HUDROMI HIDAYAT
IRMA ASTUTI
NOERFAIZAH
NOVIANA MEILANI
SERANG – BANTEN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberkan rahmat dan
hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Ny. Y dengn Ileus Obstruktif di Ruang Nusa Indah RSUD Majalengka”.
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam
Penulis telah berupaya seoptimal mungkin untuk dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari banyak kekurangan dan jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya.
Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Mudah-
mudahan bantuan, bimbingan dan budi baik yang telah diberikan pada penulis mendapat balasan
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
BAB II TINJUAN TEORITIS
A. Pengertian.................................................................................................. 3
B. Etiologi...................................................................................................... 3
D. Patofisiologi.............................................................................................. 5
E. Pemeriksaan penunjang............................................................................. 7
F. komplikasi................................................................................................. 8
G. Penatalaksanaan........................................................................................ 8
A. Pengkajian................................................................................................. 10
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................. 18
D. Implementasi............................................................................................. 22
E. Evaluasi..................................................................................................... 24
BAB IV PENUTUP
F. Kesimpulan................................................................................................ 26
G. Saran.......................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya, semua makhluk hidup harus memenuhi kebutuhan energinya dengan cara
menjadi sumber energi, sebagai komponen penyusun sel dan jaringan tubuh, dan nutrisi yang
membantu fungsi fisiologis tubuh. Pencernaan makanan merupakan proses mengubah makanan
dari ukuran besar menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus, serta memecah molekul makanan
yang kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan menggunakan enzim dan organ-organ
pencernaan. Enzim ini dihasilkan oleh organ-organ pencernaan dan jenisnya tergantung dari
bahan makanan yang akan dicerna oleh tubuh. Luasnya daerah permukaan saluran cerna dan
fungsi digestifnya menunjukan betapa pentingnya makna pertukaran antara organisme manusia
dengan lingkungannya. Kelainan inflamasi dan malabsorpsi akan mengganggu keutuhan fungsi
Obstruksi intestinal merupakan salah satu bentuk kelainan pada traktus digestivus dan
menjadi kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai, merupakan 60-70% dari
seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendicitis akuta. Setiap tahunnya 1 dari 1000
penduduk dari segala usia didiagnosa ileus (Davidson, 2006). Di Amerika diperkirakan sekitar
300.000-400.000 orang menderita ileus setiap tahunnya (Jeekel, 2003). Sedangkan di Indonesia
berdasarkan data Depkes RI tahun 2004 tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif
keperawatan pada Ny.Y dengan ileus obstrukstif yang dirawat di RuangNusa Indah RSUD
Majalengk.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran nyata mengenai asuhan keperawatan padapasien dengan ileus
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus penulisan karya tulis ini adalah untuk mendapatkan gambaran nyata
tentang :
a. Pengkajian data yang menunjang masalah keperawatan pada Nn.Y dengan ileus obstruktif di
b. Penyusunan diagnosa keperawatan pada Nn.Y dengan ileus obstruktif diRuang Nusa Indah
RSUD Majalengka.
c. Penyusunan rencana tindakan keperawatan pada Nn.Y dengan ileusobstruktif di Ruang Nusa
d. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada Nn.Y dengan ileus obstruktif diRuang Nusa Indah
RSUD Majalengka.
e. Pelaksanaan evaluasi keperawatan pada Nn.Y dengan ileus obstruktif diRuang Nusa Indah
RSUD Majalengka.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal
(Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran
isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001). Obstruksi usus merupakan suatu
blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah sumbatan total atau
B. Etiologi
Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis obstruksi
usus, yaitu:
1. Mekanis
Yaitu terjadi obstruksi intramunal atau obstruksi munal dari tekanan pada usus, diantaranya :
Intususepsi
Stenosisd.
Striktur
Perlekatan (adhesi)
Hernia
Abses
2. Fungsional
Yaitu akibat muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. (Brunner and
Suddarth, 2002)
1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Distensi
1. Lokasi obstruksi
2. Lamanya obstruksi
3. Penyebabnya
pireksia, septikemia, penurunan respirasi dan peritonitis. Terhadap setiap penyakit yang dicurigai
spingter ani
Reaksi hospitalisasi
meningkat CEMAS
(histamine,bradikinin, prostaglandin)
Intake kurang
menurun HIPERTERMI
Volume ECFmenurun
POLA NAPAS
TIDAK EFEKTIF
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus) memperlihatkan dilatasi lengkung usus
halus disertai adanya batas antara air dan udara atau gas (air-fluid level) yang membentuk pola
bagaikan tangga.
Mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus. Pengujian Enema
Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak dapat pada
pemeriksaan foto polos abdomen. Pada anak-anak dengan intussuscepsi, pemeriksaan enema
barium tidak hanya sebagai diagnostik tetapi juga mungkin sebagai terapi.
c. CT – Scan
Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai adanya
dinding usus, mesenterikus, dan peritoneum. CT– Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat
kontras kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari
obstruksi.
d. USG
e. MRI
Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan, tetapi tehnik dan kontras yang ada sekarang ini
belum secara penuh mapan. Tehnik ini digunakan untuk mengevaluasi iskemia mesenterik
kronis.
f. Angiografi
Angiografi mesenterik superior telah digunakan untuk mendiagnosis adanya herniasi internal,
2. Pemeriksaan laboratorium
menunjukkan dehidrasi. Analisa gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis
F. Komplikasi
1. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehingga terjadi peradangan atau
2. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu lama pada organ intra abdomen.
3. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
4. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.(Brunner and
Suddarth, 2001)
G. Penatalaksanaan
menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok bila
ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali
normal.
1. Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda vital, dehidrasi dan
syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan
ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi
dapat dilihat dengan memonitor tanda -tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian
cairan intravena,diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk
abdomen.
2. Farmakologis
Pemberian obat-obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik
3. Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis
sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang
disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi. Berikut ini beberapa kondisi atau
pertimbangan untuk dilakukan operasi : Jika obstruksinya berhubungan dengan suatu simple
obstruksi atau adhesi, maka tindakan lisis yang dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka
reseksi intestinal sangat diperlukan. Pada umumnya dikenal 4 macam cara/tindakan bedahyang
a. Koreksi sederhana (simple correction), yaitu tindakan bedah sederhana untuk membebaskan
usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi
b. Tindakan operatif by-pass, yaitu tindakan membuat saluran usus baru yang “melewati” bagian
usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
c. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,misalnya pada Ca
stadium lanjut.
d. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujungusus untuk
strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan
operatif bertahap, baik oleh karenapenyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya,
misalnya pada Casigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Waktu : 28/12/2012
1. Identitas pasien
Nama : Nn. Y
Umur : 15 Tahun
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMP
Alamat :Desa Silihwangi Kab. Majalengka
Daerah Majalengka
IVFD RL 15 tetes/menit
a. Keluhan Utama
Nn. Y dirawat di RSUD Majalengka sejak 2 hari yang lalu, klien langsung dibawa ke UGD
RSUD Majalengka dengan keluhan mendadak nyeri perut, tidak bisa buang air besar dan flatus.
Pada saat dikaji klien masih mengalami nyeri perut, nyeri berat dengan skala 7 (1-10), nyeri
melilit dari perut sekitar pusar (supra umbilikus) menyebar ke bagian atas, disertai dengan
muntah 2 kali, tidak bisa buang air besar (BAB) dan flatus, nyeri timbul setiap 3-5 menit,
nyeribertambah jika tidur terlentang atau dalam posisi miring, dan nyeri berkurangdalam posisi
Tidak ada riwayat operasi dan sakit pada saluran pencernaan sebelumnya.
Kakek dari ibu menderita penyakit hipertensi, tidak ada anggota yang menderita penyakit
keturunan (herediter) lainya, dan tidak ada anggota keluarg ayang mempunyai penyakit/kelainan
a. Keadaan Umum
b. Tanda-tanda Vital
Suhu : 36,7oC
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
c. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Pengindraan
a) Penglihatan
Konjungtiva kedua mata ananemis, sklera kedua mata anikterik, reflex cahaya (+), reflex kornea
(+), ptosis (-), distribusi kedua alismerata, tajam penglihatan normal (klien dapat membaca huruf
padakoran pada jarak baca sekitar 30 cm), strabismus (-), lapang pandang pada kedua mata
masih dalam batas normal, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan pada kedua mata.
