Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini di zaman modern dengan adanya peningkatan derajat


ekonomi yang juga terjadi pada masyarakat sangat berpengaruh terhadap
gaya hidup sehari- hari,misalnya pola aktifitas dan pekerjaan,namun tanpa
disadari bahaya yang mengancam kesehatan juga tidak dapat di hindari
(Samsuhidayat, 2015).
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus
dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau
menganggu jalannya isi usus. Sekitar 20% pasien ke rumah sakit datang
dengan keluhan akut abdomen oleh karena obstruksi pada saluran cerna,
80% obstruksi terjadi pada usus halus (Emedicine, 2013).
Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosis
ileus. Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita
ileus setiap tahunnya. Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus
paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien
rawat jalan (Deparetemen Kesehatan RI, 2012).
Insiden antara laki-laki dan perempuan pada usia ini menunjukkan
frekuensi yang sama, akan tetapi pada usia 25 tahun, pada laki-laki
frekuensinya lebih tinggi dengan rasio 3:2 dari perempuan (Issebalcher,
2010). Gangrene dan perforasi biasanya terjadi sesudah 24-36 jam. Oleh
karena itu pada pasien yang sudah terdiagnosa Ileus obstruksi, maka harus
segera dilakukan tindakan pembedahan sewaktu-waktu.
Berdasarkan data yang diperoleh jumlah pasien yang masuk ke ruang
Bougenville RSUD RAA Soewondo Pati selama 2 bulan terakhir dimulai
dari bulan Desember 2020 sampai bulan Januari 2021 adalah 301 pasien,
sedangkan pasien yang mengalami Ileus Obstruksi adalah 5 pasien.
(Catatan Keperawatan Ruang Bougenville RSUD RAA Soewondo Pati)
Dengan fenomena tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk
membuat Karya Tulis Ilmiah ( KTI ) dengan mengangkat judul “Asuhan
Keperawatan Pada Tn. A Dengan Ileus Obstruksi Di Ruang Bougenville
RSUD RAA Soewondo Pati”.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Penulisan karya tulis ilmiah dapat memberikan asuhan keperawatan
secara komprehensif pada pasien dengan ileus obstruktif.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan dan mendokumentasikan pengkajian pada
pasien dengan ileus obstruktif.
b. Mampu melakukan dan mendokumentasikan diagnosa
keperawatan pada pasien dengan ileus obstruktif.
c. Mampu melakukan dan mendokumentasikan rencana asuhan
keperawatan pada pasien dengan ileus obstruktif.
d. Mampu mengevaluasi dan medokumentasikan hasil tindakan
keperawatan yang telah dilakukan pada pasien dengan ileus
obstruktif.

C. PENGUMPULAN DATA
1. Observasi – partisipatif
Yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan
secara langsung dengan pasien atau keluarga dan ikut dalam
pemberian rencana asuhan keperawatan.
2. Wawancara
Yaitu teknik mengadakan komunikasi / wawancara dengan pasien
keluarga dan semua pihak.
3. Studi dokumentasi
Dengan mempelajari catatan medis serta pemeriksaan lainnya yang
kaitannya dengan Ileus Obstruktif.
4. Studi literatur
Yaitu teknik dengan cara menelaah buku-buku perpustakaan yang
berhubungan dengan Ileus Obstruktif, serta diktat sumber ilmiah
lainnya sebagai landasan teori tentang penyakit Ileus Obstruktif.
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah data penunjang untuk menemukan
kebutuhan pasien. Pengkajian ini diperlukan untuk memperoleh data
objektif dan riwayat keperawatan pasien. Pada saat perawat
melakukan pengkajian fisik. Data dasar awal harus sudah dipersiapkan
untuk mendokumentasikannya.
Pemeriksaan fisik bisa dimulai dengan prosedur yang umum,
seperti pengukuran tanda-tanda vital yang meliputi pengukuran
tekanan darah, pernafasan, suhu dan nadi. Penulis harus menjelaskan
setiap langkah prosedur kepada pasien. Jelaskan dan tanyakan setiap
ketidaknyamanan yang dirasakan pasien. Sangat penting menjaga
privasi pasien
Pemeriksaan fisik dilaksanakan dalam upaya menegakkan diagnosa
keperawatan dengan teknik I P P A
I (Inspeksi) : melakukan pengamatan pada bagian tubuh pasien.
P (Palpasi) : pemeriksaan dilakukan dengan cara meraba.
P (Perkusi) : pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara mengetuk
jari telunjuk pada bagian tubuh yang diperiksa
A (Auskultasi) : pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara
mendengarkan bagian tubuh tertentu.

Aspek pengkajian fisik yang dapat menggunakan 3 cara yaitu :

a. Head to-toe
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara
berurutan sampai ke kaki (keadaan umum berupa, tanda-tanda
vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, tenggorokan, leher,
dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, genetalia, rectum dan
ekstermitas). Pengkajian dilakukan pada setiap bagian tubuh,
secara anatomi dan fisiologisnya mulai dari kepala sampai
ekstermitas bawah.
b. ROS (Riview Of System)
Pada bagian ini penulis melakukan pengkajian sistem tubuh
secara keseluruhan. Adapun lingkup mayor body sistem meliputi :
keadaan umum, tanda-tanda vital, sistem pernafasan, sistem
perkemihan, secara pencernaan, sistem muskuloskeletal, sistem
integumen dan sistem reproduksi.
c. Berdasarkan kebutuhan pasien
Pengkajian yang menggunakan pendekatan fungsi
biopsikososialkultural, termasuk analisis terhadap faktor biologis,
perkembangan, psikologis, sosial dan spiritual.

D. SITEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Pengumpulan Data
D. Sistematika Penulisan
E. Manfaat Penilitian
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
F. Penatalaksanaan
G. Pengkajian Keperawatan
H. Diagnosa Keperawatan
I. Intervensi Keperawatan
BAB III HASIL STUDI KASUS (KASUS)
A. Pengkajian
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
D. Perencanaan (Itervensi, Tujuan, kriteria Hasil,
Rasionalisasi)
E. Implementasi
F. Evaluasi (SOAP)
BAB IV PEMBAHASAN
Pembahasan menguraikan tentang perbandingan analisa
teori dan kasus
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
E. MANFAAT PENULISAN
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengharapkan dapat
memberikan manfaat, yaitu :
1. Bagi penulis
a. Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Program Diploma III
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
b. Menerapkan pengetahuan dalam memberikan Asuhan Keperawatan
yang komprehensif pada pasien dengan Ileus Obstruktif.
2. Bagi pasien dan keluarga
Manfaat karya tulis ilmiah ini bagi pasien dan keluarga yaitu agar
dapat memperoleh asuhan keperawatan yang mendekati konsep teori
yang baik.
3. Bagi Universitas Muhammadiyah Kudus
a. Menambah referensi dibidang ilmu kesehatan mengenai asuhan
keperawatan Ileus Obstruktif.
b. Dapat digunakan sebagai bahan acuan masukan bagi pihak-pihak
yang berkepentingan langsung dalam Karya Tulis Ilmiah untuk
tenaga kesehatan khususnya perawat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

Ileus adalah suatu kondisi hipomotilitas (kelumpuhan) saluran


gastrointestinal tanpa disertai adanya obstruksi mekanik pada intestinal.
Pada kondisi klinik sering disebut dengan Ileus paralitik (Mansjoer,
2011).
Obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang mencegah
aliran normal melalui saluran pencernaan. (Brunner & Suddarth, 2012).
Ileus obstruktif adalah hambatan pasase isi usus yang disebabkan
oleh sumbatan mekanik misalnya oleh strangulasi, invaginasi, atau
sumbatan di dalam lumen usus. (Sjamsuhidayat, 2015).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah
sumbatan total atau parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran
pencernaan atau gangguan usus disepanjang usus. Sedangkan Ileus
obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan
oleh sumbatan mekanik.
Klasifikasi

1. Mekanis (Ileus Obstruktif)


Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh
peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata
atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi,
tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu,
striktura, perlengketan, hernia dan abses
2. Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis
dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi
sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan
endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti
penyakit parkinson.

B. ETIOLOGI

Berdasarkan penyebabnya, obstruksi usus dibagi menjadi dua jenis,


yaitu mekanik dan nonmekanik. Berikut ini adalah penjelasan lengkapnya.
1. Obstruksi usus mekanik
Obstruksi usus mekanik terjadi ketika usus kecil tersumbat. Hal ini
bisa dipicu oleh adhesi atau perlengketan usus, yang biasanya muncul
setelah operasi perut atau panggul. Kondisi lain yang dapat memicu
obstruksi usus mekanik adalah:
a. Hernia yang mengakibatkan usus menonjol ke dinding perut.
b. Radang usus, seperti penyakit Crohn.
c. Benda asing yang tertelan (terutama pada anak-anak).
d. Batu empedu
e. Diverkulitis.
f. Instususepsi atau usus yang melipat ke dalam.
g. Meconium plug (feses pertama bayi yang tidak keluar).
h. Kanker usus besar atau ovarium (indung telur).
i. Penyempitan kolon akibat peradangan atau jaringan parut,
misalnya karena penyakit TBC usus.
j. Penumpukan tinja.
k. Volvulus atau kondisi usus yang terpelintir.
2. Obstruksi usus nonmekanik
Obstruksi usus nonmekanik terjadi ketika muncul gangguan pada
kontraksi usus besar dan usus kecil. Gangguan dapat terjadi sementara
(ileus), dan dapat terjadi dalam jangka panjang (pseudo-obstruction).
Obstruksi usus nonmekanik dipicu oleh sejumlah kondisi, seperti:
a. Operasi daerah perut atau panggul.
b. Gastroenteritis atau peradangan pada lambung dan usus.
c. Apendisitis atau radang usus buntu.
d. Gangguan elektrolit.
e. Penyakit Hirschsprung.
f. Gangguan saraf, misalnya penyakit Parkinson atau multiple
sclerosis.
g. Hipotiroidisme
h. Penggunaan obat-obatan yang memengaruhi otot dan saraf.
Misalnya obat golongan antidepresan trisiklik,
seperti amitriptyline, atau obat nyeri oxycodone.

