Anda di halaman 1dari 20

TUGAS INDIVIDU

KONSEP PERKAWINAN DALAM ISLAM


Mata Kuliah : PAI
Dosen Pengampu : Mukhlis Syafiq,M.S.I

Disusun Oleh :
Nama: Lutfi AenI
Nim: 2001204
Kelas: B (SEMESTER 1)

AKADEMI KEBIDANAN K.H. PUTRA BREBES


YAYASAN PONDOK PESANTREN AL HIKMAH 01
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas berkah,
rahmat, dan karunia-Nya penyusunan tugas kelompok Keterampilam Dasar
Klinik (KDK) makalah dapat kami selesaikan.
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan para siswa dapat lebih
mendalami tentang Kebutuhan Nutrisi Dan Cairan. Kami menyadari bahwa
Penyusunannya ini masih memiliki kekurangan, namun usaha maksimal telah
kami lakukan. Oleh sebab itu, kepada semua pihak sangat diharapkan kritik dan
saran.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk
saat ini dan di masa yang akan datang dan dapat menjadi khazanah ilmiah serta
referensi demi kemajuan dan bertambahnya ilmu kita terhadap Keterampilan
Dasar Klinik.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Benda, 29 Desember 2020

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
Latar Belakang Kebutuhan nutrisi adalah zat zat gizi atau zat-zat lain yang
berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam
tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan
hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktifitas penting dalam
tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu
tentang makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto dan
Wartonah, 2006).

Tubuh memerlukan makanan untuk mempertahankan kelangsungan


fungsinya. Kebutuhan nutrisi ini diperlukan sepanjang kehidupan manusia, namun
jumlah nutrisi yang diperlukan tiap orang berbeda sesuai dengan karakteristik,
seperti jenis kelamin, usia, aktivitas, dan lain-lain. Nutrisi erat kaitannya dengan
intake makanan dan metabolisme tubuh serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Secara umm faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi
adalah faktor fisiologis untu kebutuhan metabolisme bassal, faktor patologis
seperti adanya penyakit tertentu yang menganggu pencernaan atau meningkatkan
kebutuhn nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti adanya kemampuan individu dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi.

Nutrisi sangat penting bagi manusia karena nutrisi merupakan kebutuhan


fital bagi semua makhluk hidup, mengkonsumsi nutrien (zat gizi) yang buruk bagi
tubuh tiga kali sehari selama puluhan tahun akan menjadi racun yang
menyebabkan penyakit dikemudian hari Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi ada
sistem yang berperan di dalamnya yaitu sistem pencernaan yang terdiri atas
saluran pencernaan dan organ asesoris, saluran pencernaan dimulai dari mulut
sampai usu halus bagian distal. Sedangkan organ asesoris terdiri dari hati, kantong
empedu dan pankreas. Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila
tidak ada nutrisi maka tidak ada gizi dalam tubuh kita. Sehingga bisa
menyebabkan penyakit / terkena gizi buruk oleh karena itu kita harus
memperbanyak nutrisi.

3
B. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian Nutrisi
2. Kemasan NTG ( Alat-alat)
3. Pemasangan dan alat-alat NGT
4. Pemasangan Infus Lengkap Sesuai Standar Akreditasi

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah zat kimia organik atau anorganik yang ditemukan dalam
makanan untuk fungsi tubuh yang sebaik-baiknya. Makanan itu sendiri
mempunyai manfaat yaitu untuk memelihara proses tubuh dalm pertumbuhan dan
perkembangan, memelihara energy guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari.
Selain nutrisi yang akan kita bahas adalah mengenai keseimbangan cairan tubuh
bagi manusia. Cairan merupakan subtansi penting bagi tubuh. Oleh karena itu,
cairan selalu dipertahankan dalam keseimbangan tubuh.
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia.
Hampir 90% dari berat badan tubuh manusia merupakan cairan. Nutrisi
merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang
bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. Nutrisi
adalah zat-zat gizi atau berhubungan dengan kesehatan, penyakit, termasuk
keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-
bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk
aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya.
Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi
dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang
berhubungan dengan kesehatan dan penyakit. Nutrisi merupakan kesehatan dasar
dan sangat penting bagi tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan yang
normal, mempertahankan dan memperbaiki jaringan tubuh, metabolisme sel dan
fungsi organ.
Sistem Tubuh yang Berperan dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Penecernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris.

