Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


PENYAKIT JANTUNG KORONER

Oleh:

AYU WULANDARI (14.401.18.008)


MUZEYENATUS SARIROH (14.401.18.035)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
PENYAKIT JANTUNG KORONER

Telah dikoreksi dan disetujui pada tanggal………………..oleh:

Pembimbing

(EKO PRABOWO, S.Kep., Ns, M.Kes)


NIK: 200603.07

Mengetahui,
Kaprodi D III Keperawatan

EKO PRABOWO, S.Kep., Ns, M.Kes


NIK: 200603.07

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah “Laporan Pndahuluan dan Asuhan
Keperawatan Penyakit Jantung Koroner(PJK)” dalam penyusunan makalah ini kami tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Haswita S.Kep.,M.Kes selaku Dikrektur Akademi Kesehatan Rustida Krikilan
2. Bapak Eko Prabowo S,Kep,.Ns.,M,Kes selaku dosen Pembimbing Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I Akademi Kesehatan Rustida Krikilam
3. Bapak Hendrik Probo Sasongko S.Kep,Ns,MM selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I Akademi Kesehatan Rustida Krikilan
4. Kedua orang tua dan keluarga besar yang selalu member doa dan dukungan baik materi
maupun spiritual
5. Teman teman kelas 2A Keperawatan yang selalu memberikan saran dan kritiknya
Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin, walaupun kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam membuat makalah ini. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi perbaikan yang baik
di masa yang akan dating. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi
pembaca umumnya. Terima Kasih

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Batasan Masalah.................................................................................................................1
C. Rumusan Masalah..............................................................................................................1
D. Tujuan..................................................................................................................................1
1.Tujuan umum......................................................................................................................1
2.Tujuan khusus.....................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................3
A. KONSEP PENYAKIT........................................................................................................3
1. DEFINISI.........................................................................................................................3
2. ETIOLOGI......................................................................................................................3
3. Tanda dan gejala.............................................................................................................4
4. Patofisiologi......................................................................................................................4
5. Klasifikasi........................................................................................................................6
6. Komplikasi.......................................................................................................................7
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................7
1. Pengkajian.......................................................................................................................7
2. Doagnosa Keperawatan................................................................................................14
4. Intervensi.......................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................24

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang mengakkibatkan penyempitan atau penyumbatan
pembuluh nadi koroner karena adanya endapan lemak sehingga mengakibatkan penyediaan darah ke
jantung terganggu. Penyempitan tersebut dapat terjadi karena rangsangan tertentu pada pola hidup, pola
makan, dan stress (lapau,2012,hal.245).
Salah satu penyebab penyakit jantung koroner adalah hipertensi, yang di anggap sebagai penyebab
kematian. Komplkikasi hipertensi yang akhirnya menyebabkan kematian adalah karena kegagalan
jantung 45%,infark miokard 35%, kecelakaan serebrovaskular 15%, gagal ginjal 5%. Komplikasi yang
sering terjadi adalah kegagalan ventrikel kiri, angina pictoris dan infark miokard. (lapau,2012,hal,245).
B. Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada klien yang menderita penyakit
jantung koroner.
C. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari penyakit jantung koroner
2. Apa etiologi dari penyakit jantung koroner
3. Apa saja tanda dan gejala penyakit jantung koroner
4. Apa klasifikasi dari penyakit jantung koroner
5. Bagaimana potofisiologinya dari penyakit jantung koroner
6. Bagaimana komplikasi dari penyakit koroner

D. Tujuan
1.Tujuan umum
a. Mahasiswa mampu memahami tentang konsep dasar medis pada penyakit jantung koroner.
b. Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit jantung koroner
2.Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian tentang jantung koroner
b. Dapat menjelaskan tentangetiologi penyakit jantungkoroner
c. Menjelaskan patofisiologi dari penyakit jantung koroner
d. Menjelaskan penatalaksanaan yang akan dilaksanakan pada klien dengan penyakit jantung
koroner