C. PATOFISIOLOGI

Ileus Obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang


terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi
dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen
usus . hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akan
terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan pada
bagian proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran
dinding usus (distensi) akibat peningkatan tekanan intralumen yang
menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Karena
sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak
adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan
cepat.
Sumbatan yang terjadi menyebabkan gerakan usus yang meningkat
(hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan
anti peristaltik. Hal ini menyebabkan serangan kolik abdomen dan
muntah-muntah. Muntah merupakan sumber kehilangan utama cairan dan
elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan
ekstrasel yang mengakibatkan syok hipotensi, pengurangan curah jantung,
penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang
terus menerus mengakibatkan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan
sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia
akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai
absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi
sistemik untuk menyebabkan bakteriemia.

D. PATHWAY

Obstruksi Usus

Akumulasi gas dan cairan di dalam lumen


sebelah proksimal dari letak obstruksi

Distensi Proliferasi bakteri yang Kehilangan H2O


berlangsung cepat dan elektrolit

Tekanan intralumen
meningkat

Volume ECF
meningkat
Iskemia dinding
usus

Kehilangan cairan Syok


menuju ruang Hipovolemik
peritoneum

Pelepasan bakteri dan toksin


dari usus yang nekrolik ke
dalam peritoneum dan
sirkulasi sistemik

Peritonisis Septikemia Sumber :

Taufan Nugroho, 2016

NANDA, NOC, NIC, 2015


E. MANIFESTASI KLINIS

1. Nyeri tekan pada abdomen.


2. Muntah.
3. Konstipasi (sulit BAB).
4. Distensi abdomen.
5. BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus

F. PENATALAKSANAAN

Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan


cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan
kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan
obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali
normal.
1. Perawatan
Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan
peregangan dan muntah dengan kompresi, memperbaiki peritonitis dan
syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
2. Farmakologi
Obat antibiotik dapat diberikan untuk membantu mengobati atau
mencegah infeksi dalam perut, obat analgesic untuk mengurangi rasa
nyeri.
3. Tindakan Bedah :

a. Kolostomi : kolostomi adalah prosedur untuk membuat stoma


(pembukaan) antara usus dan dinding perut. Ini mungkin dilakukan
sebelum memiliki operasi untuk menghapus usus yang tersumbat.
Kolostomi dapat digunakan untuk menghilangkan udara atau
cairan dari usus. Hal ini juga dapat membantu memeriksa kondisi
perawatan sebelum operasi. Dengan kolostomi, tinja keluar dari
stoma ke dalam kantong tertutup. Tinja mungkin berair, tergantung
pada bagian mana dari usus besar digunakan untuk kolostomi
tersebut. Stoma mungkin ditutup beberapa hari setelah operasi usus
setelah sembuh.
b. Stent : stent adalah suatu tabung logam kecil yang memperluas
daerah usus yang tersumbat. Dengan Menyisipkan stent ke dalam
usus menggunakan ruang lingkup (tabung, panjang ditekuk tipis).
Stent dapat membuka usus untuk membiarkan udara dan makanan
lewat. Menggunakan stent juga untuk membantu mengurangi gejala
sebelum operasi.

G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan
secara menyeluruh. Pengkajian Pasien Snake Bite (Maharta, 2011)
meliputi :
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, diagnosa medis, no register dan tanggal MRS.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus ileus obstruktif
adalah nyeri. Nyeri tersebut bisa akut/ kronik tergantung dari
lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap
tentang rasa nyeri pasien digunakan:
Provoking inciden: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
prepitasi nyeri.
Quality of pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan pasien.
Apakah seperti terbakar, berdenyut atau menusuk.
Region radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar/ menyebar dan dimana rasa sakit terjadi.
Saverity( scale of pain): seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
pasien, bisa berdasarkan skala nyeri atau pasien menerangkan
seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari/ siang hari.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada klien ileus obstruktif dapat disebabkan oleh nyeri
akibat distensi abdomen.
d. Riwayat Penyakit Dahulu.
Apakah pasien pernah mengalami (ileus obstruktif) atau
pernah punya penyakit yang menular atau menurun sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga.
Di dalam anggota keluarga tidak atau ada yang pernah
mengalami ileus obstruktif atau penyakit menular.
2. Pola-pola fungsional
a. Pola aktivitas dan latihan
Pasien dengan ileus obstruktif aktifitas dan latihan
mengalami perubahan atau gangguan akibat adanya pembesaran
pada perut sehingga perlu dibantu baik perawat maupun keluarga
pasien.
b. Pola tidur dan istirahat
Pasien dengan ileus obstruktif pola tidur dan istirahat
mengalami gangguan yang disebabkan oleh nyeri pada perut dan
sering muntah.
c. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien dengan ileus obstruktif setelah pemeriksaan
mengalami distensi abdomen pasien akan mengalami gangguan
konsep diri karena perubahan bentuk tubuh (perut) karena terjadi
pembesaran.
d. Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan ileus obstruktif mengeluh nyeri yang
disebabkan oleh adanya sumbatan pada usus.
e. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pasien dengan ileus obstruktif akan mengalami gangguan
atau perubahan dalam menjalankan ibadahnya.
f. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada pasien ileus obstruktif harus mengkonsumsi nutrisi
dengan kebutuhan sehari-harinya seperti serat dan buah untuk
membantu proses pencernaan.
g. Pola Eliminasi
Untuk kasus ileus obstruktif terdapat gangguan pada pola
eliminasi, yaitu konstipasi yang disebabkan oleh bising usus
menurun dan juga distensi abdomen.
h. Pola Tidur dan Istirahat.
Semua pasien dengan ileus obstruktif timbul rasa nyeri,
keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan
kebutuhan tidur pasien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan
pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan
kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur.
i. Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua
bentuk kegiatan Pasien dengan ileus obstruktif menjadi berkurang
dan kebutuhan pasien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal
lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas pasien terutama
pekerjaan pasien.
j. Pola Hubungan dan Peran
Pasien dengan ileus obstruktif akan kehilangan peran dalam
keluarga dan dalam masyarakat. Karena pasien harus menjalani
rawat inap.

