral tidak Perfusi serebral meningkat Manajemen peningkatan tekanan
efektif di buktikan dengan
dengan kriteri hasil : intrakaranial Observasi
 Masa tromboplastin parsial
abnormal,
 Masa protrombin abnormal,  Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi,
 Tingkat kesadaran membaik gangguan metabolisme, edema serebral)
 Segmen ventrikel kiri
akinetik,  Tidak ada sakit kepala  Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan
 Aterosklerosis aortik,  Tidak ada gelisah darah meningkat, bradikardi, pola napas ireguler, kesadaran
 Tidak ada peningkatan tekanan menurun)
 Fibrilasi atrium,
intra kranial  Monitor status pernapasan monitor MAP (mean arterial
 Miksoma atrium,
pressure)
 Tumor otak.
 Monitor CVP (central venuos pressure), JIKA PERLU
 Monitor PAWP, jika perlu
 Monitor PAP, jika perlu
 Monitor ICP (intra cranial pressure)
 Monitor glombang icp
Terapeutik

 Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang


tenang
 Berikan posisi semiflower
 Egah terjadinya kejang
 Pertahankan suhu tubh normal
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konsulvan , jika perlu


 Kolaborasi pemberian diuretik osmosis,jika
perlu Kolaborasi pemberian pelunak tinja
1 2 3 4

4 Resiko cidera di buktikan dengan Tingkat cidera menurun Manajemen keselamatan lingkungan
Observasi
 Terdapat Dengan kriteria hasil :
ketidakamanna  Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis. Kondisi fisik,
transportasi  Tidak ada kejadian cidera fungsi kognitif, dan riwayat prilaku)
 Perubahan orientasi afektif  Luka/lecet  Monitor status keselamatan lingkungan
 Perubahan sensasi Teraupetik
 Tidak terjadi fraktur
 Klien kejang
 Tekanan darah dalam batas
 Hilangkan bayaha keselamatan lingkungan (mis. Fisik,
normal
biologi, dan kimia) jika memungkinkan
 Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan
resiko
Edukasi

 Anjurkan individu, kluarga dan kelompok resiko tinggi


bahaya lingkungan
19

4. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independent), saling ketergantungan/kolaborasi (interdependent), dan
tindakan rujukan / ketergantungan (dependent), (Tarwoto, 2015)

5. Evaluasi keperawatan
Menurut Nurjanah (2005), evaluasi adalah proses yang berkelanjutan
untuk menilai efek dari tidakan keperawaan pada klien evaluasi terus menerus
dilakuakan pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan, digunakan komponen SOAP :

S : data subjektif, data yang didapatkan dari keluhan klien langsung O :


data objektif, data yang di dapatkan dari hasil observasi perawat

secara langsung

A : analisis, merupakan interpretasi dari subjektif dan objektif. analisa


merupakan diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat
di tuliskan masalah baru yang terjadi akibat prubahan status kesehatan
klien.

P : planning, dari perencanaan keperawatan yang akan dilakukan, dilanjutkan,


dimodifikasi dari rencana tindakan yang telah dilakukan sebelumnya.
FORMAT PENGKAJIAN
RUANG PERAWATAN ANAK
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan: An.A
2. Tempat tgl lahir/usia : Bukitinggi, 24 Mei 2020
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. A g a m a : Islam
5. Pendidikan : Belum sekolah
6. Alamat : Mandiangin Bukttinggi
7. Tgl masuk : 21 Mei 2021 (jam 14:30)
8. Tgl pengkajian : 22 Mei 2021
9. Diagnosa medik : KDS (kejang demam simplek)

B. Identitas Orang tua


1. Ayah
a. N a m a : Tn.R
b. U s i a : 24 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : wiraswasta
e. A g a m a : Islam
f. Alamat : Mandiangin Bukittinggi
2. Ibu
a. N a m a : Ny.N
b. U s i a : 23 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan/Sumber penghasilan: Ibu Rumah Tangga
e. Agama : Islam
f. Alamat : Mandiangin, Bukittinggi

C. Identitas Saudara Kandung


N NAM USI
HUBUNGAN STATUS KESEHATAN
o A A

-
II. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan Utama :
Pasien mengalami kejang2 dirumah selama 5 menit, sebelumnya pasien
mengalami demam tinggi dengan suhu 39 C

B. Riwayat Kesehatan Sekarang :


Pada saat pengkajian tanggal 22 mei 2021 jam12:00 wib , ibu
mengatakan anak sudah demam sejak 1 minggu yang lalu, anak kejang 1x
dirumah dan sudah berpbat kerumah bidan dan tidak ada angsuran
demam anak tetap naik turun. Suhu 38,5C, N : 80x/menit, P : 20x/menit,
kulit pasien tampak kemerahan, bibir tampak kemerahan, dan ibu pasien
juga mengatakan anak batuk berdahak sudah 3 hari yang lalu, batuk
berdahak, susah mengeluarkan dahak, ibu pasien mengatakan nafsu
makan anaknya menurun, biasanya makan 3x sehari, saat sakit Cuma 2
kali sehari kadang juga 1 kali sehari dalam porsi sedikit
C. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Ibu pasien mengatakan anaknya dulu juga pernah demam, batuk dan flu
ringan
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
ibu pasien mengaakan bahwa ibu klien dulu juga pernah ada riwayat
kejang dan tidak ada penyakit keturunan yang lainnya, seperti Hipertensi,
DM, dan Jantung.
E. Riwayat Kesehatan Lalu Ibu Pasien
(khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)
1. Prenatal care
a. Ibu memeriksakan kehamilannya setiap mingu di puskemas
Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu adalah mual dan
munah, tapi oleh dokter dianjurkan untuk bayak mengkonsumsi
buah-buahan dan menganjurkan banyak isrirahat dan menghindari
pemicu dari mual dan muntah
b. Riwayat terkena radiasi : pasien tidak ada terpapar bahaya radiasi
c. Kebutuhan nutrisi selama hamil : Ibu pasien meminum susu dan
obat ambahan dari doker kandungan
c. Riwayat berat badan selama hamil : Berat badan Ibu pasien selama
hamil dalam batas normal , sebelum hamil 50 kg saat hamil naik menjadi 68kg
e. Riwayat Imunisasi TT : lengkap
f. Golongan darah ibu adalah O , sedangkan Golongan darah ayah O

2. Natal
a, Tempat melahirkan : Rumah sakit
b. Jenis persalinan : sectio caesarea (SC)
c. Penolong persalinan : Dr.SPOG
d. ibu pasien tidak ada mengalami komplikasi sesudah dan sebelum
melahirkan

3. Post natal
a. Kondisi bayi : segera menangis setelah lahir APGAR 8-10
b. Pasien tidak ada mengalami kelainan pada saat lahir
c. BB lahir 3000 gram PB lahir 45 cm

(Untuk semua Usia)


¤ Klien tidak pernah mengalami penyaki serius ketika bayi
¤ Klien tidak ada mengalami riwayat kecelakaan
¤ Klien tidak ada mengkonsumsi obat-obatan berbahaya tanpa anjuran
dokter
¤ Klien tidak ada memiliki riwayat alergi makanan terhadap apapun

F. Riwayat Kesehatan Keluarga


Penyakit yang pernah / sedang diderita oleh keluarga ( baik
berhubungan /tidak berhubungan dengan penyakit yang diderita klien )

¤ Genogram
v

v
v v v

Ket : v : perempuan sudah meninggal


: laki-laki sudah meninggal

v : perempuan

: Laki-laki

: perempuan

III . Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)


Jenis Waktu Frekuens Reaksi setelah Frekuens
NO
immunisasi pemberian i pemberian i
1. BCG Umur 1 bulan 1 kali
DPT (I,II,III) Umur 4 bulan, 4 kali
2.
18 bulan
Polio 1,2,3,4 bulan 4 kali
3.
(I,II,III,IV)
Campak 9 bulan, 18 2 kali
4.
bulan
5. Hepatitis 3 bulan 2 kali
IV. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh anak adalah orang tua dan alasannya orang tua dari
pasien bekerja
2. Pembawaan umum pasien tampak pemalu namun dia periang dan aktif
3. Lingkungan rumah pasien bersih , keamanan terjaga, ventilasi ada, letak
barang-barang teratur

V. Riwayat Tumbuh Kembang


A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : 9,5 kg
2. Tinggi badan : 60 cm.
3. Waktu tumbuh gigi 12 bulan
B. Perkembangan Tiap tahap
Usia anak saat
1. Berguling : 4 bulan
2. Duduk : 6 bulan
3. Merangkak : 7-8 bulan
4. Berdiri : 9-10 bulan
5. Berjalan : 1 tahun
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : 4 bulan
7. Bicara pertama kali : 1,5 tahun dengan menyebutkan :
ma,pa,ba
8. Berpakaian tanpa bantuan : belum bisa

Pemeriksaan tingkat perkembangan (DDST II) :


1. Kemandirian dan bergaul :
Klien mudah akrab dengan orang dan orangnya ceria
2. Motorik halus
Klien sudah pandai berjalan walaupunbelum lanncar
3. Kognitif dan bahasa
Klien sudah mampu mengucapkan ma,pa,ba
4. Motoril kasar
Klien sudah mampu bermain dan mengerti dengan benda yang ia
pegang
V. Pengkajian Pola Fungsi Gordon
1. Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
a. Status kesehatan anak sejak lahir : sejak lahir klientidak ada
mengalami penyakit serius seperti kejang. Cuma hanya saja demam
dan flu ringan
b. Pemeriksaan kesehatan secara rutin, imunisasi pun dilakukan orang
ua pasien secara lengkap
c. Penyakit yang menyebabkan anak absent dari sekolah : tidak ada ,
anak belum sekolah
d. Kebiasaan merokok orang tua : ayah pasien merokok, Cuma hanya
diluar rumah saja.

2. Nutrisi metabolik
a. Pemberian ASI eksklusif hingga saa ini
b. Pemberian susu formula (Alasan pemberian, Jumlah pemberian,
Cara pemberian) : tidak ada pemberian susu formula
c. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini: tidak
ada
d. Makanan dan minuman selama 24 jam, adakah makanan
tambahan/vitamin : pasien makan makanan pendamping ASI
seperti nasi, kentang, sayur mayur, ikan dan daging segar
e. Alat makan yang digunakan tempat makan bayi
f. BB lahir dan BB saat ini : Bb lahir 3 kg, saat ini 9,5 kg
g. Status nutrisi orang tua baik, sering mengkonsumsi susu dan buah-
bauahn serta sayur mayur.

3. Pola eliminasi
a. Pola edefekasi : pasien BAB 2 kali sehari, tidak ada masalah dalam
edefeksi
b. Mengganti pakaian dalam / diapers (bayi) : sekali 2-3 jam sekali
c. Pola eliminasi urin 7-8 kali, dan menukar pempers sekali 2-3 jam
sekali
d. Orang tua : tidak ada masalah dalam eliminasi urin .

4. Aktivitas dan pola latihan


a. Rutinitas mandi : mandi 2 kali sehari pagi dan sore hari
b. Kebersihan sehari-hari : ibu pasien sangat memperhatikan
kebersihan klien sehari-hari

c. Tingkat aktivitas anak/bayi secara umum, bermain mobil-mobilan


bersama orang tua dan terjadang bersama neneknya.
d. Pasien untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masih di banu oleh
orang tua
e. Orang tua : pemeliharaan anak dan rumah sudah cukup baik
dilakukan oleh orang tua pasien
5. Pola istirahat tidur
a. Pola istirahat / tidur anak :Tidur siang kurang lebih 3 jam , idur
malam 8 jam
b. Tidak ada perubahan pola tidur anak
c. Posisi tidur anak terlentang terkadang tengkurap
d. Pola tidur orang tua teratur

6. Pola kognitif – persepsi


a. Reponsive secara umum anak : An.A ini adalah anak yang cepat
tanggap, walaupun usianya masih 1 tahun, tapi dia sudah paham
ketika kita memanggil namanya, bermain dengan benda yang ia
pegang sepeti melempar bola dll.
b. Apakah anak mengikuti objek dengan matanya? : iya , dengan
sangat baik
c. Respon untuk meraih mainan : ketika diberikan mainan,anak ini
berusaha untuk meraihnya.
d. An. A sudah mampu mengucapkan kata ma,pa,ba
e. Kemampuan anak untuk mengidentifikasi kebutuhan : lapar, haus,
nyeri, tidak nyaman.: sudah mampu
f. Orang tua : Masalah dengan penglihatan, pendengaran, sentuhan,
dsb. : tidak ada masalah