5
6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Penyakit jantung koroner adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling mmematikan.
(Muhammad & oktavianti, 2010, hal. 36)
American heart association (AHA), mendefinisikan penyakit jantung koroner adalah istilah
umum untunk penumpukan plak di arteri jantung yang dapat menyebabkan serangan jantung.
Penumpukan plak pada arteri koroner ini disebut dengan ateroskl erosisi. Penyakit jantung koroner(pjk)
merupakan keadaan dimana terjadi penimbunan olak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan ateri
koroner merupakan ateri yangmenyuplai darah otot jantung dengan membawa oksigen yang banyak.
(prabowo & pranata,2017,hal.188)
Penyakit jantung koroner merupakan penyakit dimana adanya penumpukan plak dan penyenpitan
di arteri jantung yang menyebabkan seorang mengalami serangan jantung.
2. ETIOLOGI
Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan
pembuluh ateri koroner. Penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan
aliran darah tersebut dapat menghentikan alirandarah ke otot jantung yang sering ditandai dengan nyeri.
Dalanm kondisi yang parah, kemampuan jantung memompa darah dapathilang. Hal ini dapat merusak
system mengontrol irama jantung dan berakhir dan berakhir dengan kematian.
Penyempitan dan penyumbatan ateri koroner disebabkan zat lemak kolesterol dan trigliserida
yang semakin lama semakin banyak dan menumpik di bawah lapisan terdalam endothelium dari dinding
pembuluh arteri. Hal ini dapat menyebabkan aliran darah ke otot jantung menjadi berkurang ataupun
berhenti, sehingga menggangu kerja jantung sebagai pemompa darah. Efek dominan dari jantung koroner
adalah kehilangan oksigen da nutrisi ke jantung karena aliran darah ke jantung berkurang. Pembentukan
plak lemak dalanm arteri mempengaruhi pembentukan bekuan aliran darah yang akan mendorong
terjadinya serangan jantung. proses pembentukan plak yang menyebabkan pergeseran arteri tersebut
dinamakan arteriosklerosis Awalnya penyakit jantung di monopoli orang tua. Namun, saat ini ada
kecenderungan penyakit ini juga diderita oleh pasien dibawah usia 40 tahun. Hal ini biasa terjadi karena
adanya pergeseran gaya hidup, kondisi lingkungan dan profesi masyarakat yang memunculkan “ tren
penyakit” baru yang bersifat degenaratif. Sejumlah perilaku dan gaya hidup yang ditemui di masyarakat
perkotaan antara lain mengonsusmsi makanan cepat saji yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi,
kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga, dan stress. (Prabowo &
Pranata, 2017,p.190).
3. Tanda dan gejala
1. Sakit dada (angina) karena aliran darah berkurang ke otot jantung atau meningkatnya permintaan
oksigen karena stress.
2. Rasa sakit bisa menyebar kelengan, punggung, dan rahang.
7
3. Sakit dada muncul setelah tenaga terkuras, senang berlebihan, atau ketika pasien terpapar hawa dingin
karena ada peningkatan dalam aliran darah ke seluruh tubuh, meningkatkan kecepatanya.
4. Sakit dada berakhir antara 3 sampai 5 menit.
5. Sakit dada dapat terjadi ketika pasien sedang istirahat (DiGiulio dkk, 2014, hal.5)
4. Patofisiologi
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kodisi pada arteri besar dan kecil yang ditandai
penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan makrofag di seluruh kedalaman tunika
intima (lapisan sel endote), dan akhirnya ketunika media (lapisan otot polos). Arteri yang palingsering
terkena adalahg arterei koroner, aorta dan arteri koroner, aorta dan arteri serebral.
Langkah pertama dalam pembentukan ateroklerosis dimulai dengan disfungsi lapisan endotel lumen
arteri, kondisi ini dapatterjadi setelah cedera pada sel endotel atau daristimulus lain, cedera padasel
endotel meningkatkan permeabelitas terhadap berbagai komponen plasma, termasuk asam lemak dan
triglesirida, sehingga zat ini dapat masuk kedalam ateri, oksidasiasam lemak menghasilkan oksigen rdikal
bebas yang selanjutnya dapatmerusakpembuluh darah.
Cedera sel endotel menyebabkan reaksi inflamasi dan imun, termasuk sel darah putih, terutama
neutrofil dan monosit, trombosit kearea cedera, sel darah putih melepaskan sitokin proinflamatori poten
kemudian, memperburuk situasi, menarik lebih banyak sel darah putih dan trombosit kearea lesi,
menstimulasi proses pembekuan, mengaktifitas sel T dan B, dan melepaskan senyawa kimia yang
berperan sebagai chemoattractant mengaktifkan siklus inflamasi, pembekuan dan fibrosis. saat di tarik
kearea cedera, sel darah putih akan menempel disana oleh aktifitas factor adesif endothelial yangberkerja
seperti felcro sehingnga endotel lengket terutara terhadap sel darah putih, pada saat menempel di lapisan
endothelial,monosit dan neotrofil mulai berimigrasi di antara sel sel endotel keruang interstisial. Di ruang
interstisial, monosit yang matang menjadi makrofag dan bersama neutrofil tetap melepaskan sitokin, yang
mengharuskan siklus inflamasi.sitoqin proinflamatori juga merangsang ploriferasi sel otot polos yang
mengakibatkan sel otot polos tumbuh di tunika intimia.
Selain itu kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunuika intima karena permeabilitas
lapisan endotel meningkat, pada tahap indikasi dini kerusakan terdapat lpisan lemak di arteri. Apabila di
cidera dan inflamasi terus berlanju, agregrasi trombosit meningkat dan memulai terbentuk bekuan darah
(tombus), sebagian dinding pembuluh diganti denganm jaringan perut sehingga mengubah struktur
dinding pembuluh darah, hasil akhir adalah penimbunan kolesterol dan lemak, pembentukan deposit
jaringan perut, pembentukan pembekuan yang berasal dari trombosit dan prolifersi sel otot polos
sehingga pembuluh mengalami kekakuan dan menyempit. Apabila kekakuan ini dialami oleh arteri-arteri
koroner akibat ateros klerosis dan tidak dapaat berdilatrasi sebagai respon terhadap peningkataan
kebutuhan oksigen, dan kemudian menjadi iskemia (kekurangan suplai darah) miokardium dan sel-sel
miokardium sehingga menggunakan glikosis anerob untuk memenhi kebutuhan energinya. Proses
pembentukan energio ini sangat tidat efesien dan menyebabakan terbentuknya asm lactate sehingga
menurunkan pH miokardium dan menyebabakan nyeri yang berkaitan dengan angina fektoris. Ketika
kekurangan oksigen pada jantung dan sel-sel otot jantung berkepanjangan dan iskemia miocard yang
tidak teratasi maka terjadilah kematian otot jantung yangdi kenal sebagai miocard infark. Patofisiologi
penyakitjantung koroner zat masuk arteri proinflamatori permeabilitas reaksi inflamasi cedera sel endoten
8
sel darah putih menempel di arteri imigrasi ke ruanginterstisial pembuluh kakau dan sempitaliran darah
pembentukan thrombus monosut magrofac lapisan lemak sel otot polos tumbuh asam lactate terbentuk
MCI kematian. (prabowo & pranata,2017,hal.192-193).
Patway

Makan-
Perjalanan stress Makanan
Ateroskelerosi Terhadap dingin Latihan fisik berat
Spasme-
Pembuluh
vasokontriksi Keb.O2 Aliran O2
darah Adrenalin
Jantung Meningka
meningkat
meningk t ke
at mesentrik
Aliran O2 koronia us
menurun

Aliran O2
jantung
menurun
Jantung
Kekurangan O2

Iskemia otot jantung

Kontraksi jantung
menurun Nyeri akut Perlu menghindari
komplikasi

Curah jantung Nyeri b/d Takut mati


menurun iskhemia
Diperlukan
Pengetahuan tinggi
cemas

Kurang
Cemas b/d pengetahuanb/d
Kematian devicit konowledge

5. Klasifikasi
Menurut, Putra S, dkk, (2013) klasifikasi dari penyakit jantung coroner adalah sebagai berikut:
a) Angina pectoris stabil/stable angina pectoris
Penyakit iskemik disebabkan oleh plak yang sebagian besar mengandung lemak dan
menghambat aliran darah. Di tandai oleh rasa nyeri yang terjadi jika kebutuhan oksigen
miokardium melebihi suplainya. Iskemia miokard dapat bersifat asimtomasis (iskemia sunyi/slient
ischemia), terutama pada pasien diabetes. Penyakit ini sindrom klinis episodic karena iskemia
miokard transien. Laki-laki merupakan 70% dari pasien dengan angina pectoris dan bahkan
sebagian besar menyerang pada laki-laki kurang lebih 50 tahun dan wanita 60 tahun.
9
b) Angina Pektoris tidak stabil/unstable angina pectoris
Sindrom klinis nyeri dada yang sebagian besar disebabkan oleh disrupsi plak ateroskelrotik
dan diikuti kaskade proses patologis yang menurunkan aliran darah koroner, ditandai dengan
peningkatan frekuensi, intensitas atau lama nyeri,angina timbul pada saat melakukan aktifitas
ringan dan berat. Terjadi saat istirahat (dengan tenaga minimal) biasanya langsung >10 menit.
1. Sudah parah dan onset baru ( dalam 4-6 minggu sebelumnya)
2. Terjadi dengan pola crescendo (jelas lebih berat, berkepanjangan, atau sering dari
sebelumnya)
c) Angina Varian Prinzmetal
Arteri koroner bisa terjadi kejang, yang menggangu aliran darah ke otot jantung (iskemia).
pada orang yang mempunyai penyakit arteri koroner , namun dua orang dengan Angina varian
mempunyai penyakit parah dalam paling sedikit satu pembuluh, dan kekejangan terjadi di tempat
penyumbatan. Tipe Angina ini tidak umum dan hampir selalu terjadi bila seseorang istirahat
sewaktu tidur. Anda mempunyai resiko meningkat penyebabnya yaitu merokok dan penggunaan
obat- obat terlarang. Jika kejang arteri menjadi parah dan terjadi untuk jangka waktu panjang,
serangan jantung bisa terjadi.
d) Infark Miokard/ Myocardial infarction
Nekrosis Miokard akibat gangguan aliran darah arteri koronaria yang bermakna, sebagai
akibat oklusi arteri koronaria karena thrombus atau spasme hebat yang berlangsung lama. Infark
miokart terbagi dua:
1) Non ST Elevasi Miokardial infark (NSTEMI)
2) ST Elevasi Miokardial infark (STEMI). (Prabowo & Pranata, 2017, hal. 188-189)
6. Komplikasi
Menurut , (Wijaya & Putri, 2013, hal.14) komplikasi PJK.
Adapun Komplikasi PJK adalah :
a. Gagal jantung kongestif
b. Syok kardigenik
c. Disfungsi otot papilaris
d. Defek septum ventrikel
e. Rupture jantung
f. Aneurisme ventrikel
g. Tromboembolisme
h. Perikarditik
i. Sindrom dressler
j. Aritma (Wijaya & Putri, 2013, hal. 14).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas

10
Laki-laki merupakan 70% dari pasien dengan Angina pectoris dan bahkan sebagian besar menyerang
pada laki-laki kurang lebihnya 50 tahun dan wanita 60 tahun. Namun, saat ini ada kecenderungan
penyakit ini juga diderita oleh pasien di bawah usia 40 tahun. (Prabowo & Pranata, 2017, hal. 194)

b. Status kesehatan saat ini


1) Keluhan Utama
Ditandai rasa nyeri yang terjadi jika kebutuhan oksigen miokardium melebihi suplainya. Iskemia
miokard dapat bersifat asimtomasis (iskemia sunyi/silent ischemia), terutama pada pasien
diabetes. (Prabowo & Pranata, 2017)
2) Alasan Masuk Rumah Sakit
Ditandai oleh rasa nyeri dada selama 3-5 hari berturut-turut sehingga dia memeriksakan dirinya di
rumah sakit untuk mengetahui penyakitnya, ternyata dia difonis menderita penyakit jantung
koroner (PJK). (Manurung, 2016, hal. 22)
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Dalam mengkaji hal ini menggunakan analisa Systom PQRST. Untuk membantu klien dalam
mengutamakan masalah keluhannya secara lengkap. Pada klien PJK merasakan nyeri dada.
(Wantiyah, 2010, hal : 18)
c. Riwayat kesehatan terdahulu
1) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Riwayat penyakit yang mendahului terjadi penyakit jantung koroner adalah hipertensi, merokok,
pengguna alcohol, diabetes militus, kolesterol, pola hidup yang tidak sehat. (Prabowo & Pranata,
2017, hal. 195)
2) Riwayat Pnyakit Keluarga
Riwayat dalam keluarga biasanya pada laki-laki keturunan keluarga pertama yang berusia < 55
tahun, pada perempuan keturunan keluarga pertama berusia < 65 tahun. (Setiati,2014, hal.142)
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
a) Kesadaran
Pasien penyakit jantung koroner dalam kondisi yang parah karena adanya penyempitan dan
penyumbatan sehingga jantung tidak dapat memompa darah secara optimal. (Prabowo &
Pranata,2017, hal.190)
b) Tanda-Tanda Vital
TD: dapat meningkat sekunder akibat nyeri atau menurun sekunder akibat gangguan
hemodinamik dan terapi farmakologi.
Fj: dapat meningkat sekunder akibat nyeri
Kardiovaskular: S4 mungkin ada
Pulmoner: dispnea dan takipnea mungkin ada
(Stillwell, 2011, hal.145).
2) Body System
a) System pernafasan
11
Pada pemeriksaan mungkin didapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas
crackles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda / pink tinged.
(Prabowo & Pranata,2017, hal.195)
b) System kardiovaskular
Hipotensi postural, frekuensi jantung meningkat, takipnea. Tekanan darah mungkin normal
atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambat nyacapilary refill time,disritmia. Suara
jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan
jantung/ ventikel kehilangan kontraktilitasnya. Murmur jika ada merupakan akibat dari
insuflesi katub atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi. Heart rate mungkin meningkat
atau mengalami penurunan (tachy atau bradi cardia). Irama jantung mungkin ireguler atau
juga normal. Odema anasarka, crackles bisa timbul dengan gagal jantung. (Prabowo &
pranata,2017, hal.195)
c) System persyarafan
Meliputi kesadaran, ukuran pupil, pergerakan seluruh ekstremitas dan kemampuan
menanggapi respon verbal maupun non verbal. (Aziza, 2010: hal 13)
d) System perkemihan
Gangguan ginjal saat ini atau sebelumnya, disuria, oliguria, anuria, poliuria sampai hematuria.
(Prabowo & Pranata, 2017, hal. 195)
e) System pencernaan
Mual, kehilangan nafsu makan, muntah, perubahan berat badan.
f) System integument
Warna kulit mungkin pucat baik bibir dan di kuku, penurunan turgor kulit. (Prabowo &
Pranata,2017, hal.195)
g) System musculoskeletal
Pada klien PJK adanya kelemahan otot sehingga timbul ketidakmampuan melakukan aktifitas
yang diharapkan atau aktivitas yang biasanya dilakukan. (Dewi,2014, hal.20)
h) System endokrin
Pada pasien PJK biasanya terdapat peningkatan kadar gula darah . (Dewi,2014, hal.20)
i) System reproduksi
Pada pasien PJK akan mengalami penurunan jumlah produksi urine dan frekuensi urine. .
(Dewi,2014, hal.20)
j) System pengindraan
a) Mata, pada pasien PJK mata mengalami pandangan kabur
b) Telinga,hidung,dan tenggorokan pada pasien PJK tidak mengalami gangguan
c) Mulut,, pada pasien PJK ditemukan adanya mukosa pada mulut dan bibir. (Dewi,2014, hal.
20)
k) System imun
Pada pasien PJK akan mengalami penurunan, karena disebabkan sering merokok, kurangnya
berolahraga, dan kurangnya menjaga kesehatan tubuh sehingga pada pasien PJK system
imunnya sangat terganggu. ( Dewi,2014, hal.20).
12
e. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendiagnosa PJK secara lebih tepat maka dilakukan pemeriksaan penunjang diantaranya :
 EKG member bantuan untuk mendiagnosis dan prognosis, rekaman yang dilakukan pada saat
sedang nyeri dada sangat bermanfaat. Gambaran diagnosis dari EKG adalah :
 Depresi segmen ST > 0,05 mV
 Inversi gelombang T, ditandai dengan > 0,2 mV inversi gelombang T yang simetris di sandapan
prekordial.
 Perubahan EKG lainnya termasuk bundle branch block (BBB), dan aritma jantung, terutama
Sustained VT. Serial EKG harus dibuat jika ditentukan adanya perubahan segmen ST, namun EKG
yang normal pun tidak menyingkirkan diagnosis APTS/NSTEMI. Pemeriksaan EKG 12 sadapan
pada pasien SKA dapat menggambarkan kelainan .untuk evaluasi lebih lanjut dengan berbagai cirri
dan kategori :
1. Angina pectoris tidak stabil, depresi segmen ST atau tanpa inversi gelombang T, kadang-
kadang elevasi segmen ST sewaktu nyeri, tidak dijumpai gelombang Q.
1. Infark miokard non-Q: depresi segmen ST, inversi gelombang T dalam (Kulick,2014:
hal.42)
2. Chest X-Ray ( foto dada) Thorax foto mungkin normal adanya kardiomegali, CHF ( gagal
jantung kongesif) atau aneurisma ventrikiler (Kulick, 2014: hal 42)
3. Latihan tes stress jantung (treadmill)
Treadmill merupakan pemeriksaan penunjang yang standart dan banyak digunakan untuk
mendiagnosa PJK, ketika melakukan treadmill detak jantung,irama jantung, dan tekanan
darah terus-menerus dipantau, jika arteri koroner mengalami penyumbatan pada saat
melakukan latihan maka ditemukan segmen depresi ST pada hasil rekaman. (Kulick, 2014:
hal 42)
4. Ekokardiogram
Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar jantung,
selama ekokardiogram dapat di tentukan apakah semua bagian dari dinding jantung
berkontribusi normal dalam aktifitas memompa. Bagian yang bergerak lemah akan
menerima terlalu sedikit oksigen, ini mungkin menunjukkan penyakit arteri koroner.
(Mayo Clinik, 2012 hal 43)
5. Kateterisasi jantung atau angiografi
Adalah salah satu tindakan invasive minimal dengan memasukkan kateter ( selang/ pipa
plastik) melalui pembuluh darah koroner yang memperdarahi jantung, prosedur ini di sebut
kateterisasi jantung. penyuntikkan cairan khusus kedalam arteri atau intravena ini dikenal
sebagai angiogram, tujuan dari tindakan kateterisasi ini adalah untuk mendiagnosa dan
sekaligus sebagai tindakan terapi bila ditemukan adanya suatu kelainan. (Mayo Clinik,
2012 hal 43)
6. CT scan (Computerized Tomography Coronary Angiogram)