k. Pola Reproduksi Seksual


Dampak pada pasien dengan ileus obstruktif yaitu, pasien
tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus menjalani
rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami
pasien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk
jumlah anak, lama perkawinannya.
l. Pola Penanggulangan Stress
Pada pasien dengan ileus obstruktif timbul rasa cemas
tentang keadaan dirinya, yaitu ketidaktauan tentang penyakit dan
cara penyembuhannya.
3. Pemeriksaan fisik
a. Pada pasien dengan ileus obstruktif biasanya terdapat adanya
perubahan yang menonjol pada sistem integumen seperti turgor
kulit yang jelek karena kekurangan cairan akibat sering muntah.
b. Sistem Ektremitas dan Neurologis
Pada pasien ileus obstruktif ekstremitas tidak ada gangguan.
c. Sistem Respirasi
Biasanya pada pasien ileus obstruktif tidak ada perubahan yang
menonjol atau tidak ada sesak nafas dan tidak ada pernafasan
cuping hidung.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Nanda International 2015-2017 :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, iritasi intestinal,
distensi abdominal
2. Konstipasi berhubungan dengan hipomotilitas atau kelumpuhan
intestinal
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan absorpsi nutrien , intake tidak adekuat

I. INTERVENSI KEPERAWATAN
Sumber : Nanda International (2015-2017) & NIC-NOC (2015)

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1 Nyeri Akut Kriteria Hasil : a. Lakukan
Batasan Karakteristik a. Keadaan umum pengkajian nyeri
: membaik secara
a. Perilaku distraksi b. Nyeri berkurang komprehensif
b. Ekspresi wajah 1-3 termasuk lokasi,
nyeri c. TTV dalam karakteristik
c. Gelisah batas normal durasi, frekuensi,
d. Putus asa kualitas dan
e. Sikap meindungi faktor presipitasi
area nyeri b. Ajarkan tentang
f. Keluhan dengan teknik non
standar instrumen farmakologi
nyeri napas dalam,
Faktor yang relaksasi,
berhubungan : distraksi,
a. Agen cedera kompres
biologis hangat/dingin
b. Agen cedera fisik c. Berikan analgetik
c. Agen cedera kimia untuk
mengurangi nyeri
(ceftriaxone 2x1
gr)
d. Tingkatkan
istirahat
e. Monitor vital
sign sebelum dan
sesudah
pemberian
analgetik pertama
kali
2 Konstipasi Kriteria Hasil : a. Monitor tanda
Batasan Karakteristik a. Pasien mampu dan gejala
: mempertahanka konstipasi
a. Anoreksia n bentuk feses b. Monitor bising
b. Feses keras b. Pasien bebas usus pasien
c. Bising usus dari c. Anjurkan px
hipoaktif ketidaknyamana untuk mencatat
d. Distensi abdomen n dan konstipasi warna , volume
e. Muntah c. Feses lunak dan frekuensi dan
f. Nyeri abdomen berbentuk konsistensi feses
g. Tidak dapat d. Berikan intake
mengeluarkan feses cairan oral
Faktor yang adekuat
berhubungan : e. Delegatif dalam
a. Kebiasaan defekasi pemberian
tidak teratur laksatif enema
b. Kelemahan otot
abdomen
c. Perubahan
lingkungan saat ini
d. Kebiasaan menekan
dorongan defekasi
3 Ketidakseimbangan Kriteria Hasil : a. Monitor adanya
nutrisi kurang dari a. Pasien tidak penurunan berat
kebutuhan tubuh mengeluh mual’ badan
Batasan Karakteristik b. Nafsu makan px b. Monitor mual
: meningkat dan muntah
a. Bising usus c. Pasien pasien
hipoaktif menunjukkan c. Kaji kemampuan
b. Nyeri abdomen peningkatan intake pasien
c. Mual fungsi d. Berikan makanan
d. Muntah pengecapan dan yang
Faktor yang menelan mengandung
berhubungan : serat dan buah
a. Factor biologis e. Anjurkan pasien
b. Ketidakmampuan makan sedikit
makan tapi sering
c. Ketidakmampuan f. Delegatif dgn
mengabsorpsi ahli gizi untuk
nutrient menentukan
d. Kurang asupan kalori dan nutrisi
makanan yg dibutuhkan
pasien
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Hari/tanggal : Senin,11 Januari 2021
Jam : 10.00 WIB
Oleh : Aninda Devi Helrina

