Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN INVAGINASI

Dosen pembimbing praktek Keperawatan Anak

Tri Peni, S.Kep.Ns., M.Kes

NAMA : MUZAQI ADEN SAGARA

NIM : 202003008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKes BINA SEHAT PPNI KAB. MOJOKERTO

TA. 2020-2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan keperawatan ini diajukan oleh:


Nama : Muzaqi Aden Sagara
NIM : 202003008
Program Studi : Profesi Ners
Judul Asuhan Keperawatan Anak :
Laporan Pendahuluan Invaginasi

Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik klinik Keperawatan Anak.

................................ , ............................
Pembimbing ruangan, Pembimbing akademik,

(.................................................) (.....................................................)
Mengetahui,
Kepala Ruangan

(..................................................)
LAPORAN PENDAHULUAN INVAGINASI

I. Konsep Invaginasi

1.1 Definisi Invaginasi

Invaginasi atau intususepsi adalah suatu keadaan, sebagian

usus masuk ke dalam usus berikutnya. Biasanya bagian proksimal masuk

ke distal, jarang terjadi sebaliknya. (Bukhori 2016).

Invaginasi atau intususepsi adalah bagian usus masuk ke dalam

usus di bagian belakangnya, terjadi jepitan usus, menyebabkan hambatan

aliran usus dan mengganggu aliran darah yang melalui bagian usus yang

mengalmi intususepsi. (Hanifah, 2007). Dalam (Soebadi 2013).

Intususepsi atau invaginasi adalah proses dimana suatu segmen

usus bagian proksimal masuk ke dalam lumen usus bagian distalnya

sehingga menyebabkan obstruksi usus dan dapat menjadi strangulasi

kemudian mengalami komplikasi yang berujung pada sepsis dan

kematian. (Rahayu 2015).

1.2 Klasifikasi

Bagian usus yang masuk disebut intususceptum dan bagian

yang menerima intussusceptum dinamakan intussucepiens. Pemberian

nama invaginasi tergantung hubungan antara intususceptum dan

intussuscipien. Klasifikasinya adalah :

1. Ileocaecal : ileum berinvaginasi ke dalam kolon asenden pada


katup ileocaecal

2. Ileo-colic : ileum berinvaginasi ke dalam kolon

3. Icolo-colic : kolon berinvaginasi ke dalam kolon

4. Ileo-ileo : usus kecil berinvaginasi ke dalam usus kecil.

Kombinasi lain dapat terjadi seperti ileo-ileocolica dan appendical-

colica. Kasus yang paling banyak ditemukan adalah ileo-colica

(75%). (Bukhori 2016).

1.3 Etiologi

Penyebab dari invaginasi belum diketahui secara pasti akan

tetapi banyak yang menyebutkan terkait dengan hal berikut ini :

1. Pembesaran limfoid usus (peyer patches ), akibat peningkatan

paparan terhadap antigen baru.

2. Cacat lahir.

3. Massa yang keras dari isi usus ( mekonium ).

4. Usus yang melintir ( volvulus ).

5. Infeksi saluran napas atas, karena umumnya intususepsi terjadi pada

musim dingin atau hujan ketika banyak terjadi infeksi saluran napas

atas.

6. Infeksi saluran cerna ( diare ), karena pada pemeriksaan tinja dan

kelenjar limfa mesenterium, terdapat adenovirus bersama-sama

invaginasi. (Bukhori 2016).


1.4 Patofisiologi

Berbagai variasi etiologi yang mengakibatkan terjadinya

intususepsi pada anak dan dewasa pada intinya adalah gangguan

motilitas usus terdiri dari dua komponen yaitu satu bagian usus yang

bergerak bebas dan satu bagian usus lainya yang terfiksir/atau kurang

bebas dibandingkan

bagian lainnya, karena arah peristaltik adalah dari oral keanal sehingga

bagian yang masuk kelumen usus adalah yang arah oral atau proksimal,

keadaan lainnya karena suatu disritmik peristaltik usus, pada keadaan

khusus dapat terjadi sebaliknya yang disebut retrograd intususepsi pada

pasien pasca gastrojejunostomi . Akibat adanya segmen usus yang

masuk

kesegmen usus lainnya akan menyebabkan dinding usus yang terjepit

sehingga akan mengakibatkan aliran darah menurun dan keadaan akhir

adalah akan menyebabkan nekrosis dinding usus.