5
Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal,
sedangkan organ asesoris terdiri atas hati, kantung empedu, dan pankreas. Ketiga
organ membantu terlaksananya sistem pencernaan makanan secara kimiawi.

B. Kemasan NTG ( Alat-alat)


1. Pengertian Nasogastric tube intubation (NGT)
Nasogastric tube intubation (NGT) merupakan selang lunak dan lentur
yang terbuat dari plastik. Orang Indonesia juga mengenalnya dengan istilah
selang makan atau sonde.Pada pemasangan NGT, selang akan dimasukkan
dari lubang hidung pasien melewati kerongkongan hingga mencapai lambung.
Kenapa prosedur pasang NGT diperlukan? Pemasangan selang nasogastrik
umumnya dilakukan untuk beberapa tujuan di bawah ini:

1) Sebagai langkah diagnostik

Pasang NGT bisa dianjurkan untuk memastikan diagnosis dari sederet


penyakit berikut:Mendeteksi penyebab perdarahan pada saluran cerna atas
Mengambil sampel cairan lambung untuk dianalisis di laboratorium Sebagai
sarana untuk memasukkan zat kontras selama pemindaian saluran cerna atas

2) Sebagai langkah pengobatan

Dokter bisa menyarankan pemasangan selang nasogastrik untuk


menangani berbagai masalah saluran cerna yang meliputi:Mengurangi tekanan
dan gas dalam rongga perut karena penyumbatan usus serta radang pankreas,
atau pascaoperasi rongga perut.Melakukan bilas lambung pasa pasien yang
mengalami keracunan makanan atau zat kimia tertentu.Memberikan nutrisi
dan obat-obatan pasa pasien yang tidak bisa makan dan menelan secara
normal. Siapa yang tidak boleh menjalani prosedur pasang NGT? Tidak
semua orang merupakan kandidat yang cocok untuk menjalani pemasangan
NGT. Dokter tidak menyarankan prosedur ini pada orang yang mengalami:

1. Cedera berat pada area wajah

2. Baru menjalani operasi di area sekitar hidung

3. Semenara beberapa orang dengan kondisi di bawah ini masih boleh


menjalani pemasangan selang makan, tapi dokter akan lebih waspada
selama melakukannya:

4. Gangguan pembekuan darah

6
5. Pelebaran pembuluh darah vena di kerongkongan (varises esofagus)

6. Baru menjalani operasi pengikatan varises esofagus

7. Menelan zat beracun yang bersifat basa

8. Apa saja persiapan sebelum menjalani pasang NGT?

9. Persiapan yang dapat dilakukan sebelum menjalani prosedur pasang NGT


meliputi:

10. Mendiskusikan manfaat dan risiko prosedur dengan dokter.

11. Menjalani pemeriksaan medis.

Memberitahukan pada dokter bila pasien mengalami penyakit tertentu dan


rutin mengonsumsi obat-obatan. Dokter mungkin akan meminta pasien untuk
berhenti meminum beberapa jenis obat, seperti obat pengencer darah. Setelah
pasien setuju dan memahami manfaat maupun risiko prosedur, pasien akan
diminta untuk menandatangani formulir persetujuan prosedur.

C. Pemasangan dan alat-alat NGT


Secara garis besar, pasang NGT dilaksanakan dengan langkah-langkah
berikut:

1. Pasien akan diminta untuk duduk tegak.

2. Dokter akan melakukan pemeriksaan pada rongga hidung untuk


memastikan tidak ada kelainan sebelum memasang selang makan.

3. Dokter spesialis anestesi akan memberikan obat bius lokal. Obat ini akan
menyebabkan mati rasa pada area hidung dan kerongkongan untuk
sementara, namun pasien tetap sadar.

4. Dokter kemudian mengoleskan jel pada selang NGT. Selain untuk


mempermudah masuknya selang saat didorong dari hidung menuju
lambung, jel ini dapat mengurangi nyeri pada hidung dan kerongkongan
pasien.