1. Biodata pasien
a) Identitas pasien
Nama : Tn. K
Umur : 61 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pendidikan : Smp
Pekerjaan : Supir
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Ds. Pagerharjo RT 2/2 Pati
Tanggal Masuk : 9 Januari 2021
Dx Medis : Ileus Obstruktif

b) Identitas penanggung jawab


Nama : Ny. N
Umur : 58 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Sd
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Ds. Pagerharjo Rt 2/2 Pati
Hubungan Dengan Pasien : Istri

2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Pasien mengatan nyeri pada perut.
b) Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 9 Januari 2021 jam 17.00 WIB pasien datang ke IGD
RSUD Soewondo Pati dengan keluhan nyeri kram pada perut dan perut
terasa kembung dan mual, demam, sulit BAB dan nafsu makan minum
menurun. Setelah mendapat terapi dari IGD, pasien dibawa ke ruang
bougenville untuk mendapat perawatan. Pada tanggal 10 Januari 2021
dilakukan pemeriksaan radiologi didapatkan hasil menyokong gambaran
Ileus Obstruksi letak tinggi cardiomegali. Klien dijadwalkan operasi pada
tanggal 15 Januari 2021.
c) Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan belum pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya.
Pasien belum pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. Pasien juga
mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi, DM dan pasien tidak mempunyai penyakit menular seperti TB
dan hepatitis
d) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengalami sakit
seperti yang dialami oleh pasien dan juga tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit menurun seperti hipertensi, DM dan juga keluarga tidak
ada yang mempunyai riwayat menular seperti TB dan hepatitis.
e) Riwayat alergi
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi cuaca, obat-obatan, makanan dan
minuman.
f) Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Tinggal 1 rumah

3. Pola fungsional
a) Pola pernafasan
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak mengalami gangguan
pernafasan, pasien dapat bernafas dengan normal.
Selama sakit : selama sakit pasien tidak sesak nafas, suara pernafasan
vesikuler, tidak ada whezing, frekuensi pernafasan
20x/menit.

b) Kebutuhan nutrisi
Sebelum sakit : pasien makan 3x sehari dengan menu nasi, sayur dan
lauk pauk habis 1 porsi dan minum 7-8 gelas dalam sehari
Selama sakit : pasien makan 3x sehari menu dari RS namun hanya
makan beberapa sendok karena merasa mual dan
terkadang muntah.
c) Kebutuhan eliminasi
Sebelum sakit : pasien BAB 1x sehari dan BAK 4-5 kali dalam sehari
Selama sakit : pasien selama dirawat belum BAB sama sekali dan BAK
3-4 kali sehari
d) Kebutuhan istirahat dan tidur
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidur antara 7-8 jam dalam sehari dan
dapat tidur pulas tidak sering bangun pada malam hari.
Selama sakit : pasien mengatakan tidur sedikit terganggu karena
merasakan nyeri, pasien tidur ± 5 jam sehari
e) Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit : pasien mengatakan merasa nyaman dan aman saat
dirumah maupun ditempat kerjanya, karena tidak sedang
sakit.
Selama sakit : pasien mengatakan merasakan nyeri pada abdomen,
ekspresi wajah tampak meringis kesakitan.
P : nyeri akibat sumbatan usus.
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk.
R : nyeri dirasakan di bagian perut kiri melebar kebawah perut.
S : skala nyeri 7
T : hilang timbul.
f) Kebutuhan berpakaian
Sebelum sakit : pasien mengatakan bisa mandiri ganti pakaian 1x sehari
tanpa bantuan orang lain
Selama sakit : pasien mengatakan ganti pakaian 2x dalam sehari dan
dibantu keluarganya.
g) Kebutuhan mempertahankan suhu tubuh dan sirkulasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan jarang mengalami demam yang tinggi
dan dissat kedinginan pasien memakai jaket atau selimut
untuk menghangatkan badannya dan begitu pula sebaliknya
kalau kepanasan pasien memakai pakaian seperti kaos.
Selama sakit : pasien mengatakan jika kedinginan memakai selimut, suhu
ketika dikaji 36,7ºc
h) Kebutuhan personal hygine
Sebelum sakit : pasien mengatakan mandi 2x sehari dipagi dan sore hari
menggunakan sabun, keramas 2 hari sekali dan gosok gigi
setiap hari
Selama sakit : pasien mengatakan hanya sibin 2x sehari dipagi dan sore
hari, keramas 2x seminggu dan gosok gigi 1x sehari.
i) Kebutuhan gerak dan keseimbangan tubuh

