Anda di halaman 1dari 60

PRESENTASI KASUS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

POST OPERATIF H-1 REANASTOMOSIS ILLEUM


DI RUANG DARUSALAM 3 RUMAH SAKIT AL ISLAM BANDUNG

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Maternitas Profesi Ners STIKes
‘Aisyiyah Bandung dengan dosen pengampu :
Popy Siti A, S.Kep., Ners., M.Kep.

Disusun Oleh :
1. AAM AMINAH NIM. 402018080
2. ACEP MASKUR NIM. 402018090
3. ASEP SUPRIYADI NIM. 402018119
4. FARISHA NOOR NIM. 402018093
5. HERI HERNIAWAN NIM. 402018094
6. JAJANG AR NIM. 402018091
7. SUJIYAH NIM. 402018095
8. TUTI ROHAYATI NIM. 402018117
9. YADI SUPRIYADI NIM. 402018112

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH BANDUNG


PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN (NERS)
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang , kami panjatkan puji dan syukur atas kehadiarat –Nya, yang telah
melimoahkan rahmat hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kamidpaat
menyelesaikan makalah asuhan Keperawatan Medikal Bedah ini dengan baik.
Alhamdulillah makalah ini telah kami buat sesaui kemampuan kami
dengan maksimal, dan kami tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan karya tulis ini. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa terdapat banyak kekurangan baik dari segi
penyusunan bahasanya maupun hal lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar –lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga
dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca. Jazzakumullah khairan katsira.

Bandung . Agustus 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering
dijumpai, merupakan 60–70 % dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendicitis
akut. Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah adhesi dan keganasan,
sedangkan diketahui bahwa operasi abdominalis dan operasi obstetri-ginekologik makin
sering dilaksanakan yang terutama didukung oleh kemajuan di bidang diagnostik kelainan
abdominalis. Gawat perut dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa
inflamasi dan penyulitnya, ileus obstruktif, iskemik, dan perdarahan. Sebagian kelainan
dapat disebabkan oleh cedera langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan perforasi
saluran cerna atau perdarahan (Rahayu, 2007).
Indonesian Ostomy Association (INOA) mengatakan bahwa jumlah kasus yang
menggunakan stoma terus meningkat, dan penyebab tersering di Indonesia sendiri adalah
karena keganasan (Indonesian Ostomy Association, 2010). Kurnia (2012) memaparkan,
sekitar 100.00 orang yang dilakukan indikasi pemasangan stoma pada umumnya
disebabkan oleh kanker kolorektal, kanker kandung kemih, kolitis ulseratif, penyait Crohn,
diverticulitis, obstruksi, inkontinensia urin dan fekal, dan trauma.
Prevalensi tindakan illeoustomi sekitar 5 % dari seluruh tindakan kegawatan pada
obstruktif intestinal dari 1000 kejadian di jawa barat, sedangkan di Al Islam sendiri 3 bulan
terakhir hanya 6 kejadian obstruktif pada illeum yang harus dilakukan illeustomi dan 2
pasien yang dilakukan reanostomosis ileum.
Penyakit ini sering terjadi pada individu yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi
makanan yang rendah serat, dari kebiasaan tersebut akan muncul permasalahan pada
kurangnya membentuk massa feses yang menyambung pada rangsangan peristaltic usus,
kemudian saat kemampuan peristaltic usus menurun maka akan terjadi konstipasi yang
mengarah pada feses yang mengeras dan mampu menyumbat lumen usus sehingga
menyebabkan terjadinya osbtruksi (Mansjoer, 2001). Kolostomi merupakan pembuatan
stoma atau lubang pada kolon atau usus besar (Smeltzer & Bare, 2002).
Santos (2001) dalam Simanjuntak & Nurhidayah (2007) mengatakan bahwa
pembentukan stoma atau kolostomi dapat berdampak pada perubahan peran, harga diri,

1
2

body image, seksual dan hubungan sosial. Klien dengan kolostomi akan beresiko untuk
mengalami gambaran diri negatif. Oleh karena itu selama perawatan, perawat perlu
memberikan dukungan agar pasien dapat menyesuaikan diri dalam pencapaian gambaran
diri yang positif.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merawat klien dengan kolostomi ialah
terkait perubahan pada eliminasi BAB klien, meliputi perubahan konsistensi serta
frekuensi BAB klien. Klien akan merasakan adanya perubahan tersebut dan disinilah
fungsi perawat sebagai edukator untuk menjelaskan perubahan-perubahan tersebut agar
klien dapat menerima dengan baik. Edukasi yang diberikan tidak hanya berupa cara
perawatan kolostomi namun juga meliputi apa yang harus dilakukan klien terkait dietnya
agar pengeluaran fesesnya tidak mengganggu kegiatannya. Selain sebagai edukator, fungsi
care giver juga dapat dijalankan terkait mengembalikan pola eliminasi BAB klien seperti
sedia kala, salah satunya dengan irigasi kolostomi. Irigasi kolostomi merupakan sebuah
tindakan dimana sejumlah cairan dimasukkan melalui stoma untuk mengosongkan usus
besar. Irigasi dapat mengosongkan kolon dari gas, mukus, dan feses sehingga klien dapat
beraktivitas dengan nyaman sesudahnya (Smeltzer & Bare, 2002).
Memepertimbangkan jarangnya kasus ini terjadi di Al Islam, dampak sangat sangat
besar bagi pasien serta peran yang sangat besar dari perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien, maka kami, kelompok stase KMB tertarik untuk mengambil
kasus ini sebagai karya tulis.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum untuk memenuhi tugas mata ajar KMB Asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan sistem pencernaan Pre dan Post operasi laparatomi
reanastomosis illeum.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui Gangguan sistem pencernaan illieus obstruktif, illeustomi dan
reanastomosis illeum.
2. Melakukan pengkajian pada Tn. R dengan Post Operasi Laparatomi dan
reanastomosis illeum.
3. Merumuskan dan menegakkan diagnosa keperawatan pada Tn. R dengan Post
Operasi Laparatomi dan reanastomosis illeum.
3

4. Menyusun intervensi keperawatan pada Tn. R dengan Post Operasi Laparatomi dan
reanastomosis illeum.
5. Melaksanakan implementasi keperawatan pada Tn. R dengan Post Operasi
Laparatomi dan anastomosis
6. Melaksanakan evaluasi pada Tn. R Post Operasi Laparatomi dan anastomosis

C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil karya tulis ini diharapkan mampu menambah referensi dan bahan informasi
mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan post illeustomi yang akan menjalani
operasi reanastomosis illeum baik pre operasi dan post operasi laparatomi dan
reanastomosis stoma.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil karya tulis ini diharapkan mampu mengembangkan ilmu keperawatan medikal
bedah mengenai faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya penyebab illeus dan
asuhan keperawatan pada pasien operasi reanastomosis illeum baik pre operasi maupun
post operasi di Darussalam 3 rumah sakit Al Islam Bandung.
3. Bagi Pasien atau Masyarakat
Hasil karya tulis ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terhadap pasien
maupun masyarakat tentang gannguan sistem pencernaan illeus obstruktif dan
penanganan medis dengan operasi illeustomi sampai reanastomosis illeum kembali,
serta cara dalam perawatan illeustomi dan mengatasi masalah yang terjadi baik
sebelum operasi maupun setelah operasi reanastomosis illeum.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).
Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus
dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional. (Tucker, 1998)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah sumbatan total
atau parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran pencernaan.
Ilesostomi berasal dari kata ileum dan stoma. Ileum merupakan bagian terbawah
dari usus halus. Stoma berarti membuka. Hal ini berarti ileum akan melewati stoma setelah
operasi. Ileostomi adalah proses operasi untuk membuka dinding perut. Ujung dari ileum
(bagian terbawah dari usus halus) dibuat melewati dinding perut yang terbuka tersebut
untuk membentuk stoma, biasanya terletak di bagian bawah kanan perut (American Cancer
Society, 2014).
2. Anatomi dan Fisiologi
1) Anatomi sistem pencernaan
a. Mulut
b. Faring
c. Esofagus (kerongkongan)
d. Gaster (lambung)
e. Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada
pilorus dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6 cm, merupakan saluran paling panjang
tempat proses pencernaan.
Usus halus terdiri dari :
1) Duodenum

4
5

Disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda


melengkung kekiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan
duodenum terdapat selaput lendir yang nambulir disebut papila vateri.
2) Yeyunum
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua
belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa
panjangnya ± 2-3 meter.
3) Ileum
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia panjangnya sekitar ± 4-5 m dan terletak setelah duodenum dan
jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral
atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
f. Usus besar/interdinum mayor
Panjangnya ± 1 meter, lebar 5-6 cm, fungsinya menyerap air dari makanan, tempat
tinggal bakteri koli, tempat feces. Usus besar terdiri atas 8 bagian:
1) Sekum.
2) Kolon asenden.
Terletak diabdomen sebelah kanan, membujur keatas dari ileum sampai kehati,
panjangnya ± 13 cm.
3) Appendiks (usus buntu)
Sering disebut umbai cacing dengan panjang ± 6 cm.
4) Kolon transversum.
Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan panjang ± 28 cm.
5) Kolon desenden.
Terletak dirongga abdomen disebelah kiri membujur dari anus ke bawah dengan
panjangnya ± 25 cm.
6) Kolon sigmoid.
Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf "S" ujung bawah
berhubungan dengan rektum.
7) Rektum.
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan
anus.
6

8) Anus.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan
dunia luar.

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pencernaan

2) Fisiologi sistem pencernaan


Usus halus mempunyai dua fungsi utama, yaitu : pencernaan dan absorpsi bahan
nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin,
asam klorida, dan pepsin terhadap makanan masuk. Proses dilanjutkan di dalam
duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat,
lemak, dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam
sekret pankreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk kerja
enzim-enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan
mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan lebih luas bagi kerja lipase
pankreas (Price & Wilson, 1994).
Isi usus digerakkan oleh peristaltik yang terdiri atas dua jenis gerakan, yaitu
segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom dan hormone.
Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret
pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari
salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan
suplai kontinu isi lambung (Price & Wilson, 1994).
Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak dan
protein (gula sederhana, asam-asam lemak dan asa-asam amino) melalui dinding usus
7

ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu air, elektrolit
dan vitamin juga diabsorpsi. Absoprpsi berbagai zat berlangsung dengan mekanisme
transpor aktif dan pasif yang sebagian kurang dimengerti (Price & Wilson, 1994).
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses
akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan
elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid
berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai
defekasi berlangsung (Preice & Wilson, 1994). Kolon mengabsorpsi air, natrium,
khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal
tersebut membantu menjaga keseimbangan air dan elektrolit dan mencegah terjadinya
dehidrasi.