5. Ketika selang NGT didorong melewati lubang hidung menuju lambung,


pasien akan diminta membantu masuknya selang dengan melakuakn
gerakan menelan.

6. Setelah selang sampai di lambung, dokter akan melakukan rontgen dada


untuk memastikan posisi selang sudah tepat.

7
7. Apa saja yang perlu diperhatikan setelah pasang NGT?

8. Pemasangan NGT dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada hidung dan


kerongkongan. Pasien juga bisa merasa ingin muntah.

9. Bila pasang selang makan dilakukan untuk tujuan diagnostis, pasien dapat
langsung pulang ke rumah setelah prosedur selesai. Namun jika prosedur
ini bertujuan sebagai langkah pengobatan, pasien mungkin perlu menjalani
rawat inap selama beberapa hari di rumah sakit.

Setelah pasang NGT dan selama perawatan di rumah sakit, pemantauan rutin
akan dilakukan untuk mengawasi:

1. Seberapa banyak cairan yang masuk ke tubuh dan yang dibuang lewat
urine.

2. Ada tidaknya penyumbatan pada selang makan. Pemeriksaan ini


dilakukan dengan menyedot keluar cairan dari selang NGT. Bila terjadi
sumbatan, pembilasan selang dengan cairan saline mungkin diperlukan.

3. Kondisi kulit di sekitar selang NGT. Perawat akan mengevaluasi ada


tidaknya kemerahan, pembengkakan, atau perdarahan pada lokasi
pemasangan selang.

4. Ada tidaknya kondisi kembung pada perut pasien.

5. Apa saja komplikasi pasang NGT?

6. Seperti tindakan medis pada umumnya, pemasangan selang makan juga


memiliki risiko. Beberapa komplikasi pasang NGT yag mungkin terjadi
meliputi:

7. Sakit pada tenggorokan

8. Hidung tersumbat

9. Mimisan ringan

10. Pneumonia aspirasi, misalnya karena adanya isi lambung yang


masuk ke jalur napas dan paru-paru

11. Luka pada kerongkongan

12. Selang NGT yang salah masuk ke jalur napas

8
13. Kejang pada jalur pernapasan yang menyebabkan pasien sulit
bernapas

14. Diskusikan secara rinci mengenai risiko-risiko tersebut dengan


dokter. Pada umumnya, dokter akan menganjurkan pasang NGT setelah
mempertimbangkan bahwa manfaat prosedur ini lebih besar dari
risikonya.

Adapun alat alat NGT yaitu :

 Selang NGT

 Handescun steril

 Handuk

 perlak

 bemgkok

 tisu

 jelli

 spuit 10 cc

 stetoskop

 tongue pastel

 plaster

 pen light

 gunting

 bak instrumen

 baki

 Kom kecil

 air

 ketimbat

D. Pemasangan Infus Lengkap Sesuai Standar Akreditasi

9
Pemasangan infus merupakan salah satu tindakan dasar dan pertama yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan – khususnya perawat – sebagai awal dari
rangkaian kegiatan pengobatan dan perawatan terhadap hampir semua jenis kasus
baik itu gawat, darurat, kritis, ataupun sebagai tindakan profilaksis.Karenanya,
sebagai tenaga kesehatan – khususnya perawat – adalah sebuah keharusan untuk
bisa melakukan tindakan pemasangan infus yang baik dan benar sesuai standar
operasional prosedur yang berlaku agar hal-hal yang tidak diinginkan dapat
dihindari.

Untuk SOP pemasangan infus, setiap instansi pelayanan kesehatan pasti


mempunyai SOP yang berbeda-beda, tergantung referensi mana yang digunakan.
Namun secara garis besar, terapi intravena semuanya sama. Berikut adalah SOP
pemasangan infus yang umum digunakan di berbagai fasilitas kesehatan yang ada
di Indonesia baik itu Rumah Sakit, Puskesmas ataupun Klinik.

a. Pemasangan Infus Lengkap

Pengertian Pemasangan Infus

Pemasangan infus adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan
untuk memasukkan obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien (Darmawan,
2008).