Pola aktivitas Sebelum sakit Selama sakit

0 1 2 3 4 0 1 2 3 4

Makan & minum √ √

Mandi √ √

Toileting √ √

Berpakaian √ √

Mobilisasi √ √

Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Memerlukan alat
2 : Memerlukan bantuan
3 : Memerlukan alat dan bantuan
4 : Ketergantungan alat
j) Berkomunikasi dengan orang lain
Sebelum sakit :pasien dapat berkomunikasi dengan baik, baik dengan
keluarga, tetangga dan teman kerja.
Selama sakit :pasien selama sakit hanya berkomunikasi dengan
keluarga, perawat karena sedang masa pandemi.
k) Kebutuhan spiritual
Sebelum sakit : pasien beragama islam, pasien selalu melakukan sholat 5
waktu.
Selama sakit : pasien tetap melaksanakan sholat 5 waktu dengan
berbaring dan berwudhu dengan cara tayamum.
l) Kebutuhan kerja
Sebelum sakit : pasien mengatakan kesehariannya bekerja sebagai supir.
Selama sakit : pasien hanya bisa berbaring ditempat tidur dan pasien
tidak bisa bekerja selama sakit.
m) Kebutuhan bermain dan rekreasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan jika liburan diisi dengan jalan jalan
dengan anak ke tempat rekreasi
Selama sakit : pasien tidak bisa bercanda dengan anak-anaknya karena
selama pandemic hanya di temani oleh istri.
n) Kebutuhan belajar
Sebelum sakit : pasien mengatakan belajar untuk mensyukuri hidup
Selama sakit : pasien mengatakan dengan keadaan seperti ini pasien
dapat belajar dengan pengalamannya untuk lebih menjaga
pola hidup.
4. Pemeriksaan fisik
a) Kesadaran : baik
b) GCS (Glass Coma Scale) : composmenthis E:4 M:6 V:5
c) TTV
1) TD : 120/80 mmHg
2) N : 80x/menit
3) S : 36,7ºc
4) RR : 30x/menit
d) Kepala : mesochepal, tidak ada bekas luka, rambut beruban, kulit
kepala bersih.
e) Wajah : simetris antara kanan dan kiri, tidak pucat.
f) Mata : mata simetris antara kanan dan kiri, konjungtiva tidak
anemis, pupil isokor, sklera tidak ikterik.
g) Hidung : simetris, tidak ada pembesaran polip, dan tidak ada
pernafasan cuping hidung.
h) Mulut : simetris, mukosa bibir kering, lidah kotor, tidak terdapat
dermatitis.
i) Telinga : kanan dan kiri simetris, tidak ada penumpukan serumen,
tidak ada gangguan pendengaran.
j) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran
vena jugularis.
k) Dada :
1) Paru-paru
I : simetris, ada retraksi dinding dada
P : simetris, tidak ada nyeri tekan
P : sonor
A : vesikuler, tidak ada nafas tambahan
2) Jantung
I : simetris, tidak ada jejas, ictus cordis terlihat
P : tidak ada nyeri tekan, ictus cordis teraba
P : pekak
A : reguler
3) Abdomen
I : perut distensi, tidak ada lesi.
A : hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi. Pada fase lanjut
bising usus dan peristaltic melemah sampai hilang.
P : hipertimpani
P : kadang teraba massa seperti tumor
l) Genetalia : terpasang DC
m) Ekstermitas :
1) Atas : bentuk kedua tangan simetris, tidak ada pembengkakan
2) Bawah : bentuk kedua kaki simetris, tidak menggunakan alat
bantu.
3) Kekuatan otot

4 4
3 3

5. Pemeriksaan penunjang
a) Hasil laborat
Tanggal : 11-12-2018

Nama Flag Hasil … Satuan Nilai Normal


Hematologi
Hemoglobin LL 10.8 R g/dL 14 - 17.4
Hematokrit LL 42.2 R % 41.5- 50.4
Leukosit H 7.4 R 10^3/uL 4.50- 11.0
Eritrosit L 4.91 R juta/uL 4.4 - 6.0
Trombosit L 230 R ribu/uL 150 - 450
Index Eritrosit
MCV L 85.9 R fL 80 – 96
MCH L 29.1 R Pg 27.5 - 33.2
MCHC 33.9 R % 33.4 - 35.5
Prothrombin detik
Time/PT
PT H 11.80 R detik 9.1 – 13.1
PT R 11 – 15
INR H 1.09 R 0.8 - 1.2
APTT 22.10 R detik 14.2 – 34.2
APTT R detik 21 – 41
Glukosa sewaktu 110 R Mg/dL <140
SGOT (AST) H 58 R U/L 15-37
SGPT (ALT) 34 R U/L 16-63

b) Terapi obat-obatan

Obat Dosis Waktu pemberian


Cefotriaxon 1g 2 x 1000mg IV 08.00 - 20.00
Metronidasol 2 x 500mg infus 08.00 - 20.00
Alinamin F 3 x 10ml IV 06.00-14.00-22.00
Toradol 3 x 1ml IV 06.00-14.00-22.00
Lasix 3 x 1ml IV 06.00-14.00-22.00
Novalgin Extra 1 x 2ml IV 10.00
Aspark tablet 1 x 1 tablet oral 10.00