3. Etiologi
Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis
obstruksi usus, yaitu :
1) Mekanis
Faktor mekanis yaitu terjadi obstruksi intramunal atau obstruksi munal dari
tekanan pada usus, diantaranya :
a. Intususepsi
b. Tumor dan neoplasma
c. Stenosis
d. Striktur
e. Perlekatan (adhesi)
f. Hernia
g. Abses
2) Fungsional
Yaitu akibat muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus.
(Brunner and Suddarth, 2002)

4. Tanda dan Gejala


Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif (Winslet, 2002) :
1) Nyeri abdomen
2) Muntah
8

3) Distensi
4) Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi).

5. Patofisiologi
Perlengketan, intususepsi, volvulus, hernia dan tumor

Refluks inhibisi spingter Akumulasi gas dan cairan dalam lumen Klien rawat inap
Terganggu bagian proksimal letak obstruksi

Spingter ani eksterna Distensi abdomen Reaksi hospitalisasi


Tidak relaksasi

Refluks lama dalam Tekanan intra lumen meningkat CEMAS


Kolon dan rektum

Konstipasi Iskemia dinding usus

Metabolisme anaerob glukosa


Kontraksi anuler
pylorus Merangsang pengeluaran mediator kimia
(histamin. Bradikinin dan prostaglandin)

Ekspalasi isi lambung Merangsang reseptor nyeri Proliferasi bakteri yang


ke usofagus Berlangsung cepat

NYERI Pelepasan bakteri dan


Gerakan isi lambung Toksin dari usus
yang inpark
Ke mulut Merangsang syaraf otonom
Aktifasi norepineprin
Bakteri melespaskan
Mual/muntah Syaraf simpatis terangsang mengaktifkan endotoksin dan
merangsang
RAS mengaktifkan kerja organ tubuh tubuh melepaskan
zat
Pyrogen oleh leukosit
REM menurun
Intake kurang
Klien terjaga Impuls disampaikan ke
hipotalamus
bagian termogulator
melalui
ductus toracicus
NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN
GANGGUAN POLA TIDUR HIPERTERMI

Kontraksi otot-otot abdomen ke


diafragma
Kehilangan H2O dan elektrolit
9

Relaksasi otot-otot diafragma


terganggu

Volume ECF menurun Ekspansi paru


menurun

RESIKO KURANG VOLUME CAIRAN POLA NAPAS TIDAK


EFEKTIF
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan radiologi
a. Foto polos abdomen 
b. Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema
c. CT–Scan.
d. USG
e. MRI
f. Angiografi
2) Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis mungkin menunjukkan adanya strangulasi, pada urinalisa
mungkin menunjukkan dehidrasi. Analisa gas darah dapat mengindikasikan
asidosis atau alkalosis metabolic. ( Brunner and Suddarth, 2002 )

7. Komplikasi
1) Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehingga
terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
2) Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu lama pada organ
intra abdomen.
3) Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik
dan cepat.
4) Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
(Brunner and Suddarth, 2002)

8. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit
dan cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi,
mengatasi peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk
memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
a. Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda
vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami
dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan

10
11

intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan
memonitor tanda - tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian
cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT
digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila
muntah dan mengurangi distensi abdomen.
b. Farmakologis
Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai
profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
c. Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk
mencegah sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian
disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama
laparotomi.

ILEOSTOMI

A. Pengertian
Ilesostomi berasal dari kata ileum dan stoma. Ileum merupakan bagian
terbawah dari usus halus. Stoma berarti membuka. Hal ini berarti ileum akan
melewati stoma setelah operasi. Ileostomi adalah proses operasi untuk
membuka dinding perut. Ujung dari ileum (bagian terbawah dari usus halus)
dibuat melewati dinding perut yang terbuka tersebut untuk membentuk stoma,
biasanya terletak di bagian bawah kanan perut (United Ostomy Associations
of America, 2014).

B. Indikasi
Ileostomi dilakukan jika penyakit maupun kelainan pada usus besar tidak
dapat diatasi melalui pengobatan. Alasan terbanyak untuk ileostomi adalah karena
Inflammatory Bowel Disease. Terdapat 2 tipe Inflammatory Bowel Disease, yaitu
Penyakit Crohn dan Kolitis Ulseratif. Penyakit Crohn memengaruhi ujung usus
halus, yaitu ileum. Selain itu, dapat pula memengaruhi usus besar dan bagian lain
saluran pencernaan. Kolitis ulseratif adalah keadaan inflamasi mukosa usus
12

bagian dalam yang menyebabkan rasa nyeri pada kolon dan rectum. Adapun
penyakit-penyakit lain yang memerlukan tindakan ileostomi, antara lain yaitu :
 Kanker kolon atau kanker rectal
 Penyakit congenital, yaitu Familial Polyposis, di mana terbentuk polip di
rectum
 Defek pada saluran cerna
 Penyakit Hirschprung

C. Komplikasi
1. Kelainan Kulit yang Berat
Akan tampak area kulit yang mengalami kemerahan, bersisik, dan
lembab pada daerah tempat melekatnya kantung di sekitar stoma.
Sangatlah penting untuk langsung mengobati iritasi kulit pada fase-fase
awal. Obat yang sering di berikan adalah Miconazol cream.
2. Obstruksi
Terkadang, pada beberapa periode awal waktu tertentu, ileostomi
akan tidak berfungsi. Hal ini normal. Namun, apabila ileostomi tetap tidak
berfungsi 4-6 jam dan terdapat keram perut maupun mual, hal tersebut
harus segera ditangani. Beberapa hal yang dapat dilakukan jika terdapat
obstruksi, adalah :
 Perhatikan daerah stoma yang mengalami pembengkakan dan bukalah
kantung selama beberapa saat, hingga tidak lagi bengkak.
 Berendam di air hangat agar terjadi relaksasi otot-otot abdomen
 Ubah posisi tubuh
 Jangan mengonsumsi laksansia
3. Diare
Diare terjadi karena terlalu cepatnya pangan melewati usus halus,
sehingga cairan dan elektrolit belum sempat diabsorbsi. Adapun beberapa
hal lain yang dapat menyebabkan diare, adalah :
 Keracunan makanan
13

 Antibiotik dan obat-obatan lainnya


 Obstruksi parsial, yang kadang dapat menimbukan secret berbau tidak
sedap dan pengeluaran cairan yang banyak melalui stoma.

4. Ketidakseimbangan Elektrolit
Hal ini terjadi sebagai akibat dari dibuangnya usus dalam jumlah
yang besar, sehingga penyerapan mineral dan elektrolit tidak maksimal
dan menyebabkan kekurangan komponen-komponen tersebut.
5. Phantom Rectum
Phantom Rectum ini sifatnya sama dengan Phantom Limb pada
pasien post amputasi. Adalah hal yang normal jika seorang pasien tetap
merasakan dorongan untuk buang air besar. Hal ini dapat berlangsung
hingga bertahun-tahun. Pada pasien yang rektumnya tidak diangkat, pasien
mungkin merasakan hal ini dan juga akan mengeluarkan mucus saat
mencoba buang air besar ditoilet.
6. Short Bowel Syndrome
Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari diangkatnya usus halus
yang terlalu banyak. Semakin sedikit usus halus yang tersisa, maka
semakin encer pula feces pasien. Hal ini menyebabkan penggantian
kantung yang lebih sering karena kelembapan kulit yang meningkat dan
akan merusak barier kulit.

B. DAMPAK PENYAKIT TERHADAP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


1. Kebutuhan oksigenasi
Obstruksi usus mengakibatkan terjadinya distensi abdomen akibat
adanya akumulasi cairan dan gas dalam lumen usus. Hal ini mengakibatkan
terjadinya kontraksi otot-otot diafragma dan relaksasi otot-otot diafragma
terganggu menyebabkan ekspansi paru menurun sehingga respirasi tidak
efektif.
14

2. Kebutuhan cairan dan elektrolit


Obstruksi usus mengakibatkan terjadinya penimbunan cairan intra
lumen akibat peningkatan ekskresi cairan kedalam lumen usus. Hal ini
merupakan penyebab kehilangan cairan dan elektrolit yang mengakibatkan
terjadinya penurunan ekstra celluler fluid (ECF) sehingga terjadi
hipovolemik.
3. Kebutuhan rasa nyaman
Nyeri abdomen terjadi akibat adanya distensi abdomen dan akibat
kontraksi peristaltik kuat dinding usus melawan obstruksi. Jika obstruksi
berlanjut dan terjadi iskemia/inflamasi/perporasi dapat terjadi pireksia.
4. Kebutuhan nutrisi
Obstruksi usus mengakibatkan terjadinya gangguan terhadap proses
digesti, ingesti dan absorbsi nutrient.

5. Kebutuhan eliminasi
Obstuksi usus mengakibatkan motilitas usus menurun, menyebabkan
refluk inhibisi spingter tergangga mengakibatkan terjadinya kegagalan buang
air besar (BAB).
6. Kebutuhan istirahat dan tidur
Karena pada penderita ileus obstruktif akibat dari distensi abdomen dan
adanya nyeri yang intermiten maka istirahat klien kurang atau terganggu.
7. Kebutuhan Rasa Aman
Rasa aman akan terganggu karena keterbatasan kognitif mengenai
penyakit dan berhubungan dengan prosedur tindakan sehingga timbul cemas.
15

C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
dan gaya hidup.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Pada
umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya
biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan dan nyeri lepas, abdomen
tegang dan kaku. Pada pasien dengan illeustomi biasanya terdapat lemas,
lecet pada daerah stoma, perasaan rendah diri, berat badan menurun, turgor
kulit kurang, mukosa kering.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolongan,
dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau
terus- menerus (menetap).
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala numeric
1 s/d 10.
T : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan
memperingan keluhan.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami penyakit pada sistem
pencernaan, atau adanya riwayat operasi pada sistem pencernaan.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan klien.
16

c. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien
secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap
dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien.
2. Sistem pernafasan
Peningkatan frekuensi napas, napas pendek dan dangkal pada obstruktif,
tetapi pada pasien pos illeustomi status pernapasan biasanya normal.
3. Sistem kardiovaskuler
Takikardi, pucat, hipotensi (tanda syok)
4. Sistem persarafan
Tidak ada gangguan pada sistem persyarafan
5. Sistem perkemihan
Retensio urine akibat tekanan distensi abdomen, anuria/oliguria, jika syok
hipovolemik;, pada pos illeustomi kadang haluaran urine berkurang dan
berwarna pekat.
6. Sistem pencernaan
Distensi abdomen, muntah, bising usus meningkat, lemah atau tidak
ada, ketidakmampuan defekasi dan flatus, pada pasien illeustomi terjadi
perubahan pola defekasi, konsitensi cair kadang masih ada bab pada anus
kadang tidak ada tergantung jenis operasi. Terdapat stoma pada daerah
kana atas abdomen.
7. Sistem muskuloskeletal
Kelelahan, kesulitan ambulansi
8. Sistem integumen
Turgor kulit buruk, membran mukosa pecah-pecah (syok)
9. Sistem endokrin
Tidak ada gangguan pada sistem endokrin
10. Sistem reproduksi
Tidak ada gangguan pada sistem reproduksi
17