Perubahan patologi yang diakibatkan intususepsi terutama

mengenai intususeptum. Intususepien biasanya tidak mengalami

kerusakan. Perubahan pada intususeptum ditimbulkan oleh penekanan

bagian ini oleh karena kontraksi dari intususepien, dan juga karena

terganggunya aliran darah sebagai akibat penekanan dan tertariknya

mesenterium. Edema dan pembengkakan dapat terjadi. Pembengkakan

dari intisuseptum umumnya menutup lumen usus.Akan tetapi tidak


jarang pula lumen tetap patent, sehingga obstruksi komplit kadang-

kadang tidak terjadi pada intususepsi. (Wong, D. L. 2008).

1.5 Pathway Invaginasi

Infeksi virus Adeno

Pembengkakan jaringan limfosis

Peristaltik usus meningkat

Usus bervaginasi ke usus dibawahnya

Edema & perdarahan mukosa

Peregangan usus
Sumbatan/obstruksi usus

Nyeri akumulasi gas & Pemanjangan reseptor


dan cairan dalam lumen

Nyeri akut
Konstipasi
Sulit tidur
Distensi abdomen
Kehilangan cairan
& elektrolit
Muntah Gangguan pola tidur
Kekurangan
Ketidakseimbangan volume cairan
nutrisi kurang dari
kebutuhan

Resiko pola nafas tidak


efektif
(Wong, D. L. 2008).

1.6 Manifestasi klinis

Menurut (Prince dan Wilson 2006), tanda dan gejala dari

invaginasi yaitu :

1. Nyeri perut hebat, mendadak dan hilang timbul dalam waktu

beberapa

detik

2. Pada bayi, bayi sering muntah dan BAB bercampur darah dan lendir

3. Nyeri kolik berat disertai dengan tangisan yang keras

4. Muka pucat dan lemah

5. Pada dehidrasi, anak demam dan perut mengembung

6. Anak cepat marah, nafas dangkal, mendengkur, dan konstipasi

7. Anak sering menarik kaki ke atas perut dikarenakan nyeri yang

diderita.

1.7 Komplikasi

Komplikasi invaginasi sebagai berikut :

1. Peritonitis

2. Intususepsi lama bias menyebabkan syok

3. Perforasi usus

4. Kerusakan / kematian jaringan

5. Infeksi rongga perut


6. Menyebabkan kematian

1.8 Penanganan

Penuruna dari intususepsi dapat dilakukan dengan suntikan salin, udara

atau barium kedalam kolon. Metode ini tidak sering dikerjakan selama

terdapat suatu resiko perforasi, walaupun demikian kecil, dan tidak

terdapat jaminan dari penurunan yang berhasil.

Pasca bedah :

 Perawatan incubator untuk bayi yang kecil

 Pemberian cairan intravena

 Pemberian antibiotic

 Observasi fungsi vital

 Perawatan luka

 Ganti balutan setiap hari


II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN INVAGINASI

2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses perawatan.

Tahap ini sangat penting dan menentukan dalam tahap-tahap selanjutnya.

Data yang komprehensif dan valid akan menentukan penetapan

diagnosis keperawatan dengan tepat dan benar, serta selanjutnya akan

berpengaruh dalam perencanaan keperawatan. Tujuan dari pengkajian

adalah di dapatkannya data yang komprehensif yang mencakup data

biopsiko dan spiritual (Tarwoto dan Watonah 2015). Pengkajian

dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan melalui wawancara,

observasi langsung, dan melihat catatan medis. Adapun data yang

diperlukan pada pasien gastritis yaitu sebagai berikut :

a. Data dasar (Identitas Klien) : Meliputi nama lengkap nama

panggilan, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, agama,

bahasa yang digunakan, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,

alamat, sumber dana/ biaya serta identitas orang tua.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama : Nyeri akut.

2) Riwayat kesehatan sekarang : Merupakan uraian rinci dari

keluhan utama melalui pendekatan PQRST.

P: (Provocative) Apa yang menyebabkan Nyeri terjadi

- Adanya faktor predisposisi penyebab Nyeri ialah luka post


operasi

Q: (Quality or Quantity) Mutu atau jumlah Nyeri dalam sehari

- Nyeri terasa hilang timbul

R: (Region) letak daerah yang sakit

- Abdomen terdapat gangguan pada luka post operasi di

region umbilicus

S: (Safety and security) keparahan atau keamanan

- Nyeri terasa hebat kalau anak digendong dan nyeri

berkurang kalau anak terlentang diatas tempat tidur.

T : (Time) kapan anak mulai mengalami Nyeri

- Nyeri muncul saat siang dan malam

3) Riwayat kesehatan terdahulu : Meliputi penyakit yang

berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit,

dan riwayat pemakaian obat.

4) Riwayat kesehatan keluarga : Divertikulum Meckel, polip

dalam usus, apendiksitis yangterbalik, diare serta kelinan bawaan

dalam keluarga merupakan beberapa faktor predisposisi dari

invaginasi. (Irawati 2020).

2.2 Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri

tekan di kwadran epigastrik.

1. B1 (breath) : takhipnea
2. B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah,

pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.

3. B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat

terganggu, pada anak post operasi laparotomi akan

mengalami penurunan kesadaran akibat efek dari anestesi.

Kesadaran akan kembali berangsur-angsur dari kondisi

somnolen ke kondisi composmentis setelah efek anestesi hilang.

4. B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.

5. B5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, terdapat

luka post operasi laparotomi, pada hari ke 1 sampai ke 5 terjadi tahap

inflamasi dimana luka bersih tidak ada pus pada luka dan pada

jahitan, warna dasar luka merah muda. Fase proliferasi terbentuknya

serat kolagen yang terbentuk menyebabkan adanya kekuatan

bertautnya tepi luka. Fase maturasi berlangsung mulai 3 minggu

sampai 2 tahun pada tahap ini akan terbentuk parut luka yang matang.

anak dengan post op laparotomi umumnya usus akan bekerja seperti

biasa dalam 2-3 hari, Sehingga pada post op hari pertama dan kedua

bising usus akan turun (hipoperistaltik usus).

6. B6 (bone) : Kelemahan dan kesulitan ambulasi terjadi akibat nyeri di

abdomen karena efek dari pembedahan. Serta efek anastesi sehingga

menyebabkan kekakuan otot. (Tarwoto dan Watonah 2015).


2.3 Pola Fungsi Gordon

1. Pola persepsi terhadap kesehatan

 Tingkat pengetahuan kesehatan/ penyakit meliputi sebelum

sakit dan selama sakit

 Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan meliputi

sebelum sakit dan selama sakit

 Faktor-faktor sehubungan resiko kesehatan

2. Pola nutrisi

Ditanyakan :

 Berapa kali makan sehari

 BB sebelum dan sesudah sakit

 Frekuensi dan kuantitas minum sehari

3. Pola eliminasi

 Frekuensi BAK dan BAB sehari

 Warna dan kepektan

4. Pola aktivitas laatihan

Kemampuan perawatan diri

Jenis 0 1 2 3 4
Makan/ minum
Berpakaian
Mandi
Toileting
Mobilisasi di tempat tidur
Berjalan
1 Mampu merawat diri sendiri secara penuh

2 Memerlukan penggunaan alat

3 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain

4 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan

peralatan

5 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan

5. Pola istirahat tidur

Ditanyakan :

 Jam berapa mulai tidur dan bangun tidur

 Kualitas dan kuantitas tidur

6. Pola kognitif perceptual

 Apakah ada gangguan pancaindra (pendengaran,

penglihatan, berbicara dll)

7. Pola konsep diri

 Gambaran diri

 Identitas diri

 Peran diri

 Ideal diri

 Harga diri

8. Pola peran dan hubungan


 Hubungan dukungan keluarga

 Hubungan dengan pasangan

 Hubungan dengan tetangga dan masyarakat

9. Pola seksualitas

 Apakah ada dampak sakit rehadap seksualitas

 Apakah ada gangguan reproduksi

10. Pola koping

 Cara menyelesaian dan pemecahan masalah

11. Pola nilai dan kepercayaan

 Persepsi keyakinan

 Tindakan berdasarkan keyakinan (Tarwoto dan Watonah

2015).

2.4 Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Padila 2013) pemeriksaan penunjang pada anak

dengan post operasi laparotomi invaginasi adalah pemeriksaan

laboratorium :

1. Pemeriksaan darah lengkap akan ditemui leukositosis pada hari ke

tiga, hematokrit meningkat,dan asidosis metabolik.

2. Gastroscopi

2.5 Diagnosa Keperawatan

Menurut Sodikin (2012), diagnosa keperawatan


pada anak dengan Invaginasi antara lain:

Post operasi.

1. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur invasif.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan mual dan muntah

4. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi usus

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan

sumber

informasi.

6. Kecemsan berhubungan dengan krisis situasional, nyeri.

2.6 Intervensi

Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan prosedur invasif

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

(SLKI) (SIKI)
Luaran Utama: Tingkat Nyeri Intervensi Utama: Manajemen Observasi

Setelah dilakukan tindakan Nyeri (I.08238) 1. Untuk

kepera Observasi mengidentifiksi

watan selama 2x24 jam, secara menyeluruh


1. Identifikasi lokasi,
diharapkan masalah nyeri dapat tentang nyeri yang
karakteristik, durasi,
teratasi dengan kriteria hasil : dirasakan
frekuensi, kualitas, intensitas
1. Keluhan nyeri menurun (5) 2. Untuk mengetahui
2. Meringis menurun (5) nyeri skala nyeri

3. Sikap protektif menurun (5) 2. Identifikasi skala nyeri 3. Untuk mengetahui

4. Gelisah menurun (5) 3. Identifikasi respons nyeri non respon nyeri pasien

5. Kesulitan tidur menurun (5) verbal secara non verbal

6. Menarik diri menurun (5) 4. Identifikasi faktor yang 4. Untuk mengetahui

7. Berfokus pada diri sendiri memperberat dan faktor penyebab nyeri

menurun (5) memperingan nyeri Terapeutik

8. Diaforesis menurun (5) 1. Tehnik


Terapeutik
9. Perasaan depresi (tertekan) norfarmakologi dapat
1. Berikan tehnik
menurun (5) mengurangi rasa nyeri
nonfarmakologis untuk
10. Perasaan takut mengalami yang dirasakan
mengurangi rasa nyeri
cedera berulang menurun (5) 2. Gangguan lingkungan
( kompres air hangat/dingin)
11. Anoreksia menurun (5) dan rangsangan dapat
2. Kontrol lingkungan yang
12. Perineum terasa tertekan meningkatkan tekanan
memperberat rasa nyeri
menurun (5) vaskuler serebral
(ruangan, kebisingan)
13. Uterus terasa membulat 3. Istirahan tidur untuk
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
menurun (5) mengurangi rasa nyeri

14. Ketegangan otot menurun Edukasi yang dirasakan

(5) Edukasi
1. Jelaskan strategi meredakan
15. Pupil dilatasi menurun (5) 1. Untuk menambah
nyeri
16. Mual menurun (5) mengetahuan klien
2. Ajarkan teknik
17. Muntah menurun (5) nonfarmakologis untuk dan mengetahui

18. Frekwensi nadi membaik (5) mengurangi rasa nyeri penyebab nyeri yang

19. Pola nafas membaik (5) dirasakan


Kolaborasi
20. Tekanan darah membaik (5) 2. Meningkatkan
1 Kolaborasi pemberian
21. Proses berfikir membaik (5) relaksasi dan
analgetik, jika perlu (Tim
22. Fokus membaik (5) mengurangi nyeri
Pokja SIKI DPP PPNI 2018).
23. Fungsi berkemih membaik Kolaborasi

(5) 1 Analgetik dapat

24. Perilaku membaik (5) mengurangi nyeri

25. Nafsu makan membaik (5)

26. Pola tidur membaik (5)

Diagnosa 2 : Risiko Infeksi berhubungan dengan luka post operasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

(SLKI) (SIKI)
Luaran Utama: Tingkat Infeksi Intervensi Utama: Pencegahan Observasi

Setelah dilakukan tindakan Infeksi (I.14539) 1. Untuk mengetahui

kepera Observasi tanda-tanda infeksi

watan selama 2x24 jam, Terapeutik


1. Monitor tanda dan gejala
diharapkan masalah risiko infeksi 1. Untuk mengurangi
infeksi
dapat teratasi dengan kriteria peningkatan penularan
Terapeutik
hasil : infeksi
1. Kebersihan tangan 1. Batasi jumlah pengunjung 2. Untuk mempercepat

meningkat (5) 2. Berikan perawatan kulit pada penyembuhan kulit

2. Kebersihan badan meningkat area edema 3. Untuk mengurangi

(5) 3. Cuci tangan sebelum dan resiko penyebaran

3. Nafsu makan meningkat (5) sesudah kontak dengan pasien infeksi

4. Demam menurun (5) dan lingkungan pasien 4. Agar mencegah atau

5. Kemerahan menurun (5) 4. Pertahankan teknik aseptik mengurangi infeksi

6. Bengkak menurun (5) pada pasien berisiko tinggi Edukasi

7. Vesikel menurun (5) 1. Cuci tangan untuk


Edukasi
8. Cairan berbau busuk mencegah infeksi
1. Ajarkan mencuci tangan
menurun (5) 2. Untuk mengurangi
dengan benar
9. Sputum berwarna hijau resiko penyebaran
2. Ajarkan etika batuk
menurun (5) infeksi
3. Ajarkan cara memeriksa
10. Pluria menurun (5) 3. Mengurangi risiko
kondisi luka atau luka operasi
11. Periode malaise menurun infeksi
4. Anjurkan untuk
(5) 4. Untuk mempercepat
meningkatkan asupan nutrisi
12. Periode menggigil kesembuhan
5. Anjurkan untuk
menurun (5) 5. Untuk menjaga
meningkatkan asupan cairan
13. Letargi menurun (5) keseimbangan cairan

14. Gangguan kognitif Kolaborasi tubuh

menurun (5) Kolaborasi


1 Kolaborasi pemberian
15. Kadar sel darah putih imunisasi, jika perlu (Tim 1 Imunisasi untuk

membaik (5) Pokja SIKI DPP PPNI 2018). menghindari tubuh

16. Kultur darah membaik (5) dari penyakit

17. Kultur urine membaik (5)

18. Kultur sputum membaik

(5)

19. Kultur area luka membaik

(5)

20. Kultur feses membaik (5)

2.7 Implementasi Keperawatan

Menurut Doenges (2000), implementasi adalah tindakan pemberian

keperawatan yang dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada

rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan

keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan keperawatan yaitu cara

pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta penjelasan

untuk setiap tindakan yang diberikn kepada pasien. Dalam (Irawati 2020).

2.8 Evaluasi Keperawatan

Menurut Doenges (2000), evaluasi adalah tingkatan intelektual untuk

melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa

keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.


Dalam (Irawati 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Bukhori, Indra. 2016. “Asuhan Keperawatan Pada An. R (Usia 4 Tahun) Dengan

gangguan Sistem Pencernaan : Post Op Invaginasi.”

Irawati. 2020. “Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Masalah Gastritis di

Puskesmas Rawat Inap Kampar Kiri.” 2507(1): 1–9.

Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. 1 ed. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Prince, A Sylvia, dan Wilson. 2006. Patofisiology Clinical Concept. Jakarta: Peter

Anugrah EGC.

Rahayu, Adriyani. 2015. “Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada An. A Dengan

Post Operasi Laparatomi Explorasi Invaginasi Dengan Terapi Boneka Tangan

Untuk Mengurangi Dampak Hospitalisasi Di Ruang Picu Rsud A. Wahab

Sjahranie Samarinda 2015.”

Soebadi, Amanda. 2013. Tata Laksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada

Anak.

Tarwoto, dan Watonah. 2015. Kebutuhan Dasaar Manusia dan Proses Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis keperawatan Indonesia

Definisi dan Indikator Diagnostik. 1 ed. jakarta: Jagakarsa.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi keperawatan Indonesia Definisi

dan Tindakan Keperawatan. 1 ed. Jakarta: Jagakarsa.


Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi

dan Kriteria Hasil. 1 ed. Jakarta: Jagakarsa.

Wong, D. L., Huckenberry M.J. 2008. Wong’s Nursing care of infants and children.

St Louis Missouri: MosbyCompany.

Anda mungkin juga menyukai