13
Computerized Tomography Coronary Angiogram/CT Angiografi koroner adalah
pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu memvisualisasikan arteri koroner
dan suatu zat pewarna kontras disuntikan melalui intravena selama CT scan, sehingga
dapat menghasilkan gambar arteri jantung, ini juga disebut sebagai ultrafast CT scan yang
berguna untuk mendeteksi kalsium dalam deposito lemak yang mempersempit arteri
koroner, Jika sejumlah besar kalsium ditemukan ,maka memungkinkan terjadinya PJK.
(Mayo Clinik, 2012, hal 43)
7. Magnetic Resonance Aangiography
Prosedur ini, sering dikombinasikan dengan penyuntikan zat pewarna kontras, yang
berguna untuk mendiagnosa adanya penyempitan atau penyumbatan, meskipun
pemerikasaan ini tidak sejelas pemeriksaan kateterisasi jantung.
(Prabowo & Pranata,2017, p.200)
f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut (Hermawati & Candra,2014) adalah :
1. Hindari makanan kandungan kolesterol tinggi
Kolesterol jahat LDL dikenal sebagai penyebab utama terjadinya proses aterosklerosis, yaitu
proses pengerasan dinding pembuluh darah, terutama di jantung, otak, ginjal, dan mata.
2. Konsumsi makanan yang berserat tinggi
3. Menghindari mengonsumsi alcohol
4. Mengubah gaya hidup, memberhentikan kebiasaan merokok
5. Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki kolateral koroner sehingga
PJK dapat dikurangi, olahraga bermanfaat karena memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke
miokard
6. Menurunkan berat badan sehingga lemak-lemak tubuh yang berlebih berkurang bersama-sama
dengan menurunya LDL kolesterol
7. Menurunkan tekanan darah
8. Meningkatkan kesegaran jasmani
2. Doagnosa Keperawatan
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) diagnose keperawatan Penyakit jantung koroner yang
muncul adalah :
1. Nyeri akut
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berinteritas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan
Penyebab:
1) Agen pancedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pancedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pancedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, produser
operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
4) Gejala tanda mayor
14
5) Subjektif: mengeluh nyeri
6) Objektif
7) Tampak meringis
8) Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghingdari nyeri)
9) Gelisah
10) Frekuensi nadi meningkat
11) Sulit tidur
12) Gejala dan tanda minor
13) Subjektif
14) objektif
15) Pola nafas berubah
16) Nafsu makan berubah
17) Proses berpikir terganggu
18) Menarik diri
19) Berfokus pada diri sendiri
20) Diaphoresis
21) Kondisi klinis terkait
22) Kondisi pembedahan
23) Cedera traumatis
24) Infeksi
25) Sindrom koroner akut
26) Glaucoma
2. Gangguan pola tidur
1) Definisi: gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat factor eksternal
2) Penyebab
3) Hambatan lingkungan (mis.kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan,
pencahanyaan,kebisingan,bautidaksedap,jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
4) Kurang control tidur
5) Kurang privasi
6) Restraint fisik
7) Ketiadaan teman tidur
8) Tidak familiar dengan peralatan tidur
9) Gejala dan tanda mayor
10) Subjektif
11) Mengeluh sulit tidur
12) Mengeluh sering terjaga
13) Mengeluh tidak ouas tidur
14) Mengeluh pola tidur berubah
15) Mengeluh istirahat tidak cukup
16) Objektif
15
17) Gejala dan tanda minor
18) Subjektif: mengeluh kemampuan beraktifitas menurun
19) Objektif
20) Kondisis klinis terkait
21) Nyeri/kolik
22) Hipertiroidisme
23) Kecemasan
24) Penyakit paru obstruksi kronis
25) Kehamilan
26) Periode pasca partum
27) Kondisi pasca operasi
3. Penurunan Curah Jantung
Definisi : ketidakadekuatan pompa darah oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolism
tubuh.
Batasan karakteristik :
a. Gangguan frekuensi dan irama jantung
b. Gangguan Preload
c. Gangguan Afterload
d. Gangguan Kontraktilitas
e. Perilaku / emosi
Faktor yang berhubungan :
a. Gangguan frekuensi atau irama jantung
b. Gangguan volume sekucup
c. Gangguan Preload
d. Gangguan Afterload
e. Gangguan Kontraktifitas
4. Intoleran aktivitas
1) Definisi: ketidak cukupan energi untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
2) Penyebab
3) Ketidak semimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
4) Tirah baring
5) Kelemahan
6) Imobilitas
7) Gaya hidup monoton
8) Gejala dan tanda mayor
9) Subjekti : mengeluh lelah
10) Objektif : frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
11) Gejala dan tanda minor
12) Subjektif
13) Dispnea saat/setelah
16
14) Aktivitas
15) Gambaran EKG menunjukan iskemia
16) Sianosis
17) Kondisi klonis terkait
18) Anemia
19) Gagal jantung kongesif
20) Penyakit jantung koroner
21) Penyakit katup jantung
22) Aritmia
23) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
24) Gangguan metabolic
25) Gangguan muskulokeletal
5. Intervensi
1. nyeri akut
tujuan/criteria evaluasi
a) memperlihatkan pengendalian nyeri, yang di buktikan oleh indicator sebagai berikut (tidak
pernah,jarang,kadang-kadang,sering,atau selalu)
b) mengawali awitan nyeri
c) mengunakan tindakan pencegahan
d) melaporkan nyeri dapat di laporkan.
menunjukkan tingkat nyeri, yang di buktikan oleh indikatator sebagai berikut (sangat
berat,sedang,ringan atau tidak ada):
a) ekspresi nyeri padawajah
b) gelisah atau tegangan otot
c) durasi episode nyeri
d) merintih dan menangis, gelisah
contoh lain:
pasien akan:
a) memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yangefektif untuk mencapai kenyamanan.
b) Mempertahankan tingkat nyeri pada atau (dengan skala 0-10)
c) Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
d) Mengenali faktorpenyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi factor tersebut
e) Melaporkan nyeri kepada penyediapelanyanan kesehatan
f) Menggunakan tindakan nyeri dengan analgesic dan non analgesic secara cepat
g) Tidak mengalami gangguan dalam frekuensi pernafasan, denyut jantung,atau tekanan darah
h) Mempertahankan selera makan yang baik
i) Melaporkan pola tidur yang baik
Melaporkan untuk mempertahankan performa peran dan hubungan interpersonal. (wikinson &
ahern, 2016, ha.297)
Aktivitas keperawatan
17
a) Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan informasi
pengkajian
b) Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidak nyamanan pada skala 0 sampai 10 (0=tidak ada
nyeri atau ketidak nyamanan, 10= nyeri hebat)
c) Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaran nyeri oleh analgesic dan kemungkinan efek
sampingnya
d) Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan respon pasien
e) Manajemen nyeri (NIC
Kaji nyeri meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas,intensitas atau
keparahan nyeri dan factor presipetasinya. Observasi isyarat non verbal , khususnya mereka
yang tidak mampu berkomunikasi efektif.
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1. Serta dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harum diminum, frekuensi
pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat
mengonsumsi obat tersebut ( missal pembatasan aktifitas fisik, pembatasan diet) dan nama
orang yang harus di hubungi bila mengalami nyeri membandel.
2. Intruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika perbedaan nyeri tidak dapat di
capai.
3. Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan
setrategi koping yang di sarankan.
4. Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau apioid (missal, resiko
ketergantungan atau overdosis)
5. Aktivitas kobaloratif
6. Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian obat yang terjadwal ( misal,setiap 4jam selama
36 jam) atau PCA
7. Manajemen nyeri (NIC)
1. Aktivitas lain
a. Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi melalui pengkajian nyeri dan efek samping
b. Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif di masa lalu, seperti, distraksi,
relaksasi, atau kompres hangat/dingin
c. Hadir di dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman dan aktifitas lain untuk
membantu relaksasi
d. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktifitas, bukan pada nyeri dan rasa tidak nyaman
dengan melakukan pengalihan melalui televise,radio,tape,dan interaksi dengan pengunjung
e. Gunakan pendekatan yang positif untuk mengoptimalkan respon pasien terhadap analgesic
( misal, obat ini akan mengurangi nyeri anda). (Wilkinson & Ahern,2016,hal.298)
2. Gangguan pola tidur
Tujuan : contoh menggunakan bahasa NOC,
a. Menunjukkan tidur, yang dibuktikan oleh indicator berikut seperti gangguan
ekstrem,berat,sedang,ringan, atau tidak mengalami gangguan.
18
b. Perasaan segar setelah tidur
c. Pola dan kualitas tidur
d. Rutinitas tidur
e. Jumlah waktu tidur yang terobservasi
f. Terjaga pada waktu yang tepat
Contoh lain :
a. Mengidentifikasi tindakan yang akan meningkat istirahat tidur
b. Menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologis
c. Melaporkan tidur yang cukup di malam hari. (Wilkinson & Ahern,2016, hal.404)
Aktifitas keperawatan
a. Kaji adanya gejala deprivasi tidur dan insomnia seperti konfusi akut, agitasi, ansietas, gangguan
perceptual,reaksi lambat dan iritabilitas
b. Identifikasi factor lingkungan (misal : bising,cahaya yang dapat mengganggu tidur)
c. Peningkatan tidur (NIC)
d. Tentukan efek medikasi pasien pada pola tidur
e. Tentukan pola tidur/ aktifitas pasien
f. Pantau/ catat pola tidur pasien dan jumlah waktu tidur.
Penyuluhan untuk pasien
1. Peningkatan tidur (NIC)
a. Intruksikan pasien dan orang terdekat lain tentang factor ( misal : factor psikologis, fisiologis,
gaya hidup, perubahan sift kerja yang sering, perubahan zona waktu yang cepat, jam kerja extra
panjang, dan factor lingkungan lainnya) yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur
b. Intruksikan pasien cara melakukan relaksasi otot autogenic atau bentuk non farmakologis
lainnya agar merangsang tidur
c. Jelaskan pentingnya tidur yang cukup selama kehamilan, sakit,stress, psikososial dan sebagainya
d. Intruksikan pasien untuk menghindari mengonsumsi makanan dan minuman ketika mendekati
waktu tidur yang menggangu tidur
(misal,kafein)
Aktifitas kolaboratif
a. Diskusikan dengan dokter tentang pentingnya merevisi progam obat jika obat tersebut
menimbulkan gangguan tidur
b. Diskusikan dengan dokter tentang penggunaan obat tidur yang tidak menekan tidur REM (rapid
eye movement)
c. Lakukan perujukan yang di perlukan untuk penanganan gejala deprivasi tidur yang parah
(isal,konfusi akut, agietasi atau ansietas)
Aktivitas lain.
a. Tanganin gejala gangguan pola tidur, sesuai dengan kebutuhan (misal, mengantuk, gelisah,
ketidak maampuan untuk konsentrasi) hal ini akan berbeda setiap pasien.
b. Hindari kebiasaan dan penggunaan lampu ruangan pada waktu tidur, ciptakan lingkungan yang
tenang dan damai serta minimalkan gangguan.
19
c. Atur pasien dirawat sekamar dengan pasien lain yang cocok, jika mungkin.
d. Bantu pasien mengidentifikasi kemungkinanan penyebab yang mendasari kurang tidur, seperti
takut, masalah yang tidak selesai dan konflik.
e. Yakinkan pasien bahwa iritabilitas dan perubahan alam perasaan merupakam dampak yang
umun pada gangguan tidur.
f. Peningkatan tidur (NIC)
Fasilitas memelihara rutinitas umum biasa dilakukan menjelang tidur, tanda/barang barang
sebelum tidur dan benda yang familiar (misal,untuk anak, selimut/mainan kesukaan, mengayun
ayun, dot atau cerita, : untuk orang dewasa , buku untuk dibaca) jika perlu bantu untuk
menghilangkan situasi yang menimbulkan stress sebelum tidur.
Mulai/lakukan tindakan yang menimbulkan kenyamanan, seperti masase, pemberian posisi, dan
sentuhan afeksi, bolehkah tidursiang, jika diindaskan untuk memenuhi kebutuhan tidur. Atur
stimulus lingkungan untuk mempertahankan siklus siang malam normal. (wilkinson & ahem,
2016, hal. 405)
3. Penurunan Curah Jantung
Tujuan : penurunan curah jantung tidak sensitive terhadap isu keperawatan. Oleh sebab itu,
perawat sebaiknya tidak bertindak secara mandiri untuk melakukannya, upaya kolaboratif perlu
dan penting dilakukan.
Kriteria Hasil NOC :
a. Tingkat keparahan kahilangan darah : tingkat keparahan kehilangan pendarahan/hemorogi
internal atau eksternal
b. Efektifitas pompa jantung : keadekuatan, volume darah yang diejeksikan dari vertikel kiri untuk
mendukung tekanan perfusi sistemik.
c. Status sikulasi : tingkat pengaliran darah yang tidak terhambat, satu arah, dan pada tekanan yang
sesuai melalui pembuluh darah besar aliran sitemik dan pulmonal.
d. Perfusi jaringan : organ abdomen : keadekuatan aliran darah melewati pembuluh darah kecil
visera abdomen untuk mempertahankan fungsi organ.
e. Perfusi jaringan : jantung : keadekuatan aliran darah yang melewati vaskulatar koroner untuk
mempertahankan fungsi organ jantung.
f. Perfusi jaringan : serebral : keadekuatan aliran darah yang melewati vaskular serebral untuk
mempertahankan fungsi otak.
g. Perfusi jaringan : perifer : keadekuatan aliran darah yang melalui pembuluh darah kecil
ekstremitas untuk mempertahankan fungsi jaringan.