Sementara itu menurut Lukman (2007), terapi intravena adalah


memasukkan jarum atau kanula ke dalam vena (pembuluh balik) untuk dilewati
cairan infus / pengobatan, dengan tujuan agar sejumlah cairan atau obat dapat
masuk ke dalam tubuh melalui vena dalam jangka waktu tertentu. Tindakan ini
sering merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan yang
banyak, dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian
yang aman diperlukan pengetahuan dasar tentang keseimbangan cairan dan
elektrolit serta asam basa.

b. Tujuan Pemasangan Infus

Menurut Hidayat (2008), tujuan utama terapi intravena adalah


mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,
vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral,
mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit, memperbaiki
keseimbangan asam basa, memberikan tranfusi darah, menyediakan medium
untuk pemberian obat intravena, dan membantu pemberian nutrisi parenteral.

c. Indikasi Pemasangan Infus

10
Secara garis besar, indikasi pemasangan infus terdiri dari 4 situasi
yaitu ; Kebutuhan pemberian obat intravena, hidrasi intravena, transfusi darah
atau komponen darah dan situasi lain di mana akses langsung ke aliran darah
diperlukan.

Sebagai contoh :Kondisi emergency (misalnya ketika tindakan RJP), yg


memungkinkan untuk pemberian obat secara langsung ke dalam pembuluh
darah Intra VenaUntuk dapat memberikan respon yg cepat terhadap pemberian
obat (seperti furosemid, digoxin) Pasien yg mendapat terapi obat dalam jumlah
dosis besar secara terus-menerus melalui pembuluh darah Intra vena

Pasien yg membutuhkan pencegahan gangguan cairan &


elektrolitUntuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi
kepentingan dgn injeksi intramuskuler.Pasien yg mendapatkan tranfusi darah
Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (contohnya pada
operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk
persiapan seandainya berlangsung syok, juga untuk memudahkan pemberian
obat) Upaya profilaksis pada pasien-pasien yg tidak stabil, contohnya syok
(meneror nyawa) & risiko dehidrasi (kekurangan cairan) , sebelum pembuluh
darah kolaps (tak teraba), maka tak mampu dipasang pemasangan infus.

d. Kontraindikasi Pemasangan Infus

Kontraindikasi relatif pada pemasangan infus, karena ada berbagai


situasi dan keadaan yang mempengaruhinya. Namun secara umum,
pemasangan infus tidak boleh dilakukan jika terdapat inflamasi (bengkak,
nyeri, demam), flebitis, sklerosis vena, luka bakar dan infeksi di area yang
hendak di pasang infus.Pemasangan infus di daaerah lengan bawah pada pasien
gagal ginjal, terutama pada pasien-pasien yang mempunyai penyakit ginjal
karena lokasi ini dapat digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V
shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah). Obat-obatan yg berpotensi
iritan pada pembuluh vena kecil yg aliran darahnya lambat (contohnya
pembuluh vena di tungkai & kaki).

e. Keuntungan dan Kerugian Pemasangan Infus

Menurut Perry dan Potter (2005), keuntungan dan kerugian terapi


intravena

1. Keuntungan Pemasangan Infus – Keuntungan terapi intravena antara


lain : Efek terapeutik segera dapat tercapai karena penghantaran obat ke
tempat target berlangsung cepat, absorbsi total memungkinkan dosis
obat lebih tepat dan terapi lebih dapat diandalkan, kecepatan pemberian

11
dapat dikontrol sehingga efek terapeutik dapat dipertahankan maupun
dimodifikasi, rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu jika diberikan
intramuskular atau subkutan dapat dihindari, sesuai untuk obat yang
tidak dapat diabsorbsi dengan rute lain karena molekul yang besar,
iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinalis.

2. Kerugian Pemasangan Infus – Kerugian terapi intravena adalah :


tidak bisa dilakukan “drug recall” dan mengubah aksi obat tersebut
sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi, kontrol pemberian
yang tidak baik bisa menyebabkan “speed shock” dan komplikasi
tambahan dapat timbul, yaitu : kontaminasi mikroba melalui titik
akses ke sirkulasi dalam periode tertentu, iritasi vascular, misalnya
flebitis kimia, dan inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai
obat tambahan.

3. Lokasi Pemasangan Infus

Menurut Perry dan Potter (2005), tempat atau lokasi vena perifer
yang sering digunakan pada pemasangan infus adalah vena supervisial
atau perifer kutan terletak di dalam fasia subcutan dan merupakan akses
paling mudah untuk terapi intravena.

Daerah tempat infus yang memungkinkan adalah permukaan dorsal


tangan (vena supervisial dorsalis, vena basalika, vena sefalika), lengan
bagian dalam (vena basalika, vena sefalika, vena kubital median, e. vena
median lengan bawah, dan vena radialis), permukaan dorsal (vena safena
magna, ramus dorsalis).

f. Pemasangan Infus Lengkap

Menurut Dougherty, dkk, (2010), Pemilihan lokasi pemasangan


terapi intravana mempertimbangkan beberapa faktor yaitu Umur pasien :
misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah sangat penting dan
mempengaruhi berapa lama intravena terakhir.

Prosedur yang diantisipasi : misalnya jika pasien harus menerima


jenis terapi tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti pembedahan,
pilih sisi yang tidak terpengaruh oleh apapun. Aktivitas pasien : misalnya
gelisah, bergerak, tak bergerak, perubahan tingkat kesadaran Jenis
intravena: jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan sering
memaksa tempat-tempat yang optimum (misalnya hiperalimentasi adalah
sangat mengiritasi vena-vena perifer) Durasi terapi intravena: terapi jangka
panjang memerlukan pengukuran untuk memelihara vena; pilih vena yang

12
akurat dan baik, rotasi sisi dengan hati-hati, rotasi sisi pungsi dari distal ke
proksimal (misalnya mulai di tangan dan pindah ke lengan) Ketersediaan
vena perifer bila sangat sedikit vena yang ada, pemilihan sisi dan rotasi yang
berhati-hati menjadi sangat penting ; jika sedikit vena pengganti Terapi
intravena sebelumnya : flebitis sebelumnya membuat vena menjadi tidak
baik untuk di gunakan, kemoterapi sering membuat vena menjadi buruk
(misalnya mudah pecah atau sklerosis) Pembedahan sebelumnya : jangan
gunakan ekstremitas yang terkena pada pasien dengan kelenjar limfe yang
telah di angkat (misalnya pasien mastektomi) tanpa izin dari dokter Sakit
sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas yang sakit pada pasien dengan
stroke Kesukaan pasien : jika mungkin, pertimbangkan kesukaan alami
pasien untuk sebelah kiri atau kanan dan juga sisi

g. Jenis Cairan Pemasangan Infus

Berdasarkan osmolalitasnya, menurut Perry dan Potter, (2005) cairan


intravena (infus) dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Cairan bersifat isotonis : osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya


mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus
berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang
mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah
terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan),
khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi.
Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan
garam fisiologis (NaCl 0,9%).

2. Cairan bersifat hipotonis : osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan


serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga
larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan
ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip
cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai
akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel
mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam
terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi)
dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah
perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel,
menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial
(dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan
Dekstrosa 2,5%.

13
3. Cairan bersifat hipertonis : osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan
serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke
dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah,
meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak).
Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose
5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate.

4. Alat dan Bahan Pemasangan Infus

Sebelum melaksanakan pemasangan infus, berikut adalah alat dan bahan yang
harus dipersiapkan ketika hendak melakukan tindakan pemasangan infus.
Pastikan bahwa ke 12 alat dan bahan ini sudah tersedia.

5. Standar infus

Cairan infus sesuai kebutuhan

IV Catheter / Wings Needle/ Abocath sesuai kebutuhan

 Perlak

 Tourniquet

 Plester

 Guntung

 Bengkok

 Sarung tangan bersih

 Kassa steril

 Kapal alkohol / Alkohol swab

 Betadine

 SOP Pemasangan Infus

Standar Operasional Prosedur (SOP) memasang selang infus yang


digunakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia adalah sebagai berikut :

Cuci tangan

Dekatkan alat

14
Jelaskan kepada klien tentang prosedur dan sensasi yang akan dirasakan selama
pemasangan infus

1. Atur posisi pasien / berbaring

2. Siapkan cairan dengan menyambung botol cairan dengan selang infus dan
gantungkan pada standar infus

3. Menentukan area vena yang akan ditusuk

4. Pasang alas

5. Pasang tourniket pembendung ± 15 cm diatas vena yang akan ditusuk

6. Pakai sarung tangan

7. Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan diameter 5-10 cm

8. Tusukan IV catheter ke vena dengan jarum menghadap ke jantung

9. Pastikan jarum IV masuk ke vena

10. Sambungkan jarum IV dengan selang infus

11. Lakukan fiksasi ujung jarum IV ditempat insersi

12. Tutup area insersi dengan kasa kering kemudian plester

13. Atur tetesan infus sesuai program medis

14. Lepas sarung tangan

15. Pasang label pelaksanaan tindakan yang berisi : nama pelaksana, tanggal
dan jam pelaksanaan

16. Bereskan alat

17. Cuci tangan

18. Observasi dan evaluasi respon pasien, catat pada dokumentasi


keperawatan

h. Komplikasi Pemasangan Infus

Terapi intravena diberikan secara terus-menerus dan dalam jangka


waktu yang lama tentunya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya
komplikasi. Komplikasi dari pemasangan infus yaitu flebitis, hematoma,
infiltrasi, tromboflebitis, emboli udara (Hinlay, 2006).

15
1. Phlebitis

Inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik.


Kondisi ini dikarakteristikkan dengan adanya daerah yang memerah dan
hangat di sekitar daerah insersi/penusukan atau sepanjang vena, nyeri atau
rasa lunak pada area insersi atau sepanjang vena, dan pembengkakan.

2. Infiltrasi

Infiltrasi terjadi ketika cairan IV memasuki ruang subkutan di


sekeliling tempat pungsi vena. Infiltrasi ditunjukkan dengan adanya
pembengkakan (akibat peningkatan cairan di jaringan), palor (disebabkan
oleh sirkulasi yang menurun) di sekitar area insersi, ketidaknyamanan dan
penurunan kecepatan aliran secara nyata.

Infiltrasi mudah dikenali jika tempat penusukan lebih besar daripada


tempat yang sama di ekstremitas yang berlawanan. Suatu cara yang lebih
dipercaya untuk memastikan infiltrasi adalah dengan memasang torniket di
atas atau di daerah proksimal dari tempat pemasangan infus dan
mengencangkan torniket tersebut secukupnya untuk menghentikan aliran
vena. Jika infus tetap menetes meskipun ada obstruksi vena, berarti terjadi
infiltrasi.

3. Iritasi vena

Kondisi ini ditandai dengan nyeri selama diinfus, kemerahan pada


kulit di atas area insersi. Iritasi vena bisa terjadi karena cairan dengan pH
tinggi, pH rendah atau osmolaritas yang tinggi (misal: phenytoin,
vancomycin, eritromycin, dan nafcillin).

4. Hematoma

Hematoma terjadi sebagai akibat kebocoran darah ke jaringan di


sekitar area insersi. Hal ini disebabkan oleh pecahnya dinding vena yang
berlawanan selama penusukan vena, jarum keluar vena, dan tekanan yang
tidak sesuai yang diberikan ke tempat penusukan setelah jarum atau kateter
dilepaskan. Tanda dan gejala hematoma yaitu ekimosis, pembengkakan
segera pada tempat penusukan, dan kebocoran darah pada tempat
penusukan.

5. Trombophlebitis

16
Trombophlebitis menggambarkan adanya bekuan ditambah
peradangan dalam vena. Karakteristik tromboflebitis adalah adanya nyeri
yang terlokalisasi, kemerahan, rasa hangat, dan pembengkakan di sekitar
area insersi atau sepanjang vena, imobilisasi ekstremitas karena adanya rasa
tidak nyaman dan pembengkakan, kecepatan aliran yang tersendat, demam,
malaise, dan leukositosis.

6. Trombosis

Trombosis ditandai dengan nyeri, kemerahan, bengkak pada vena,


dan aliran infus berhenti. Trombosis disebabkan oleh injuri sel endotel
dinding vena, pelekatan platelet.