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Adapun diagnosis keperawatan yang sering muncul pada klien dengan ileus
obstruksi, Illeustomi dan pos reanostomosis ileum adalah sebagai berikut :
(Doenges, M.E. 2001 dan Wong D.L)
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang
tidak adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi.
3. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen
4. Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas
usus.
5. Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen
6. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
7. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan adhesi yang tidak
tepat
8. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya stoma kehilangan kotrol
usus

3. Intervensi keperawatan
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang
tidak adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus
Tujuan :
 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan
cairan dan elektrolit terpenuhi.
Kriteria hasil :
a. Tanda vital normal (N:70-80 x/menit, S: 36-37 C, TD : 110/70 -120/80
mmHg)
b. Intake dan output cairan seimbang
c. Turgor kulit elastic
d. Mukosa lembab
e. Elektrolit dalam batas normal (Na: 135-147 mmol/L, K: 3,5-5,5 mmol/L,
Cl: 94-111 mmol/L).
Intervensi :
18

Intervensi Rasional
1. Kaji kebutuhan cairan pasien 1. Mengetahui kebutuhan cairan
2. Observasi tanda-tanda vital pasien.
2. Perubahan yang drastis pada tanda-
tanda vital merupakan indikasi
3. Observasi tingkat kesadaran dan kekurangan cairan.
tanda-tanda syok 3. kekurangan cairan dan elektrolit
dapat mempengaruhi tingkat
4. Observasi bising usus pasien tiap 1-2 kesadaran dan mengakibatkan syok.
jam 4. Menilai fungsi usus
5. Monitor intake dan output secara 5. Menilai keseimbangan cairan
ketat 6. Menilai keseimbangan cairan dan
6. Pantau hasil laboratorium serum elektrolit
elektrolit, hematokrit 7. Meningkatkan pengetahuan pasien
7. Beri penjelasan kepada pasien dan dan keluarga serta kerjasama antara
keluarga tentang tindakan yang perawat-pasien-keluarga.
dilakukan: pemasangan NGT dan 8. Memenuhi kebutuhan cairan dan
puasa. elektrolit pasien.
8. Kolaborasi dengan medik untuk
pemberian terapi intravena

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan


absorbsi nutrisi.
Tujuan :
 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan
nutrisi teratasi.
Kriteria hasil :
1. Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.
2. Berat badan stabil.
3. Pasien tidak mengalami mual muntah.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Tinjau faktor-faktor individual yang 1. Mempengaruhi pilihan intervensi.
mempengaruhi kemampuan untuk
mencerna makanan, mis : status puasa,
mual, ileus paralitik setelah selang
dilepas. 2. Menentukan kembalinya
2. Auskultasi bising usus; palpasi peristaltik ( biasanya dalam 2-4
abdomen; catat pasase flatus. hari ).
3. Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan 3. Meningkatkan kerjasama pasien
diet dari pasien. Anjurkan pilihan dengan aturan diet.
makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein/vitamin C adalah
kontributor utuma untuk
pemeliharaan jaringan dan
perbaikan. Malnutrisi adalah fator
19

Intervensi Rasional
dalam menurunkan pertahanan
4. Observasi terhadap terjadinya diare; terhadap infeksi.
makanan bau busuk dan berminyak. 4. Sindrom malabsorbsi dapat terjadi
setelah pembedahan usus halus,
memerlukan evaluasi lanjut dan
5. Kolaborasi dalam pemberian obat- perubahan diet, mis: diet rendah
obatan sesuai indikasi: Antimetik, mis: serat.
proklorperazin (Compazine). Antasida 5. Mencegah muntah. Menetralkan
dan inhibitor histamin, mis: simetidin atau menurunkan pembentukan
(tagamet). asam untuk mencegah erosi
mukosa dan kemungkinan
ulserasi.

3. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen


Tujuan :
 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola nafas
menjadi efektif
Kriteria hasil :
 Pasien memiliki pola pernafasan: irama vesikuler, frekuensi : 18-
20x/menit
Intervensi :

Intervensi Rasional
1. Observasi TTV: P, TD, N,S 1. Perubahan pada pola nafas akibat
adanya distensi abdomen dapat
mempengaruhi peningkatan hasil
TTV.
2. Kaji status pernafasan: pola, 2. Adanya distensi pada abdomen
frekuensi, kedalaman dapat menyebabkan perubahan pola
3. Kaji bising usus pasien nafas.
3. Berkurangnya/hilangnya bising usus
menyebabkan terjadi distensi
abdomen sehingga mempengaruhi
4. Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 pola nafas.
derajat 4. Mengurangi penekanan pada paru
5. Observasi adanya tanda-tanda akibat distensi abdomen.
hipoksia jaringan perifer: cianosis 5. Perubahan pola nafas akibat adanya
distensi abdomen dapat
menyebabkan oksigenasi perifer
terganggu yang dimanifestasikan
6. Monitor hasil AGD dengan adanya cianosis.
6. Mendeteksi adanya asidosis
7. Berikan penjelasan kepada keluarga respiratorik.
pasien tentang penyebab terjadinya 7. Meningkatkan pengetahuan dan
distensi abdomen yang dialami oleh kerjasama dengan keluarga pasien.
pasien
8. Laksanakan program medic 8. Memenuhi kebutuhan oksigenasi
20

Intervensi Rasional
pemberian terapi oksigen pasien

4. Gangguan pola eliminasi : konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas


usus.
Tujuan :
 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola eliminasi
kembali normal.
Kriteria hasil :
 Pola eliminasi BAB normal: 1x/hari, dengan konsistensi lembek, BU
normal : 5-35 x/menit, tidak ada distensi abdomen.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Kaji dan catat frekuensi, warna dan 1. Mengetahui ada atau tidaknya
konsistensi feces kelainan yang terjadi pada
eliminasi fekal.
2. Auskultasi bising usus 2. Mengetahui normal atau tidaknya
pergerakan usus.
3. Kaji adanya flatus 3. Adanya flatus menunjukan
perbaikan fungsi usus.
4. Kaji adanya distensi abdomen 4. Gangguan motilitas usus dapat
Menyebabkan akumulasi gas di
dalam lumen usus sehingga terjadi
distensi abdomen.
5. Berikan penjelasan kepada pasien dan 5. Meningkatkan pengetahuan pasien
keluarga penyebab terjadinya dan keluarga serta untuk
gangguan dalam BAB meningkatkan kerjasana antara
perawat-pasien dan keluarga.

6. Kolaborasi dalam pemberian terapi 6. Membantu dalam pemenuhan


pencahar (Laxatif) kebutuhan eliminasi

5. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen


Tujuan :
 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam rasa nyeri
teratasi atau terkontrol
Kriteria hasil :
21

 Pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan; menyatakan nyeri


pada tingkat dapat ditoleransi, menunjukkan rileks.
Intervensi :

Intervensi Rasional
1. Observasi TTV: N, TD, HR, P tiap shif 1. Nyeri hebat yang dirasakan pasien
akibat adanya distensi abdomen
dapat menyebabkan peningkatan
2. Kaji keluhan nyeri, karakteristik dan hasil TTV.
skala nyeri yang dirasakan pesien 2. Mengetahui kekuatan nyeri yang
sehubungan dengan adanya distensi dirasakan pasien dan menentukan
abdomen tindakan selanjutnya guna
mengatasi nyeri.
3. Berikan posisi yang nyaman: posisi 3. Posisi yang nyaman dapat
semi fowler mengurangi rasa nyeri yang
4. Ajarkan dan anjurkan tehnik relaksasi dirasakan pasien
tarik nafas dalam saat merasa nyeri 4. Relaksasi dapat mengurangi rasa
5. Anjurkan pasien untuk menggunakan nyeri
tehnik pengalihan saat merasa nyeri
hebat. 5. Mengurangi nyeri yang dirasakan
6. Kolaborasi dengan medic untuk terapi pasien.
analgetik 6. Analgetik dapat mengurangi rasa
nyeri

6. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.


Tujuan :
 Kecemasan teratasi.
Kriteria hasil :
 Pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit saat ini dan
mendemonstrasikan keterampilan koping positif.
Intervensi :

Intervensi Rasional
1. Observasi adanya peningkatan 1. Rasa cemas yang dirasakan pasien
kecemasan: wajah tegang, gelisah dapat terlihat dalam ekspresi wajah
dan tingkah laku.
2. Kaji adanya rasa cemas yang dirasakan 2. Mengetahui tingkat kecemasan
pasien pasien.
3. Berikan penjelasan kepada pasien dan
keluarga tentang tindakan yang akan 3. Dengan mengetahui tindakan yang
dilakukan sehubungan dengan keadaan akan dilakukan akan mengurangi
penyakit pasien tingkat kecemasan pasien dan
4. Berikan kesempatan pada pasien untuk meningkatkan kerjasama
mengungkapkan rasa takut atau 4. Dengan mengungkapkan
kecemasan yang dirasakan kecemasan akan mengurangi rasa
5. Pertahankan lingkungan yang tenang takut/cemas pasien
dan tanpa stres. 5. Lingkungan yang tenang dan
22

Intervensi Rasional
nyaman dapat mengurangi stress
6. Dorong dukungan keluarga dan orang pasien berhadapan dengan
terdekat untuk memberikan support penyakitnya
kepada pasien 6. Support system dapat mengurani
rasa cemas dan menguatkan pasien
dalam memerima keadaan
sakitnya.

7. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan adhesi yang


tidak tepat
Tujuan:
Mempertahankan integritas kulit
Kriteria hasil:
- Menunjukan prilaku/tehnik peningkatan penyembuhan
- Mencegah kerusakan
Intervensi

Intervensi Rasional
1. Bersihkan area 1. Memantau proses penyembuhan
stoma dengan air dan keringkan.catat /kefektifan alat dan mengidentifikasi
iritasi ,kemerahan masalah pada area,kebutuhan untuk
evaluasi/intervensi
.Mempertahankan/mengeringkan area
untuk membantu pencegahan
erusakan kulit.

2. Sesuai dengan penyembuhan edema


2. Ukur stoma pasca operasi (selama 6 minggu
secra periodeik misalnya tiap pertama)ukuran kantong yang dipakai
perubahan kantong selama 6 minggu harus tepat sehingga feses terkumpul
pertama,kemudian sekli sebulan sesuai aliran dari ostomy dan kontak
selama 6 bulan dengan kulit dicegah

3. Mencegah trauma pada jaringan


stoma dan melindungi,meningkatkan
3. Yakinkan bahwa perekatan kantong dan memudahkan
pada lubang pada bagian katung pengankatan kantung bila perlu
berperekat sedikitnya 1/8lebih besar
daripada ukuran stoma dengan perekat 4. Penggantian kantong yang sering
adekuat menempel pada kantung. mengiritasi kulit dan harus dihindari.

