OLEH :
1920144010113
Hal ini merupakan adanya penumpukan cairan di ruang pleura. Penyakit ini
sering terjadi karena proses sekunder dari adanya penyakit lain, efusi dapat berupa
cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah
atau pus. (Ketut & Brigitta, 2019). Penyakit ini merupakan adanya cairan berlebih di
dalam rongga pleura, cairannya dapat berupa darah, cairan jernih dan pus, yang
terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada. Hal ini sering
terjadi karena proses sekunder dari adanya penyakit lain dan cedera di dada, dan
penyakit ini bisa membuat terganggunya proses pernafasan.
Efusi pleura Menurut (Marton, 2012) adalah akumulasi cairan pleura akibat
peningkatan kecepatan produksi cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan
atau keduanya, ini disebabkan oleh satu dari lima mekanisme berikut :
1. Peningkatan tekanan pada kapiler subpleura atau limfatik
2. Peningkatan permeabilitas kapiler
3. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
4. Peningkatan tekanan negative intrapleura
5. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura Penyebab efusi pleura : Infeksi :
tuberculosis,pneumonitis,abses paru perforasi esophagus dan abses subfrenik. Noninfeksi
: karsinoma paru,karsinoma pleura : primer dan sekunder,karsinoma mediastinum,tumor
ovarium,bendungan jantung : gagal jantung,perikarditis konstriktiva,gagal hati,gagal
ginjal,hipotiroidisme,kilotoraks dan emboli paru.
4. Klasifikasi
a. Efusi transudatif
Karakteristik transudat adalah rendahnya konsentrasi protein dan molekul
besar lainnya, terjadi akibat kerusakan/perubahan faktorfaktor sistemik yang
berhubungan dengan pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Penyebab
utama biasanya gagal jantung ventrikel kiri dan sirosis hati, penyebab lainnya
diantaranya sindrom nefrotik, hidronefrosis, dialisis peritoneal, efusi pleura
maligna ( atelektasis pada obstruksi bronkial atau limfatik).
b. Efusi eksudatif
Karakteristik eksudat kandungan protein lebih tinggi dibandingkan transudat.
Hal ini karena perubahan faktor lokal sehingga pembentukan dan penyerapan
cairan pleura tidak seimbang. Penyebab utama, yaitu pneumonia bakteri,
keganasan ( ca paru, mamae,limfoma, ovarium), infeksi virus dan emboli paru.
Selain itu juga disebabkan oleh abses intraabdomen, hernia diafragmatika,
sfingter esofagus bawah, trauma, kilotoraks (trauma,tumor mediastinum), uremia,
radiasi, hemotoraks (trauma), tumor, efusi pleura maligna dan paramaligna.
(Aesculapius, 2014).
5. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara
cairan dan protein dalam rongga pleura.Dalam keadaan normal cairan pleura
dibentuk secara lmbat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler.Filtrasi ini
terjadi karena perbedaan tekanan osmotik plasma dan jaringan interstisial
submesotelial,kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura.Selain
itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura. Proses penumpukan
cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh peradangan.Bila proses radang
oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/nanah,sehingga terjadi
empiema/piotorak.Bila proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura dapat
menyebabkan hemotorak.
Efusi cairan dapat berbentuk transudat,terjadinya karena penyakit lain bukan
primer paru seperti gagal jantung kongestif,sirosis hati,sindroma nefrotik,dialisis
peritoneum, ,perikarditis kontriktiva,keganasan,atelektasis paru dan pneumotorak.
Efusi eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan permeabilitas
kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi
bulat atau kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura.Penyebab
pleuritis eksudativa yang paling sering adalah karena mikobakterium tuberkulosis
dan dikenal sebagai pleuritis eksudativa tuberkulosa.sebab lain seperti
parapneumonia parasit (amoeba, paragonimiosis, ekinokkokus), jamur, pneumonia
atipik, keganasan paru, proses immunogolik seperti pleura lupus, pleuritis rematoid,
sarkoidosis, radang sebab lain seperti : pankreatitis, absestosis, pleuritis uremia, dan
akibat dehidrasi.
6. WOC
Peradangan pleura
Ekspansi paru
di atas area yang terisi cairan, bunyi napas minimal atau tak
b. Efusi ringan sampai sedang : dispneu bisa tidak terjadi. (Ketut &
Brigitta, 2019).