h. Perfusi jaringan : pulmonal : keadekuatan aliran darah yang melewati vaskulatar pulmonal untuk
memerfusi unti alveoli/kapiler.
i. Status tanda vital : tingkat suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah dalam rentang normal.
Intervensi NIC :
a. Reduksi pendarahan
b. Perawatan jantung
c. Perawatan jantung, akut
20
d. Promosi perfusi serebral
e. Perawatan sirkulasi : insufisiensi arteri
f. Perawatan sirkulasi : alat bantu mekanis
g. Perawatan sirkulasi : insufisiensi vena
h. Perawatan embolus : perifer
i. Perawatan embolus : paru
j. Regulasi hemodinamik
k. Pengendalian hemorogi
l. Terapi intravena (IV)
m. Pemantauan neurologis
n. Manajemen syok : jantung
o. Manajemen syok : volume
p. Pemantauan tanda vital
Aktivitas keperawatan:
Pada umumnya, tindakan keperawatan untuk diagnosis ini berfokus pada pemantauan tanda-
tanda vital dan gejala penurunan curah jantung, pengkajian penyebab yang mendasari (mis,
hipovolemia, disritmia), pelaksanaan protocol atau program dokter untuk mengatasi penurunan
curah jantung, dan pelaksanaan tindakan dukungan, seperti perubahan posisi dan hidrasi.
1. Pengkajian
a. Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya sianosis, status pernafasan, dan status mental
b. Pantau tanda kelebihan cairan (misalnya, edema, dependen, kenaikan berat badan)
c. Kaji toleransi aktivitas pasien dengan memperhatikan adanya awitan napas pendek, nyeri,
palpitas, atau limbung
d. Evaluasi respons pasien terhadap terapi oksigen
e. Kaji kerusakan kognitif
f. Regulasi hemodinamik (NIC)
g. Pantau fungsi pacemaker , jika perlu
h. Pantau denyut perifer, pengisian ulang kapiler, dan suhu serta warna ekstemitas
i. Pantau asupan dan haluaran, haluaran urine, dan berat badan pasien , jika perlu
j. Pantau resistensi vascular sistemik dan paru, jika perlu
k. Auskultasi suara paru terhadap bunyi crakle atau suara nafas tambahan lainnya
l. Pantau dan dokumentasikan frekuensi jantung, irama, dan nadi
2. Penyuluhan untuk pasien / keluarga
a. Jelaskan tujuan pemberian oksigen parkanula nasal atau sungkup
b. Intruksikan mengenai pemeliharaan keakuratan asupan dan haluaran
c. Ajarkan penggunaan, dosis, frekuensi, dan efek samping obat
d. Ajarkan untuk melaporkan dan menggambarkan awitan palpatasi dan nyeri, durasi, factor
pencetus, daerah kualitas, dan intensitas
e. Intruksikan pasien dan keluarga dalam perencanaan untuk perawtan dirumah, meliputi
pembatasan aktivitas, pembatasan diet, dan penggunaan alat terapeutik
21
f. Berikan informasi tentang teknik penurunan stress, seperti biofeedback, relaksasi otot progesif,
meditasi dan latihan fisik.
g. Ajarkan kebutuhan untuk menimbang barat badan setiap hari
3. Aktifitas kolaboratif
a. Konsultasikan dengan dokter menyangkut parameter pemberian atau penghentian obat tekanan
darah
b. Berikan dan titraskan obat antiaritmia, inotropik, nitrogliserin, dan vasodilator untuk
mempertahankan kontraktilitas, preload, dan afterload sesuai dengan program medis atau
protokol
c. Berikan antikoagulan untuk mencegah pembentukan thrombus perifer, sesuai dengan program
atau protocol
d. Tingkatkan penurunan afterload (misalnya, dengan pompa balon inta- aorta) sesuai dengan
program medis atau protokol
e. Lakukan perujukan ke perawat praktisi lanjutan untuk tindak-lanjut, jika diperlukan
f. Pertimbangkan perujukan ke petugas sosial, manajer kasus atau layanan kesehatan komunitas
dan layanan kesehatan di rumah
g. Lakukan perujukan ke petugas sosial untuk mengevaluasi kemampuan membayar obat yang
diresepkan
h. Lakukan perujukan ke pusat rehabilitasi jantung jika diperlukan
4. Aktifitas lain
a. Ubah posisi pasien ke posisi datar atau Trendelenburg ketika tekanan darah pasien berada pada
rentang lebih rendah dibandingkan dengan yang biasanya
b. Untuk hipotensi yang tiba-tiba, berat atau lama, pasang akses intravena untuk pemberian cairan
intravena atau obat untuk meningkatkan tekanan darah
c. Hubungkan efek nilai laboratorium, oksigen, obat, aktivitas, ansietas, dan nyeri pada disritmia
d. Jangan mengukur suhu dari rectum
e. Ubah posisi pasien setiap dua jam atau pertahankan aktivitas lain yang sesuai atau pertahankan
aktifitas lain yang sesuai atau dibutuhkan untuk menurunkan stasis sirkulasi perifer
f. Regulasi Hemodinamik (NIC)
g. Minimalkan atau hilangkan stressor lingkungan
h. Pasang kateter urine, jika diperlukan
A. Intoleransi aktivitas
Tujuan:
Contoh menggunakan bahasa NOC
1. Menoleransi aktivitas yang biasa di lakukan, yang dibutuhkan oleh : toleransi aktivitas,
ketahanan dan penghematan energy.
2. Mendomenstrasikan penghematan energy, yang di butuhkan oleh indicator sebagai berikut
(yaitu: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atauselalu di tunjukan).
3. Menyadari keterbatasan energy.
4. Menyeimbangkan aktifitas dan istirahat.
22
5. Melaporkan tingkat ketahanan yang kuat untukbaktifitas
Pasien akan :
1. Mengidentifikasi aktivitas atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang dapat mengakibatkan
intoleran aktivitas.
2. Berpartisispasi dalam aktivitas fisik yang di butuhkan dengan peningkatan normal denyutr
jantung, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah serta memantau pola tersebut dalam batas
normal.
3. Melaporkan bebas dan dispnea, kesulitan bernafas, dan keletihan melakukan aktivitas sehari-hari
4. Melakukan perubahan yang hidup yang diperlukan untuk penghematan energy
Ativitas keperawatan
Pengkajian
1. Tentukan pengetahuan dan pemahaman terhadap keterbatasan energy oleh klien dan orang
terdekat
2. Pantau tingkat energy dan toleransi pasien terhadap aktivitas
3. Identifikasi kendala untuk beraktivitas
4. Rujuk pada diagnosis itoleran aktivitas, untuk pengkajian yang lain.
Penyuluhan untuk pasien
1. Susun rencana yang relistis untuk proses adaptasi terhadap keterbatasan pasien
2. Gali bersama pasien dampak spesifik ketidak aktifann
3. Intruksikan pasien dan keluarga untuk memberitahu penyedia layanan primer jika keletihan terys
menerus terjadi
4. Manajemen anergi (NIC)
Ajarkan pasien dan orang terdekat pasien tentang teknik keperawatan diri lain yang terdapat
minimalkan konsumsi oksigen (misal, pemantauan mandiri, dan teknik langkah untuk
melakukan aktivitas kehidupan sehari hari).
Ajarkan pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah keletihan
1. Aktivitas lain
2. Dapatkan batuan dari keluarga dalam usaha mendukung dan mendorong pasien untuk
menyelesaikan aktivitas.
Berikut dukungan dalam pengambilan keputusan ( dan lainnya) selama periode penyakit atau
stress yang tinggi. (wilkinson, 2016:hal20)