4. Kosongkan 5. Mencegah iritasi jaringan /kerusakan


,irigasi dan bersihkan kantong ostomy sehubungan dengan penarikan
dengan rutin,gunakann alat yang tepat kantong

5. Tahan kulit
23

Intervensi Rasional
sekitar bila mengangkat kantong
dengan perlahan, lakukan
pengangkatan kantong sesuai indikasi
kemudian cuci dengan baik

8. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya stoma kehilangan kotrol


usus

Tujuan:
Menyatakan perubahan citra diri.
Perubahan actual pada struktur atau fungsi ostoma
Kriteria hasil:
1. Menyatakan penerimaan diri sesuai situasi,menerima perubahan ke
dalam konsep diri tanpa harga diri yang negative
2. menunjukan penerimaan dengan melihat /menyentuh stoma dan
berpartisipasi dalam perawatan diri
3. Menyatakan perasaan tentang stoma/penyakit ,mulai menerima situasi
secara konstruktif

Intervensi:

Intervensi Rasional
1 Pastikan apakah dilakukan 1 Memberikan informasi tentang
tingkat pengetahuan pasien /orang
terdekat terhadap pengetahuan
2 Dorong pasien untuk menyatakan tentang situasi pasien dan perinium
perasaan tentang ostomy,akui 2 Membantu pasien untuk menyadari
kenormalan persaan marah, depresi dan perasaan tidak biasa dan perasaan
kehilangan bersalah tentang mereka tidak
membantu.Pasien perlu untuk
3 Kaji ulang alasan untuk pembedahn dan mengenali persaan sebelum mereka
harapan masa datang dapat menerima dengan efektif
3 Pasien dapat menerima lebih mudah
bahwa ostomi dilakukan untutk
memperbaiki penyakit kronis/ jangka
panjang daipada sebagai cedera
traumatik, meskipun ostomi hanya
sementara.juga pasien yang akan
mengalami prosedur kedua mungkin
4 Catat Prilaku menarik diri, peningkatan menimbulkan derajat yag lebih kecil
ketergantungan manipulasi atau tidak pada masalah gambaran diri karena
terlibat pada perawatan. fungsi tubuh akan menjadi lebih
normal
5 Berikan kesempatan pada pasien untuk 4 Meskipun integrasi stoma pada
menemani ostomy melalui partisipasi gambaran diri memerlukan waktu
pada perawatan diri berbulan atau juga tahunan melihat
24

Intervensi Rasional
pada stoma dan mendengarkan
6 Rencanakan aktifitas perawatan dengan komentar (dibuat normal)
pasien 5 Ketergantungan pada perawatan diri
membantu untuk memeperbaiki
keprcayaan diri dan penerimaan
situasi
7 Pertahankan pendekatan positif selama
aktifitas perawatan.hindari ekspresi 6 Meningkatkan rasa kontrol dan
menghina atau rekasi berubah mendadak memberikan pesan pada pasien
bahwa dapat menangani hal
tersebut,meningkatkan harga diri.

7 Bantu Pasien orang terdekat untuk


8 Diskusikan kemugkinan kontak dengan menerima peruabahan tubuh dan
pengunjunga ostomy dan buat perjanjian merasakan baik tentang diri
untuk kunjungan bila diperlukan sendiri.Marah paling sering
ditunjukan pada situasi dan kurang
kontrol individu terhadap apa yang
terjadi bukan pada pemeberi
perawatan.

8 Dapat memberikan sistem pendukung


yang baik.Membantu menguatkan
pendidikan (berbagi pengalaman) dan
memudahkan penerimaan perubahan
sesuai dengan kesadaran pasien akan
hidup harus berjalan terus” dan dapat
menjadi relatif normal
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. RF
Tanggal Lahir : 23 April 1987
Usia ; 32 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Bumi Panyileukan Blok. G 12 No.
17 RT 05/06 – Cipadung Kidul – Kota
Bandung
Pekerjaan : Karyawan swasta
Agama : Islam
Pendidikan : S 1 Informatika
Status : Menikah
Nomor RM : 668117
Diagnosa Medis : Laparatomi eksplorasi + anatomosis
Illeum pos illeustomi e.c illeus
obstruktif
Tanggal Pengkajian : 15 Juli 2019
Tanggal Masuk RS : 15 Juli 2019
Tanggal Operasi 16 juli 2019

2. Identitas Penanggung Jawab Pasien


Nama : Ny. T
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan : Istri
Pasien
Alamat : Jl. Bumi Panyileukan Blok. G 12 No.
17 RT 05/06 – Cipadung Kidul – Kota
Bandung
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh ngilu daerah sekitar stoma

25
26

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pasien mengatakan tadi pagi kontrol ke dr Irzan, Sp B, dan direncanakan
operasi besok, Selasa, 16 Juli 2019 jam. 10.00 WIB.
Pasien mengeluh ngilu pada daerah di sekitar perut kanan bawah
(ileustomi), terutama pada daerah selang ileustominya. Ngilu dirasakan
saat bergerak terutama daerah yang ada selangnya dan rasa ngilu hilang
saat tidak bergerak. Saat dikaji pasien tengah berbaring dan tidak tampak
kesakitan.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien diketahui mempuyai riwayat Ileus Obstruktif dan Hernia
Inguinalis pada bulan Mei 2019 sehingga harus dilakukan operasi
ileustomy.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit
seperti klien serta tidak ada penyakit yang menular dan penyakit
herediter.
4. Riwayat Psikososial Spiritual
a. Data Psikologis (konsep diri, emosional)
Pada saat dikaji pasien didampingi isterinya dan terlihat tenang
menjawab semua pertanyaan dengan jelas.klien mengatakan dirinya tidak
merasa cemas meskipun akan dilakukan operasi (Zung Score 0) karena
operasi hal ini merupakan tindakan operasi yang ditunngu oleh pasien
sehingga stoma bisa ditutup.
Pasien seorang karyawan bagian IT di salah satu perusahaan.
Walaupun pasien cuti sakit semenjak bulan Mei 2019, pasien tetap
diberikan gaji pokok sehingga masih terpenuhi kebutuhan rumah
tangganya dan masih bisa berperan sebagai suami yang bertanggung
jawab dalam memenuhi nafkah keluarga. Pasien optimis dengan
kesembuhannya dengan terus berikhtiyar untuk berobat.
Pada awal sakit, pasien mengaku bahwa dirinya merasa memiliki
berat badan yang tidak ideal, sehingga pasien menjalani diit yang super
27

ketat dengan makan yang banyak dan bergizi serta diberikan nutrisi susu
peptamin sesuai anjuran dokter walaupun dengan harga yang mahal.
Pasien berharap penyakitnya cepat sembuh dan dapat melakukan
kegiatannya seperti biasanya. Pasien sadar sebagai manusia biasa pasien
memiliki banyak kekurangan dan sadar bahwa semuanya ini merupakan
ujian dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
b. Data Sosial
Pasien dalam kesehariannya sebagai seorang suami dan pasien
mengatakan hubungan masyarakat dilingkungan pasien terjalin dengan
baik dengan banyak yang berkunjung ketika sakit . Pasien merasa bahwa
dirinya dapat berhubungan dengan lingkungan sekitarnya, mau bekerja
sama dengan perawat dan dokter yang merawatnya. Pasien juga
merasakan dukungan yang diberikan oleh keluarganya sangat besar
terutama peran isterinya, dimana isterinya selalu merawat luka pasien
dan keluar dari tempat kerjanya semenjak pasien operasi pertama (Mei
2019) agar bisa fokus melayani pasien.
c. Data Spiritual
Pasien beragama Islam, dalam kondisinya sekarang ibadah sholat
pasien tetap dilakukan, tidak pernah ditinggalkan walaupun dengan
keterbatasan. Pasien menjalankan sholat hanya bisa sambil duduk, tidak
kuat untuk ruku apalagi sujud. Pasien meyakini sakitnya adalah ujian dari
Allah. Sebagai manusia biasa pasien hanya bisa berusaha dan berdoa
Dengan pengobatan yang tepat pasien merasa yakin bisa sembuh. Pasien
mengatakan bahwa keluarga adalah sumber motivasi dan potensi dia
untuk sembuh.
5. Riwayat Activity Daily Living (ADL)
No Kebiasaan Rumah Saat sakit
1 Nutrisi
Makan
 Jenis  Nasi, ayam, ikan, kl mengaku  Nasi, ayam, ikan, sayuran
kurang suka makan sayuran. dan buah jarang
 Frekuensi  3 x/hari  Lebih 3 x/hari
 Porsi  1 porsi habis  1 porsi habis
 Keluhan
28

No Kebiasaan Rumah Saat sakit


Minum
 Jenis Air putih 5-6 gelas/hr (1000- Air putih
 Frekuensi 1200cc/hr) 9-10 gelas/hari
 Jumlah (cc) Klien mengaku minum kopi setiap 1800 - 2000cc
 Keluhan pagi dan kadang-kadang minum Saat sakit klien mengaku tidak
teh manis. pernah minum kopi hanya
sesekali minum teh.

