Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ILEUS

Disusun Oleh :

CLARISA Dwi Yunita F.

14.401.18.010

PROGRAM STUDI DIII-KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ ASUHAN KEPERAWATAN ILEUS” tepat pada waktunya.

Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk menjelaskan materi asuhan keperawtan ileus.
Dengan adanya makalah ini di harapkan mahasiswa lain dapat lebih memahami tentang penyakit
ileus. Dalam proses pembuatan makalah ini, banyak pihak yang telah membantu dan mendukung
untuk menyelesaikannya. Untuk itu pada kesempatan ini tidak lupa kami menyampaikan
terimakasih kepada : Haswita, S.Kp., M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II.

Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin, walaupun kami menyadari masih
banyak kekurangan yang harus kami perbaiki. Oleh karena itu kami mengharapkan saran
ataupun kritik yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca maupun kami.

Banyuwangi , 09 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Batasan Masalah............................................................................................................................1
C. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
D. Tujuan............................................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. Definisi Ileus...................................................................................................................................3
B. Etiologi Ileus...................................................................................................................................3
C. Klasifikasi Ileus..............................................................................................................................4
D. Manifestasi Klinis..........................................................................................................................5
E. Patofisiologi....................................................................................................................................5
E. Komplikasi.....................................................................................................................................8
BAB III.......................................................................................................................................................9
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................................9
A. Pengkajian......................................................................................................................................9
B. Diagnosa Keperawatan................................................................................................................15
C. Intervensi......................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obstruksi ileus merupakan kegawatan dalam bedah abdominal yang sering dijumpai.
Sekitar 20 % pasien datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri abdomen karena
obstruksi pada saluran cerna, 80% terjadi pada usus halus. Obstruksi ileus adalah
suatupenyumbatan mekanis pada usus dimana menghambat proses pencernaan secara
normal. [ CITATION Mut101 \l 1057 ]
Penyakit ini sering terjadi pada individu yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi
makanan yang rendah serat, dari kebiasaan tersebut akan muncul permasalahan pad
kurangnya membentuk massa feses yang menyambung pada rangsangan peristaltic usus,
kemudian saat kemampuan peristaltic usus menurun maka akan terjadi konstipasi yang
mengarah pada feses yang mengeras dan mampu menyumbat lumen usus sehingga
menyebabkan terjadinya obstruksi. [ CITATION Mor11 \l 1057 ]
Laparatomi adalah suatu pembedahan yang dilakukan pada bagian abdomen untuk
mengetahui suatu gejala dari penyakit yang diderita oleh pasien. Suatu kondisi yang
memungkinkan untuk dilakukan tindakan laparatomi adalah : kanker organ abdominal,
radang selaput perut, appendisitis, pankreasitis, obstruksi ileus [ CITATION Mut101 \l 1057 ]

B. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam makalah ini dibatasi definisi,etiologi, klasifikasi, manifestasi
klinis, patofisiologi, pathway, komplikasi dan konsep asuhan keperawatan pada pasien
dengan msalah ileus

C. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari ileus?
2. Apa saja etiologi dari ileus?
3. Apa saja klasifikasi dari ileus?
4. Apa manifestasi klinis dari ileus?
5. Bagaimana patofisiologi dan pathway dari ileus?
1
6. Apa saja komplikasi dari ileus?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari ileus?

D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui secara umum mengenai konsep ileus dan asuhan keperawatan dengan
ileus
2. Tujuan Khusus
1. Memahami definisi dari ileus
2. Memahami etiologi dari ileus
3. Memahami klasifikasi dari ileus
4. Memahami manifestasi klinis dari ileus
5. Memahami patofisioogi dan pathway dari ileus
6. Memahami komplikasi dari ileus
7. Memahami konsep asuhan keperawatan dari ileus