7. Pola peran – hubungan


a. Struktur keluarga. : terdiri dari keluarga inti, ayah, ibu dan anak
b. Masalah / stressor keluarga : tidak ada
c. Interaksi antara anggota keluarga dan anak. : sangat baik
d. Orang tua : Peran ikatan? Kepuasan? Pekerjaan / social / hubungan
perkawinan : sudah baik
8. Nilai – pola keyakinan
a. Perkembangan moral anak, pemilihan perilaku, komitmen?
Keyakinan akan kesehatan, keyakinan agama : orsng tua An.A
telah menanamkan moral yang baik kepada anaknya, seperti
bersalaman kepada orang yang lebih tua, dan mengajarkan di
dalam agamanya bahwa lebih menghargai orng yang lebih tua,
terutama orang tuanya sendiri.
b. Orang tua An.A meyakini bahwa setiap penyakit pasti ada
obatnya, karena itu ia selalu ikhtiar ketika suatu penyakit
menimpa anaknya.

VI. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda – tanda vital :
a. Denyut nadi : 100x / menit
b. Suhu : 37,2 o C
c. Pernapasan : 30x/ menit
4. Berat Badan : 9,7 kg
5. Tinggi Badan : 70 cm
6. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut & Hygiene kepala :bersih
a. Warna rambut : hitam
b. Penyebaran : rata
c. Mudah rontok : tidak ada
d. Kebersihan rambut : bersih
Palpasi
Benjolan : ada / tidak ada : tidak ada benjolan
Nyeri tekan : ada / tidak ada : tidak ada nyeri tekan
Tekstur rambut : kasar/halus : tekstur rambut halus

7. Muka
Inspeksi
a. Simetris / tidak : muka simetris .................................................................
b. Bentuk wajah : bulat ..........................................................................................
c. Gerakan abnormal : tidak ada
d. Ekspresi wajah : lesu karena lagi demam
Palpasi
Nyeri tekan / tidak : tidak ada nyeri tekan
Data lain : tidak ada

8. Mata
Inspeksi
a. Pelpebra : tidak edema
Tidak ada radang
b. Sclera : tidak ikterik
c. Conjungtiva : tidak ada radang
Tidak anemis
d. Pupil : - Isokor
- Myosis
- Refleks pupil terhadap cahaya : baik
e. Posisi mata :
Simetris / tidak : simetris
f. Gerakan bola mata : normal
g. Penutupan kelopak mata: normal
h. Keadaan bulu mata : baik
i. Keadaan visus : baik
j. Penglihatan : - tidak kabur
- tidak diplopia
Palpasi
Tekanan bola mata : tidak ada
Data lain : tidak ada
9. Hidung & Sinus
Inspeksi
a. Posisi hidung : simetris .....................................................................................
b. Bentuk hidung: simetris .....................................................................................
c. Keadaan septum : ada
d. Secret / cairan : tidak ada ...................................................................................
Data lain : ...................................................................................
10.Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga : simetris kiri dan kanan
b. Ukuran / bentuk telinga : simetris
c. Aurikel :
d. Lubang telinga : Bersih
e. Pemakaian alat bantu : tidak ada
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan

Pemeriksaan uji pendengaran


a. Rinne : tidak dilakukan
b. Weber : tidak dilakukan
c. Swabach : tidak dilakukan
Pemeriksaan vestibuler : tidak dilakukan
Data lain : tidak ada