B. ANALISA DATA
NO. Hari/ No Data fokus Problem Etiologi
Tgl DX

1. Rabu, I DS :Pasien mengatakan Nyeri akut Agen


12-12- nyeri dibagian perut cidera
2018 sejak 4 hari yang lalu Domain 12 biologis
P : Nyeri akibat Kelas 1 (sumbata
sumbatan pada usus (00132), hal n usus)
Q : Nyeri seperti ditusuk- 469.
tusuk
R : dibagian perut kiri
melebar kebawah perut
S : Skala nyeri 7
T: Nyeri hilang timbul
sejak 1 jam yang lalu

DO :- Pasien tampak
meringis kesakitan
2. Kamis, II DS : Pasien mengatakan Konstipasi Distensi
13-12- susah untuk BAB , abdomen
2018 pasien tidak BAB sejak 4 Domain 3
hari yang lalu Kelas 2
(00011), hal
DO :- Distensi abdomen 208.
- Bising usus
menurun
3. Jum’at, III DS : Pasien mengatakan Ketidaksei Ketidak
14-12- tidak nafsu makan, mbangan mampua
2018 pasien mengeluh mual nutrisi n
DO :- Pasien makan kurang dari mengabs
terakhir 3 sendok makan kebutuhan orpsi
karena mual dan tidak tubuh nutrient
nafsu makan
- Berat badan Domain 2
pasien turun dari 68kg Kelas 1
menjadi 61kg (00002) hal
A : antropometri 177.
BB : 61 kg
TB : 169 cm
B : biokimia
Hb : 10,8 (normal
11,0-16,0)
C : clinis
- Kulit : sedikit
kering
- Mata : sclera
anikterik,
konjungtiva anemis
- Mukosa bibir :
kering,tidak ada
sariawan
D : diet
Bubur halus

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (sumbatan usus)
2. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO. Hari/tgl/ NO. Tujuan Intervensi
Jam DX
1. Rabu, I Setelah dilakukan 1. Lakukan
12-12- tindakan pengkajian nyeri
2018 keperawatan secara
selama 3x24 jam komprehenshif
nyeri dapat termasuk lokasi,
berkurang dengan karakteristik durasi,
kriteria hasil : frekuensi, kualitas
- Keadaan dan faktor
umum baik presipitasi.
- Nyeri 2. Ajarkan tentang
berkurang teknik non
- TTV dalam farmakologi: napas
batas dalam, relaksasi,
normal distraksi, kompres
hangat/ dingin.
3. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri (Ceftriaxone
2x1 gr).
4. Tingkatkan
istirahat.
5. Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali.
2. Kamis, II Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan
13-12- tindakan selama gejala konstipasi
2018 3x24 jam 2. Monitor bising usus
diharapkan pasien
konstipasi dapat 3. Anjurkan pasien
teratasi dengan untuk mencatat
kriteria hasil : warna, volume
a. Pasien mampu frekuensi dan
mempertahank konsistensi feses
an bentuk 4. Berikan intake
feses cairan oral adekuat
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/ NO. Implementasi Respon/ Hasil


tgl/ Dx
jam

Rabu, I 1. Mengkaji TTV DS : Pasien mengatakan


12-12- nyeri pada perut
2018 DO :
08.00 TD : 120/80 mmHg,
N : 80x/menit
RR : 30x/m
S : 36,7 oC

DS : Pasien mengatakan
2. Memberikan obat
08. 15 nyeri pada perut
sesuai indikasi
DO : Obat masuk melalui
selang infus

3. Mengajarkan tekhnik DS : Pasien bersedia


relaksasi pada pasien DO : Pasien melakukan
nafas dalam
4. Meningkatkan
istirahat DS : Pasien mengatakan
susah tidur
DO: pasien gelisah

II 1. Mengkaji TTV pasien DS : pasien mengatakan


belum BAB selama $
hari
DO :
TD : 120/80 mmHg,
N : 80x/menit
RR : 30x/m
S : 36,7 oC

2. Memberikan intake DS : Pasien mengatakan


cairan yang adekuat belum BAB selama 4
hari
DO : pasien menerima
cairan melalui infus

3. Menganjurkan DS : Pasien mengatakan


pasien untuk malas makan
banyak makan buah DO : Pasien tampak lemas
dan sayur

4. Kolaborasi tim DS : Pasien mengatakan


medis perutnya terasa
begah
DO : pasien tampak lemas

III 1. Mengkaji TTV DS : pasien mengatakan


pasien malas makan
DO :
TD : 120/80 mmHg,
N : 80x/menit
RR : 30x/m
S : 36,7 oC

2. Memberikan DS : Pasien mengatakan


makanan yang malas makan karena
mengandung mual dan muntah
banyak serat DO : Pasien terlihat lemah
dan lesu
3. Menganjurkan DS : Pasien mengatakan
pasien makan mual
sedikit tapi DO : pasien tampak lemah
banyak
4. Kolaborasi DS : Pasien mengatakan
dengan tim ahli makan hanya sedikit
gizi DO : pasien tampak lesu

Kamis I 1. Melakukan DS : pasien mengatakan


pengkajian nyeri nyeri pada perut
secara bagian kiri
komprehensif DO :
P : Nyeri akibat sumbatan
pada usus
Q : Nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R : dibagian perut kiri
melebar kebawah perut
S : Skala nyeri 7
T: Nyeri hilang timbul
sejak 1 jam yang lalu