b) Penciuman
Fungsi penciuman baik ditandai dengan klien dapat membedakan bau kopi dan kayu putih.
c) Pendengaran
Tidak ada lesi pada kedua telinga, tidak ada serumen, fungsi pendengaran pada kedua telinga
baik ditandai dengan klien dapat menjawab seluruh pertanyaan tanpa harus diulang, tidak ada
nyeri tragus, tidak ada nyeri tekan pada kedua tulang mastoid, tidak ada massa pada kedua
telinga.
d) Pengecapan/Perasa
Fungsi pengecapan baik, klien dapat membedakan rasa manis,asam, asin dan pahit.
e) Peraba
Klien dapat merasakan sentuhan ketika tangannya dipegang, kliendapat merasakan sensasi nyeri
ketika dicubit.
2) Sistem Pernafasan
Mukosa hidung merah muda, lubang hidung simetris, tidak ada lesipada hidung, polip (-),
keadaan hidung bersih, sianosis (-), tidak ada nyeri tekan pada area sinus, tidak ada lesi pada
daerah leher dan dada, tidak ada massa pada daerah leher, bentuk dada simetris, tidak ada nyeri
tekan pada daerah leher dan dada, pergerakan dada simetris, tidak tampak pernapasan cuping
hidung dan retraksi interkosta, tidak ada kesulitan saat bernafas atau berbicara. Pola nafas reguler
3) Sistem Pencernaan
Keadaan bibir simetris, mukosa bibir lembab, stomatitis (-), tidak ada gigi yang tanggal maupun
berlubang, lidah berwarna merah muda, terpasang NGT, cairan NGT hijau ± 400 cc, tidak ada
pembesaran hepar, tidak ada parut, nyeri tekan (+) pada area supra umbilikus, bising usus3
x/menit, perut kembung (distensi), tidak bisa BAB dan flatus, muntah 2 kali.
4) Sistem Kardiovaskuler
Tidak ada peningkatan vena jugularis, Capillary Refill Time (CRT) kembali kurang dari 2 detik,
bunyi perkusi dullness pada daerah ICS 2 lineasternal dekstra dan sinistra, terdengar jelas bunyi
jantung S1 pada ICS4 lineasternal sinistra dan bunyi jantung S2 pada ICS 6 midklavikula sinistra
5) Sistem Urinaria
Tidak ada keluhan nyeri atau sulit BAK, tidak terdapat distensi pada kandung kemih, tidak ada
6) Sistem Endokrin
Pada saat dilakukan palpasi tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tremor (-), tidak ada
7) Sistem Muskuloskeletal
a) Ekstremitas Atas
Kedua tangan dapat digerakkan, reflek bisep dan trisep positif pada kedua tangan. ROM (range
of motion) pada kedua tanganmaksimal, tidak ada atrofi otot kedua tangan, terpasang infuse
padatangan kiri.
b) Ekstremitas Bawah
Kedua kaki dapat digerakkan, tidak ada lesi, reflek patella positif,reflek babinski negative, tidak
8) Sistem Reproduksi
Pertumbuhan payudara (+), tidak ada lesi, tidak ada benjolan pada payudara. Klien mengalami
haid pertama pada usia 12 tahun (kelas 6SD), siklus haid 28 hari, kadang-kadang nyeri haid
(dismenorhoe).
9) Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, keadaan kulit kepala bersih, rambut ikaltumbuh merata, turgor kulit
1. NUTRISI
c. Frekuensi 3 kali/hari -
d. Porsi makan 1 piring -
menimbulkan alergi
2. CAIRAN
a. Intake
Oral
Jumlah ±1500-2000cc/hari -
b. Intra vena
Jenis - Asering
c. Out put
- ± 400cc/hari
Cairan NGT
4. Diagnostic test
a. Laboratorium
b. Radiologi
Kesan : Terdapat distribusi gas pada lambung, usus halus, colon sigmoid danrectum
c. Terapi
5. Analisa data
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Nyeri Akut
Obstruksi usus
Klien mengeluh nyeri pada
bagian abdomen
Peristaltik usus menurun
DO :
Rangsangan nyeri
nyeri
prostaglandin
Melalui traktus
spinotalamikus
anterolateralis
Thalamus
Cortex cerebri
Nyeri abdomen
dipersepsikan
DO :
Refluk inhibisi spingter
Distensi abdomen
terganggu
Peristaltik usus 3 kali/menit
relaksasi
dan rectum
Konstipasi
DO :
Peningkatan ekskresi
Klien tampak lemah
cairan kedalam lumen usus
Distensi abdomen
intralumen
elektrolit
Resiko hipovolemik
Distensi abdomen
Distensi abdomen
B. Diagnosa Keperawatan
Pre porasi
3. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan akumulasi cairan dalam
4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absobsi
nutrisi
Post oprasi
Pre oprasi
DIHARAPKAN
dengan : pasien tidak mengalami nyeri, dan skala nyeri yang menyeb
Klien mengeluh nyeri pada bagian Klien mengungkapkan secara denganadanya distensi abdomen dirasaka
abdomen verbal rasa nyeri hilang. 3. Berikan posisi yang nyaman:posisi tindaka
Klien tampak kesakitan Klien dapat rileks. 4. Ajarkan dan anjurkan tehnik rasa nye
DO : Pola BAB dalam batas normal 4. Kaji adanya distensi abdomen 3. Adan
Distensi abdomen tidak ada distensi abdomen. 6. Kolaborasi dalam pemberianterapi lumen
5. Menin
keluarg
kerjasam
keluarg
6. Memba
elimina
lumen usus dan ketidakefektifan kekurangan volume cairan dan dantanda-tanda syok cairan.
penyerapan usus halus, yang elektrolit, dengan kriteria hasil : 4. Observasi bising usus pasien tiap
3. kekura
Klien mengeluh badan lemas, kilen Berat badan stabil 4. Berikan makanan enteral atau dalam m
DO :
Distensi abdomen
Post oprasi
dengan proses insisi tissue integrity : skin and diresepkan. 2. Jaringan dan kulit
meringis kesakitan dalam waktu 2X 24 jam cermat pada kulit. nutrien dan sangat
lapisan kulit menunjukan proses posisi pasien dengan tekanan serta trauma.
lainnya meminimalkan
trauma jika
dilakukan dengan
benar.
berhubungan dengan selama ..x 24 jam karetiristik urine fungsi ginjal dan
pemberian : debris.
Kateter dengan
bahan silikon
memiliki
kemungkinan 10
kaki lebih rendah
dari pada
penggunaan kateter
traumatiknya lebih
e. Antibiotik yg
rasional sesuai
sensitivitas dapat
menurunkan
morbididitas dan
untuk mengurangi
penularan penyakit
berhubungan dengan tindakan keperawatan kalori, tinggi protein bagi tenaga dan
kelemahan fisik Selama 1x24 jam klien (TKTP). protein bagi proses
perilaku yang
3. Motivasi pasien 3. Menghemat tenaga
memampukan kembali untuk melakukan pasien sambil
dengan bertambahnya
kekuatan.
BAB IV
A. Kesimpulan
Pencernaan : Ileus Obstruktif Partial di Ruang Nusa Indah Rumah Sakit UmumDaerah
berikut :
1. Pada pengkajian tidak menemukan perbedaan yang mencolok antara yang tertulis pada
2. Diagnosa keperawatan disusun berdasarkan hasil analisa terhadap data senjang hasil
pengkajian pada pasien. Prioritas diagnosa keperawatan disusun dari masalah actual ke
masalah potensial. Tidak semua diagnosa keperawatan yang ada pada teori dapat
3. Intervensi disusun berdasarkan pada prioritas masalalah keperawatan yang telah disusun
5. Pada evaluasi hanya masalah ganguan pola eliminasi konstipasi yang dapat teratasi,
Sedangkan masalah lainya yang belum teratasi, dikonfirmasikan kembali pada perawat di
ruangan.
B. Saran
Bagi RSUD Majalengka diharapkan karya tulis ini dapat dijadikan sebagai bahan
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Alih Bahasa AgungWaluyo,
http://www.scribd.com/doc/124768370/Karya-Tulis-Stase-Kmb-Askep-Ileus-Obstruktif-
Kelompok-2#scribd