11.Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi : bersih
- Karang gigi / karies : tidak ada
- Pemakaian gigi palsu: tidak ada
b. Gusi
Merah / radang / tidak : tidak ada
c. Lidah
Kotor / tidak : tidak
d. Bibir
- Cianosis / pucat / tidak : tidak sianosis dan pucat
- Basah / kering / pecah : bibir sedikit kering
- Mulut berbau / tidak : tidak berbau
- Kemampuan bicara : masih terbata-bata
Data lain : ..............................................................................
12.Tenggorokan
a. Warna mukosa : merah ........................................................................
b. Nyeri tekan : tidak ada ...................................................................................
c. Nyeri menelan: tidak ada
13.Leher
Inspeksi
Kelenjar thyroid : tidak membesar
Palpasi
a. Kelenjar thyroid : tidak
b. Kaku kuduk / tidak : tidak kaku kuduk
c. Kelenjar limfe : tidak membesar
Data lain : ...................................................................................
14.Thorax dan pernapasan
a. Bentuk dada : simetris kiri dan kanan .............................................................
b. Irama pernafasan : teratur .....................................................
c. Pengembangan di waktu bernapas : baik
d. Tipe pernapasan ...........................................................: normal
Data lain : .................................................................
Palpasi
a. Vokal fremitus : sama disemua lapang paru
b. Massa / nyeri : tidak ada
Auskultasi
a. Suara nafas :Vesikuler
b. Suara tambahan : Ronchi / Wheezing / Rales :
tidak ada
Perkusi
Tympani
Data lain : .................................................................
15.Jantung
Palpasi
Ictus cordis : teraba di area jantung ICS ke V
Perkusi
Pembesaran jantung : tidak ada

Auskultasi
a. BJ I : lup
b. BJ II : dup
c. BJ III :-
d. Bunyi jantung tambahan : tidak ada
Data lain : .................................................................
16.Abdomen
Inspeksi
a. Membuncit : tidak
b. Ada luka / tidak ..........................................................: tidak ada
Palpasi
a. Hepar : dalam batas normal
b. Nyeri tekan : tidak ada
Auskultasi
Peristaltik : + 15 kali permenit
Perkusi
a. Tympani : Tympani
b. Redup : tidak ada
Data lain : .................................................................
17.Genitalia dan Anus : bersih
18.Ekstremitas
Ekstremitas atas
a. Motorik
- Pergerakan kanan / kiri : normal
- Pergerakan abnormal : normal
- Kekuatan otot kanan / kiri : normal
- Tonus otot kanan / kiri : normal
- Koordinasi gerak : normal
b. Refleks
- Biceps kanan / kiri : baik
- Triceps kanan / kiri : baik
c. Sensori
- Nyeri : tidak ada
- Rangsang suhu : hangat
- Rasa raba : baik

Ekstremitas bawah
a. Motorik
- Gaya berjalan : masih terbata-bata ..................................
- Kekuatan kanan / kiri : baik
- Tonus otot kanan / kiri : baik
b. Refleks
- KPR kanan / kiri : baik
- APR kanan / kiri : baik
- Babinsky kanan / kiri : baik
c. Sensori
- Nyeri : tidak ada
- Rangsang suhu : hangat
- Rasa raba : baik
Data lain : .................................................................
19.Status Neurologi.
Saraf – saraf cranial
a. Nervus I (Olfactorius) : penghidu : tidak ada kelainan
b. Nervus II (Opticus) : Penglihatan : tidak ada kelainan
c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
- Konstriksi pupil : baik
- Gerakan kelopak mata : baik
- Pergerakan bola mata : baik
- Pergerakan mata ke bawah & dalam.........................................................: baik
d. Nervus V (Trigeminus)
- Sensibilitas / sensori : baik
- Refleks dagu : baik
- Refleks cornea : baik
e. Nervus VII (Facialis)
- Gerakan mimik : normal
- Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan......................................................: normal
f. Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : normal
g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)
- Refleks menelan : baik
- Refleks muntah : tidak ada
- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : baik
- Suara : normal
h. Nervus XI (Assesorius)
- Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : baik
- Mengangkat bahu : baik
i. Nervus XII (Hypoglossus)
- Deviasi lidah : baik
Tanda – tanda perangsangan selaput otak
a. Kaku kuduk : tidak ada
b. Kernig Sign : tidak ada
c. Refleks Brudzinski : tidak ada
d. Refleks Lasegu : tidak ada
Data lain

VII. Test Diagnostik


= Laboratorium
HB 8,7 g/dl 11,5-12,5
Leukosit 10,9 10/ul
6.00-17.50
Eritrosit 5,11 10/ul 3.70-4.50
Hematocrit 29,3 % 33.0 –
36.0
Trombosit 445 10/ul 150-400

VIII. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)


 Diazetpam 1,25 ml puyer
 Proxion 3x1 cth puyer
 Sabutamol 3x0,8 puyer
 GC 1/8 puyer
 Ambroxol 1/6 puyer
Analisa data

No Data Etiologi Masalah


1. DS :- ibu pasien Proses penyakit Hipetermi
mengatakan anak
demam sudah 7 hari
yang lalu
- Ibu pasien
mengatakan anak
kejang 1x dirumah
- Ibu pasien
mengatakan sudah
pergi ke bidan Cuma
panas nya masih naik
turun

DO :
S : 38,5C
N : 100x/menit
P : 20x/menit
Kulit kemerahan
Kulit terasa hangat
Bibir tampak merah

2. DS : Sekresi yang tertahan Bersihan jalan nafas


- Ibu pasien tidak efektif
mengatakan anak
batuk sudah 3 hari
- Batuk berdahak
- Ibu pasien
mengatakan anaknya
tidak bisa
mengeluarkan dahak
- Susah berhenti
batuk

DO :
Pasien tampak batuk
berdahak
Pasien tampak susah
untuk mengeluarkan
dahak
Pasien nampak susah
untuk berhenti batuk
S : 38,5C
N : 100x/menit
P : 20x/menit

3. DS : Faktor psikologis Resiko defisit nutrisi


Ibu pasien mengatkan (keengganan untuk
anak nya tidak mau makan )
makan
Ibu mengatakan
refleks menelan anak
menurun
Ibu mengatakan porsi
makan AN.A hanya
habis ¼ porsi

DO :
Mukosa bibir kering
Makanan yang
dihabiskan hanya ¼
Bibir tampak merah
Klien tampak lelah
HB : 8,9
Diagnosa Keperawatan
1. Hipetermi b.d proses penyakit
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
3. Resiko defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan )
Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1. 4. Hipetermi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen
proses penyakit keperawatan selama 3x24 hipetermia
jam diharapkan hipetermi Observasi :
membaik dengan kriteria - Identifikasi
hasil : penyebab hipetermia
1. kulit memerah membaik - monitor suhu tubuh
2. takikardia membaik - monitor haluaran
3. takipneu membaik urine
4. suhu tubuh membaik
5. suhu kulit membaik Terapeutik :
- sediakan
lingkungan yang
dingin
- longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi
permukaan kulit

Edukasi:
- anjurkan tirah
baring

Kolaborasi :
- kolaborasi
pemberian cairan dan
elektrolit intravena
2. 5. Bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan Manajemen
nafas tidak efektif keperawatan selama 3x 24 Observasi :
b.d sekresi yang jam diharapkan bersihan - monitor pola nafas,
tertahan jalan nafas tidak efektif kedalaman, usaha
teratasi dengan kriteria nafas
hasil : - monitor bunyi nafas
- produksi sputum menurun tambahan
- frekuensi nafas normal - monitor
- pola nafas normal sputum(jumlah,
warna)

Terapeutik :
- pertahankan
kepatenan jalan nafas
- berikan minum air
hangat
- lakukan fisioterapy
dada jika perlu

Edukasi :
- anjurkan asupan
cairan 2000ml/hari

Kolaborasi :
- kolaborasi
pemberian
bromkodilator,
mukolitik jika perlu
3. 6. Resiko defisit keperawatan selama 3x 24 Observasi :
nutrisi b.d faktor jam diharapkan resiko - Identifikasi status
psikologis deficit nutrisi tidak terjadi nutrisi
(keengganan dengan kriteria hasil : - identifikasi alergi
untuk makan ) - pengetahuan tentang dan intoleransi
pilihan minuman yang makanan
sehat meningkat - identifikasi
- pengetahuan tentang makanan yang
standar asupan nutrisi yang disukai
tepat meningkat - identifkasi
- makan/minuman sesuai kebutuhan kalori dan
dengan tujuan kesehatan jenis nutrisi
- frekuensi makan
meingkat Terapeutik :
- nafsu makan meningkat - fasilitasi
- membrane mukosa menentukan
membaik pedoman diet (mis :
piramida makanan)
- sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
- berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- berikan makanan
yang tinggi kalori,
dan tinggi protein
- berikan suplemen
makanan jika perlu

Edukasi :
- anjurkan duduk jika
mampu
- anjurkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi :
- kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
- kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori .
7.
Implementasi dan Evaluasi

Tanggal Dx Jam Implementasi Jam Evaluasi


21/05/21 DX I 13.00 - Mengidentifikasi 17:00 S : ibu pasien
penyebab mengatakan
hipetermia demamnya
- Monitor suhu anaknya
tubuh belum turun
- monitor haluaran
urine Ibu pasien
-mempertahankan mengatakan
jalan nafas bibir anaknya
- menyediakan masih merah
lingkungan yang
bagus sirkulasi O:
udara N:
- menganjurkan 100x/menit
pasien untuk Pernafasan :
memakai pakain 22x/menit
yang tipis S : 37,5C
- Menganjurkan - mukosa
pasien kompres bibir kering
hangat di dahi , - haluaran
lipatan paha dan urine 4x/hari
lipatan ketiak - infus pasien
- menganjurkan KAEN 1B
pasien untuk
banyak minum air A : masalah
putih belum
- manganjurkan teratasi
pasien untuk
banyak istirahat P:
- mengkolaborasi implementasi
pemberian cairan dilanjutkan
dan elektrolit
intravena
21/05/21 DX II 13.00 - Monitor pola 17:00 S : ibu pasien
nafas mengatakan
- Monitor bunyi dahaknya
nafas belum keluar
- Monitor sputum
- Mempertahankan Ibu pasien
kepatenan jalan mengatakan
nafas anaknya
- Menganjurkan masih batuk
ibu untuk
memberikan anak O:
air minum hangat N:
kuku 100x/menit
- menganjurkan Pernafasan :
untuk fisioterapi 22x/menit
dada S : 37,5C
- memberikan obat
batuk A : masalah
Salbutamol 3x0,8 belum
dengan puyer teratasi
GL 1/8
Ambroxol 1/6 P:
dengan puyer implementasi
dilanjutkan
21/05/21 DX III 13.00 - mengidentifikasi 17:00 S : ibu pasien
status nutrisi mengatakan
- anaknya
Mengindentifikasi menghabiska
alergi dan n ½ porsi
intoleransi yang
makanan disediakan
- mengidentifikasi
makanan yang Ibu pasien
disukai mengatakan
anaknya
tidak ada
alergi
makanan

Ibu pasien
mengatakan
anaknya suka
semua
makanan
tanpa
pantangan

O:
-Nasi yang
dihabiskan
sudah ½
porsi
-Membrane
mukosa
kering
A : masalah
belum
teratasi

P:
implementasi
dilanjutkan
Tanggal Dx Jam Implementasi Jam Evaluasi
22/05/21 DX I 13.00 - Mengidentifikasi 17:00 S : ibu pasien
penyebab mengatakan
hipetermia demamnya
- Monitor suhu anaknya
tubuh berangsur
- monitor haluaran turun
urine
-mempertahankan Ibu pasien
jalan nafas mengatakan
- menyediakan bibir anaknya
lingkungan yang masih merah
bagus sirkulasi
udara O:
- menganjurkan N: 95x/menit
pasien untuk Pernafasan :
memakai pakain 20x/menit
yang tipis S : 36,5C
- Menganjurkan - mukosa
pasien kompres bibir kering
hangat di dahi , - haluaran
lipatan paha dan urine 4x/hari
lipatan ketiak - infus pasien
- menganjurkan KAEN 1B
pasien untuk
banyak minum air A : masalah
putih teratasi
- manganjurkan sebagian
pasien untuk
banyak istirahat P:
- mengkolaborasi implementasi
pemberian cairan dilanjutkan
dan elektrolit
intravena

22/05/21 DX II 13.00 - Monitor pola 17:00 S : ibu pasien


nafas mengatakan
- Monitor bunyi dahaknya
nafas sudah mulai
- Monitor sputum keluar
- Mempertahankan
kepatenan jalan Warna dahak
nafas kuning
- Menganjurkan kehijauan
ibu untuk
memberikan anak Ibu pasien
air minum hangat mengatakan
kuku anaknya
- menganjurkan masih batuk
untuk fisioterapi
dada O:
- memberikan obat N: 95x/menit
batuk Pernafasan :
Salbutamol 3x0,8 20x/menit
dengan puyer S : 36,5C
GL 1/8
Ambroxol 1/6 A : masalah
dengan puyer teratasi
sebagian

P:
implementasi
dilanjutkan
21/05/21 DX III 13.00 - mengidentifikasi 17:00 S : ibu pasien
status nutrisi mengatakan
- anaknya
Mengindentifikasi menghabiska
alergi dan n porsi
intoleransi makanan
makanan masih ½ dari
- mengidentifikasi porsi yang
makanan yang disediakan,
disukai pasien lebih
memilih
banyak
minum ASI
dan air putih
saja
dibandingkan
makanan
pendamping
ASI

Ibu pasien
mengatakan
anaknya
tidak ada
alergi
makanan

Ibu pasien
mengatakan
anaknya suka
semua
makanan
tanpa
pantangan

O:
-Nasi yang
dihabiskan
sudah ½
porsi
-Membrane
mukosa
kering
A : masalah
teratasi

P:
implementasi
dilanjutkan
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini kelompok akan membahas tentang kasus KDS yang terjadi pada
An.A di ruang Anak RSI Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi dengan tinjauan teori. Kasus
KDS yang terjadi pada An.A disebabkan karna infeksi sistem saraf pusat, ini
sejalan dengan teori dimana salah satu penyebab KDS adalah infeksi sistem
saraf pusat. Keluhan pasien masuk rumah sakit dengan keluhan suhu diatas 38
C disertai dengan kejang kurang dari 15 menit yang berlangsung 1 kali dalam
24 jam dengan anak usia >3 tahun <6 tahun. Ibu dengan riwayat kejang
demam simplek berpeluang menurunkan kejang demam pada anaknya.
Semestinya ibu harus dapat mengontrol apabila terjadi kejang demam pada
anaknya sesegera mungkin agar dapat mencegah terjadinya kejadian kejang
demam pada anaknya. Pada pengkajian yang dilakukan pada An.A didapatkan

Pada saat pengkajian tanggal 22 mei 2021 jam12:00 wib , ibu mengatakan anak
sudah demam sejak 1 minggu yang lalu, anak kejang 1x dirumah dan sudah
berpbat kerumah bidan dan tidak ada angsuran demam anak tetap naik
turun. Suhu 38,5C, N : 80x/menit, P : 20x/menit, kulit pasien tampak
kemerahan, bibir tampak kemerahan, dan ibu pasien juga mengatakan anak
batuk berdahak sudah 3 hari yang lalu, batuk berdahak, susah mengeluarkan
dahak, ibu pasien mengatakan nafsu makan anaknya menurun, biasanya makan
3x sehari, saat sakit Cuma 2 kali sehari kadang juga 1 kali sehari dalam porsi
sedikit

Hasil penelitian di atas, maka perlu dilakukan beberapa untuk mencegah


terjadinya kejang demam simplek (KDS) khususnya pada ibu yang memiliki
riwayat keturunan kejang demam.

BAB V PENUTUP
1. Kejang demam adalah perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan
akibat kenaikan suhu dimana suhu rectal diatas 38°C sehingga mengakibatkan
renjatan kejang yang biasanya terjadi pada anak dengan usia 3 bulan sampai 5
tahun.

2. Data yang didapat dari pengkajian berupa ibu klien mengtakan ankanya
panas, tubuh klien teraba hangat, hasil pengukuran tanda-tanda vital klien
yaitu nadi : 100x/menit, suhu : 37,2°C, RR: 30x/menit, ibu klien mengatakan
anaknya tidak nafsu makan, klien mengatakan mulutnya pahit dan malas
makan. Klien makan hanya habis 1⁄4 porsi karena klien tidak suka, klien lebih
suka makan pisang, kklien tampak lemah dan pucat, konjungtiva tampak
anemis

3. Diagnosa keperawtan yang muncul :

1. Hipetermi b.d proses penyakit 


2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan 
3. Resiko defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan )

4. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan yaitu mengukur TTV,


memotivasi klien banyak minum, menimbang BB klien, memberi motivasi
danpendidikan kesehatan tentang nutrisi, membantu gosok gigi, dan mengajak
klien dalam aktivitas seperti terapi bermain.

5. Ketiga diagnosa pada An.A telah dilakukan tindakan keperawtan oleh penulis
dan semuanya telah teratsi, baik secra penuh maupun sebgaian.

B. Saran

1. Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan tentang manajemen


demam pada anak untuk mencegah kejang demam.

2. Anjurkan orang tua untuk melakukan manajemen anak demam untuk


mencegah terjadinya kejang demam.

Anda mungkin juga menyukai