2. Mengurangi faktor- DS : pasien mengatakan


faktor yang nyeri hilang timbul
meningkatkan nyeri DO : pasien tampak
meringis kesakitan

3. Memberi informasi DS : pasien mengatakan


mengenai nyeri mengerti tentang
pengertian dan
penyebab nyeri
DO : pasien terlihat paham
dengan penjelasan
perawat
4. Kolaborasi dengan
keluarga pasien DS : pasien mengatakan
untuk memberi senang karna
dukungan pada diperhatikan oleh
pasien keluarga
DO : pasien dan keluarga
tampak saling
mendukung

II 1. Monitor tanda DS : pasien mengatakan


gejala konstipasi perutnya terasa
begah
DO : pasien tampak tidak
nyaman

2. Monitor bising DS : pasien tampak


usus meringis
DO : bising usus lemah,
2x/menit (normal 5-
30x)

3. Menjelaskan DS : pasien mengatakan


penyebab sedikit paham
konstipasi tentang penjelasan
perawat
DO : pasien tampak masih
bingung
4. Sarankan
penggunaan DS : pasien mengatakan
laksatif atau belum mengerti
pelembut feses tentang penggunaan
pelembut feses
DO : pasien terlihat
bingung

III 1. Menciptakan DS : pasien mengatakan


lingkungan yang tidak menyukai
optimal saat makanan rumah sakit
mengkonsumsi DO : pasien tampak malas
makan makan

2. Membantu pasien DS : pasien mengatakan


terkait perawatan belum menggosok
mulut sebelum gigi selama di rumah
makan sakit
DO : gigi dan lidah pasien
tampak kotor

3. Menganjurkan DS : pasien mengatakan


pasien untuk senang makan buah
makan sedikit tapi jeruk
sering DO : pasien tampak
memakan jeruk

4. Kolaborasi DS : pasien mengtakan


dengan ahli gizi makanan rumah sakit
terasa hambar
DO : pasien tampak lesu

jumat I 1. Menciptakan DS : pasien mengatakan


lingkungan yang tidak nyaman dengan
nyaman lingkungan sekarang
DO : pasien terlihat bosan

2. Gunakan DS : pasien mengatakan


komunikasi nyaman berbincang
terapeutik pada dengan perawat
pasien DO : pasien tampak
nyaman

3. Ajarkan prinsip- DS : pasien mengatakan


prinsip manajemen belum mengerti
nyeri DO : pasien tampak
menyimak

4. Kolaborasikan DS : pasien mengatakan


dengan keluarga senang karena
untuk memberikan didampingi istrinya
dukungan pada DO : pasien tampak tenang
pasien
II 1. Identifikasi factor DS : pasien mengatakan
yang menyebabkan belum BAB selama 4
konstipasi hari
DO : perut pasien tampak
besar

2. Monitor bising usus DS : pasien mengatakan


tidak nyaman dengan
kondisinya
DO : bising usus lemah
3. Informasikan pada DS : pasien mengatakan
pasien mengenai belum pernah
prosedur melakukannya
mengeluarkan feses DO : pasien tampak malu
secara manual ketika membahasnya

4. Ajarkan pasien DS : pasien mengatakan


tentang penggunaan tidak pernah
laksatif/pelembut menggunakan
feses dengan tepat laksatif sebelumnya
DO : pasien nampak
memperhatikan
penjelasan perawat

III 1. Monitor kalori dan DS : pasien mengatakan


asupan makanan tidak nafsu makan
2. Berikan makanan DO : pasien nampak lemah
yang di sukai pasien
3. Anjurkan pasien DS : pasien mengatakan
makan sedikit tapi menyukai makanan
sering pedas
4. Kolaborasi ahli gizi DO : pasien nampak
murung karena di
rumah sakit tidak
diperbolehkan
makan makanan
pedas

DS : pasien mengatakan
masih tidak nafsu
makan
DO : pasien nampak lesu

DS : pasien mengatakan
akan mencoba
makan sedikit tapi
sering
DO : pasien tampak tenang

F. EVALUASI

NO Hari/ Diagnosa Evaluasi


tgl/jam Keperawatan

1. Rabu, I. Nyeri akut S: Pasien mengatakan nyeri


12-12- berhubungan pada perut kiri
2018 O:
dengan agen
14.10 - Distensi abdomen
cidera biologis
- Pasien meringis
(sumbatan usus)
kesakitan
P : Nyeri karena
sumbatan usus
Q : Nyeri seperti di tusuk-
tusuk
R : perut bagian kiri
S : Skala nyeri 7
T : Nyeri hilang timbul
A: Masalah Belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi

II. Konstipasi S : Pasien mengatakan belum


berhubungan bisa BAB
O:
dengan - Distensi abdomen
kelemahan otot - Pasien nampak lemah
abdomen A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

III. Ketidakseimb S : Pasien mengatakan tidak


nafsu makan
angan nutrisi
O:
kurang dari - pasien tampak lemah
kebutuhan tubuh - Pasien lemah
berhubungan TTV :
dengan
TD :120/80 mmHg
ketidakmampuan
N : 80x/menit
mengabsorpsi
abdomen S : 36,7ºC

RR :30x/menit

SPO2:95%

A : Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai