diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Maternitas Profesi Ners STIKes
‘Aisyiyah Bandung dengan dosen pengampu :
Popy Siti A, S.Kep., Ners., M.Kep.
Disusun Oleh :
1. AAM AMINAH NIM. 402018080
2. ACEP MASKUR NIM. 402018090
3. ASEP SUPRIYADI NIM. 402018119
4. FARISHA NOOR NIM. 402018093
5. HERI HERNIAWAN NIM. 402018094
6. JAJANG AR NIM. 402018091
7. SUJIYAH NIM. 402018095
8. TUTI ROHAYATI NIM. 402018117
9. YADI SUPRIYADI NIM. 402018112
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang , kami panjatkan puji dan syukur atas kehadiarat –Nya, yang telah
melimoahkan rahmat hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kamidpaat
menyelesaikan makalah asuhan Keperawatan Medikal Bedah ini dengan baik.
Alhamdulillah makalah ini telah kami buat sesaui kemampuan kami
dengan maksimal, dan kami tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan karya tulis ini. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa terdapat banyak kekurangan baik dari segi
penyusunan bahasanya maupun hal lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar –lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga
dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca. Jazzakumullah khairan katsira.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering
dijumpai, merupakan 60–70 % dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendicitis
akut. Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah adhesi dan keganasan,
sedangkan diketahui bahwa operasi abdominalis dan operasi obstetri-ginekologik makin
sering dilaksanakan yang terutama didukung oleh kemajuan di bidang diagnostik kelainan
abdominalis. Gawat perut dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa
inflamasi dan penyulitnya, ileus obstruktif, iskemik, dan perdarahan. Sebagian kelainan
dapat disebabkan oleh cedera langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan perforasi
saluran cerna atau perdarahan (Rahayu, 2007).
Indonesian Ostomy Association (INOA) mengatakan bahwa jumlah kasus yang
menggunakan stoma terus meningkat, dan penyebab tersering di Indonesia sendiri adalah
karena keganasan (Indonesian Ostomy Association, 2010). Kurnia (2012) memaparkan,
sekitar 100.00 orang yang dilakukan indikasi pemasangan stoma pada umumnya
disebabkan oleh kanker kolorektal, kanker kandung kemih, kolitis ulseratif, penyait Crohn,
diverticulitis, obstruksi, inkontinensia urin dan fekal, dan trauma.
Prevalensi tindakan illeoustomi sekitar 5 % dari seluruh tindakan kegawatan pada
obstruktif intestinal dari 1000 kejadian di jawa barat, sedangkan di Al Islam sendiri 3 bulan
terakhir hanya 6 kejadian obstruktif pada illeum yang harus dilakukan illeustomi dan 2
pasien yang dilakukan reanostomosis ileum.
Penyakit ini sering terjadi pada individu yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi
makanan yang rendah serat, dari kebiasaan tersebut akan muncul permasalahan pada
kurangnya membentuk massa feses yang menyambung pada rangsangan peristaltic usus,
kemudian saat kemampuan peristaltic usus menurun maka akan terjadi konstipasi yang
mengarah pada feses yang mengeras dan mampu menyumbat lumen usus sehingga
menyebabkan terjadinya osbtruksi (Mansjoer, 2001). Kolostomi merupakan pembuatan
stoma atau lubang pada kolon atau usus besar (Smeltzer & Bare, 2002).
Santos (2001) dalam Simanjuntak & Nurhidayah (2007) mengatakan bahwa
pembentukan stoma atau kolostomi dapat berdampak pada perubahan peran, harga diri,
1
2
body image, seksual dan hubungan sosial. Klien dengan kolostomi akan beresiko untuk
mengalami gambaran diri negatif. Oleh karena itu selama perawatan, perawat perlu
memberikan dukungan agar pasien dapat menyesuaikan diri dalam pencapaian gambaran
diri yang positif.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merawat klien dengan kolostomi ialah
terkait perubahan pada eliminasi BAB klien, meliputi perubahan konsistensi serta
frekuensi BAB klien. Klien akan merasakan adanya perubahan tersebut dan disinilah
fungsi perawat sebagai edukator untuk menjelaskan perubahan-perubahan tersebut agar
klien dapat menerima dengan baik. Edukasi yang diberikan tidak hanya berupa cara
perawatan kolostomi namun juga meliputi apa yang harus dilakukan klien terkait dietnya
agar pengeluaran fesesnya tidak mengganggu kegiatannya. Selain sebagai edukator, fungsi
care giver juga dapat dijalankan terkait mengembalikan pola eliminasi BAB klien seperti
sedia kala, salah satunya dengan irigasi kolostomi. Irigasi kolostomi merupakan sebuah
tindakan dimana sejumlah cairan dimasukkan melalui stoma untuk mengosongkan usus
besar. Irigasi dapat mengosongkan kolon dari gas, mukus, dan feses sehingga klien dapat
beraktivitas dengan nyaman sesudahnya (Smeltzer & Bare, 2002).
Memepertimbangkan jarangnya kasus ini terjadi di Al Islam, dampak sangat sangat
besar bagi pasien serta peran yang sangat besar dari perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien, maka kami, kelompok stase KMB tertarik untuk mengambil
kasus ini sebagai karya tulis.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum untuk memenuhi tugas mata ajar KMB Asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan sistem pencernaan Pre dan Post operasi laparatomi
reanastomosis illeum.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui Gangguan sistem pencernaan illieus obstruktif, illeustomi dan
reanastomosis illeum.
2. Melakukan pengkajian pada Tn. R dengan Post Operasi Laparatomi dan
reanastomosis illeum.
3. Merumuskan dan menegakkan diagnosa keperawatan pada Tn. R dengan Post
Operasi Laparatomi dan reanastomosis illeum.
3
4. Menyusun intervensi keperawatan pada Tn. R dengan Post Operasi Laparatomi dan
reanastomosis illeum.
