Disusun Oleh :
14.401.18.010
Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ ASUHAN KEPERAWATAN ILEUS” tepat pada waktunya.
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk menjelaskan materi asuhan keperawtan ileus.
Dengan adanya makalah ini di harapkan mahasiswa lain dapat lebih memahami tentang penyakit
ileus. Dalam proses pembuatan makalah ini, banyak pihak yang telah membantu dan mendukung
untuk menyelesaikannya. Untuk itu pada kesempatan ini tidak lupa kami menyampaikan
terimakasih kepada : Haswita, S.Kp., M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II.
Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin, walaupun kami menyadari masih
banyak kekurangan yang harus kami perbaiki. Oleh karena itu kami mengharapkan saran
ataupun kritik yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca maupun kami.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Batasan Masalah............................................................................................................................1
C. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
D. Tujuan............................................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. Definisi Ileus...................................................................................................................................3
B. Etiologi Ileus...................................................................................................................................3
C. Klasifikasi Ileus..............................................................................................................................4
D. Manifestasi Klinis..........................................................................................................................5
E. Patofisiologi....................................................................................................................................5
E. Komplikasi.....................................................................................................................................8
BAB III.......................................................................................................................................................9
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................................9
A. Pengkajian......................................................................................................................................9
B. Diagnosa Keperawatan................................................................................................................15
C. Intervensi......................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obstruksi ileus merupakan kegawatan dalam bedah abdominal yang sering dijumpai.
Sekitar 20 % pasien datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri abdomen karena
obstruksi pada saluran cerna, 80% terjadi pada usus halus. Obstruksi ileus adalah
suatupenyumbatan mekanis pada usus dimana menghambat proses pencernaan secara
normal. [ CITATION Mut101 \l 1057 ]
Penyakit ini sering terjadi pada individu yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi
makanan yang rendah serat, dari kebiasaan tersebut akan muncul permasalahan pad
kurangnya membentuk massa feses yang menyambung pada rangsangan peristaltic usus,
kemudian saat kemampuan peristaltic usus menurun maka akan terjadi konstipasi yang
mengarah pada feses yang mengeras dan mampu menyumbat lumen usus sehingga
menyebabkan terjadinya obstruksi. [ CITATION Mor11 \l 1057 ]
Laparatomi adalah suatu pembedahan yang dilakukan pada bagian abdomen untuk
mengetahui suatu gejala dari penyakit yang diderita oleh pasien. Suatu kondisi yang
memungkinkan untuk dilakukan tindakan laparatomi adalah : kanker organ abdominal,
radang selaput perut, appendisitis, pankreasitis, obstruksi ileus [ CITATION Mut101 \l 1057 ]
B. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam makalah ini dibatasi definisi,etiologi, klasifikasi, manifestasi
klinis, patofisiologi, pathway, komplikasi dan konsep asuhan keperawatan pada pasien
dengan msalah ileus
C. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari ileus?
2. Apa saja etiologi dari ileus?
3. Apa saja klasifikasi dari ileus?
4. Apa manifestasi klinis dari ileus?
5. Bagaimana patofisiologi dan pathway dari ileus?
1
6. Apa saja komplikasi dari ileus?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari ileus?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui secara umum mengenai konsep ileus dan asuhan keperawatan dengan
ileus
2. Tujuan Khusus
1. Memahami definisi dari ileus
2. Memahami etiologi dari ileus
3. Memahami klasifikasi dari ileus
4. Memahami manifestasi klinis dari ileus
5. Memahami patofisioogi dan pathway dari ileus
6. Memahami komplikasi dari ileus
7. Memahami konsep asuhan keperawatan dari ileus
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Ileus
Ileus adalah gangguan penyebab aliran normal isi usus sepanjang aliran usus. Obstruksi
usus dapat akut dan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon
sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru
mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan
diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat. Ada dua tipe obstruksi yaitu:
1. Mekanis ( Ileus obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus
obstrktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang
melingkari. Misalnya intosepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu
empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses.
2. Neurogenik atau fungsional (ileus paralitik)
Keadaan dimana usus tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan
isinya. Ileus paralitik suatu penyakit primer usus melainkan berbagai penyakit primer,
tindakan operasi yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan yang
mempengaruhi kontraksi otot polos usus. Contoh penyakit tersebut, amiloidosis, distropi
otot, gangguan endokrin seperti diabetes melitus, gangguan neurologis seperti penyakit
parkinson. [ CITATION Nur16 \l 1057 ]
Ileus atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi
usus sepanjang aliran usus. Intestinal obstruction terjadi ketika isi usus tidak dapat melewati
saluran gastrointestinal [ CITATION Diy13 \l 1057 ]
B. Etiologi Ileus
Obstruksi usus mekanik dapat dibagi menjadi tiga kategori penyebab yaitu :
1. Lesi ekstrinsik
Yang termasuk kedalam etiologi ini diantaranya perlengketan malrotasi, hernia,
volvunus, puntiran, dan massa ekstra-intensial
3
2. Lesi instrinsik
Lesi instrinsik dalam usus dapat menyebabkan obstruksi mekanik. Disamping itu juga
kelainan kongenital. Yang termasuk dalam penyebab ini antara lain atresia, duplikasi
usus, neoplasma usus, endometriosis, deferticulitis, serta peradangan sekunder terhadap
radiasi.
3. Obstruksi menutup
Pada kategori penyebab ini antara lain intususepsi maupun sumbatan mekonilin yang
banyak tterjadi pada anak atau bayi. Adappun pada orang dewasa, tumor polioid, batu
empedu, feces yang mengeras. [ CITATION Diy13 \l 1057 ]
a. Perlengketan: lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat
atau pada jaringan perut setelah pembedahan abdomen.
b. Intusepsi : Salah satu bagian usus menyusup ke bagian lain akibatnya penyempitan
lumen usus. Segmen usus tertarik kedalam segmen berikutnya oleh gerakan
peristaltik yang memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling sering terjadi pada
anak-anak dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum kedalam dan terpijat
bagian usus tersebut ( ileocaecal) lewat coecum kedalam usus besar ( colon) bahkan
sampai sejauh rectum dan anus.
c. Volvulus : usus besar yang mempunyai mesocolon dengan menimbukan peningkatan
dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi distensi.
d. Hernia : protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding otot abdomen
e. Tumor : tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau lumen diluar
usus menyebabkan tekanan pada dinding usus.
f. Kelainan kongenital [ CITATION Nur16 \l 1057 ]
C. Klasifikasi Ileus
Terdapat 2 jenis obstruksi usus, yaitu :
1. Nonmekanis (ileus paralitik/ileus dinamik)
Peristaltic usus dihambat akibat pengaruh toksin / trauma yang mempengaruhi
pengendalian otonom motilitas usus.
2. Mekanis
4
Terjadi obstruksi kedalam lumen usus atau obstruksi mural yang disebabkan oleh tekanan
ekstrinsik. [ CITATION Mor11 \l 1057 ]
D. Manifestasi Klinis
1. Distensi abdomen
2. Muntah
3. Nyeri konstan distensi
4. Bisisng usus tenang
5. Pemeriksaan laborat seringkali normal
6. Foto polos memperlihatkan loop usus yang dilatasi dengan batas udara cairan.
7. Sulit dibedakan dengan ileus obstruktif tetapi distensi seluruh panjang kolon lebih sering
terjadi pada ileus paralitik.[ CITATION Nur16 \l 1057 ]
Pada obstruksi usus akan mengalami gangguan passage dimana tidak ada lagi flatus dan
defekasi. Usaha untuk melawan obstruksi usus akan meningkatkan peristaltiknya yang
berupa kolic, dan muntah. Kolik ini dipandang sebagai gerak atau kejang usus, sehingga
berupa nyeri berkala, pada saat serangann pasien menggeliat, secara auskultasi didapatkan
peristaltic usus dengan nada tinggi [ CITATION Diy13 \l 1057 ]
Adanya akumulasi cairan dan gas di lumen usus menyebabkan distensi abdomen. Pada
kondisi ini maka akan terjadi hipovolemi, oliguria, dan gangguan olektrlit. [ CITATION Diy13 \l
1057 ]
E. Patofisiologi
Peristiwa patofisiologis yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama tanpa
memandang apakah obstruksi usus tersebut disebabkan oleh penyebab mekanik, ataupun
fungsional. Perbedaannya adalah pada ileus paralitik (fungsional) peristaltic usus dihambat
sejak awal, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltic mula-mula diperkuat, kemudian
intermiten dan akhirnya hilang. [ CITATION Diy13 \l 1057 ]
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan terenggang oleh cairan dan gas (70%
yang ditelan) akibatnya peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air
5
dan natrium dari lumen usus ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan disekresi kedalam
saluran cerna setiap hari, dengan adanya obstruksi dapat mengakibatkan penimbunan
intralumen yang cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan
sumber dari kehilangan utama cairan dan elektolit. Pengaruh atas kehhilangan ini adalah
penyempitan ruang cairan ekstra sel yang megakibatkan hipotensi, syok, penurunan curah
jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolic.[ CITATION Diy13 \l 1057 ]
Peregangan usus yang terus menerus menyebabkan lingkaran setan, penurunan absorpsi
cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek local peregangan usus adalah
ischemia. Akibat distensi dan peningkatan permiabilitas sehingga usus menjadi nekrosis
disertai absorpsi toksin bakteri kedalam rongga peritoneum, dan sirkulasi sistemik. [ CITATION
Diy13 \l 1057 ]
6
Pathway
Resiko syok
(hipovolemik) Kehilangan cairan Asupan nutrisi tidak
dan elektrolit adekuat
8
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Identitas pasien berisi identitas klien,
umur, pekerjaan, dan alamat. Pada remaja lebih berisiko mempunyai penyakit gangguan
salluran pencernaan. Factor yang mendukung terjadinya ileus obstruksi adalah hernia,
tumor, dll [ CITATION Diy13 \l 1057 ]
2. Status Kesehatan Saat Ini
a) Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan ketidaknyamanan abdomen yang menyebar dan distensi
[ CITATION Mor11 \l 1057 ]
b) Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien mengeluhkan ketidaknyamanan abdomen yang menyebar dan distensi. Mual
dan muntah sering terjadi pada pasien ileus pascaoperasi. Jarang terjadi muntah dan
muntahan tersebut biasanya mengandung isi lambung dan empedu muntahan yang
berisi muntahan fekal jarang terjadi. Nyeri yang dirasakan lebih ringan dibanding
obstruksi usus halus atau obstruksi kolon. [ CITATION Mor11 \l 1057 ]
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien penderita ileus mengeluhkan konstipasi dan biasanya tidak menyadari flatus.
Gejala umum yang lain yaitu mual, anoreksia,cegukan, dan kembung. [ CITATION
Mut101 \l 1057 ]
3. Riwayat Kesehatan Terdahulu
a) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Riwayat penyakit tiroid atau paratiroid, pajanan logam berat, diabetes melitus, dan
skleroderma harus didapatkan untuk mengidentifikasi penyebab utama. [ CITATION
Nur16 \l 1057 ]
b) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit pada keluarga yang memicu terajadinya ileus seperti hernia, tumor,
pola diet, hepatitis, dan sebagainya [ CITATION Diy13 \l 1057 ]
9
4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
1) Kesadaran
Pada pasien ileus biasanya kesadaran dalam keadaan baik atau composmentis
[ CITATION Mut101 \l 1057 ]
2) Tanda tanda vital
Pada pasien ileus biasanya tanda-tanda vital dalam batas normal [ CITATION
Nur16 \l 1057 ]
b) Body Sistem
1) Sistem Pernafasan
Sistem pernapasan biasanya tidak didapatkan adanya kelainan, tetapi akan
mengalami perubahan apabila setelah dilakukan tindakan operasi pernapasan
pasien akan meningkat karena nyeri yang dirasakan.
Hidung : bentuk hidung, Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung,
bersih atau tidaknya hidung, adakah pembesaran polip atau tidak.
Dada
Inspeksi : Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada redup atau suara tambahan lainnya.
Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya
seperti stridor dan ronchi [ CITATION Diy13 \l 1057 ]
b) Sistem Kardiovaskuler
Tidak ada gangguan kecuali penyakit penyerta lainnya. Pada klien post op kaji
warna konjungtiva, warna bibir dan distensi/ kolaps vena jugularis. Selain itu,
monitor nadi dan tekanan darah secara periodik untuk memantau hemodinamika
tubuh
10
Inspeksi : ictus cordis tidak nampak
c) Sistem Pencernaan
Pada sistem pencernaan terdapat hipertimpani dan bising usus tinggi. Adanya
akumulasi cairan dan gas dilumen usus yang menyebabkan distensi abdomen.
Pada kondisi ini maka akan terjadi hypovolemi syok, oliguri, dan gangguan
Elektrolit
Inspeksi : simestris atau tidak, bentuk datar atau membusung, tidak ada jejas,
distensi abdomen
Palpasi : nyeri tekan ada , tidak ada pembesaran limfe dan ilen
d) Sistem Perkemihan
Pengkajian fokus pada pola BAK (frekuensi, output, warna urine, gangguan
eliminasi urine).
Inspeksi : tidak adanya pembesaran daerah pinggang atau abdomen bagian atas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa pada ginjal
11
Perkusi : ketok ginjal normal, pasien tidak mengatakan nyeri
Auskultasi : tidak terdengar suara bruit pada ginjal [ CITATION Mut101 \l 1057 ]
e) Sistem Muskuloskeletal
Secara fisiologi tidak ada gangguan, namun intoleransi sering terjadi karena klien
mengalami nyeri.
4444 4444
f) Sistem Integumen
Pada sistem integumen turgor kulit buruk, kering, bersisik, rambut kusam, kuku
tidak berwarna pink, serta suhu badan klien biasanya meningkat secara signifikan
Palpasi : turgor kulit buruk, kuku tidakbewarna pink, suhu tubuh biasanya
g) Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak terdapat luka
gangren.
Leher : vena jagularis tidak tampak , tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
[ CITATION Mut101 \l 1057 ]
12
h) Sistem Reproduksi
Tidakmemiliki riwayat penyakit seksual, dan tidak ada gangguan pada system
Inspeksi : bersih atau tidaknya genetelia wanita atau pria, [ CITATION Diy13 \l
1057 ]
i) Sistem Imunotologi
j) Sistem Penginderaan
Mata : simestris ka/ki, pupil isokor, reflek cahaya +/+, conjungtiva pink,
nyeri tekan ada atau tidak
Hidung : hidung bersih atau tidak , adakah pembesaran polip polip , tidak ada
sekret, ada nyeri tekan atau tidak
Mulut : lidah kotor atau bersih, gigi kotor kuning atau tidak
Telinga : tidak ada serumen , fungsi pendengaran baik, tidak atau ada nyeri
tekan [ CITATION Mut101 \l 1057 ]
k) Sistem Neurosensory
Tidak ada gangguan kecuali ada penyakit penyerta. Jika diusus terjadi
penyumbatan maka sistem syaraf pada usus akan terganggu seperti kolik.
Inspeksi : keadaan umum baik, kesadaran pasien biasanya dengan gcs 4-5-6 atau
sadar penuh (composmentis) [ CITATION Diy13 \l 1057 ]
5. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan radiologi
13
Pemeriksaan rontgen sangat bermanfaat demi mengonfirmasi diagnosis, obbstruksi
usus serta foto abdomen dalam posisi tegak dan berbaring kadang diperlukan denngan
pemeriksaan zat kontras (barium)
b) Pemeriksaan laboratorium
Dalam pemeriksaan laboratorium akan didapat peningkatan dari : BUN, hematocrit,
leukosit, juga berat jenis urine. Disamping itu juga terjadi penurunan dari serum
natrium clorida, kalium, bikarbonat. [ CITATION Diy13 \l 1057 ]
c) Leukosit darah, kadar elektrolit, ureum, glukosa darah, amilase.
d) Foto polos abdomen atau foto abdomen dengan menggunakan kontras. Foto polos
abdomen dengan posisi tegak atau lateral dekubitus tampak distensi usu proksimal
dari hambatan dan fenomena anak tangga. Pada volvulus sigmoid tampak sigmoid
yang distensi berbentuk U yang terbalik
[ CITATION Nur16 \l 1057 ]
6. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan Medis
1) Ileus obstruktif
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi yang untuk mencegah porfurasi. Tindakan operasi biasanya selalu
diperlukan, menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Penderita
penyumbatan usus harus dirawat dirumah sakit
Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi
dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan,
kemudian dilakukan resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan dan
keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai berulang dilakukan
laparatomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen ditangani
dengan pemantauan dan konservatif.[ CITATION Mor11 \l 1057 ]
Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ vital berfungsi
dengan baik. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan segera
mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila ada strangulasi, obstruksi lengkap
14
hernia inkarserata, tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dengan
pemasangan NGT, infus, oksigen, dan kateter.[ CITATION Mor11 \l 1057 ]
Pasca bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting dalam cairan dan elektrolit. Kita harus
mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup.
Perlu di ingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik. [
CITATION Nur16 \l 1057 ]
2) Ileus paralitik
Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif. Tindakannya berupa
dekompresi, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengobati causa atau
penyakit primer dan pemberian nutrisi yang adekuat. Beberapa obat-obatan jenis
penyekak simpatik (simpatolitik) atau obat parasimpatomimetik pernah dicoba,
hasilnya tidak konsisten.
Untuk dekompresi dilakukan pemasangan pipa nasogastrik (bila perlu dipasang
juga rectal tube). Pemberian cairan, koreksi gangguan elektrolit dan nutrisi
parenteral hendaknya diberikan sesuai dengan kebutuhan dan prinsip pemberian
parenteral. Beberapa obat yang dapat dicoba dan yaitu metokloranit bermanfaat
untuk gastoparesis,sisaprited bermanfaat untuk iliuspara litik pascha oprasi,dan
klonidin bermanfaat untuk mengatasi iliusparalitik karena obat obatan.neostigmin
sering di berikan pada pasien ilius paralitik pasca oprasi. Bila bising usus mulai di
lakuan test feeding,bila tidak retensi,dapat dimulai dengan diet cair kemudian
disesuaikan sejalan dengan toleransi ususnya. [ CITATION Nur16 \l 1057 ]
Obat- Obatan
Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob, cefotaxime
Analgesik apabila nyeri seperti antrain
Dapat juga diberi obat-obatan untuk stimulasi gerakan usus untuk meredakan
mual dan muntah yang disebabkan migrain, seperti metoclopramide [ CITATION
Nur16 \l 1057 ]
b) Diet
Diet Rendah Serat : Dokter dapat merekomendasikan diet rendah serat pada obstruksi
parsial. Hal ini dapat membantu mengurangi feses yang keras, agar lebih mudah
15
melewati usus. Namun, jika hal ini tidak berhasi, operasi untuk memperbaiki usus
tersebut akan diperlukan. [ CITATION Nur16 \l 1057 ]
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a) Nyeri akut
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
Penyebab :
1) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Subjektif
1) Mengeluh nyeri
Objektif
1) Tampak meringis
2) Bersifat protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
Subjektif
1) (tidak tersedia)
16
Objektif
1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) Infeksi
4) Sindrom coroner akut
5) Glaucoma
Keterangan
17
6) Factor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal)
18
i) Luka bakar
j) Kanker
k) Infeksi
l) AIDS
m) Penyakit crohn’s [ CITATION PPN16 \l 1057 ]
2. Post Operasi
a) Gangguan Pola Tidur
Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
Penyebab
1) Hambatan lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan,
pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
2) Kurang kontrol tidur
3) Kurang privasi
4) Restraint fisik
5) Ketiadaan teman tidur
6) Tidak familiar dengan peralatan tidur
Subjektif
1) Mengeluh sulit tidur
2) Mengeluh sering terjaga
3) Mengeluh tidak puas tidur
4) Mengeluh pola tidur berubah
5) Mengeluh istirahat tidak cukup
Objektif
(Tidak Tersedia)
Subjektif
19
1) Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
Objektif
(Tidak Tersedia)
C. Intervensi
1. Pre Operasi
a) Nyeri akut
1) Tujuan : memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut (sebutkan 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau
selalu): Mengenali awitan nyeri, menggunakan tindakan pencegahan,m elaporkan
nyeri yang dapat dikendalikan.
2) Kriteria Hasil :
Mampu mengenali serangan nyeri.
Mampu mendeskripsikan penyebab nyeri.
Menggunakan teknik pencegahan nyeri, khususnya teknik non farmakologis.
Melaporkan perubahan gejala nyeri secara periodic kepada tenaga kesehatan.
Menunjukkan gejala terhadap nyeri (keluhan, menangis, gerakan
lokalisir,ekspresi wajah, gangguan istirahat tidur, agitasi, iritabilitas
meningkat, diaphoresis, penurunan konsentrasi, kehilangan nafsu makan, dan
nausea).
20
Tanda-tanda vital dalam rentang normal (respiratory rate, apical heart rate,
radial heart rate, tekanan darah).
Menunjukkan perubahan dampak dari nyeri (disruptive effects), antara lain
penurunan konsentrasi, penurunan motivasi, gangguan tidur, kerusakan
mobilitas fisik, gangguan pemenuhan ADL, dan kerusakan eliminasi urine
dan alvi.
Nursing Interventions Classification (NIC) :
Aktifitas Keperawatan
21
d. Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau opioid (misalnya,
risiko ketergantungan atau overdosis)
e. Managemen Nyeri (NIC) : berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab
nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat
prosedur.
f. Managemen Nyeri (NIC) : ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis
(misalnya, umpan-balik biologis, transcutaneous electrical nerve stimulation
(TENS), hypnosis, relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi musik, distraksi,
terapi bermain, terapi aktivitas, akupresur, kompres hangat atau dingin, dan
masase) sebelum, setelah, dan jika memungkinkan, selama aktivitas yang
menimbulkan nyeri, sebelum nyeri terjadi atau meningkat dan bersama
penggunaan tindakan peredaran nyeri yang lain.
Aktifitas kolaboratif
Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat laporkan
kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan
perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien di masa lalu [CITATION
Wil16 \p 296 \l 1033 ].
b) Ketidakseimbangan Nutrisi
1) Tujuan : memperlihatkan Status Gizi: asupan makanan dan cairan , yang di
buktikan oleh indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5 : tidak adekuat , sedikit
adekuat , cukup adekuat , adekuat , sangat adekuat):
Makanan oral , pemberian makan lewat selang ,atau nutrisi parenteral total
Asupan cairan oral, atau IV .
2) Intervensi ( NIC)
Aktifitas keperawatan
a) Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
b) Pantau nilai laboratorium , khususnya transferin , albumin , dan elektrolit
c) Manajemen nutrisi (NIC)
Ketahui makanan kesukaan pasien
Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
22
Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
Timbang pasien pada interval yang tepat
Aktifitas kolaboratif
23
Tujuan : menunjukkan tidur yang dibuktikan oleh perasaan segar setelah tidur, pola
tidur dan kualitas tidur, rutinitas tidur, jumlah waktu tidur yang terobservasi, terjaga
pada waktu yang tepat
Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
a. Kaji adanya gejala deprivasi tidur dan insomnia, seperti konfusi akut, agitasi,
ansietas, gangguan perseptual, reaksi lambat dan iritabilitas
b. Identifikasi faktor lingku ngan misalnya bising, cahaya, yang dapat mengganggu
tidur
Aktifitas kolaboratif
Aktifitas lain
24
DAFTAR PUSTAKA
Diyono, & Mulyanti, S. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta: Prenada
Media Group.
Muttaqin, A. (2010). Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik. Jakarta: Salemba
Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis . Yogyakarta: Mediaction.
PPNI. (2016). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
25
26
27
28