6) Struktur Keluarga
Menjelaskan mengenai pola komunikasi antar keluarga, struktur
kekuatan keluarga yang berisi kemampuan keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk merubah prilaku, struktur peran yang
menjelaskan peran formal dan informal dari masing-masing anggota.
j. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki
dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya dan
seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling mendukung, hubungan baik
dengan orang lain, menunjukkan rasa empati, perhatian terhadap perasaan
(Friedman, 2010). Semakin tinggi dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga yang sakit, semakin mempercepat kesembuhan dari penyakitnya.
Fungsi ini merupakan basis sentral bagi pembentukan kelangsungan unit
keluarga. Fungsi ini berkaitan dengan persepsi keluarga terhadap kebutuhan
emosional para anggota keluarga. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi
akan mengakibatkan ketidakseimbangan keluarga dalam mengenal tanda -
tanda gangguan kesehatan selanjutnya. Bagaimana keluarga, merasakan hal-
hal yang dibutuhkan oleh individu lain dalam keluarga tersebut. Keluarga
yang kurang memparhatikan keluarga yang menderita DM akan
menimbulkan komplikasi lebih lanjut.
2) Fungsi Sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, penghargaan,
hukuman dan perilaku serta memberi dan menerima cinta (Friedman, 2010).
Keluarga yang memberikan kebebasan kepada anggota keluarga yang
menderita DM untuk berinteraksi dengan lingkungan akan mengurangi
tingkat stress keluarga. Biasanya penderita DM akan kehilangan semangat
oleh karena merasa jenuh dengan pengobatan yang berlaku seumur hidup.
Pada kasus penderita diabetes mellitus yang sudah komplikasi, dapat
mengalami gangguan fungsi sosial baik didalam keluarga maupun didalam
komunitas sekitar keluarga.
3) Perawatan Keluarga
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit. Sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga didalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga
melaksanakan 5 tugas pokok keluarga, yaitu :
e) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah
berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah
anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga. Biasanya pada penderita
diabetes yang laki-laki akan mengalami beberapa masalah seksual
seperti disfungsi ereksi atau bahkan kehilangan gairah seksual,
sedangkan pada wanita biasanya akan mengalami radang vagina
yang disebabkan infeksi jamur.
k. Fungsi ekonomi
Menjelaskan sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan serta sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada dimasyarakat
dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga. Pada keluarga dengan tingkat
ekonomi yang mencukupi akan memperhatikan kebutuhan perawatan penderita
diabetes, misalnya dengan menggunakan susu diabetasol.
m. Pemeriksaan fisik
3) Sistem Integumen
Biasanya pada penderita diabetes mellitus akan ditemui turgor kulit
menurun, kulit menjadi kering dan gatal. Jika ada luka atau maka warna
sekitar luka akan memerah dan menjadi warna kehitaman jika sudah kering.
Pada luka yang susah kering biasanya akanmenjadi ganggren.
4) Sistem Pernafasan
Dikaji adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Biasanya pada
penderita diabetes mellitus mudah terjadi infeksi pada sistem pernafasan.
5) Sistem Kardiovaskuler
Pada penderita diabetes mellitus biasanya akan ditemui perfusi
jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi / bradikardi,
hipertensi / hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem Gastrointestinal
Pada penderita diabetes mellitus akan terjadi polifagi, polidipsi, mual,
muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan
lingkar abdomen dan obesitas.
7) Sistem Perkemihan
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya poliuri,
retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
8) Sistem Muskuluskletal
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya
penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
9) Sistem Neurologis
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya
penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi dan rasa kesemutan pada tangan atau k
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi
Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat
mencapai tiap tujuan khusus. Perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan,
tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis
pengkajian agar masalah kesehatan klien dapat diatasi. ( Taqiyyah & Mohamad,
2013).
Diagnos Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawa Kriteria Hasil
an
1. Identifikasi faktor 1. Dengan mengidentifikasi
Ketidakefektif Tujuan : penyebab penyebab, kita dapat
an pola nafas 2. Kaji kualitas, menentukan jenis efusi
yang Dalam waktu 3 frekuensi, dan pleura sehingga dapat
berhubungan x 24 jam setelah kedalaman mengambil tindakan yang
dengan diberikan pernapasan, serta tepat
penurunan intervensi klien Melaporkan setiap 2. Dengan mengkaji kualitas,
ekspansi paru mampu perubahan yang frekuensi, kedalaman
sekunder mempertahanka terjadi pernapasan, kita dapat
terhadap n fungsi paru mengetahui sejauh mana
penumpukan 3. Baringkan klien perubahan kondisi klien
secara normal
cairan dalam dengan dalam posisi yang
3. Penurunan diafragma
rongga pleura. nyaman, dalam
dapat memperluas daerah
posisi duduk, dada sehingga ekspansi
Kriteria evaluasi
dengan kepala
: paru bisa
tempat tidur
1. Klien maksimal,miring kearah
ditinggikan 60-90o sisi yang sakt dapat
mampu
atau miringkan ke
melakukan menghindari efek
arah sisi yang sakit. penekanan gravitasi
batuk efektif
4. Observasi tanda-
2. Irama,frekue cairansehingga ekspansi
tanda vital (nadi dan
nsi dapat
dankedalaman pernapasan berada maksimal
dalam batas normal, pada pemeriksaan ro
pernapasan)
4. Peningkatan frekuensi
5. Lakukan asukultasi napas dan takikardi
suara napas tiap2-4 merupakan indikasi
jam adanya penurunan fungsi
paru
6. Bantu dan ajarkan 5. Auskultasi dapat
klien untuk batuk menentukan kelainan
dan napas dalam suara
yang efektif Napas pada bagian paru
6. Menekan daerah yang
7. Kolaborasi dengan
nyeri ketika batuk atau
tim medis lain
napas dalam. Penekanan
untuk pemberian
otot-otot dada serta
O2 dan obat-
abdomen
obatan serta foto
membuat batuk
thoraks.
8. Kolaborasi untuk
tindakan
thorakosentesis
Ketidakefekt 1. Kaji fungsi 1. Penurunan bunyi napas
ifan Tujuan : pernapasan ( menunjukkan akumulasi
bersihan Dalam waktu ... bunyi napas, sekret dan
jalan nafas x 24 jam setalah kecepatan, ketidakefektifan
yang diberikan irama, pengeluaran sekresi
berhubungan intervensi, kedalaman, dan yang selanjutnya dapat
dengan bersihan jalan pengguanaan menimbulkan
sekresimukus napas kembali otot bantu napas) penggunnaan otot bantu
yang kental, efekti dengan 2. Kaji kemampuan napas dan peningkatan
kelemahan, mengeluarkan kerja pernapasan
upaya batuk sekresi, catat 2. Pengeluaran akan sulit
buruk, dan Kriteria evaluasi karakter dan bila sekret sangat kental
edema : volume sputum. (efek infeksi dan hidrasi
trakhea/farin 1. Klien 3. melakukan
mampu Berikan batuk
posisiefektif yang tidak adekuat)
geal. 2. Pernapasan semi Posisi fowler
klien noram fowler/fowler memkasimalka ekspansi
(16-20 tinggi dan bantu paru dan menurunkan
x/menit) klien latihan upara bernapas.
tanpa ada napas dalam dan 3. Ventilasi maksimal
penggunaan batuk efektif membuka area
otot bantu atelektasis dan
napas. 4. Pertahankan meningkatkan gerakan
Bunyi napas intake cairan sekret
normal. Rh sedikitnya kedalam jalan napas
-/- dan 2500mo/hari tind
besar untuk dikeluarkan
pergerakan 5. Bersihkan sekret 4. Hidrasi yang adekuat
pernapasan dari mulut dan membantu mengencerkan
normal trakhea, bila sekret dan
perlu lakukan mengefektifkan pengisapan (suction
6. Kolaborasi pembersihan jalan napas
pemberian obat
sesuai indikasi : 5. Mencegah obstruksi
7. Agen mukolitik danaspirasi.
Pengisapan diperlukan
8. Bronkodilator : bila
jenis aminofilin Klien tidakmampu
via intavena mengeluarkan sekret.
9. Kortikosteroid 6. Eliminasi lendir dengan
suction sebaiknya
dilakukan dalamjangka
waktukurang dari 10
menit,dengan
pengawasan efek
samping suction
7. Pengobatan antibiotik
yang
Ideal adalah
Dengan adanya dasar dari
tes uji resistensi kuman
terhadap jenisantibiotik
sehingga lebih mudah
mengobati
8. Agen mukolitik
menurunkan kekentalan
danperlengketan sekret
paru untukmemudahkan
pembersihan
9. Bronkodilator
meningkatkan diameter
lumen
10. percabangan
trakheobronkial
Gangguan Tujuan : 1. Kaji keefektifan 1. Bronkhospasmedideks
pertukaran Dalam ... x 24 jalan napas i ketika terdengar
gas yang jam setelah 2. Kolaborasi untuk suara mengi saat
berhubungan diberikan pemberian diauskultasi dengan
dengan intervensi bronkodilator stetoskop.
penurunan pertukaran secara aerosol. 2. Peningkatan
kemampuan gas membaik pembentukan mukus
ekspansi dengan sejalan dengan
paru,kerusaka Kriteria evaluas : penurunan aksi
n membran 1. Frekuen mukosiliaris
alveolar- si napas menunjang penurunan
kapiler. 16- lebih lanjut diameter
20x/men bronkho dan
it mengakibatkan
2. Frekueni penurunan aliran udara
nadi 70- serta penurunan lebih
90 lanjut diameter
x/menit, bronkhi dan
dan mengakibatkan
3. warna kulit penurunan aliran udara
normal, tidak serta penurunan
ada dispnea pertukaran gas, yang
dan diperburuk oleh
4. GDA dalam kehilangan daya
batas normal. elastisitas paru.
3. Terapi aerosol
membantu
mengencerkan sekresi
sehingga dapat
dibuang.
Bronkodilator yang
dihirup sering
ditambahkan ke dalam
nebulizer untuk
memberikan aksi
bronkodilator
Gangguan Tujuan : 1. Pantau 1. Mengidentifikasi
pemenuhan Dalam waktu presentase kemajuan atau
kebutuhan ... x 24 jam jumlah makanan penyimpangan dari
nutrisi kuran setelah yang sasaran yang
darikebutuh diberikan dikonsumsi diharapkan
an tubuh intervensi setiap kali 2. Bau yang tidak
yang makan, timbang menyenangkan dapat
berhubungan Kriteria evaluasi : BB tiap hari, memengaruhi nafsu
dengan 1. Klien hasil makan
peningkatan medemontra pemeriksaan 3. Ahli diet ialah
metabolisme sikan intake protein total, spesialis dalam ilmu
tubuh,penuru makanan albumin dan gizi yang dapat
nan nafsu yang osmolalitas membantu klien
makan akibat adekuat 2. Berikan memilihmkanan yang
sesak nafas untuk perawatan mulut memenuhi kebutuhan
sekunder memenuhi tiap 4 jam jika kalori dan kebutuhan
terhadap kebutuhan sputum berbau gizi sesuaidengan
penekanan dalam busuk. keadaan sakitnya, usia,
struktur metabolisme Pertahankan tinggi dan berat
abdomen. tubuh kesegaran badannya.
2. Intake ruangan 4. Peningkatan suhu
makanan 3. Rujuk kepada tubuh meningkatkan
meningkat,ti ahli diet untuk metabolisme, intake
dak ada membantu protein, vitamin,
penuruanan memilih mineral, dan kalori
BB lebih makanan yang yang adekuat
lanjut, dapat memenuhi penting untuk
menyatakan kebutuhan gizi aktivitas anabolik dan
perasaan selama sakit sintesis antibodi
sejahtera panas 5. Makanan porsi sedikit
4. Dukung klien tapi sering
untuk memerlukan lebih
mengonsumsi sedikit energi
makanan tinggi
kalori tinggi
protein
5. Berikan
makanan dengan
porsi sedikit tapi
sering dan
mudah
dikunyah jika
ada sesak napas
berat
Gangguan Tujuan : 1. Ciptakan 1. Lingkungan
pola tidur dan Dalam waktu lingkungan yang yang nyaman dapat
istrahat yang ... x 24 jam nyaman dan membantu meningkatkan
berhubungan setelah tenang tidur/istirahat
dengan batuk diberikan 2. Kaji tentang 2. Mengetahui perubahan
yang menetap intervensi kebiasaan tidur dari hal-hal yang
dan sesak Gangguan pola pasien dirumah merupakan kebiasaan
napas tidur klien 3. Kaji adanya pasien ketika tidur akan
akan teratasi faktor penyebab mempengaruhi pola tidur
serta dengan gangguan pola pasien
perubahan Kriteria tidur yang lain 3. Mengetahui faktor
suasana Evaluasi : seperti penyebab gangguan pola
lingkungan. 1. Jumlah jam cemas,efek tidur yang lain dialami
tidur dalm obat- obatan dan dandirasakan pasien.
batas normal suasana ramai 4. Pengantar tidur akan
6- 8 jam/hari 4. Anjurkan pasien memudahkan pasien jatuh
2. Pola tidur, untuk dalam tidur, teknik
kualitas menggunakan relaksasi akan mengurangi
dalam batas pegantar tidur
normal dan teknik
3. Perasaan relaksasi
segar
sesudah
tidur atau
istrahat
4. Mampu
mengidentifi
kasi hal-hal
yang
meningkatka
n tidur
Kurangnya 1. Kaji kemampua 1. Keberhasilan proses
pengetahuan Tujuan : klien untuk pembelajaran
yang dengan mengikuti dipengaruhi oleh
informasiyang Dalam waktu ...x pembelajaran ( kesiapan fisik,
tidak adekuat 24 jam setelah tingkat emosional, dan
mengenai diberikan kecemasan, lingkungan yang
prosespenyakit intervensi klien kelelahan umum, kondusif
pengobatan. mampu pengetahuan klien 2. Meningkatkan
melaksanakan apa sebelumnya, dan partisipasi klien dalam
yang di suasan yang tepat) program pengobatan dan
informasikan 2. Jelaskan tentang mencegah putus obat
dengan dosis obat, karena membaiknya
frekuensi kondisi fisik klien
Kriteria evaluasi : pemberian, kerja sebelum jadwal
1. Klien yang diharapkan terapi selesai
terlihat dan alasan 3. Dapat menunjukkan
mengalami mengapa pengaktifan ulang proses
penurunan pengobatan
potensmenularkan Efusi yang ditunjukkan
penyakit penyakitdan oleh efek
kegagalan kontak klien
pleura obat yang memerlukan
berlangsung evaluasi lanjut
dalam waktu yang 4. Diet TKTP dan cairan
lama yang adekuat memenuhi
peningkatan kebutuhan
3. Ajarkan dan nilai metabolik tubuh.
kemampuan klien untukPendidikan
mengidentifikaasi gejala/tanda
kesehatan
tentang hal itu akan
meningkatkan
4. Tekankanpenting kemandirian klien dalam
nya
perawatan penyakitknya
mempertahankan intakenutrisi yang mengandungprotein dan kalori yangt
Cemas yang Tujuan : 1. Bantu dalam 1. Pemanfaatan sumber
berhubungan Dalam waktu 3 x mengidentifikasi koping yang ada secara
dengan 24 jam klien sumber koping konstruktif sangat
adanya mampu yang ada bermanfaat dalam
ancaman memahami dan 2. Ajarkan teknik mengatasi stres
kematian menerima relaksasi 2. Mengurangi saling
yang keadaannya 3. Pertahankan percayamembantu
dibayangkan sehingga tidak hubungan saling memperlancar proses
(ketidakmam terjadi percaya antara terapeutik
puan untuk kecemasan perawat dan 3. Tindakan yang tepat
bernapas). dengan klien diperlukan dalam
4. Kaji faktor mengatasi masalah yang
Kriteria evaluasi yang dihadapi kliendan
: menyebabkan membangun kepercayaan
1.Klien terlihat timbulnya rasa dalam mengurangi
mampu bernapas cemas kecemasan
normaldan 5. Bantu klien 4. Rasa cemas merupakan
beradaptasi dengan mengenali dan efek emosi sehingga
keadaannya. mengakui rasa apabila sudah
Respons nonverbal cemasnya teridentifikasi dengan
klien tampak lebih baik,
rileks dan santai Maka perasaan yang
menganggu dapat
diketahui
4. Implementasi
5. Evaluasi