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Ileus
Ileus adalah gangguan penyebab aliran normal isi usus sepanjang aliran usus. Obstruksi
usus dapat akut dan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon
sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru
mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan
diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat. Ada dua tipe obstruksi yaitu:
1. Mekanis ( Ileus obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus
obstrktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang
melingkari. Misalnya intosepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu
empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses.
2. Neurogenik atau fungsional (ileus paralitik)
Keadaan dimana usus tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan
isinya. Ileus paralitik suatu penyakit primer usus melainkan berbagai penyakit primer,
tindakan operasi yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan yang
mempengaruhi kontraksi otot polos usus. Contoh penyakit tersebut, amiloidosis, distropi
otot, gangguan endokrin seperti diabetes melitus, gangguan neurologis seperti penyakit
parkinson. [ CITATION Nur16 \l 1057 ]
Ileus atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi
usus sepanjang aliran usus. Intestinal obstruction terjadi ketika isi usus tidak dapat melewati
saluran gastrointestinal [ CITATION Diy13 \l 1057 ]

B. Etiologi Ileus
Obstruksi usus mekanik dapat dibagi menjadi tiga kategori penyebab yaitu :
1. Lesi ekstrinsik
Yang termasuk kedalam etiologi ini diantaranya perlengketan malrotasi, hernia,
volvunus, puntiran, dan massa ekstra-intensial

3
2. Lesi instrinsik
Lesi instrinsik dalam usus dapat menyebabkan obstruksi mekanik. Disamping itu juga
kelainan kongenital. Yang termasuk dalam penyebab ini antara lain atresia, duplikasi
usus, neoplasma usus, endometriosis, deferticulitis, serta peradangan sekunder terhadap
radiasi.
3. Obstruksi menutup
Pada kategori penyebab ini antara lain intususepsi maupun sumbatan mekonilin yang
banyak tterjadi pada anak atau bayi. Adappun pada orang dewasa, tumor polioid, batu
empedu, feces yang mengeras. [ CITATION Diy13 \l 1057 ]
a. Perlengketan: lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat
atau pada jaringan perut setelah pembedahan abdomen.
b. Intusepsi : Salah satu bagian usus menyusup ke bagian lain akibatnya penyempitan
lumen usus. Segmen usus tertarik kedalam segmen berikutnya oleh gerakan
peristaltik yang memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling sering terjadi pada
anak-anak dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum kedalam dan terpijat
bagian usus tersebut ( ileocaecal) lewat coecum kedalam usus besar ( colon) bahkan
sampai sejauh rectum dan anus.
c. Volvulus : usus besar yang mempunyai mesocolon dengan menimbukan peningkatan
dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi distensi.
d. Hernia : protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding otot abdomen
e. Tumor : tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau lumen diluar
usus menyebabkan tekanan pada dinding usus.
f. Kelainan kongenital [ CITATION Nur16 \l 1057 ]

C. Klasifikasi Ileus
Terdapat 2 jenis obstruksi usus, yaitu :
1. Nonmekanis (ileus paralitik/ileus dinamik)
Peristaltic usus dihambat akibat pengaruh toksin / trauma yang mempengaruhi
pengendalian otonom motilitas usus.
2. Mekanis

4
Terjadi obstruksi kedalam lumen usus atau obstruksi mural yang disebabkan oleh tekanan
ekstrinsik. [ CITATION Mor11 \l 1057 ]

D. Manifestasi Klinis
1. Distensi abdomen
2. Muntah
3. Nyeri konstan distensi
4. Bisisng usus tenang
5. Pemeriksaan laborat seringkali normal
6. Foto polos memperlihatkan loop usus yang dilatasi dengan batas udara cairan.
7. Sulit dibedakan dengan ileus obstruktif tetapi distensi seluruh panjang kolon lebih sering
terjadi pada ileus paralitik.[ CITATION Nur16 \l 1057 ]

Pada obstruksi usus akan mengalami gangguan passage dimana tidak ada lagi flatus dan
defekasi. Usaha untuk melawan obstruksi usus akan meningkatkan peristaltiknya yang
berupa kolic, dan muntah. Kolik ini dipandang sebagai gerak atau kejang usus, sehingga
berupa nyeri berkala, pada saat serangann pasien menggeliat, secara auskultasi didapatkan
peristaltic usus dengan nada tinggi [ CITATION Diy13 \l 1057 ]

Adanya akumulasi cairan dan gas di lumen usus menyebabkan distensi abdomen. Pada
kondisi ini maka akan terjadi hipovolemi, oliguria, dan gangguan olektrlit. [ CITATION Diy13 \l
1057 ]

E. Patofisiologi
Peristiwa patofisiologis yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama tanpa
memandang apakah obstruksi usus tersebut disebabkan oleh penyebab mekanik, ataupun
fungsional. Perbedaannya adalah pada ileus paralitik (fungsional) peristaltic usus dihambat
sejak awal, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltic mula-mula diperkuat, kemudian
intermiten dan akhirnya hilang. [ CITATION Diy13 \l 1057 ]
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan terenggang oleh cairan dan gas (70%
yang ditelan) akibatnya peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air

5
dan natrium dari lumen usus ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan disekresi kedalam
saluran cerna setiap hari, dengan adanya obstruksi dapat mengakibatkan penimbunan
intralumen yang cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan
sumber dari kehilangan utama cairan dan elektolit. Pengaruh atas kehhilangan ini adalah
penyempitan ruang cairan ekstra sel yang megakibatkan hipotensi, syok, penurunan curah
jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolic.[ CITATION Diy13 \l 1057 ]
Peregangan usus yang terus menerus menyebabkan lingkaran setan, penurunan absorpsi
cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek local peregangan usus adalah
ischemia. Akibat distensi dan peningkatan permiabilitas sehingga usus menjadi nekrosis
disertai absorpsi toksin bakteri kedalam rongga peritoneum, dan sirkulasi sistemik. [ CITATION
Diy13 \l 1057 ]

6
Pathway

Predisposisi sistemik, meliputi : sepsis, Predisposisi pascaoperatif bedah


obat-obatan, gangguan elektrolit dan abdominal
metabolic, infarkmiokard, pneumonia,
trauma, biller dan ginjal kolik, cedera
kepala dan prosedur bedah saraf,
inflamasi intra abdomen dan peritonitis, ILEUS
hematoma retroperitoneal
Hipomotilitas (Kelumpuhan) intestinal

Ketidakmampuan Hilangnya kemampuan Gangguan gastrointestinal


absorpsi air intestinal dalam pasase
material feses
Mual, muntah, kembung,
Penurunan intake anoreksia
cairan Konstipasi

Penurunan volume Kekurangan volume


cairan intra sel cairan

Resiko syok
(hipovolemik) Kehilangan cairan Asupan nutrisi tidak
dan elektrolit adekuat

Resiko ketidakseimbangan Ketidakseimbangan


elektrolit nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Respon psikologis Respons local saraf Kurang


misintrepetasi perawatan dan terhadap inflamasi
pengbatan Pengetahuan

Distensi abdomen Cemas


Kecemasan pemenuhan
kebutuhan informasi

[ CITATION Nur16 \l 1057 ] Nyeri


Gangguan
Ansietas Istirahat Tidur
7
E. Komplikasi
1. Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi mencakup perforasi dan peritonitis, sepsis,
hipovolemia, dan iskemia atau infark usus.
2. Ketidakseimbangan elektrolit. Akibat dari lumen usus yang tersumbat, secara progresif
akan tergangu oleh cairan dan gas (70% gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan
intralumen, yang menurunkan aliran air dan natrium dari lumen usus kedarah. Oleh
karena itu sekitar delapan liter cairan dieksresi kedalam saluran cerna setiap hari, tidak
ada absorpsi mengakibatkan penimbunan intra lumen usus dengan cepat muntah dan
penyedotan usus.
3. Asidosis metabolic
4. Perforasi, akibat terlalu tingginya tekanan intra lumen
5. Syok, akibat dari kehilangan cairan yang berlebih kedalam lumen usus dan kehilangan
cairan menuju ruang peritoneum setelah terjadi perforasi [ CITATION Mor11 \l 1057 ]