5. Melaksanakan implementasi keperawatan pada Tn. R dengan Post Operasi
Laparatomi dan anastomosis
6. Melaksanakan evaluasi pada Tn. R Post Operasi Laparatomi dan anastomosis
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil karya tulis ini diharapkan mampu menambah referensi dan bahan informasi
mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan post illeustomi yang akan menjalani
operasi reanastomosis illeum baik pre operasi dan post operasi laparatomi dan
reanastomosis stoma.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil karya tulis ini diharapkan mampu mengembangkan ilmu keperawatan medikal
bedah mengenai faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya penyebab illeus dan
asuhan keperawatan pada pasien operasi reanastomosis illeum baik pre operasi maupun
post operasi di Darussalam 3 rumah sakit Al Islam Bandung.
3. Bagi Pasien atau Masyarakat
Hasil karya tulis ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terhadap pasien
maupun masyarakat tentang gannguan sistem pencernaan illeus obstruktif dan
penanganan medis dengan operasi illeustomi sampai reanastomosis illeum kembali,
serta cara dalam perawatan illeustomi dan mengatasi masalah yang terjadi baik
sebelum operasi maupun setelah operasi reanastomosis illeum.
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
5
8) Anus.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan
dunia luar.
ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu air, elektrolit
dan vitamin juga diabsorpsi. Absoprpsi berbagai zat berlangsung dengan mekanisme
transpor aktif dan pasif yang sebagian kurang dimengerti (Price & Wilson, 1994).
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses
akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan
elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid
berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai
defekasi berlangsung (Preice & Wilson, 1994). Kolon mengabsorpsi air, natrium,
khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal
tersebut membantu menjaga keseimbangan air dan elektrolit dan mencegah terjadinya
dehidrasi.
3. Etiologi
Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis
obstruksi usus, yaitu :
1) Mekanis
Faktor mekanis yaitu terjadi obstruksi intramunal atau obstruksi munal dari
tekanan pada usus, diantaranya :
a. Intususepsi
b. Tumor dan neoplasma
c. Stenosis
d. Striktur
e. Perlekatan (adhesi)
f. Hernia
g. Abses
2) Fungsional
Yaitu akibat muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus.
(Brunner and Suddarth, 2002)
3) Distensi
4) Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi).
5. Patofisiologi
Perlengketan, intususepsi, volvulus, hernia dan tumor
Refluks inhibisi spingter Akumulasi gas dan cairan dalam lumen Klien rawat inap
Terganggu bagian proksimal letak obstruksi
7. Komplikasi
1) Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehingga
terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
2) Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu lama pada organ
intra abdomen.
3) Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik
dan cepat.
4) Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
(Brunner and Suddarth, 2002)
8. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit
dan cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi,
mengatasi peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk
memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
a. Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda
vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami
dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan
10
11
intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan
memonitor tanda - tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian
cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT
digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila
muntah dan mengurangi distensi abdomen.
b. Farmakologis
Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai
profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
c. Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk
mencegah sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian
disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama
laparotomi.
ILEOSTOMI
A. Pengertian
Ilesostomi berasal dari kata ileum dan stoma. Ileum merupakan bagian
terbawah dari usus halus. Stoma berarti membuka. Hal ini berarti ileum akan
melewati stoma setelah operasi. Ileostomi adalah proses operasi untuk
membuka dinding perut. Ujung dari ileum (bagian terbawah dari usus halus)
dibuat melewati dinding perut yang terbuka tersebut untuk membentuk stoma,
biasanya terletak di bagian bawah kanan perut (United Ostomy Associations
of America, 2014).
B. Indikasi
Ileostomi dilakukan jika penyakit maupun kelainan pada usus besar tidak
dapat diatasi melalui pengobatan. Alasan terbanyak untuk ileostomi adalah karena
Inflammatory Bowel Disease. Terdapat 2 tipe Inflammatory Bowel Disease, yaitu
Penyakit Crohn dan Kolitis Ulseratif. Penyakit Crohn memengaruhi ujung usus
halus, yaitu ileum. Selain itu, dapat pula memengaruhi usus besar dan bagian lain
saluran pencernaan. Kolitis ulseratif adalah keadaan inflamasi mukosa usus
12
bagian dalam yang menyebabkan rasa nyeri pada kolon dan rectum. Adapun
penyakit-penyakit lain yang memerlukan tindakan ileostomi, antara lain yaitu :
Kanker kolon atau kanker rectal
Penyakit congenital, yaitu Familial Polyposis, di mana terbentuk polip di
rectum
Defek pada saluran cerna
Penyakit Hirschprung
C. Komplikasi
1. Kelainan Kulit yang Berat
Akan tampak area kulit yang mengalami kemerahan, bersisik, dan
lembab pada daerah tempat melekatnya kantung di sekitar stoma.
Sangatlah penting untuk langsung mengobati iritasi kulit pada fase-fase
awal. Obat yang sering di berikan adalah Miconazol cream.
2. Obstruksi
Terkadang, pada beberapa periode awal waktu tertentu, ileostomi
akan tidak berfungsi. Hal ini normal. Namun, apabila ileostomi tetap tidak
berfungsi 4-6 jam dan terdapat keram perut maupun mual, hal tersebut
harus segera ditangani. Beberapa hal yang dapat dilakukan jika terdapat
obstruksi, adalah :
Perhatikan daerah stoma yang mengalami pembengkakan dan bukalah
kantung selama beberapa saat, hingga tidak lagi bengkak.
Berendam di air hangat agar terjadi relaksasi otot-otot abdomen
Ubah posisi tubuh
Jangan mengonsumsi laksansia
3. Diare
Diare terjadi karena terlalu cepatnya pangan melewati usus halus,
sehingga cairan dan elektrolit belum sempat diabsorbsi. Adapun beberapa
hal lain yang dapat menyebabkan diare, adalah :
Keracunan makanan
13
4. Ketidakseimbangan Elektrolit
Hal ini terjadi sebagai akibat dari dibuangnya usus dalam jumlah
yang besar, sehingga penyerapan mineral dan elektrolit tidak maksimal
dan menyebabkan kekurangan komponen-komponen tersebut.
5. Phantom Rectum
Phantom Rectum ini sifatnya sama dengan Phantom Limb pada
pasien post amputasi. Adalah hal yang normal jika seorang pasien tetap
merasakan dorongan untuk buang air besar. Hal ini dapat berlangsung
hingga bertahun-tahun. Pada pasien yang rektumnya tidak diangkat, pasien
mungkin merasakan hal ini dan juga akan mengeluarkan mucus saat
mencoba buang air besar ditoilet.
6. Short Bowel Syndrome
Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari diangkatnya usus halus
yang terlalu banyak. Semakin sedikit usus halus yang tersisa, maka
semakin encer pula feces pasien. Hal ini menyebabkan penggantian
kantung yang lebih sering karena kelembapan kulit yang meningkat dan
akan merusak barier kulit.
5. Kebutuhan eliminasi
Obstuksi usus mengakibatkan motilitas usus menurun, menyebabkan
refluk inhibisi spingter tergangga mengakibatkan terjadinya kegagalan buang
air besar (BAB).
6. Kebutuhan istirahat dan tidur
Karena pada penderita ileus obstruktif akibat dari distensi abdomen dan
adanya nyeri yang intermiten maka istirahat klien kurang atau terganggu.
7. Kebutuhan Rasa Aman
Rasa aman akan terganggu karena keterbatasan kognitif mengenai
penyakit dan berhubungan dengan prosedur tindakan sehingga timbul cemas.
15
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
dan gaya hidup.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Pada
umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya
biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan dan nyeri lepas, abdomen
tegang dan kaku. Pada pasien dengan illeustomi biasanya terdapat lemas,
lecet pada daerah stoma, perasaan rendah diri, berat badan menurun, turgor
kulit kurang, mukosa kering.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolongan,
dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau
terus- menerus (menetap).
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala numeric
1 s/d 10.
T : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan
memperingan keluhan.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami penyakit pada sistem
pencernaan, atau adanya riwayat operasi pada sistem pencernaan.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan klien.
16
c. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien
secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap
dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien.
2. Sistem pernafasan
Peningkatan frekuensi napas, napas pendek dan dangkal pada obstruktif,
tetapi pada pasien pos illeustomi status pernapasan biasanya normal.
3. Sistem kardiovaskuler
Takikardi, pucat, hipotensi (tanda syok)
4. Sistem persarafan
Tidak ada gangguan pada sistem persyarafan
5. Sistem perkemihan
Retensio urine akibat tekanan distensi abdomen, anuria/oliguria, jika syok
hipovolemik;, pada pos illeustomi kadang haluaran urine berkurang dan
berwarna pekat.
6. Sistem pencernaan
Distensi abdomen, muntah, bising usus meningkat, lemah atau tidak
ada, ketidakmampuan defekasi dan flatus, pada pasien illeustomi terjadi
perubahan pola defekasi, konsitensi cair kadang masih ada bab pada anus
kadang tidak ada tergantung jenis operasi. Terdapat stoma pada daerah
kana atas abdomen.
7. Sistem muskuloskeletal
Kelelahan, kesulitan ambulansi
8. Sistem integumen
Turgor kulit buruk, membran mukosa pecah-pecah (syok)
9. Sistem endokrin
Tidak ada gangguan pada sistem endokrin
10. Sistem reproduksi
Tidak ada gangguan pada sistem reproduksi
17
3. Intervensi keperawatan
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang
tidak adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan
cairan dan elektrolit terpenuhi.
Kriteria hasil :
a. Tanda vital normal (N:70-80 x/menit, S: 36-37 C, TD : 110/70 -120/80
mmHg)
b. Intake dan output cairan seimbang
c. Turgor kulit elastic
d. Mukosa lembab
e. Elektrolit dalam batas normal (Na: 135-147 mmol/L, K: 3,5-5,5 mmol/L,
Cl: 94-111 mmol/L).
Intervensi :
18
Intervensi Rasional
1. Kaji kebutuhan cairan pasien 1. Mengetahui kebutuhan cairan
2. Observasi tanda-tanda vital pasien.
2. Perubahan yang drastis pada tanda-
tanda vital merupakan indikasi
3. Observasi tingkat kesadaran dan kekurangan cairan.
tanda-tanda syok 3. kekurangan cairan dan elektrolit
dapat mempengaruhi tingkat
4. Observasi bising usus pasien tiap 1-2 kesadaran dan mengakibatkan syok.
jam 4. Menilai fungsi usus
5. Monitor intake dan output secara 5. Menilai keseimbangan cairan
ketat 6. Menilai keseimbangan cairan dan
6. Pantau hasil laboratorium serum elektrolit
elektrolit, hematokrit 7. Meningkatkan pengetahuan pasien
7. Beri penjelasan kepada pasien dan dan keluarga serta kerjasama antara
keluarga tentang tindakan yang perawat-pasien-keluarga.
dilakukan: pemasangan NGT dan 8. Memenuhi kebutuhan cairan dan
puasa. elektrolit pasien.
8. Kolaborasi dengan medik untuk
pemberian terapi intravena
Intervensi Rasional
dalam menurunkan pertahanan
4. Observasi terhadap terjadinya diare; terhadap infeksi.
makanan bau busuk dan berminyak. 4. Sindrom malabsorbsi dapat terjadi
setelah pembedahan usus halus,
memerlukan evaluasi lanjut dan
5. Kolaborasi dalam pemberian obat- perubahan diet, mis: diet rendah
obatan sesuai indikasi: Antimetik, mis: serat.
proklorperazin (Compazine). Antasida 5. Mencegah muntah. Menetralkan
dan inhibitor histamin, mis: simetidin atau menurunkan pembentukan
(tagamet). asam untuk mencegah erosi
mukosa dan kemungkinan
ulserasi.
Intervensi Rasional
1. Observasi TTV: P, TD, N,S 1. Perubahan pada pola nafas akibat
adanya distensi abdomen dapat
mempengaruhi peningkatan hasil
TTV.
2. Kaji status pernafasan: pola, 2. Adanya distensi pada abdomen
frekuensi, kedalaman dapat menyebabkan perubahan pola
3. Kaji bising usus pasien nafas.
3. Berkurangnya/hilangnya bising usus
menyebabkan terjadi distensi
abdomen sehingga mempengaruhi
4. Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 pola nafas.
derajat 4. Mengurangi penekanan pada paru
5. Observasi adanya tanda-tanda akibat distensi abdomen.
hipoksia jaringan perifer: cianosis 5. Perubahan pola nafas akibat adanya
distensi abdomen dapat
menyebabkan oksigenasi perifer
terganggu yang dimanifestasikan
6. Monitor hasil AGD dengan adanya cianosis.
6. Mendeteksi adanya asidosis
7. Berikan penjelasan kepada keluarga respiratorik.
pasien tentang penyebab terjadinya 7. Meningkatkan pengetahuan dan
distensi abdomen yang dialami oleh kerjasama dengan keluarga pasien.
pasien
8. Laksanakan program medic 8. Memenuhi kebutuhan oksigenasi
20
Intervensi Rasional
pemberian terapi oksigen pasien
Intervensi Rasional
1. Observasi TTV: N, TD, HR, P tiap shif 1. Nyeri hebat yang dirasakan pasien
akibat adanya distensi abdomen
dapat menyebabkan peningkatan
2. Kaji keluhan nyeri, karakteristik dan hasil TTV.
skala nyeri yang dirasakan pesien 2. Mengetahui kekuatan nyeri yang
sehubungan dengan adanya distensi dirasakan pasien dan menentukan
abdomen tindakan selanjutnya guna
mengatasi nyeri.
3. Berikan posisi yang nyaman: posisi 3. Posisi yang nyaman dapat
semi fowler mengurangi rasa nyeri yang
4. Ajarkan dan anjurkan tehnik relaksasi dirasakan pasien
tarik nafas dalam saat merasa nyeri 4. Relaksasi dapat mengurangi rasa
5. Anjurkan pasien untuk menggunakan nyeri
tehnik pengalihan saat merasa nyeri
hebat. 5. Mengurangi nyeri yang dirasakan
6. Kolaborasi dengan medic untuk terapi pasien.
analgetik 6. Analgetik dapat mengurangi rasa
nyeri
Intervensi Rasional
1. Observasi adanya peningkatan 1. Rasa cemas yang dirasakan pasien
kecemasan: wajah tegang, gelisah dapat terlihat dalam ekspresi wajah
dan tingkah laku.
2. Kaji adanya rasa cemas yang dirasakan 2. Mengetahui tingkat kecemasan
pasien pasien.
3. Berikan penjelasan kepada pasien dan
keluarga tentang tindakan yang akan 3. Dengan mengetahui tindakan yang
dilakukan sehubungan dengan keadaan akan dilakukan akan mengurangi
penyakit pasien tingkat kecemasan pasien dan
4. Berikan kesempatan pada pasien untuk meningkatkan kerjasama
mengungkapkan rasa takut atau 4. Dengan mengungkapkan
kecemasan yang dirasakan kecemasan akan mengurangi rasa
5. Pertahankan lingkungan yang tenang takut/cemas pasien
dan tanpa stres. 5. Lingkungan yang tenang dan
22
Intervensi Rasional
nyaman dapat mengurangi stress
6. Dorong dukungan keluarga dan orang pasien berhadapan dengan
terdekat untuk memberikan support penyakitnya
kepada pasien 6. Support system dapat mengurani
rasa cemas dan menguatkan pasien
dalam memerima keadaan
sakitnya.
Intervensi Rasional
1. Bersihkan area 1. Memantau proses penyembuhan
stoma dengan air dan keringkan.catat /kefektifan alat dan mengidentifikasi
iritasi ,kemerahan masalah pada area,kebutuhan untuk
evaluasi/intervensi
.Mempertahankan/mengeringkan area
untuk membantu pencegahan
erusakan kulit.
5. Tahan kulit
23
Intervensi Rasional
sekitar bila mengangkat kantong
dengan perlahan, lakukan
pengangkatan kantong sesuai indikasi
kemudian cuci dengan baik
Tujuan:
Menyatakan perubahan citra diri.
Perubahan actual pada struktur atau fungsi ostoma
Kriteria hasil:
1. Menyatakan penerimaan diri sesuai situasi,menerima perubahan ke
dalam konsep diri tanpa harga diri yang negative
2. menunjukan penerimaan dengan melihat /menyentuh stoma dan
berpartisipasi dalam perawatan diri
3. Menyatakan perasaan tentang stoma/penyakit ,mulai menerima situasi
secara konstruktif
Intervensi:
Intervensi Rasional
1 Pastikan apakah dilakukan 1 Memberikan informasi tentang
tingkat pengetahuan pasien /orang
terdekat terhadap pengetahuan
2 Dorong pasien untuk menyatakan tentang situasi pasien dan perinium
perasaan tentang ostomy,akui 2 Membantu pasien untuk menyadari
kenormalan persaan marah, depresi dan perasaan tidak biasa dan perasaan
kehilangan bersalah tentang mereka tidak
membantu.Pasien perlu untuk
3 Kaji ulang alasan untuk pembedahn dan mengenali persaan sebelum mereka
harapan masa datang dapat menerima dengan efektif
3 Pasien dapat menerima lebih mudah
bahwa ostomi dilakukan untutk
memperbaiki penyakit kronis/ jangka
panjang daipada sebagai cedera
traumatik, meskipun ostomi hanya
sementara.juga pasien yang akan
mengalami prosedur kedua mungkin
4 Catat Prilaku menarik diri, peningkatan menimbulkan derajat yag lebih kecil
ketergantungan manipulasi atau tidak pada masalah gambaran diri karena
terlibat pada perawatan. fungsi tubuh akan menjadi lebih
normal
5 Berikan kesempatan pada pasien untuk 4 Meskipun integrasi stoma pada
menemani ostomy melalui partisipasi gambaran diri memerlukan waktu
pada perawatan diri berbulan atau juga tahunan melihat
24
Intervensi Rasional
pada stoma dan mendengarkan
6 Rencanakan aktifitas perawatan dengan komentar (dibuat normal)
pasien 5 Ketergantungan pada perawatan diri
membantu untuk memeperbaiki
keprcayaan diri dan penerimaan
situasi
7 Pertahankan pendekatan positif selama
aktifitas perawatan.hindari ekspresi 6 Meningkatkan rasa kontrol dan
menghina atau rekasi berubah mendadak memberikan pesan pada pasien
bahwa dapat menangani hal
tersebut,meningkatkan harga diri.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. RF
Tanggal Lahir : 23 April 1987
Usia ; 32 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Bumi Panyileukan Blok. G 12 No.
17 RT 05/06 – Cipadung Kidul – Kota
Bandung
Pekerjaan : Karyawan swasta
Agama : Islam
Pendidikan : S 1 Informatika
Status : Menikah
Nomor RM : 668117
Diagnosa Medis : Laparatomi eksplorasi + anatomosis
Illeum pos illeustomi e.c illeus
obstruktif
Tanggal Pengkajian : 15 Juli 2019
Tanggal Masuk RS : 15 Juli 2019
Tanggal Operasi 16 juli 2019
25
26
ketat dengan makan yang banyak dan bergizi serta diberikan nutrisi susu
peptamin sesuai anjuran dokter walaupun dengan harga yang mahal.
Pasien berharap penyakitnya cepat sembuh dan dapat melakukan
kegiatannya seperti biasanya. Pasien sadar sebagai manusia biasa pasien
memiliki banyak kekurangan dan sadar bahwa semuanya ini merupakan
ujian dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
b. Data Sosial
Pasien dalam kesehariannya sebagai seorang suami dan pasien
mengatakan hubungan masyarakat dilingkungan pasien terjalin dengan
baik dengan banyak yang berkunjung ketika sakit . Pasien merasa bahwa
dirinya dapat berhubungan dengan lingkungan sekitarnya, mau bekerja
sama dengan perawat dan dokter yang merawatnya. Pasien juga
merasakan dukungan yang diberikan oleh keluarganya sangat besar
terutama peran isterinya, dimana isterinya selalu merawat luka pasien
dan keluar dari tempat kerjanya semenjak pasien operasi pertama (Mei
2019) agar bisa fokus melayani pasien.
c. Data Spiritual
Pasien beragama Islam, dalam kondisinya sekarang ibadah sholat
pasien tetap dilakukan, tidak pernah ditinggalkan walaupun dengan
keterbatasan. Pasien menjalankan sholat hanya bisa sambil duduk, tidak
kuat untuk ruku apalagi sujud. Pasien meyakini sakitnya adalah ujian dari
Allah. Sebagai manusia biasa pasien hanya bisa berusaha dan berdoa
Dengan pengobatan yang tepat pasien merasa yakin bisa sembuh. Pasien
mengatakan bahwa keluarga adalah sumber motivasi dan potensi dia
untuk sembuh.
5. Riwayat Activity Daily Living (ADL)
No Kebiasaan Rumah Saat sakit
1 Nutrisi
Makan
Jenis Nasi, ayam, ikan, kl mengaku Nasi, ayam, ikan, sayuran
kurang suka makan sayuran. dan buah jarang
Frekuensi 3 x/hari Lebih 3 x/hari
Porsi 1 porsi habis 1 porsi habis
Keluhan
28
2 Eliminasi
BAB
Frekuensi 1x/ hari Lebih 10x/hari via
Warna Kuning ileustomi bag, konsistensi
Konsistensi Padat cair, sedangkan via anus
Keluhan Tidak ada 2-3 hari sekali, konsistensi
lunak warna kuning
BAK
Frekuensi 5-6x/hari 5-6x/ hari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Jumlah (cc) 1000-1200 cc 1000-1200 cc
Keluhan Tidak ada Tidak ada
3 Istirahat dan tidur
Waktu tidur
o Malam, 22.00-.04.30 22.00-.04.30
pukul
o Siang, Jarang, kecuali bila kelelahan Jarang
pukul 6-7 jam
Lamanya Tidak ada 6-7 jam
Keluhan Tidak ada
4 Kebiasaan diri
Mandi 2x/hari 2x/hari, dengan diseka
Perawatan Setiap minggu dipotong Setiap minggu dipotong
kuku
Perawatan gigi Setiap hari gosok gigi Setiap hari gosok gigi
Perawatan
rambut Setiap mandi selalu keramas Keramas 2 -3 hari sekali
Ketergantunga
n Tidak ada Tidak ada
Keluhan Tidak ada
Tidak ada
6. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Penampilan umum : Lemah, tenang
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15 (E4M5V6)
Tanda-tanda vital : TD = 110/70 mmHg
HR = 80 kali/menit
S = 36,9 C
29
RR = 20 kali/menit
Status Antopometri : BB = 52 kg
TB = 168 cm
IMT = 18,5 (ideal)
pasien mengatakan ada peningkatan BB
sebesar 13 kg selama 2 bulan terakhir, BB pada
bulan Mei 2019 = 39 kg, BB saat ini = 52 kg
b. Data Pemeriksaan fisik
1) Sistem pernafasan
Hidung simetris, pasase hidung lancar, bunyi nafas vesikuler,
pengembangan paru simetris.
2) Sistem kardiovaskuler
Konjungtiva merah muda, tidak ada peningkatan JVP,
terdengar bunyi jantung S1 dan S2, tidak ada bunyi jantung tambahan ,
CRT 2detik, pulsasi nadi + 2, reguler.
3) Sistem pencernaan
Mucosa bibir lembab, tidak ada kesulitan menelan dan
mengunyah, Bising usus 5-10 x/menit di keempat kuadran, terdapat
ileostomi di perut kanan bawah berwarna merah muda, ostomi tidak
prolap, ekresi cair seperti pasta dan selang untuk nutrisi (susu
peptamin) di perut kanan bagian atasnya, nyeri tekan tidak ada.
4) Sistem perkemihan
Tidak teraba distensi kandung kemih, nyeri saat BAK tidak
ada, nyeri sudut costovertebral (-)
5) Sistem muskuloskeletal
Ekstremitas atas dan bawah simetris kiri dan kanan, kekuatan
otot 5/5, ROM bisa bergerak bebas, oedem tidak ada.
6) Sistem integumen
Kulit kepala bersih, rambut bersih, tidak ada lesi ataupun
kemerahan disekitar area ostomy.
7) Sistem Persyarafan
30
c. Program Terapi
Asam mefenamat 1 tablet (500 mg) via oral, bila nyeri
B. ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah
1. DS: Adanya defek di inguinal Gangguan kerusakan
Pasien mengeluh ngilu jaringan
Terjadi herniasi illium
pada daerah di sekitar
perut kanan bawah
Obstruksi illium
(ileustomi), terutama
pada daerah selang Nekrotis jaringan illium
ileustominya. Ngilu
Tindakan pembedahan
dirasakan saat bergerak
31
Nama
No
Pasien : Tn. RF
Diagnosa Keperawatan
Ruangan
Tujuan
: Darussalam 3Intervensi
No. Medrek : 668117 Diagnosa Medis : Ileustomi
1 Kerusakan integritas NOC 1. Perawatan ostomi :
. jaringan berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan a) Monitor penyembuhan ostoma
dengan jaringan terbuka selama 1x 24 jam diharapkan b) Monitor tanda REDA di sekitar jaringan ostoma
integritas jaringan tidak mengalami c) Kosongkan kantong ostomi setiap kali terasa penuh
kerusakan lebih jauh, dengan kriteria d) Irigasi ostomi dengan tepat
hasil :
Tissue Integrity: Skin & mucous 2. Monitor cairan
membrane a) Tentukan jumlah dan jenis intake cairan
1. Temperatur kulit normal b) Monitor asupan dan pengeluaran setiap 24 jam
2. Sensasi kulit normal c) Monitor TTV/shif
32
3. Kulit elastis
4. Hidrasi kulit adekuat 3. Pemberian obat
5. Warna kulit normal Berikan obat sesuai program : Asam Mefenamat
6. Bebas lesi jaringan 500mg (PO) kalau nyeri
7. Kulit intak (tidak ada eritema 4. Pengaturan posisi
dan nekrosis) a) Pertahankan posisi yang tepat saat merubah posisi
b) Lindungi bagian tubuh yang terganggu saat
merubah posisi
5. Terapi nutrisi
a) Monitor intake makanan perhari
b) Berikan susu peptamin 6 x200 cc melalui selang
susu
c) Kolaborasi ahli gizi untuk diet TKTP
-
36
1 t
7.57
-
1 -
8.00
1
9.00
teng
1 (-),
7.30 - Terp
prod
- Pua
1 (-)
7.45 - Suh
- Tur
- War
norm
- Ada
1 dek
7.57 - Nek
- Tida
luka
1
9.00 teratasi
- Bua
jam
- Gan
(tan
- Lan
1 3. Memastikan linen kasur tetap bersih, kering dan bebas kerutan 22x
0 ,2 R/ Linen kasur dalam kondisi bersih, kering, bebas mm
8.00 kerutan - Pasi
1 4. Membantu pasien untuk duduk men
0 R/ saat merubah posisi, wajah pasien terlihat meringis
8.15 kesakitan, namun pasien tetap semangat untuk terus mencoba teratasi
1 5. Mengingatkan klien untuk melakukan teknik relaksasi napas dalam
saat nyeri dirasakan. - keto
0 R/ Pasien terlihat menarik napas dalam dan lebih tenang para
8.45 1 6. Memonitor tetesan cairan infus Clinimix 20 gtt/menit (sesuai dibe
intruksi dokter) - Mob
R/ tanda – tanda phlebitis (-)
0 1 7. Mengobsevasi skala nyeri
9.15 R/ Nyeri masih dirasakan terutama saat merubah posisi,
skala nyeri 6
1 8. Melibatkan keluarga untuk melakukan teknik distraksi terhadap - Pasi
1 klien 2 bu
0.00 R/ mengajak diskusi tentang keluarga pasien
9. Memasang infus Clinimix - Luk
R/ tetasan 20 gtt/menit, lancar, tt phlebitis (-) abd
1 10. Mengobservasi tanda – tanda vital teng
0.30 1 R/ S : 37 N : 82x/menit RR : 22x/menit RD : 110/60 (-),
,2 mmHg - Terp
11. Mengukur intake output pasien prod
1 R/ intake 1050 cc output 400 cc balance +650 cc diuresis - Pua
1.00 0,6 cc/kgBB/jam BAB
12. Dr Irzan Sp.B visite : jam
Test feeding 2 sendok tiap 2 jam - Suh
1 Infus Clinimix 1000cc : RL 1000 cc - Tur
2.00 Therapi lain lanjutkan - War
13. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga untuk memberikan test kass
feeding 2 sendok makan setiap 2 jam - Ada
R/ pasien mulai minum 2 sendok dek
1 14. Memberikan obat ceftriaxon 2 gram i.v dan metronidazole 500 mg - Les
,2 i.v, ketorolac 30 mg i.v dan paracetamol 1 gr i.v dilih
R/ obat masuk, akses intravena masih efektif via selang
infus teratasi
41
DINAS SIANG
1 15. Mengobs keadaan umum pasien - Bua
,2 R/ kes cm, BU (+), flatus (+), BAK spontan (+) warna jam
1 kuning jernih, BAB (+) sudah ada 1x - Gan
4.00 16. Mengobservasi TTV (tan
1 R/ TD=110/70 mmHg, nadi=82 x/mnt, RR= 20 x/mnt, - Lan
O
,2 Suhu= 36,1 C
17. Mengingatkan pasien doa bila nyeri (Bismillahirrohmanirrohiim,
1 A’udzu billahi wa qudrotihi min syari ma ajidu wa uhadziru
4.15 1 R/ pasien sudah mulai hapal sedikit - sedikit, walaupun
belum semuanya
18. Mengklem line cairan infus paracetamol drip (habis)
1 R/ saat ditanya pasien mengatakan skala nyeri 5 nyeri be
4.30 1 19. Mengingatkan pasien untuk sholat Ashar
R/ pasien dibantu tayamum dan melakukan sholat sambil - Waj
1 berbaring tam
1 20. Mengobservasi tanda-tanda vital dan skala nyeri hari
5.00 1 R/ S. 37 C N 78x/menit RR 20x/menit TD 120/80 mmHg, - S. 3
skala nyeri 5, wajah pasien terlihat tidak terlalu meringis seperti 20x
hari sebelumnya - Pasi
21. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien men
1 R/ posisi pasien tidur telentang
,2 22. Mengingatkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi napas teratasi
1 dalam saat nyeri dirasakan.
5.30 1 R/ pasien melakukan napas dalam (+) - keto
23. Menciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien dengan para
1 merapikan tempat tidur dan menjaga suasana sekitar tetap tenang. dibe
6.00 1 R/ tempat tidur rapi dan bersih, ruangan tenang, - Mob
,2 pencahayaan cukup - Lan
24. Melibatkan keluarga untuk melakukan teknik distraksi terhadap
klien
1 R/ mengajak diskusi tentang motivasi kesembuhan pasien
6.15 1 (tampak orang tua/Ibu, isteri dan adik mendampinginya) - Pasi
25. Membuang drain silikon 2 bu
1 R/ produktif (+) 300 cc
6.30 26. Mengukur intake output pasien - Luk
1 R/ intake 1500 cc output 300 cc balance +1200 cc diuresis abd
42
1 - Bua
7.57 jam
- Gan
(tan
1 - Lan
9.10
V produktif (+), BU (+), flatus (+), BAK spontan (+) warna kuning
jernih, S : 36,5 N : 80x/menit RR : 20x/menit RD : 120/80 mmHg, merasak
pasien terlihat tenang saat diam, namun masih nyeri bila merubah merubah
posisi, mika miki (+), mobilisasi duduk (+)
1 2. Memastikan linen kasur tetap bersih, kering dan bebas kerutan - Waj
0 ,2 R/ Linen kasur dalam kondisi bersih, kering, bebas mer
8.00 kerutan - S:3
1 3. Membantu pasien untuk duduk 20x
0 R/ saat merubah posisi, wajah pasien masih terlihat agak mm
8.15 meringis kesakitan, namun pasien tetap semangat untuk terus - Pasi
1 mencoba mau
4. Mengingatkan klien untuk melakukan teknik relaksasi napas dalam (mo
0 saat nyeri dirasakan.
8.45 1 R/ Pasien terlihat menarik napas dalam dan lebih tenang teratasi
5. Memonitor tetesan cairan infus RL 20 gtt/menit (sesuai intruksi
dokter) - keto
0 R/ tanda – tanda phlebitis (-) - Mob
9.15 1 6. Mengobsevasi skala nyeri berj
R/ Nyeri masih dirasakan terutama saat merubah posisi, - Lan
skala nyeri 5
1 7. Mengobservasi tanda – tanda vital
1 R/ S : 37 N : 84x/menit RR : 20x/menit RD : 110/80
0.00 mmHg - Pasi
8. Mengukur intake output pasien bula
R/ intake 1100 cc output 400 cc balance +700 cc diuresis peca
1 0,5 cc/kgBB/jam
1.30 9. Dr Irzan Sp.B visite : - Luk
Infus Clinimix stop, RL 20gtt/menit abd
1 Diet ensure 5x50 cc teng
2.00 Ketorolac stop, mobilisasi jalan (-),
1 Therapi lain lanjutkan - Terp
,2 10. Memberikan obat ceftriaxon 2 gram i.v dan metronidazole 500 mg prod
1 i.v, dan paracetamol 1 gr i.v - Pua
3.10 R/ obat masuk, akses intravena masih efektif via selang BAB
1 infus - Suh
,2 11. Mengobs keadaan umum pasien - Tur
R/ kes cm, BU (+), flatus (+), BAK spontan (+) warna - War
44
kuning jernih, BAB (+) sudah ada 1x, pasien jalan kaki ke kamar kass
1 mandi, 2 bulae di sekitar luka sudah pecah - 2 b
4.00 DINAS SIANG suda
1 12. Mengobservasi TTV - Les
,2 R/ TD=110/70 mmHg, nadi=82 x/mnt, RR= 20 x/mnt, dilih
O
1 Suhu= 36,1 C
4.15 13. Mengingatkan pasien doa bila nyeri (Bismillahirrohmanirrohiim, teratasi
1 A’udzu billahi wa qudrotihi min syari ma ajidu wa uhadziru
R/ pasien sudah hapal - Bua
14. Mengklem line cairan infus paracetamol drip (habis) jam
R/ saat ditanya pasien mengatakan skala nyeri 5 - Gan
1 15. Mengingatkan pasien untuk sholat Ashar (tan
4.30 1 R/ pasien dibantu tayamum dan melakukan sholat sambil - Min
berbaring (+) - Lan
16. Mengobservasi tanda-tanda vital dan skala nyeri
1 1 R/ S. 37,2 C N 84x/menit RR 22x/menit TD 110/80
5.00 mmHg, skala nyeri 5, wajah pasien terlihat tidak terlalu meringis
saat merubah posisi
17. Memberikan minum cair (ensure) 50 cc
R/ minum habis per oral
18. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien merasak
1 1 R/ posisi pasien tidur telentang merubah
5.30 ,2 19. Mengingatkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi napas
dalam saat nyeri dirasakan. - Waj
1 R/ pasien melakukan napas dalam (+) mer
1 20. Menciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien dengan - S. 3
6.00 merapikan tempat tidur dan menjaga suasana sekitar tetap tenang. 22x
1 R/ tempat tidur rapi dan bersih, ruangan tenang, - Pasi
,2 pencahayaan cukup mau
21. Melibatkan keluarga untuk melakukan teknik distraksi terhadap (mo
klien
R/ mengajak diskusi tentang motivasi kesembuhan pasien teratasi
1 1 (tampak orang tua/Bapak, isteri dan adik mendampinginya)
6.15 22. Membuang drain silikon - keto
R/ produktif (+) 50 cc - Mob
1 23. Mengukur intake output pasien berj
6.30 1 R/ intake 1760 cc output 700 cc balance +1060 cc diuresis - Lan
45
0,6 cc/kgBB/jam
1 24. Mengingatkan pasien untuk sholat Maghrib
1 R/ pasien masih dibantu tayamum dan melakukan sholat
6.40 sambil berbaring (+) - Pasi
1 25. Mengingatkan pasien untuk sholat Isya bula
R/ pasien masih dibantu tayamum dan melakukan sholat peca
sambil berbaring (+)
1 1 - Luk
7.00 abd
teng
(-),
- Terp
1 prod
7.30 - Pua
BAB
1 mul
7.45 - Suh
- Tur
- War
1 kass
7.57 - 2 b
suda
- Les
1 dilih
9.10
teratasi
- Bua
jam
- Gan
(tan
- Min
- Lan
- Bua
jam
1 - Gan
7.30 (tan
- Min
1 - Lan
7.45
1
7.57
1
9.10
49
BAB IV
PEMBAHASAN
kami kelola distensi abdomen sudah tidak ada, oleh sebab itu pola pernafasan
pada pasien tidak terjadi penyimpangan. Pada pasien yang menjalani hospitalisasi
terutama pada pasien yang akan menjalani operasi biasa terjadi kecemasan, tapi
pada pasien ini tidak menunjukan tanda – tanda kecemasan, hal ini disebabkan ini
operasi yang kedua sehingga paisen sudah memiliki pengalaman, informasi
tentang prosedur operasi yang disampaikan kepada pasien sudah dimengerti serta
operasi yang akan dilaksanakan merupakan operasi yang dinantikan oleh pasien
yaitu operasi penutupan stoma. Diagnosis terakhir pada pasien ileus obsrtruktif
yang telah dilakukan illeustomi adalah gangguan citra tubuh, tetapi pada pasien
ini hal tersebut tidak terjadi karena mungkin disebabkan oleh koping individu
yang efektif serta support system yang optimal, hal ini didukung oleh data terlihat
tenang menjawab semua pertanyaan dengan jelas, pasien masih tetap mempunyai
penghasilan meskipun cuti sakit semenjak bulan Mei 2019, sehingga masih
terpenuhi kebutuhan rumah tangganya dan masih bisa berperan sebagai suami
yang bertanggung jawab dalam memenuhi nafkah keluarga. Selain itu, dalam
kondisinya sekarang ibadah sholat pasien tetap dilakukan. Pasien meyakini
sakitnya adalah ujian dari Allah. Sebagai manusia biasa pasien hanya bisa
berusaha dan berdoa. Dengan pengobatan yang tepat pasien merasa yakin bisa
sembuh. Pasien mengatakan bahwa keluarga adalah sumber motivasi dan potensi
dia untuk sembuh.
Pada perawatan pre operasi reanastomisis ileum pasien ini, kami mengangkat
risiko infeksi karena hanya data tersebut yang terdapat pada klien, yaitu terdapat
stoma, bekas luka LE dan terdapat luka pada insersi selang nutrisi. Selain hal di
atas, kami mengambil prinsip perluasan diagnosis keperawatan, yang artinya satu
diagnosis dapat mencakup diagnosis serta intervensi diagnosis lainnya.
Sedangkan pada perawatan pos reanastomosis kami mengambil diagnosis nyeri
akut dengan data – data; skala nyeri 6, terlihat meringis saat bergerak serta
hemodinamik berubah menjadi kurang stabil, serta diagnosis ganguan integritas
jaringan.
Untuk intervensi serta tujuan keperawatan yang direncanakan kami mengacu
kepada NOC – NIC dan ini sesuai dengan tinjauan teori pada bab 2, sedangkan
52
A. KESIMPULAN
Alhamdulillah kami telah menyelesaikan karya tulis kasus Keperawatan Medikal
Bedah post operatif H-1 Reanastomosis Illeum di ruang Darusalam 3 Rumah
Sakit Al Islam Bandung. Karya tulis ini memberikan gambaran tentang asuhan
keperawatan pada gangguan pencernaan: obstruksi usus. Obstruksi usus adalah
sumbatan total atau parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran
pencernaan. Penanganan secara medis dengan operasi illeustomi atau pembuatan
stoma untuk sementara ataupun menetap. Apabila memungkinkan akan
disambungkan lagi atau reanastomosis illeum, sehingga fungsi mengeluarkan
faeces tetap melalui anus. Asuhan keperawatan yang diberikan baik pre dan post
operatif.
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien pre dan post operasi
tetap harus mencakup bio-psiko-sosial-spiritual sehingga semua kebutuhan pasien
terpenuhi. Kami melaksanakan semua tahapan dalam proses asuhan keperawatan
dari mulai pengkajian kepada pasien, merumuskan dan menegakkan diagnosa
keperawatan, menyusun intervensi keperawatan serta mengimplementasikan dan
melaksanakannya tindakan keperawatan dan terakhir melakukan evaluasi dari
tindakan keperawatan.
B. SARAN
1. Untuk Institusi Pendidikan
2. Untuk Rumah Sakit
3. Untuk Pasien atau Masyarakat
55
56
DAFTAR PUSTAKA