7. Occlusion

Occlusion ditandai dengan tidak adanya penambahan aliran ketika


botol dinaikkan, aliran balik darah di selang infus, dan tidak nyaman pada
area pemasangan/insersi. Occlusion disebabkan oleh gangguan aliran IV,
aliran balik darah ketika pasien berjalan, dan selang diklem terlalu lama.

8. Spasme vena

Kondisi ini ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit pucat di


sekitar vena, aliran berhenti meskipun klem sudah dibuka maksimal.
Spasme vena bisa disebabkan oleh pemberian darah atau cairan yang dingin,
iritasi vena oleh obat atau cairan yang mudah mengiritasi vena dan aliran

9. Reaksi vasovagal

Digambarkan dengan klien tiba-tiba terjadi kollaps pada vena,


dingin, berkeringat, pingsan, pusing, mual dan penurunan tekanan darah.
Reaksi vasovagal bisa disebabkan oleh nyeri atau kecemasan.

10. Kerusakan syaraf, tendon dan ligament

Kondisi ini ditandai oleh nyeri ekstrem, kebas/mati rasa, dan


kontraksi otot. Efek lambat yang bisa muncul adalah paralysis, mati rasa dan
deformitas. Kondisi ini disebabkan oleh tehnik pemasangan yang tidak tepat
sehingga menimbulkan injuri di sekitar syaraf, tendon dan
ligament.Pencegahan pada Komplikasi Pemasangan Infus

Menurut Hidayat (2008), selama proses pemasangan infus perlu


memperhatikan hal-hal untuk mencegah komplikasi yaitu :

a. Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru

17
b. Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda
infeksi

c. Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain

d. Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan

e. Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir

f. Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum


infus perlahan, periksa ujung kateter terhadap adanya embolus

g. Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik. Bekas-bekas plester


dibersihkan memakai kapas alkohol atau bensin (jika perlu)

h. Gunakan alat-alat yang steril saat pemasangan, dan gunakan tehnik


sterilisasi dalam pemasangan infus

i. Hindarkan memasang infus pada daerah-daerah yang infeksi, vena yang


telah rusak, vena pada daerah fleksi dan vena yang tidak stabil

j. Mengatur ketepatan aliran dan regulasi infus dengan tepat.

k. Penghitungan cairan yang sering digunakan adalah penghitungan


millimeter perjam (ml/h) dan penghitungan tetes permen.

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Nutrisi adalah zat kimia organik atau anorganik yang ditemukan dalam
makanan untuk fungsi tubuh yang sebaik-baiknya. Makanan itu sendiri
mempunyai manfaat yaitu untuk memelihara proses tubuh dalm pertumbuhan dan
perkembangan, memelihara energy guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari.
SSelain nutrisi yang akan kita bahas adalah mengenai keseimbangan cairan tubuh
bagi manusia. Cairan merupakan subtansi penting bagi tubuh. Oleh karena itu,
cairan selalu dipertahankan dalam keseimbangan tubuh.

Nasogastric tube intubation (NGT) merupakan selang lunak dan lentur


yang terbuat dari plastik. Orang Indonesia juga mengenalnya dengan istilah selang
makan atau sonde.Pada pemasangan NGT, selang akan dimasukkan dari lubang
hidung pasien melewati kerongkongan hingga mencapai lambung.

B. Saran
Penulisan menyadari bahwa makalah di atas tentunya masih sangat jauh
dari kesempurnaan masih banyak sekali kekurangan-kekurangan yang perlu
diperbaiki ulang. Maka dari itu kami sangat berharap sekali kepada pembaca
untuk selalu memberikan sebuah kritikan dan saran kepada kami agar kami bisa
menjadikan saran dan kritikan yangdiberikan oleh para pembaca ini bisa dijadikan
sebagai bahan evaluasipenulisan selanjutnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://www-sehatq-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.sehatq.com/tindakan-
medis/pasang-ngt/amp?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16063114294917&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fwww.sehatq.com%2Ftindakan-medis%2Fpasang-ngt

https://www.nerslicious.com/sop-pemasangan-infus/

20

Anda mungkin juga menyukai