8
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Identitas pasien berisi identitas klien,
umur, pekerjaan, dan alamat. Pada remaja lebih berisiko mempunyai penyakit gangguan
salluran pencernaan. Factor yang mendukung terjadinya ileus obstruksi adalah hernia,
tumor, dll [ CITATION Diy13 \l 1057 ]
2. Status Kesehatan Saat Ini
a) Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan ketidaknyamanan abdomen yang menyebar dan distensi
[ CITATION Mor11 \l 1057 ]
b) Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien mengeluhkan ketidaknyamanan abdomen yang menyebar dan distensi. Mual
dan muntah sering terjadi pada pasien ileus pascaoperasi. Jarang terjadi muntah dan
muntahan tersebut biasanya mengandung isi lambung dan empedu muntahan yang
berisi muntahan fekal jarang terjadi. Nyeri yang dirasakan lebih ringan dibanding
obstruksi usus halus atau obstruksi kolon. [ CITATION Mor11 \l 1057 ]
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien penderita ileus mengeluhkan konstipasi dan biasanya tidak menyadari flatus.
Gejala umum yang lain yaitu mual, anoreksia,cegukan, dan kembung. [ CITATION
Mut101 \l 1057 ]
3. Riwayat Kesehatan Terdahulu
a) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Riwayat penyakit tiroid atau paratiroid, pajanan logam berat, diabetes melitus, dan
skleroderma harus didapatkan untuk mengidentifikasi penyebab utama. [ CITATION
Nur16 \l 1057 ]
b) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit pada keluarga yang memicu terajadinya ileus seperti hernia, tumor,
pola diet, hepatitis, dan sebagainya [ CITATION Diy13 \l 1057 ]

9
4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
1) Kesadaran
Pada pasien ileus biasanya kesadaran dalam keadaan baik atau composmentis
[ CITATION Mut101 \l 1057 ]
2) Tanda tanda vital
Pada pasien ileus biasanya tanda-tanda vital dalam batas normal [ CITATION
Nur16 \l 1057 ]
b) Body Sistem
1) Sistem Pernafasan
Sistem pernapasan biasanya tidak didapatkan adanya kelainan, tetapi akan
mengalami perubahan apabila setelah dilakukan tindakan operasi pernapasan
pasien akan meningkat karena nyeri yang dirasakan.
Hidung : bentuk hidung, Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung,
bersih atau tidaknya hidung, adakah pembesaran polip atau tidak.
Dada
Inspeksi : Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada redup atau suara tambahan lainnya.
Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya
seperti stridor dan ronchi [ CITATION Diy13 \l 1057 ]

b) Sistem Kardiovaskuler

Tidak ada gangguan kecuali penyakit penyerta lainnya. Pada klien post op kaji

warna konjungtiva, warna bibir dan distensi/ kolaps vena jugularis. Selain itu,

monitor nadi dan tekanan darah secara periodik untuk memantau hemodinamika

tubuh

10
Inspeksi : ictus cordis tidak nampak

Palpasi : nyeri tekan (-), ictuskordis teraba di ics ke 4 dan 5 , N: ≤100x/mnt

Perkusi : jantung dalam batas normal

Auskultasi : S1 S2 TUNGGAL (lubdub) ,tidak ada suara tambahan murmur


[ CITATION Diy13 \l 1057 ]

c) Sistem Pencernaan

Pada sistem pencernaan terdapat hipertimpani dan bising usus tinggi. Adanya

akumulasi cairan dan gas dilumen usus yang menyebabkan distensi abdomen.

Pada kondisi ini maka akan terjadi hypovolemi syok, oliguri, dan gangguan

Elektrolit

Inspeksi : simestris atau tidak, bentuk datar atau membusung, tidak ada jejas,

distensi abdomen

Auskultasi : bising usus ≥15x/mnt

Palpasi : nyeri tekan ada , tidak ada pembesaran limfe dan ilen

Perkusi : didapatkan bunyi hipertimpani [ CITATION Diy13 \l 1057 ]

d) Sistem Perkemihan

Pengkajian fokus pada pola BAK (frekuensi, output, warna urine, gangguan

eliminasi urine).

Inspeksi : tidak adanya pembesaran daerah pinggang atau abdomen bagian atas

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa pada ginjal

11
Perkusi : ketok ginjal normal, pasien tidak mengatakan nyeri

Auskultasi : tidak terdengar suara bruit pada ginjal [ CITATION Mut101 \l 1057 ]

e) Sistem Muskuloskeletal

Secara fisiologi tidak ada gangguan, namun intoleransi sering terjadi karena klien
mengalami nyeri.

Inspeksi : tidak ada fraktur, tidak ada oedem

Palpasi : nyeri tekan ada atau tidaknya

Kekuatan otot: 55555 55555

4444 4444

f) Sistem Integumen

Pada sistem integumen turgor kulit buruk, kering, bersisik, rambut kusam, kuku

tidak berwarna pink, serta suhu badan klien biasanya meningkat secara signifikan

namun hilang timbun.

Inspeksi : rambut kusam atau tidak, kering, bersisik

Palpasi : turgor kulit buruk, kuku tidakbewarna pink, suhu tubuh biasanya

meningkat [ CITATION Mut101 \l 1057 ]

g) Sistem Endokrin

Tidak terdapat pembesaran tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak terdapat luka

gangren.

Leher : vena jagularis tidak tampak , tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
[ CITATION Mut101 \l 1057 ]

12
h) Sistem Reproduksi

Tidakmemiliki riwayat penyakit seksual, dan tidak ada gangguan pada system

reproduksi pada pasien.

Inspeksi : bersih atau tidaknya genetelia wanita atau pria, [ CITATION Diy13 \l
1057 ]

i) Sistem Imunotologi

Tidak ada gangguan dalam sistem imun. [ CITATION Mut101 \l 1057 ]

j) Sistem Penginderaan

Tidak ada gangguan dalam sistem penginderaan.

Mata : simestris ka/ki, pupil isokor, reflek cahaya +/+, conjungtiva pink,
nyeri tekan ada atau tidak
Hidung : hidung bersih atau tidak , adakah pembesaran polip polip , tidak ada
sekret, ada nyeri tekan atau tidak
Mulut : lidah kotor atau bersih, gigi kotor kuning atau tidak
Telinga : tidak ada serumen , fungsi pendengaran baik, tidak atau ada nyeri
tekan [ CITATION Mut101 \l 1057 ]

k) Sistem Neurosensory

Tidak ada gangguan kecuali ada penyakit penyerta. Jika diusus terjadi

penyumbatan maka sistem syaraf pada usus akan terganggu seperti kolik.

Inspeksi : keadaan umum baik, kesadaran pasien biasanya dengan gcs 4-5-6 atau
sadar penuh (composmentis) [ CITATION Diy13 \l 1057 ]
5. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan radiologi

13
Pemeriksaan rontgen sangat bermanfaat demi mengonfirmasi diagnosis, obbstruksi
usus serta foto abdomen dalam posisi tegak dan berbaring kadang diperlukan denngan
pemeriksaan zat kontras (barium)
b) Pemeriksaan laboratorium
Dalam pemeriksaan laboratorium akan didapat peningkatan dari : BUN, hematocrit,
leukosit, juga berat jenis urine. Disamping itu juga terjadi penurunan dari serum
natrium clorida, kalium, bikarbonat. [ CITATION Diy13 \l 1057 ]
c) Leukosit darah, kadar elektrolit, ureum, glukosa darah, amilase.
d) Foto polos abdomen atau foto abdomen dengan menggunakan kontras. Foto polos
abdomen dengan posisi tegak atau lateral dekubitus tampak distensi usu proksimal
dari hambatan dan fenomena anak tangga. Pada volvulus sigmoid tampak sigmoid
yang distensi berbentuk U yang terbalik
[ CITATION Nur16 \l 1057 ]
6. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan Medis
1) Ileus obstruktif
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi yang untuk mencegah porfurasi. Tindakan operasi biasanya selalu
diperlukan, menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Penderita
penyumbatan usus harus dirawat dirumah sakit
 Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi
dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan,
kemudian dilakukan resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan dan
keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai berulang dilakukan
laparatomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen ditangani
dengan pemantauan dan konservatif.[ CITATION Mor11 \l 1057 ]
 Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ vital berfungsi
dengan baik. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan segera
mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila ada strangulasi, obstruksi lengkap

14
hernia inkarserata, tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dengan
pemasangan NGT, infus, oksigen, dan kateter.[ CITATION Mor11 \l 1057 ]
 Pasca bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting dalam cairan dan elektrolit. Kita harus
mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup.
Perlu di ingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik. [
CITATION Nur16 \l 1057 ]
2) Ileus paralitik
Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif. Tindakannya berupa
dekompresi, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengobati causa atau
penyakit primer dan pemberian nutrisi yang adekuat. Beberapa obat-obatan jenis
penyekak simpatik (simpatolitik) atau obat parasimpatomimetik pernah dicoba,
hasilnya tidak konsisten.
Untuk dekompresi dilakukan pemasangan pipa nasogastrik (bila perlu dipasang
juga rectal tube). Pemberian cairan, koreksi gangguan elektrolit dan nutrisi
parenteral hendaknya diberikan sesuai dengan kebutuhan dan prinsip pemberian
parenteral. Beberapa obat yang dapat dicoba dan yaitu metokloranit bermanfaat
untuk gastoparesis,sisaprited bermanfaat untuk iliuspara litik pascha oprasi,dan
klonidin bermanfaat untuk mengatasi iliusparalitik karena obat obatan.neostigmin
sering di berikan pada pasien ilius paralitik pasca oprasi. Bila bising usus mulai di
lakuan test feeding,bila tidak retensi,dapat dimulai dengan diet cair kemudian
disesuaikan sejalan dengan toleransi ususnya. [ CITATION Nur16 \l 1057 ]
Obat- Obatan
 Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob, cefotaxime
 Analgesik apabila nyeri seperti antrain
 Dapat juga diberi obat-obatan untuk stimulasi gerakan usus untuk meredakan
mual dan muntah yang disebabkan migrain, seperti metoclopramide [ CITATION
Nur16 \l 1057 ]
b) Diet
Diet Rendah Serat : Dokter dapat merekomendasikan diet rendah serat pada obstruksi
parsial. Hal ini dapat membantu mengurangi feses yang keras, agar lebih mudah

15
melewati usus. Namun, jika hal ini tidak berhasi, operasi untuk memperbaiki usus
tersebut akan diperlukan. [ CITATION Nur16 \l 1057 ]

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a) Nyeri akut
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
Penyebab :
1) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

Gejala dan tanda mayor

Subjektif

1) Mengeluh nyeri

Objektif

1) Tampak meringis
2) Bersifat protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur

Gejala dan tanda minor

Subjektif

1) (tidak tersedia)

16
Objektif

1) Tekanan darah meningkat


2) Pola napas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berfikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Diaphoresis

Kondisi klinis terkait

1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) Infeksi
4) Sindrom coroner akut
5) Glaucoma

Keterangan

pengkajian nyeri dapat menggunakan instrument skala nyeri, seperti :

- FLACC Behavioral Pain Scale untuk usia kurang dari 3 tahun


- Baker-Wong-FACES scale untuk usia 3-7 tahun
a. Visual analogue scale atau numeric rating scale untuk usia di atas 7 tahun
[CITATION PPN16 \p 172 \l 1033 ]
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolis
Penyebab
1) Ketidak mampuanmenelan makanan
2) Ketidak mampuan mencerna makanan
3) Ketidak mampuan mengabsrobsi nutrient
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Factor ekonomis (mis.finansial tidak mencukupi )

17
6) Factor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)

Gejala dan tanda mayor

a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal)

Gejala dan tanda minor


a) Subjektif
1) Cepat kenyang setelah makan
2) Kram/nyeri abdomen
3) Nafsu makan menurun
b) Objektif
1) Bising usus hipraktif
2) Otot pengunyah lemah
3) Otot menelan lemah
4) Membran mukosa pucat
5) Sariawan
6) Serum albumin turun
7) Rambut rontok berlebihan
8) Diare
Kondidi klinis terkait
a) Stroke
b) Parkinson
c) Mobius syndrome
d) Cerebral palsy
e) Cleft lip
f) Cleft palate
g) Amyotropic lateral sclerosis
h) Kerusakan neuromuscular

18
i) Luka bakar
j) Kanker
k) Infeksi
l) AIDS
m) Penyakit crohn’s [ CITATION PPN16 \l 1057 ]
2. Post Operasi
a) Gangguan Pola Tidur
Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
Penyebab
1) Hambatan lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan,
pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
2) Kurang kontrol tidur
3) Kurang privasi
4) Restraint fisik
5) Ketiadaan teman tidur
6) Tidak familiar dengan peralatan tidur

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif
1) Mengeluh sulit tidur
2) Mengeluh sering terjaga
3) Mengeluh tidak puas tidur
4) Mengeluh pola tidur berubah
5) Mengeluh istirahat tidak cukup

Objektif

(Tidak Tersedia)

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

19
1) Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun

Objektif

(Tidak Tersedia)

Kondisi klinis terkait


1) Nyeri/kolik
2) Hipertiroidisme
3) Kecemasan
4) Penyakit paru obstruktif kronis
5) Kehamilan
6) Periode pasca partum
7) Kondisi pasca operasi [CITATION PPN16 \p 56 \l 1033 ]

C. Intervensi
1. Pre Operasi
a) Nyeri akut
1) Tujuan : memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut (sebutkan 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau
selalu): Mengenali awitan nyeri, menggunakan tindakan pencegahan,m elaporkan
nyeri yang dapat dikendalikan.
2) Kriteria Hasil :
 Mampu mengenali serangan nyeri.
 Mampu mendeskripsikan penyebab nyeri.
 Menggunakan teknik pencegahan nyeri, khususnya teknik non farmakologis.
 Melaporkan perubahan gejala nyeri secara periodic kepada tenaga kesehatan.
 Menunjukkan gejala terhadap nyeri (keluhan, menangis, gerakan
lokalisir,ekspresi wajah, gangguan istirahat tidur, agitasi, iritabilitas
meningkat, diaphoresis, penurunan konsentrasi, kehilangan nafsu makan, dan
nausea).

20
 Tanda-tanda vital dalam rentang normal (respiratory rate, apical heart rate,
radial heart rate, tekanan darah).
 Menunjukkan perubahan dampak dari nyeri (disruptive effects), antara lain
penurunan konsentrasi, penurunan motivasi, gangguan tidur, kerusakan
mobilitas fisik, gangguan pemenuhan ADL, dan kerusakan eliminasi urine
dan alvi.
 Nursing Interventions Classification (NIC) :

Aktifitas Keperawatan

a. Kaji nyeri (lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas,


dan faktor presipitasi dari nyeri).
b. Kaji pengetahuan klien tentang nyeri serta pengalaman sebelumnya.
c. Kaji dampak dari nyeri (gangguan tidur, penurunan nafsu makan, gangguan
aktifitas, penurunan konsentrasi).
d. Beri lingkungan yang nyaman kepada klien.
e. Ajari klien pola manajemen nyeri.
f. Ajari klien penggunaan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri.
g. Lakukan teknik PCA (Patient Controlled Analgesia) sesuai kebutuhan.
h. Anjurkan klien untuk istirahat yang cukup untuk mengurangi intensitas nyeri.
i. Monitoring kepuasan pasien atas pelaksanaan manajemen nyeri.
Penyuluhan pasien/keluarga
a. Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obatt khusus yang harus di
minum, frequensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan
interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengonsumsi obat tersebut
(misalnya pembatasan aktivitas fisik, pembatasan diet) dan nama orang yang
harus dihubungi bila mengalami nyeri membandel.
b. Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan
nyeri tidak dapat dicapai.
c. Informasikan kepada asien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri
dn tawarkan strategi koping yang disarankan.

21
d. Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau opioid (misalnya,
risiko ketergantungan atau overdosis)
e. Managemen Nyeri (NIC) : berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab
nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat
prosedur.
f. Managemen Nyeri (NIC) : ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis
(misalnya, umpan-balik biologis, transcutaneous electrical nerve stimulation
(TENS), hypnosis, relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi musik, distraksi,
terapi bermain, terapi aktivitas, akupresur, kompres hangat atau dingin, dan
masase) sebelum, setelah, dan jika memungkinkan, selama aktivitas yang
menimbulkan nyeri, sebelum nyeri terjadi atau meningkat dan bersama
penggunaan tindakan peredaran nyeri yang lain.

Aktifitas kolaboratif

Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat laporkan
kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan
perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien di masa lalu [CITATION
Wil16 \p 296 \l 1033 ].
b) Ketidakseimbangan Nutrisi
1) Tujuan : memperlihatkan Status Gizi: asupan makanan dan cairan , yang di
buktikan oleh indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5 : tidak adekuat , sedikit
adekuat , cukup adekuat , adekuat , sangat adekuat):
Makanan oral , pemberian makan lewat selang ,atau nutrisi parenteral total
Asupan cairan oral, atau IV .
2) Intervensi ( NIC)
Aktifitas keperawatan
a) Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
b) Pantau nilai laboratorium , khususnya transferin , albumin , dan elektrolit
c) Manajemen nutrisi (NIC)
 Ketahui makanan kesukaan pasien
 Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

22
 Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
 Timbang pasien pada interval yang tepat

Penyuluhan untuk pasien / keluarga

a) Ajarkan metode untuk perencanaan makanan


b) Ajarkan pasien/ keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal
c) Manajemen Nutrisi (NIC):Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan
nutrisi dan bagaimana memenuhinya

Aktifitas kolaboratif

a) Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien


yang mengalami ketidakadekuatan asupan protein atau kehilangan prorein
( misal , pasien anoreksia nervosa atau pasien penyakit glomerular /
dialisisperitoneal )
b) Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan
pelengkap , pemberian makan makanan melalui slang, atau nutrisi parenteral
total agar asupan kalori yang adekuat dapat dipertahankan
c) Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
d) Rujuk ke progam gizi di komunitas yang tepat , jika pasien tidak dapat
membeli atau menyiapkan makan yang adekuat

Manajemen Nutrisi ( NIC ) :


Tentukan ,dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi, jika diperlukan ,
jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi [ khususnya untuk pasien dengan kebutuhan energy tinggi , seperti
pasien pasca bedah dan luka bakar , trauma, demam dan luka ]. [ CITATION
Wil16 \l 1057 ]
2. Post Operasi
a) Gangguan pola tidur

23
Tujuan : menunjukkan tidur yang dibuktikan oleh perasaan segar setelah tidur, pola
tidur dan kualitas tidur, rutinitas tidur, jumlah waktu tidur yang terobservasi, terjaga
pada waktu yang tepat
Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
a. Kaji adanya gejala deprivasi tidur dan insomnia, seperti konfusi akut, agitasi,
ansietas, gangguan perseptual, reaksi lambat dan iritabilitas
b. Identifikasi faktor lingku ngan misalnya bising, cahaya, yang dapat mengganggu
tidur

Aktifitas kolaboratif

a. Diskusikan dengan doktertentang pentingnya merevisi program obat jika obat


tersebut menimbulkan gangguan tidur
b. Diskusikan dengan dokter tentang pengguanaan obat tidur yang tidak menekan
tidur REM
c. Lakukan pertunjukan yang diperlukan untuk penanganan gejaka deprivasi yang
parah

Aktifitas lain

a. Tangani gejala pola tidur, sesuai dengan kebutuhan


b. Atur pasien dirawat sekamar dengan pasien lain yang cocok
c. Bantu pasien mengidentifikasi kemungkinan penyebab yang mendasari kurang
tidur [ CITATION Wil16 \l 1057 ]

24
DAFTAR PUSTAKA

Diyono, & Mulyanti, S. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta: Prenada
Media Group.

Morton, P. G., & Fontaine, D. (2011). Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC.

Muttaqin, A. (2010). Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik. Jakarta: Salemba
Medika.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis . Yogyakarta: Mediaction.

PPNI. (2016). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

25
26
27
28

Anda mungkin juga menyukai