2 Eliminasi
BAB
 Frekuensi 1x/ hari  Lebih 10x/hari via
 Warna Kuning ileustomi bag, konsistensi
 Konsistensi Padat cair, sedangkan via anus
 Keluhan Tidak ada 2-3 hari sekali, konsistensi
lunak warna kuning

BAK
 Frekuensi 5-6x/hari 5-6x/ hari
 Warna Kuning jernih Kuning jernih
 Jumlah (cc) 1000-1200 cc 1000-1200 cc
 Keluhan Tidak ada Tidak ada
3 Istirahat dan tidur
 Waktu tidur
o Malam, 22.00-.04.30 22.00-.04.30
pukul
o Siang, Jarang, kecuali bila kelelahan Jarang
pukul 6-7 jam
 Lamanya Tidak ada 6-7 jam
 Keluhan Tidak ada
4 Kebiasaan diri
 Mandi 2x/hari 2x/hari, dengan diseka
 Perawatan Setiap minggu dipotong Setiap minggu dipotong
kuku
 Perawatan gigi Setiap hari gosok gigi Setiap hari gosok gigi
 Perawatan
rambut Setiap mandi selalu keramas Keramas 2 -3 hari sekali
 Ketergantunga
n Tidak ada Tidak ada
 Keluhan Tidak ada
Tidak ada

6. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Penampilan umum : Lemah, tenang
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15 (E4M5V6)
Tanda-tanda vital : TD = 110/70 mmHg
HR = 80 kali/menit
S = 36,9 C
29

RR = 20 kali/menit

Status Antopometri : BB = 52 kg
TB = 168 cm
IMT = 18,5 (ideal)
pasien mengatakan ada peningkatan BB
sebesar 13 kg selama 2 bulan terakhir, BB pada
bulan Mei 2019 = 39 kg, BB saat ini = 52 kg
b. Data Pemeriksaan fisik
1) Sistem pernafasan
Hidung simetris, pasase hidung lancar, bunyi nafas vesikuler,
pengembangan paru simetris.
2) Sistem kardiovaskuler
Konjungtiva merah muda, tidak ada peningkatan JVP,
terdengar bunyi jantung S1 dan S2, tidak ada bunyi jantung tambahan ,
CRT 2detik, pulsasi nadi + 2, reguler.
3) Sistem pencernaan
Mucosa bibir lembab, tidak ada kesulitan menelan dan
mengunyah, Bising usus 5-10 x/menit di keempat kuadran, terdapat
ileostomi di perut kanan bawah berwarna merah muda, ostomi tidak
prolap, ekresi cair seperti pasta dan selang untuk nutrisi (susu
peptamin) di perut kanan bagian atasnya, nyeri tekan tidak ada.
4) Sistem perkemihan
Tidak teraba distensi kandung kemih, nyeri saat BAK tidak
ada, nyeri sudut costovertebral (-)
5) Sistem muskuloskeletal
Ekstremitas atas dan bawah simetris kiri dan kanan, kekuatan
otot 5/5, ROM bisa bergerak bebas, oedem tidak ada.
6) Sistem integumen
Kulit kepala bersih, rambut bersih, tidak ada lesi ataupun
kemerahan disekitar area ostomy.
7) Sistem Persyarafan
30

Kesadaran CM, refleks bisep +/+, refleks trisep +/+, Refleks


patella (+), tidak terdapat rasa kebas atau kesemutan.
8) Sistem endokrin
Tidak ada gangguan pada sistem endokrin
9) Sistem reproduksi
Tidak ada gangguan pada sistem reproduksi
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Radiologi :
Hasil Thorax photo tanggal 15 Juli 2019 : Paru dalam keadaan
batas normal
b. Pemeriksaan Labolatorium
Hasil pemeriksaan tanggal 15 Juli 2019
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,6 gr% 11,7 - 15,5
PCV 42,3 % 40-52
Leukosit 5.700 /mm3 3800-10.600
Trombosit 377.000 /mm3 150.000-440.000
BT 1’00”
CT 8’00”

c. Program Terapi
Asam mefenamat 1 tablet (500 mg) via oral, bila nyeri

B. ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah
1. DS: Adanya defek di inguinal Gangguan kerusakan
Pasien mengeluh ngilu jaringan
Terjadi herniasi illium
pada daerah di sekitar
perut kanan bawah
Obstruksi illium
(ileustomi), terutama
pada daerah selang Nekrotis jaringan illium
ileustominya. Ngilu
Tindakan pembedahan
dirasakan saat bergerak
31

No. Data Etiologi Masalah


terutama daerah yang
Jaringan terbuka
ada selangnya, dan rasa
ngilu hilang saat tidak
Kerusakan integritas jaringan
bergerak
DO:
Terdapat stoma ileostomi
di perut kanan bawah dan
selang untuk nutrisi (susu
peptamin) di perut kanan
bagian atasnya
TD = 110/70 mmHg
HR = 80 kali/menit
S = 36,9 C
RR = 20 kali/menit

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan jaringan
terbuka.
B. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama
No
Pasien : Tn. RF
Diagnosa Keperawatan
Ruangan
Tujuan
: Darussalam 3Intervensi
No. Medrek : 668117 Diagnosa Medis : Ileustomi
1 Kerusakan integritas NOC 1. Perawatan ostomi :
. jaringan berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan a) Monitor penyembuhan ostoma
dengan jaringan terbuka selama 1x 24 jam diharapkan b) Monitor tanda REDA di sekitar jaringan ostoma
integritas jaringan tidak mengalami c) Kosongkan kantong ostomi setiap kali terasa penuh
kerusakan lebih jauh, dengan kriteria d) Irigasi ostomi dengan tepat
hasil :
Tissue Integrity: Skin & mucous 2. Monitor cairan
membrane a) Tentukan jumlah dan jenis intake cairan
1. Temperatur kulit normal b) Monitor asupan dan pengeluaran setiap 24 jam
2. Sensasi kulit normal c) Monitor TTV/shif
32

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

3. Kulit elastis
4. Hidrasi kulit adekuat 3. Pemberian obat
5. Warna kulit normal Berikan obat sesuai program : Asam Mefenamat
6. Bebas lesi jaringan 500mg (PO) kalau nyeri
7. Kulit intak (tidak ada eritema 4. Pengaturan posisi
dan nekrosis) a) Pertahankan posisi yang tepat saat merubah posisi
  b) Lindungi bagian tubuh yang terganggu saat
merubah posisi
5. Terapi nutrisi
a) Monitor intake makanan perhari
b) Berikan susu peptamin 6 x200 cc melalui selang
susu
c) Kolaborasi ahli gizi untuk diet TKTP

C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PRE OPERASI (HARI I)


Nama Pasien : Tn. RF Ruangan
No. Medrek : 668117 Diagnose M
No
Hari/Tanggal Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan
DX
Senin, 15 Juli 20.30 1 Mengobservasi tanda-tanda vital R/ S : 36,8 N : 80x/menit RR DINAS
2019 20x/menit TD : 110/70 mmHg Jam. 06.
Hari I Memonitor luka pasien Dx I
R/ luka tertutup ileustomi bag dalam keadaan bersih, selang nutrisi (+) S:
Mengingatkan klien untuk sholat Isya,sambil memberikan informasi
33

kepada pasien persiapan puasa pre operasi mulai jam 04.00 O:


R/ klien sudah sholat isya  Pasien
21.30 Menganjurkan pasien untuk istirahat tidur TD: 110
1 R/ pasien mulai tidur jam 23.00 WIB N : 78 x
23.30 Memonitor tanda-tanda vital R : 18 x
R/ S : 36,6 N : 78x/menit RR : 18x/menit RD : 110/70 mmHg, A : Mas
04.00 1 Membantu membersihkan BAB dengan air NaCl via ileostomi bag P : Lanju
bersama keluarga, mengingatkan klien untuk puasa prre operasi
R/ileostomi bersih (+),BAB warna kuning ,konsistensi cair Dx II
05.30 1 Memfasiltasi klien memandikan S:
1 Mengingatkan pasien untuk sholat Shubuh Pasien m
R/ tayamum dan sholat sambil duduk via ileos
06.00 1 Mengobservasi I-0 O:
R/ Intake 600 cc, diuresis 400cc, Balance + 200cc. (2x), BAB 3x via  Terd
ileustomi bag kan
1  Bab
bers
2  Pasi
nutr
2  Suh
2  Tur
 War
norm
 Les
tida
 Pua
0
 Tida
luka
A : Mas
0
P:
- Lan
pad
jam

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PRE - POST OPERASI (HARI II)


34

Hari/Tanggal Waktu D Implementasi dan Catatan Perkembangan


x
Selasa, 07.30 1 1. Mengukur TTV
16 Juli 2019 R/ TD=120/80 mmHg, nadi=80 x/mnt, RR= 20 x/mnt,
Hari Suhu= 36,2 OC
II 0 1 2. Memasang infus RL 20 gtt/menit O
8.00 R/ Infus lancar, tidak phlebitis
1 3. Memberi penjelasan tentang persiapan pre operasi meliputi puasa,
0 cara mengurangi nyeri, cara mobilisasi, nutrisi post operasi
8.15 R/ pasien mengatakan faham dandapat menyebutkan
kembali persiapan yang harus dilakukan
4. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
R/ klien mengatakan sudah cukup paham
0 1 5. Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi nafas dalam selama dua
8.45 menit untuk mengurangi nyeri post operasi
R/ klien mengatakan sudah mengerti dan dapat
0 mendemontrasikannya
9.15 1 6. Mengajarkan cara mobilisasi setelah operasi
R/ klien mengatakan sudah mengerti dan dapat
mendemontrasikan cara mobilisasi
1 7. Membimbing doa kesembuhan / nyeri
R/ pasien bisa mengucapkan doa dengan bimbingan
8. Mengantar pasien ke ruang OK
R/ FRO (+), SIO (+) SIA (+) SEP (+), puasa mulai jam
0 04. Sedia darah PRC 2 labu ada di Bank darah, konsul anesthesi di
9.45 OK. Infus sudah terpasang RL 20 gtt/menit
DINAS SIANG
1 9. Menjemput pasien dari OK
0.00 R/ Instruksi dr Irzan Sp. B di OK : Infus RL + ketorolac
30 mg + tramadol 100mg (20 gtt/ menit), ceftriaxon 1x2 gr i.v(di
OK jam. 13.35), metronidazole 3x500 mg i.v (di OK jam. 12.45),
puasa s.d POD 2, f/u hasil Hb post op, buang produksi drain silikon n
per 24 jam, s
1 1 10. Mengobs keadaan umum pasien
4.15 R/ kes cm, BU (-), flatus (-), BAK spontan (-). -
1 11. Mengobservasi TTV dan skala nyeri
,2 R/ S. 36,7 C N 80x/menit RR 24x/menit TD 100/60 -
35

mmHg, skala nyeri 6 -


-
-
1 12. Mengingatkan pasien untuk sholat Ashar
4.30 1 R/ pasien dibantu tayamum dan melakukan sholat sambil t
berbaring (+)
1 13. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien -
5.30 1 R/ posisi pasien tidur telentang
14. Mengingatkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi napas
1 dalam saat nyeri dirasakan. -
R/ pasien melakukan napas dalam (+) -
15. Menciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien dengan
1 1 merapikan tempat tidur dan menjaga suasana sekitar tetap tenang.
6.00 ,2 R/ tempat tidur rapi dan bersih, ruangan tenang,
pencahayaan cukup
16. Memonitor tetesan infus analgetik drip (sesuai intruksi dokter) -
1 R/ RL + analgetik drip 20 ctt/menit
6.15 1 17. Mengobservasi tanda-tanda vital -
R/ TD=110/80 mmHg, nadi=80 x/mnt, RR= 24 x/mnt,
1 1 Suhu= 36,3 OC
6.30 ,2 18. Melibatkan keluarga untuk melakukan teknik distraksi terhadap
klien
R/ mengajak diskusi tentang motivasi kesembuhan pasien -
1 1 19. Mengingatkan pasien untuk sholat Maghrib
7.00 R/ pasien masih dibantu tayamum dan melakukan sholat
sambil berbaring (+)
1 20. Mengobservasi intake output -
R/ intake 400 cc output 350cc
1 21. Mengingatkan pasien untuk sholat Isya -
7.30 R/ pasien masih dibantu tayamum dan melakukan sholat -
sambil berbaring (+) -
1 1 -
7.45
-

-
36

1 t
7.57
-

1 -
8.00

1
9.00

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI POST OPERASI (HARI III)

Hari/T W D Implementasi dan Catatan Perkembangan


anggal aktu x
Rabu, 0 1 1. Mengobservasi keadaan umum pasien
17 Juli 2019 7.30 R/ kes cm, puasa (+), terdapat luka post op di abdomen
Hari kanan bawah, POD 1 (jam. 12.10), rembes (-), drain silikon (+)
III produktif (+), BU (-), flatus (-), BAK spontan (+) warna kuning
jernih, S : 36,7 N : 80x/menit RR : 20x/menit RD : 110/60 mmHg, merasak
pasien tampak tenang saat diam, namun masih nyeri bila bergerak,
mika miki (+), mobilisasi duduk (-) - Waj
1 2. Memastikan linen kasur tetap bersih, kering dan bebas kerutan mer
0 ,2 R/ Linen kasur dalam kondisi bersih, kering, bebas - S:3
8.00 kerutan 22x
1 3. Mengatur posisi klien dengan head up 30 derajat mm
0 R/ Posisi tidur klien kepala lebih tinggi 30 derajat pasien - Pasi
8.15 nampak lebih nyaman
1 4. Mengingatkan klien untuk melakukan teknik relaksasi napas dalam teratasi
saat nyeri dirasakan.
37

0 R/ Pasien terlihat menarik napas dalam dan lebih tenang - Bila


8.45 1 5. Memonitor tetesan cairan infus Rl + analgetik drip20 gtt/menit gan
(sesuai intruksi dokter) i.v
R/ tanda phlebitis (-) - Pua
0 - Mob
9.15 6. Dr Irzan Sp.B visite : - Lan
Infus Clinimix 1 liter : RL 500 cc, masih puasa, analgetik
ketorolac 3x30 mg (bila analgetik drip habis), mobilisasi duduk,
rawat luka 3 hari sekali
0 7. Mengobsevasi skala nyeri
9.45 1 R/ Nyeri masih dirasakan terutama saat merubah posisi, - Pasi
skala nyeri 6 bua
8. Melibatkan keluarga untuk melakukan teknik distraksi terhadap
1 klien - Luk
R/ mengajak diskusi tentang keluarga pasien abd
1 9. Memasang infus Clinimix teng
0.00 2 R/ tetasan 20 gtt/menit, lancar, tt phlebitis (-) (-),
10. Melakukan perawatan luka gan
1 R/ luka masih bersih, pus (-), ada 2 bulae di sekitar luka - Terp
1 ,2 dekat dengan drain prod
0.30 11. Mengobservasi tanda – tanda vital - Pua
R/ S : 37 N : 82x/menit RR : 22x/menit RD : 110/60 flatu
1 mmHg - Suh
1 ,2 12. Mengukur intake output pasien - Tur
1.00 R/ intake 1050 cc output 400 cc balance +650 cc diuresis - War
1 0,6 cc/kgBB/jam norm
1 ,2 13. Memberikan obat ceftriaxon 2 gram i.v dan metronidazole 500 mg - Ada
1.30 i.v dek
R/ obat masuk, akses intravena masih efektif via selang - Nek
1 1 infus - Tida
2.00 ,2 DINAS SIANG luka
14. Mengobs keadaan umum pasien
R/ kes cm, BU (+) 2x/menit, flatus (-), BAK spontan (-) teratasi
1 warna kuning jernih.
15. Mengobservasi TTV - Bua
R/ TD=110/80 mmHg, nadi=80 x/mnt, RR= 24 x/mnt, jam
O
1 1 Suhu= 36,3 C - Gan
38

4.00 16. Mengajarkan doa bila nyeri (Bismillahirrohmanirrohiim, A’udzu (tan


billahi wa qudrotihi min syari ma ajidu wa uhadziru - Lan
1 R/ pasien belum hapal, diberikan tulisan doa agar dihapal
1 (+)
4.15 17. Mengingatkan pasien untuk sholat Ashar
1 R/ pasien dibantu tayamum dan melakukan sholat sambil
berbaring (+)
1 18. Mengklem line cairan infus analgetik drip (habis)
4.30 1 R/ rencana analgetik selanjutnya ketorolac 30 mg i.v jam. nyeri m
,2 22 analgetik
19. Mengobservasi tanda-tanda vital dan skala nyeri skala ny
1 1 R/ S. 37,6 C N 100x/menit RR 24x/menit TD 110/70
5.00 mmHg, skala nyeri 7, wajah pasien tampak meringis kesakitan - Waj
20. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien mer
1 R/ posisi pasien tidur telentang - R/ S
1 ,2 21. Mengingatkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi napas RR
5.30 dalam saat nyeri dirasakan. mm
R/ pasien melakukan napas dalam (+) - Pasi
22. Menciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien dengan kesa
1 merapikan tempat tidur dan menjaga suasana sekitar tetap tenang. dud
6.00 1 R/ tempat tidur rapi dan bersih, ruangan tenang,
pencahayaan cukup teratasi
1 23. Melibatkan keluarga untuk melakukan teknik distraksi terhadap
6.15 klien - keto
1 R/ mengajak diskusi tentang motivasi kesembuhan pasian 22.0
24. Membuang drain silikon - Pua
1 R/ produktif (+) 100 cc - Mob
6.30 25. Mengukur intake output pasien - Lan
R/ intake 1350 cc output 800 cc balance +550 cc diuresis
1 1 0,8 cc/kgBB/jam
6.40 26. Mengingatkan pasien untuk sholat Maghrib
R/ pasien masih dibantu tayamum dan melakukan sholat
1 sambil berbaring (+) - Pasi
1 27. Mengingatkan pasien untuk sholat Isya bua
7.00 R/ pasien masih dibantu tayamum dan melakukan sholat
sambil berbaring (+) - Luk
abd
39

teng
1 (-),
7.30 - Terp
prod
- Pua
1 (-)
7.45 - Suh
- Tur
- War
norm
- Ada
1 dek
7.57 - Nek
- Tida
luka
1
9.00 teratasi

- Bua
jam
- Gan
(tan
- Lan

F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI POST OPERASI (HARI IV)

Hari/T W D Implementasi dan Catatan Perkembangan


anggal aktu x
Kamis 0 1 1. Mengobservasi keadaan umum pasien
, 18 Juli 2019 7.30 R/ kes cm, puasa (+), terdapat luka post op di abdomen
Hari kanan bawah, POD 2 (jam. 12.10), rembes (-), drain silikon (+)
IV produktif (+), BU (-), flatus (-), BAK spontan (+) warna kuning
jernih, S : 36,8 N : 80x/menit RR : 20x/menit RD : 110/60 mmHg, merasak
pasien terlihat tenang saat diam, namun masih nyeri bila merubah
posisi, mika miki (+), mobilisasi duduk (+) - Waj
2. Menghubungi dr Irzan b.d k/u pasien : terli
R/ paracetamol 3x1 gr, diet tunggu visite - S:3
40

1 3. Memastikan linen kasur tetap bersih, kering dan bebas kerutan 22x
0 ,2 R/ Linen kasur dalam kondisi bersih, kering, bebas mm
8.00 kerutan - Pasi
1 4. Membantu pasien untuk duduk men
0 R/ saat merubah posisi, wajah pasien terlihat meringis
8.15 kesakitan, namun pasien tetap semangat untuk terus mencoba teratasi
1 5. Mengingatkan klien untuk melakukan teknik relaksasi napas dalam
saat nyeri dirasakan. - keto
0 R/ Pasien terlihat menarik napas dalam dan lebih tenang para
8.45 1 6. Memonitor tetesan cairan infus Clinimix 20 gtt/menit (sesuai dibe
intruksi dokter) - Mob
R/ tanda – tanda phlebitis (-)
0 1 7. Mengobsevasi skala nyeri
9.15 R/ Nyeri masih dirasakan terutama saat merubah posisi,
skala nyeri 6
1 8. Melibatkan keluarga untuk melakukan teknik distraksi terhadap - Pasi
1 klien 2 bu
0.00 R/ mengajak diskusi tentang keluarga pasien
9. Memasang infus Clinimix - Luk
R/ tetasan 20 gtt/menit, lancar, tt phlebitis (-) abd
1 10. Mengobservasi tanda – tanda vital teng
0.30 1 R/ S : 37 N : 82x/menit RR : 22x/menit RD : 110/60 (-),
,2 mmHg - Terp
11. Mengukur intake output pasien prod
1 R/ intake 1050 cc output 400 cc balance +650 cc diuresis - Pua
1.00 0,6 cc/kgBB/jam BAB
12. Dr Irzan Sp.B visite : jam
Test feeding 2 sendok tiap 2 jam - Suh
1 Infus Clinimix 1000cc : RL 1000 cc - Tur
2.00 Therapi lain lanjutkan - War
13. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga untuk memberikan test kass
feeding 2 sendok makan setiap 2 jam - Ada
R/ pasien mulai minum 2 sendok dek
1 14. Memberikan obat ceftriaxon 2 gram i.v dan metronidazole 500 mg - Les
,2 i.v, ketorolac 30 mg i.v dan paracetamol 1 gr i.v dilih
R/ obat masuk, akses intravena masih efektif via selang
infus teratasi
41

DINAS SIANG
1 15. Mengobs keadaan umum pasien - Bua
,2 R/ kes cm, BU (+), flatus (+), BAK spontan (+) warna jam
1 kuning jernih, BAB (+) sudah ada 1x - Gan
4.00 16. Mengobservasi TTV (tan
1 R/ TD=110/70 mmHg, nadi=82 x/mnt, RR= 20 x/mnt, - Lan
O
,2 Suhu= 36,1 C
17. Mengingatkan pasien doa bila nyeri (Bismillahirrohmanirrohiim,
1 A’udzu billahi wa qudrotihi min syari ma ajidu wa uhadziru
4.15 1 R/ pasien sudah mulai hapal sedikit - sedikit, walaupun
belum semuanya
18. Mengklem line cairan infus paracetamol drip (habis)
1 R/ saat ditanya pasien mengatakan skala nyeri 5 nyeri be
4.30 1 19. Mengingatkan pasien untuk sholat Ashar
R/ pasien dibantu tayamum dan melakukan sholat sambil - Waj
1 berbaring tam
1 20. Mengobservasi tanda-tanda vital dan skala nyeri hari
5.00 1 R/ S. 37 C N 78x/menit RR 20x/menit TD 120/80 mmHg, - S. 3
skala nyeri 5, wajah pasien terlihat tidak terlalu meringis seperti 20x
hari sebelumnya - Pasi
21. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien men
1 R/ posisi pasien tidur telentang
,2 22. Mengingatkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi napas teratasi
1 dalam saat nyeri dirasakan.
5.30 1 R/ pasien melakukan napas dalam (+) - keto
23. Menciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien dengan para
1 merapikan tempat tidur dan menjaga suasana sekitar tetap tenang. dibe
6.00 1 R/ tempat tidur rapi dan bersih, ruangan tenang, - Mob
,2 pencahayaan cukup - Lan
24. Melibatkan keluarga untuk melakukan teknik distraksi terhadap
klien
1 R/ mengajak diskusi tentang motivasi kesembuhan pasien
6.15 1 (tampak orang tua/Ibu, isteri dan adik mendampinginya) - Pasi
25. Membuang drain silikon 2 bu
1 R/ produktif (+) 300 cc
6.30 26. Mengukur intake output pasien - Luk
1 R/ intake 1500 cc output 300 cc balance +1200 cc diuresis abd
42

0,8 cc/kgBB/jam teng


1 1 27. Mengingatkan pasien untuk sholat Maghrib (-),
6.40 R/ pasien masih dibantu tayamum dan melakukan sholat - Terp
sambil berbaring (+) prod
1 28. Mengingatkan pasien untuk sholat Isya - Pua
R/ pasien masih dibantu tayamum dan melakukan sholat BAB
1 sambil berbaring (+) jam
7.00 1 - Suh
- Tur
- War
kass
1 - Ada
7.30 dek
- Les
1 dilih
7.45
teratasi

1 - Bua
7.57 jam
- Gan
(tan
1 - Lan
9.10

G. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI POST OPERASI (HARI V)

Hari/T W D Implementasi dan Catatan Perkembangan


anggal aktu x
Jumat 0 1 1. Mengobservasi keadaan umum pasien
, 19 Juli 2019 7.30 R/ kes cm, puasa (-), terdapat luka post op di abdomen
Hari kanan bawah, POD 3 (jam. 12.10), rembes (-), drain silikon (+)
43

V produktif (+), BU (+), flatus (+), BAK spontan (+) warna kuning
jernih, S : 36,5 N : 80x/menit RR : 20x/menit RD : 120/80 mmHg, merasak
pasien terlihat tenang saat diam, namun masih nyeri bila merubah merubah
posisi, mika miki (+), mobilisasi duduk (+)
1 2. Memastikan linen kasur tetap bersih, kering dan bebas kerutan - Waj
0 ,2 R/ Linen kasur dalam kondisi bersih, kering, bebas mer
8.00 kerutan - S:3
1 3. Membantu pasien untuk duduk 20x
0 R/ saat merubah posisi, wajah pasien masih terlihat agak mm
8.15 meringis kesakitan, namun pasien tetap semangat untuk terus - Pasi
1 mencoba mau
4. Mengingatkan klien untuk melakukan teknik relaksasi napas dalam (mo
0 saat nyeri dirasakan.
8.45 1 R/ Pasien terlihat menarik napas dalam dan lebih tenang teratasi
5. Memonitor tetesan cairan infus RL 20 gtt/menit (sesuai intruksi
dokter) - keto
0 R/ tanda – tanda phlebitis (-) - Mob
9.15 1 6. Mengobsevasi skala nyeri berj
R/ Nyeri masih dirasakan terutama saat merubah posisi, - Lan
skala nyeri 5
1 7. Mengobservasi tanda – tanda vital
1 R/ S : 37 N : 84x/menit RR : 20x/menit RD : 110/80
0.00 mmHg - Pasi
8. Mengukur intake output pasien bula
R/ intake 1100 cc output 400 cc balance +700 cc diuresis peca
1 0,5 cc/kgBB/jam
1.30 9. Dr Irzan Sp.B visite : - Luk
Infus Clinimix stop, RL 20gtt/menit abd
1 Diet ensure 5x50 cc teng
2.00 Ketorolac stop, mobilisasi jalan (-),
1 Therapi lain lanjutkan - Terp
,2 10. Memberikan obat ceftriaxon 2 gram i.v dan metronidazole 500 mg prod
1 i.v, dan paracetamol 1 gr i.v - Pua
3.10 R/ obat masuk, akses intravena masih efektif via selang BAB
1 infus - Suh
,2 11. Mengobs keadaan umum pasien - Tur
R/ kes cm, BU (+), flatus (+), BAK spontan (+) warna - War
44

kuning jernih, BAB (+) sudah ada 1x, pasien jalan kaki ke kamar kass
1 mandi, 2 bulae di sekitar luka sudah pecah - 2 b
4.00 DINAS SIANG suda
1 12. Mengobservasi TTV - Les
,2 R/ TD=110/70 mmHg, nadi=82 x/mnt, RR= 20 x/mnt, dilih
O
1 Suhu= 36,1 C
4.15 13. Mengingatkan pasien doa bila nyeri (Bismillahirrohmanirrohiim, teratasi
1 A’udzu billahi wa qudrotihi min syari ma ajidu wa uhadziru
R/ pasien sudah hapal - Bua
14. Mengklem line cairan infus paracetamol drip (habis) jam
R/ saat ditanya pasien mengatakan skala nyeri 5 - Gan
1 15. Mengingatkan pasien untuk sholat Ashar (tan
4.30 1 R/ pasien dibantu tayamum dan melakukan sholat sambil - Min
berbaring (+) - Lan
16. Mengobservasi tanda-tanda vital dan skala nyeri
1 1 R/ S. 37,2 C N 84x/menit RR 22x/menit TD 110/80
5.00 mmHg, skala nyeri 5, wajah pasien terlihat tidak terlalu meringis
saat merubah posisi
17. Memberikan minum cair (ensure) 50 cc
R/ minum habis per oral
18. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien merasak
1 1 R/ posisi pasien tidur telentang merubah
5.30 ,2 19. Mengingatkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi napas
dalam saat nyeri dirasakan. - Waj
1 R/ pasien melakukan napas dalam (+) mer
1 20. Menciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien dengan - S. 3
6.00 merapikan tempat tidur dan menjaga suasana sekitar tetap tenang. 22x
1 R/ tempat tidur rapi dan bersih, ruangan tenang, - Pasi
,2 pencahayaan cukup mau
21. Melibatkan keluarga untuk melakukan teknik distraksi terhadap (mo
klien
R/ mengajak diskusi tentang motivasi kesembuhan pasien teratasi
1 1 (tampak orang tua/Bapak, isteri dan adik mendampinginya)
6.15 22. Membuang drain silikon - keto
R/ produktif (+) 50 cc - Mob
1 23. Mengukur intake output pasien berj
6.30 1 R/ intake 1760 cc output 700 cc balance +1060 cc diuresis - Lan
45

0,6 cc/kgBB/jam
1 24. Mengingatkan pasien untuk sholat Maghrib
1 R/ pasien masih dibantu tayamum dan melakukan sholat
6.40 sambil berbaring (+) - Pasi
1 25. Mengingatkan pasien untuk sholat Isya bula
R/ pasien masih dibantu tayamum dan melakukan sholat peca
sambil berbaring (+)
1 1 - Luk
7.00 abd
teng
(-),
- Terp
1 prod
7.30 - Pua
BAB
1 mul
7.45 - Suh
- Tur
- War
1 kass
7.57 - 2 b
suda
- Les
1 dilih
9.10
teratasi

- Bua
jam
- Gan
(tan
- Min
- Lan

H. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI POST OPERASI (HARI VI)


46

Hari/T W D Implementasi dan Catatan Perkembangan


anggal aktu x
Sabtu, 0 1 1. Mengobservasi keadaan umum pasien
20 Juli 2019 7.30 R/ kes cm, puasa (-), terdapat luka post op di abdomen
Hari kanan bawah, POD 4 (jam. 12.10), rembes (-), drain silikon (+)
VI produktif (+), BU (+), flatus (+), BAK spontan (+) warna kuning
jernih, BAB (+) S : 36,2 N : 78x/menit RR : 20x/menit RD : nyeri be
110/70 mmHg, pasien terlihat tenang saat diam, namun masih
nyeri bila merubah posisi, mika miki (+), mobilisasi duduk (+), - Waj
mobilisasi jalan saat BAB ke kamar mandi mer
1 2. Memastikan linen kasur tetap bersih, kering dan bebas kerutan - S:3
0 ,2 R/ Linen kasur dalam kondisi bersih, kering, bebas 20x
8.00 kerutan mm
3. Memberikan minum cair (ensure) 50 cc - Pasi
R/ minum habis per oral saat
1 4. Membantu pasien untuk duduk (mo
0 R/ saat merubah posisi, wajah pasien masih terlihat agak
8.15 meringis kesakitan, namun pasien tetap semangat untuk terus teratasi
1 mencoba
5. Mengingatkan klien untuk melakukan teknik relaksasi napas dalam - Mob
0 saat nyeri dirasakan. berj
8.45 R/ Pasien terlihat menarik napas dalam dan lebih tenang - Lan
6. Memonitor tetesan cairan infus RL 20 gtt/menit (sesuai intruksi
dokter)
R/ tanda – tanda phlebitis (-) - Pasi
1 7. Mengobsevasi skala nyeri bula
R/ Nyeri masih dirasakan terutama saat merubah posisi, luka
0 1 skala nyeri 4
9.15 ,2 8. Mengobservasi tanda – tanda vital - Luk
R/ S : 36,5 N : 80x/menit RR : 20x/menit RD : 110/70 abd
mmHg teng
1 2 9. Melakukan perawatan luka (-),
0.00 R/ luka bersih, pus (-), nekrosis tidak ada, - Terp
1 10. Mengukur intake output pasien prod
R/ intake 1100 cc output 400 cc balance +700 cc diuresis - Pua
1 0,5 cc/kgBB/jam BAB
0.15 1 11. Memberikan minum cair (ensure) 50 cc cc (
47

R/ minum habis per oral - Suh


1 12. Dr Irzan Sp.B visite : - Tur
1.45 Infus RL 20gtt/menit - 2 b
Ganti perban, drain jangan dulu di aff, mobilisasi jalan mun
1 Therapi lain lanjutkan - Nek
2.00 1 13. Memberikan obat ceftriaxon 2 gram i.v dan metronidazole 500 mg
,2 i.v, dan paracetamol 1 gr i.v teratasi
R/ obat masuk, akses intravena masih efektif via selang
1 infus - Bua
2.10 jam
1 DINAS SIANG - Gan
,2 14. Mengobs keadaan umum pasien (tan
R/ kes cm, BU (+), flatus (+), BAK spontan (+) warna - Min
1 kuning jernih, BAB (+), pasien jalan kaki ke kamar mandi, 2 bulae - Lan
4.00 muncul lagi
1 15. Mengobservasi TTV
,2 R/ TD=110/70 mmHg, nadi=80x/mnt, RR= 20 x/mnt,
Suhu= 36,4 OC
1 16. Mengingatkan pasien doa bila nyeri (Bismillahirrohmanirrohiim,
4.15 1 A’udzu billahi wa qudrotihi min syari ma ajidu wa uhadziru
R/ pasien sudah lancar membaca doa nyeri be
17. Mengklem line cairan infus paracetamol drip (habis)
R/ saat ditanya pasien mengatakan skala nyeri 5 - Waj
1 18. Mengingatkan pasien untuk sholat Ashar mer
4.30 1 R/ pasien dibantu tayamum dan melakukan sholat sambil - S. 3
berbaring (+) 20x
19. Mengobservasi tanda-tanda vital dan skala nyeri - Pasi
1 1 R/ S. 37 C N 82x/menit RR 20x/menit TD 110/70 mmHg, saat
5.00 skala nyeri 4, wajah pasien terlihat tidak terlalu meringis saat (mo
merubah posisi
20. Memberikan minum cair (ensure) 50 cc teratasi
R/ minum habis per oral
21. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien - Mob
1 1 R/ posisi pasien tidur telentang berj
5.30 ,2 22. Mengingatkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi napas - Lan
dalam saat nyeri dirasakan.
1 R/ pasien melakukan napas dalam (+)
48

1 23. Menciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien dengan


6.00 1 merapikan tempat tidur dan menjaga suasana sekitar tetap tenang. - Pasi
,2 R/ tempat tidur rapi dan bersih, ruangan tenang, bula
pencahayaan cukup luka
24. Melibatkan keluarga untuk melakukan teknik distraksi terhadap
1 klien - Luk
R/ mengajak diskusi tentang perkembangan kesembuhan abd
1 pasien (isteri sedang mendampinginya) teng
6.15 25. Membuang drain silikon (-),
1 R/ produktif (+) 50 cc - Terp
1 26. Mengukur intake output pasien prod
6.30 1 R/ intake 1600 cc output 700 cc balance +900 cc diuresis - Pua
0,6 cc/kgBB/jam BAB
27. Mengingatkan pasien untuk sholat Maghrib cc (
1 1 R/ pasien masih dibantu tayamum dan melakukan sholat - Suh
6.40 sambil berbaring (+) - Tur
28. Mengingatkan pasien untuk sholat Isya - 2 b
1 R/ pasien masih dibantu tayamum dan melakukan sholat mun
sambil berbaring (+) - Nek
1
7.00 teratasi

- Bua
jam
1 - Gan
7.30 (tan
- Min
1 - Lan
7.45

1
7.57

1
9.10
49
BAB IV
PEMBAHASAN

Prevalensi tindakan illeoustomi yang dilakukan di RS Al Islam Bandung


tidak terlalu banyak dilakukan, hal ini disebabkan karena tindakan tersebut relatif
kompleks yang biasa dilakukan di PPK 3 sedangkan RS Al Islam sendiri
merupakan PPK 2 yang disebabkan karena system pelayanan berjenjang yang
diberlakukan oleh BPJS. Literature menyebutkan penyebab tersering
dilakukannya illeustomi adalah keganasan pada kolon yang menyebabkan
obstruksi, sedangkan obstruksi pada pasien ini diakibatkan hernia ingunialis pada
illeum sehingga menyebabkan gangren pada sebagian ileum sehingga harus
dilakukan reseksi pada sebagian ileum dan dilakukan illeustomi.
Data fokus yang didapatkan pada pasien dengan illeus obstruktif biasanya
muntah, distensi abdomen, panas badan, nyeri hebat pada bagian perut, yang
mengarah pada tanda – tanda peritonitis, sedangkan pada pasien ini tidak terdapat
tanda tersebut karena sudah dilakukan operasi LE dengan illeustomi. Data focus
yang didapatkan pada pasien ini berupa adanya stoma dengan kondisi merah
muda, lembap dan tidak prolap, produksi illeustomi encer, BU positif, IMT 18,5.
Diagnosis keperawatan yang biasa muncul pada pasien dengan ileus
obstruktif dan pasien illeustomi adalah, kekurangan volume cairan dan elektrolit,
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, ketidak efektifan pola nafas,
gangguan pola eliminasi, nyeri akut, kecemasan, gangguan integritas kulit serta,
gangguan citra tubuh. Pada pasien ini cairan dan nutrisi terpenuhi karena selain
makanan yang peroral tidak dibatasi juga ditambah adanya selang yang di pasang
langsung ke daerah jejenum sebagai alat untuk pemenuhan nutrisi. Hal ini
didukung oleh data, dalam 3 bulan terakhir setelah dilakukan illeustomi BB naik
13 kg dan IMT 18.5.
Untuk pola nafas tidak efektif tidak terjadi karena penyebab pola napas tidak
efektif pada ileus obstruksi adalah distensi abdomen, sedangkan pada pasien yang
51

kami kelola distensi abdomen sudah tidak ada, oleh sebab itu pola pernafasan
pada pasien tidak terjadi penyimpangan. Pada pasien yang menjalani hospitalisasi
terutama pada pasien yang akan menjalani operasi biasa terjadi kecemasan, tapi
pada pasien ini tidak menunjukan tanda – tanda kecemasan, hal ini disebabkan ini
operasi yang kedua sehingga paisen sudah memiliki pengalaman, informasi
tentang prosedur operasi yang disampaikan kepada pasien sudah dimengerti serta
operasi yang akan dilaksanakan merupakan operasi yang dinantikan oleh pasien
yaitu operasi penutupan stoma. Diagnosis terakhir pada pasien ileus obsrtruktif
yang telah dilakukan illeustomi adalah gangguan citra tubuh, tetapi pada pasien
ini hal tersebut tidak terjadi karena mungkin disebabkan oleh koping individu
yang efektif serta support system yang optimal, hal ini didukung oleh data terlihat
tenang menjawab semua pertanyaan dengan jelas, pasien masih tetap mempunyai
penghasilan meskipun cuti sakit semenjak bulan Mei 2019, sehingga masih
terpenuhi kebutuhan rumah tangganya dan masih bisa berperan sebagai suami
yang bertanggung jawab dalam memenuhi nafkah keluarga. Selain itu, dalam
kondisinya sekarang ibadah sholat pasien tetap dilakukan. Pasien meyakini
sakitnya adalah ujian dari Allah. Sebagai manusia biasa pasien hanya bisa
berusaha dan berdoa. Dengan pengobatan yang tepat pasien merasa yakin bisa
sembuh. Pasien mengatakan bahwa keluarga adalah sumber motivasi dan potensi
dia untuk sembuh.
Pada perawatan pre operasi reanastomisis ileum pasien ini, kami mengangkat
risiko infeksi karena hanya data tersebut yang terdapat pada klien, yaitu terdapat
stoma, bekas luka LE dan terdapat luka pada insersi selang nutrisi. Selain hal di
atas, kami mengambil prinsip perluasan diagnosis keperawatan, yang artinya satu
diagnosis dapat mencakup diagnosis serta intervensi diagnosis lainnya.
Sedangkan pada perawatan pos reanastomosis kami mengambil diagnosis nyeri
akut dengan data – data; skala nyeri 6, terlihat meringis saat bergerak serta
hemodinamik berubah menjadi kurang stabil, serta diagnosis ganguan integritas
jaringan.
Untuk intervensi serta tujuan keperawatan yang direncanakan kami mengacu
kepada NOC – NIC dan ini sesuai dengan tinjauan teori pada bab 2, sedangkan
52

untuk implementasi, terutama pada implementasi pre reanostomosis banyak yang


belum sempat kami lakukan dikarenakan pasien di lakukan pengkajian pada
tangal 15 juli 2019 malam serta dilakukan tindakan reanostomosis pada tanggal
16 Juli 2019 jam 08.45 WIB. Sedangkan untuk implementasi keperawatan pos
reanostomosis sesuai dengan intervensi yang kami buat berdasarkan NOC – NIC.
Tahapan terakhir dari proses keperawatan pada pasien ini yaitu evalusi
dilakukan setelah hari ke lima pos reanostomosis dengan diagnosis nyeri masih
ada tetapi kualitas nyeri berkurang sehingga menjadi skala 2 serta gangguan
integritas jaringan masih belum teratasi tetapi tidak terjadi perburukan pada
kondisi luka yang salah satu indikator tidak ada tanda infeksi serta manajemen
cairan dan nutrisi berlangsung dengan baik.
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Alhamdulillah kami telah menyelesaikan karya tulis kasus Keperawatan Medikal
Bedah post operatif H-1 Reanastomosis Illeum di ruang Darusalam 3 Rumah
Sakit Al Islam Bandung. Karya tulis ini memberikan gambaran tentang asuhan
keperawatan pada gangguan pencernaan: obstruksi usus. Obstruksi usus adalah
sumbatan total atau parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran
pencernaan. Penanganan secara medis dengan operasi illeustomi atau pembuatan
stoma untuk sementara ataupun menetap. Apabila memungkinkan akan
disambungkan lagi atau reanastomosis illeum, sehingga fungsi mengeluarkan
faeces tetap melalui anus. Asuhan keperawatan yang diberikan baik pre dan post
operatif.
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien pre dan post operasi
tetap harus mencakup bio-psiko-sosial-spiritual sehingga semua kebutuhan pasien
terpenuhi. Kami melaksanakan semua tahapan dalam proses asuhan keperawatan
dari mulai pengkajian kepada pasien, merumuskan dan menegakkan diagnosa
keperawatan, menyusun intervensi keperawatan serta mengimplementasikan dan
melaksanakannya tindakan keperawatan dan terakhir melakukan evaluasi dari
tindakan keperawatan.

B. SARAN
1. Untuk Institusi Pendidikan
2. Untuk Rumah Sakit
3. Untuk Pasien atau Masyarakat
55
56
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, Kodier. 2004. Fundamental of NursingConcepts. Proses and


Practice Seven Edition.
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi
10. Jakarta : EGC.
Dermawan, D : Rahayuningsih, T, 2010. Keperawatan Medikal Bedah
Sistem Pencernaan.
Doenges Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien). Edisi 3. Penerbit
Buku Kedikteran EGC. Tahun 2002. Hal ; 52 – 64 & 240 – 249.
Inayah, Iin, 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Pencernaan, Edisi Pertama, Jakarta : Salemba Medika.
Rahayu Rejeki handayani, bahar asril. Buku ajar ilmu penyakit Dalam.
Jakarta : Departemen Pendidikan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jilid III edisi IV ; 2007. 1405-1410.
Sjamsuhidrajat, R; De Jong, Wim. 2003. Buku Ajar-Ilmu Bedah. Jakarta :
EGC.
Smeltzer, Suzanna C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Brunner dan Suddart, Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8. Vol 2. Jakarta, EGC :
2001.
Potter & Perry, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2,
EGC, Jakarta.
Wilkinson M, Judith. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai