A. Latar Belakang
keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang lengkap dan semata-mata
bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan” (Smeltzer & Bare, 2002).
(Kusnanto, 2004).
(Carpenito, 2000).
2
pasal 24, perawat diartikan sebagai seseorang yang mempunyai dasar ilmu
dalam rongga pleura (Price dan Wilson, 2006). Hingga saat ini penyakit efusi
pernafasan lainnya.
diperkirakan terdapat 320 kasus efusi pleura per 100.000 orang. Amerika
Serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya menderita efusi pleura
pria. Efusi pleura yang disebabkan oleh tuberculosis paru lebih banyak
dijumpai pada pria dari pada wanita. Umur terbanyak untuk efusi pleura
Medical Record diperoleh data pada tahun 2011 terdapat 35 penderita efusi
pleura. Sebagian penderita yang masih hidup 33 orang (94%) dan meninggal 2
orang (6%). Pada tahun 2012 mulai pada Januari – Desember sebanyak 8
karya tulis ilmiah dengan kasus efusi pleura di Ruang Perawatan Non Bedah
B. Tujuan
1. Tujuan umum
diagnosa Efusi Pleura yang rawat inap di Ruang Perawatan Non Bedah
efusi pleura.
efusi pleura.
C. Manfaat
1. Bagi penulis
2. Bagi pendidikan
keperawatan.
3. Bagi profesi keperawatan
Efusi Pleura.
D. Ruang Lingkup
pada penulisan karya tulis ilmiah ini adalah Asuhan Keperawatan pada Tn. M
dengan diagnosa Efusi Pleura di Ruang Perawatan Non Bedah Dahlia RSUD
Tarakan, selama tiga hari mulai tanggal 4 Juli 2013 sampai dengan 6 Juli
2013.
E. Metode Penulisan
1. Wawancara
masalah yang dihadapi oleh klien biasa juga disebut dengan anamnesa.
dengan klien
2. Pengamatan/observasi
3. Pemeriksaan fisik
auskultasi.
4. Studi dokumentasi
klien, catatan medis, catatan perawat dan catatan tim kesehatan lainnya
5. Studi kepustakaan
F. Sistematika Penulisan
pennyimpangan KDM.
teori dan fakta secara sistematis yang terdapat dalam pengkajian, perumusan
LANDASAN TEORI
1. Pengertian
permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer & Bare, 2002).
penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan
transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane,
dan dasar. Bagian ini tersusun dari kerangka kerja tulang, kartilago
a) Septum nasal membagi hidung menjadi sisi kiri dan sisi kanan
tulang frontal dan nasal, dan pada sisi posterior dari tulang
terletak di area tubuh yang lebih tinggi dari area lantai sinus,
meatus inferior.
2) Faring
posterior.
3) Laring
krikoid.
4) Trakea
anterior esofagus, tuba ini merentang dari laring pada area vertebra
5) Percabangan bronkus
bronkus kanan.
terkecil.
6) Paru – paru
tiga lobus dan paru kiri memiliki dua lobus. Setiap paru
yang tidak berisi jaringan paru, area ini muncul saat pleura
(Sloane, 2004).
b. Fisiologi pernafasan
3. Etiologi
kava superior.
4. Patofisiologi
Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan
hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastik. Sebagian cairan ini
diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil
oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga
kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung
( Padila, 2012).
5. Manisfestasi Klinis
malignan dapat mengakibatkan dispnea dan batuk. Efusi pleura yang luas
pergesekan, bila cairan banyak penderita akan sesak napas. Deviasi trakea
menjauhi tempat yang sakit. Bagian yang sakit akan kurang bergerak
6. Pemeriksaan Diagnostik
hitung sel darah merah dan putih. Biopsy pleura mungkin juga dilakukan
7. Penatalaksanaan
pengembangan paru.
(Padila, 2012).
8. Komplikasi
adalah malignansi yang paling umum berkaitan dengan efusi pleura dapat
juga tampak pada sirosis hepatis, embolisme paru dan infeksi parasitic
a. Pengertian
dada.
b. Indikasi
c. Tujuan
dada.
d. Tempat pemasangan
1) Apikal
pleura.
2) Basal
e. Jenis WSD
(Padila, 2012).
1. Pengkajian
sebagai berikut :
a. Aktivitas / istirahat
hipertensi/hipotensi.
b. Integritas ego
c. Makanan/cairan
d. Nyeri/kenyamanan
mengkerutkan wajah.
e. Pernafasan
f. Keamanan
keganasan.
nursing diagnosis).
actual atau resiko, yang diduga akan muncul karena suatu kejadian
2) Gangguan muskuloskeletal.
3) Nyeri/ansietas.
4) Proses inflamasi.
1) Dispneu takipnea
rentang normal.
Tindakan/Intervensi :
tanda vital.
mekanik.
kondisi.
dispnea.
tegangan pneumothorax.
7) Kaji fremitus
8) Kaji pasien adanya area nyeri tekan bila batuk, nafas dalam.
Rasional : Sokongan terhadap dada dan otot abdominal
tempat tidur. Balik kesisi yang sakit. Dorong pasien untuk duduk
sebanyak mungkin.
dan/atau takut.
diagnosa aktual).
Tindakan/intervensi :
kemanan.
selang.
tujuan diagnostik.
erosi/infeksi kulit.
selang.
serius.
pengobatan
Tindakan/intervensi :
terapeutik.
4. Implementasi
perilaku positif yang diharapkan dari klien atau tindakan yang harus
2000).
yang dirawat.
tindakan keperawatan.
5. Evaluasi
dengan respon prilaku klien (Craven dab Hirnle, 2000 dalam buku
Dermawan, 2012).
a. Masalah teratasi
telah ditetapkan.
yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan dan atau
2012).
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. (2000). Diaognosa Keperawatan : Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi IV.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Erb & Kozier.(2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Manurung Yunita.(2013). Epidemiologi Efusi Pleura. Diambil tanggal 22 Juli 2013 dari
www.scribd.com/doc/Lapkas-efusi-pleura.
Padila. (2012). Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika. Price.
Rab Tabrani.(2007). Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Jilid 1. Bandung: Penerbit
P.T. Alumni.