23
DAFTAR PUSTAKA

DiGiulio dkk. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jogyakarta: Rapha.


Hermawati, D. R., & Candra, H. A. (2014). Berkat Herbal Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: F Media.
Lapau, B. (2012). Metode Penelitian Kesehatan: metode ilmiah penulisan skripsi,tesis, dan dixertasi.
Jakarta: Pustaka Obor Indonesia.
Munurung, N. (2016). Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Muhammad, H. F., & Oktaviani, P. H. (2010). Bebas Kanker Tanpa Daging. Yogyakarta: PT Niaga
Swadaya.
Prabowo, E., & Pranata, A. E. (2017). Keperawatan Medikal Bedah Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. YOGYAKARTA: Nuha Medika.
Setiani, S. (2014). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna.
Stillwell, S. B. (2011). Pedoman Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
Wijaya, A. S. & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jogyakarta: Nuha Medika.
Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2016). Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

24
25
Contoh soal dari Penyakit jantung Koroner
1. Jaringan manakah di bawah ini yang kebutuhan oksigennya tidak terpenuhi sehingga menimbulkan
keluhan nyeri dada pada pasien tersebut!
a. Endokardium
b. Miokardium
c. Pericardium
d. Arteri koroner
e. aorta
2. Struktur sel yang sangat penting untuk menyebarkan aksi potensial sel-sel jantung adalah
a. Desmosome
b. Gap junction
c. Cytoskeleton
d. Membrane sel
e. hemidesmosomo
3. Pemeriksaan yang paling dianjurkan dan harus segera dilakukan adalah?
a. Kateterisasi jantung
b. Pemeriksaan chest X-ray
c. Pemeriksaan ekokardiografi
d. Pemeriksaan enzim jantung
e. Pemeriksaan scanning jantung
4. Pemeriksaan penunjang non-invasif yang dianjurkan untuk menegakkan diagnosis?
a. CXR-PA
b. CT-Scanning
c. Echocardiography
d. Thalium scintigraphy
e. MRI
5. Yang berperan dalam pembentukan asam empedu?
a. IDL
b. HDL
c. VLDL
d. LPL
e. Kilomikron
6. Pilihan terapi untuk hipertrigliseridemia adalah
a. Simvastatin
b. Niasin
c. BAR
d. Fibrat
e. Ezetimibe
26
7. Sakit punggung yang tembus kedepan melibatkan perangsangan dada adalah
a. Nervus axillaris
b. Nervus phrenicus
c. Nervus subscapularis
d. Nervus splanchanicus thoracius
e. Ramus cardiacus inferior dextra N.X
8. Pemeriksaan laboratorium di bawah ini yang paling sesuai dipakai untuk mendeteksi risiko kejadian
penyakit kardiovaskuler adalah
a. Pemeriksaan kadar kolesterol
b. Pemeriksaan kadar trigliserida
c. Pemeriksaan kadar HDL
d. Pemeriksaan kadar LDL
e. Pemeriksaan kadar Apo A1
9. Kelainan katub yang sering menimbulkan nyeri dada waktu istirahat malam adalah?
a. Stenosis aorta
b. Stenosis mitral
c. Insufisiensi aorta
d. Insufisiensi mitral
e. Stenosis pulmonal
10. Kelainan bunyi jantung yang diakibat oleh peningkatan penutupan katub adalah
a. Katub aorta dan mitral
b. Katub aorta dan pulmonal
c. Katub mitral dan pulmonal
d. Katub mitral dan tricuspid
e. Katub pulmonal dan tricuspid

27
PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 221 Date September 13,2019

Characters 1705 Exclude Url

0% 100% 0 10
Plagiarized
Plagiarism Unique Sentences Unique Sentences

Content Checked For Plagiarism

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang mengakkibatkan penyempitan atau
penyumbatan pembuluh nadi koroner karena adanya endapan lemak sehingga mengakibatkan penyediaan darah ke jantung
terganggu. Penyempitan tersebut dapat terjadi karena rangsangan tertentu pada pola hidup, pola makan, dan stress
(lapau,2012,hal.245). Salah satu penyebab penyakit jantung koroner adalah hipertensi, yang di anggap sebagai penyebab
kematian. Komplkikasi hipertensi yang akhirnya menyebabkan kematian adalah karena kegagalan jantung 45%,infark miokard
35%, kecelakaan serebrovaskular 15%, gagal ginjal 5%. Komplikasi yang sering terjadi adalah kegagalan ventrikel kiri, angina
pictoris dan infark miokard. (lapau,2012,hal,245). B. Batasan Masalah Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada
asuhan keperawatan pada klien yang menderita penyakit jantung koroner. C. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari penyakit
jantung koroner 2. Apa etiologi dari penyakit jantung koroner 3. Apa saja tanda dan gejala penyakit jantung koroner 4.
Apa klasifikasi dari penyakit jantung koroner 5. Bagaimana potofisiologinya dari penyakit jantung koroner 6.
Bagaimana komplikasi dari penyakit koroner D. Tujuan 1.Tujuan umum a. Mahasiswa mampu memahami tentang
konsep dasar medis pada penyakit jantung koroner. b. Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien
dengan penyakit jantung koroner 2.Tujuan khusus a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian tentang jantung koroner b.
Dapat menjelaskan tentangetiologi penyakit jantungkoroner c. Menjelaskan patofisiologi dari penyakit jantung koroner d.
Menjelaskan penatalaksanaan yang akan dilaksanakan pada klien dengan penyakit jantung koroner

Sources Similarity

PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 420 Date September 13,2019

Characters 3141 Exclude Url

4% 96% 1 22
Plagiarized
Plagiarism Unique Sentences Unique Sentences

Content Checked For Plagiarism

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP PENYAKIT 1. DEFINISI Penyakit jantung koroner adalah salah satu penyakit kardiovaskuler

28
yang paling mmematikan. (Muhammad & oktavianti, 2010, hal. 36) American heart association (AHA), mendefinisikan penyakit
jantung koroner adalah istilah umum untunk penumpukan plak di arteri jantung yang dapat menyebabkan serangan
jantung. Penumpukan plak pada arteri koroner ini disebut dengan ateroskl erosisi. Penyakit jantung koroner(pjk) merupakan
keadaan dimana terjadi penimbunan olak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan ateri koroner
merupakan ateri yangmenyuplai darah otot jantung dengan membawa oksigen yang banyak. (prabowo &
pranata,2017,hal.188) Penyakit jantung koroner merupakan penyakit dimana adanya penumpukan plak dan penyenpitan di
arteri jantung yang menyebabkan seorang mengalami serangan jantung. 2. ETIOLOGI Etiologi penyakit jantung koroner
adalah adanya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh ateri koroner. Penyempitan atau penyumbatan
pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah tersebut dapat menghentikan alirandarah ke otot jantung
yang sering ditandai dengan nyeri.
Dalanm kondisi yang parah, kemampuan jantung memompa darah dapathilang. Hal ini dapat merusak system mengontrol
irama jantung dan berakhir dan berakhir dengan kematian. Penyempitan dan penyumbatan ateri koroner disebabkan
zat lemak kolesterol dan trigliserida yang semakin lama semakin banyak dan menumpik di bawah lapisan terdalam
endothelium dari dinding pembuluh arteri. Hal ini dapat menyebabkan aliran darah ke otot jantung menjadi berkurang
ataupun berhenti, sehingga menggangu kerja jantung sebagai pemompa darah. Efek dominan dari jantung koroner adalah
kehilangan oksigen da nutrisi ke jantung karena aliran darah ke jantung berkurang. Pembentukan plak lemak dalanm
arteri mempengaruhi pembentukan bekuan aliran darah yang akan mendorong terjadinya serangan jantung. proses
pembentukan plak yang menyebabkan pergeseran arteri tersebut dinamakan arteriosklerosis Awalnya penyakit
jantung di monopoli orang tua.
Namun, saat ini ada kecenderungan penyakit ini juga diderita oleh pasien dibawah usia 40 tahun. Hal ini biasa terjadi
karena adanya pergeseran gaya hidup, kondisi lingkungan dan profesi masyarakat yang memunculkan “ tren
penyakit” baru yang bersifat degenaratif. Sejumlah perilaku dan gaya hidup yang ditemui di masyarakat perkotaan
antara lain mengonsusmsi makanan cepat saji yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman
beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga, dan stress. (Prabowo & Pranata, 2017,p.190). 3. Tanda dan gejala 1. Sakit
dada (angina) karena aliran darah berkurang ke otot jantung atau meningkatnya permintaan oksigen karena stress. 2. Rasa
sakit bisa menyebar kelengan, punggung, dan rahang. 3. Sakit dada muncul setelah tenaga terkuras, senang
berlebihan, atau ketika pasien terpapar hawa dingin karena ada peningkatan dalam aliran darah ke seluruh tubuh,
meningkatkan kecepatanya. 4. Sakit dada berakhir antara 3 sampai 5 menit. 5. Sakit dada dapat terjadi ketika pasien
sedang istirahat (DiGiulio dkk, 2014, hal.5)

Sources Similarity
Konsep asuhan keperawatan penyakit jantung koronerCompare text
Namun, saat ini ada kecenderungan penyakit ini juga diderita oleh pasien di bawah usia 40 tahun. Hal ini biasa terjadi karena
adanya pergeseran gaya hidupApabila kekakuan ini dialami oleh arteri-arteri koroner akibat aterosklerosis dan tidak dapat 5%
berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan...
https://samoke2012.wordpress.com/2015/10/23/konsep-asuhan-keperawatan-penyakit-jantung-koroner/

PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 773 Date September 13,2019

Characters 5891 Exclude Url

3% 97% 1 33
Plagiarized
Plagiarism Unique Sentences Unique Sentences

Content Checked For Plagiarism

4. Patofisiologi Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kodisi pada arteri besar dan kecil yang ditandai
penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan
sel endote), dan akhirnya ketunika media (lapisan otot polos). Arteri yang palingsering terkena adalahg arterei
koroner, aorta dan arteri koroner, aorta dan arteri serebral. Langkah pertama dalam pembentukan ateroklerosis
dimulai dengan disfungsi lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapatterjadi setelah cedera pada sel endotel atau
29
daristimulus lain, cedera padasel endotel meningkatkan permeabelitas terhadap berbagai komponen plasma,
termasuk asam lemak dan triglesirida, sehingga zat ini dapat masuk kedalam ateri, oksidasiasam lemak
menghasilkan oksigen rdikal bebas yang selanjutnya dapatmerusakpembuluh darah. Cedera sel endotel
menyebabkan reaksi inflamasi dan imun, termasuk sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit, trombosit kearea
cedera, sel darah putih melepaskan sitokin proinflamatori poten kemudian, memperburuk situasi, menarik lebih
banyak sel darah putih dan trombosit kearea lesi, menstimulasi proses pembekuan, mengaktifitas sel T dan B, dan
melepaskan senyawa kimia yang berperan sebagai chemoattractant mengaktifkan siklus inflamasi, pembekuan dan
fibrosis. saat di tarik kearea cedera, sel darah putih akan menempel disana oleh aktifitas factor adesif endothelial
yangberkerja seperti felcro sehingnga endotel lengket terutara terhadap sel darah putih, pada saat menempel di
lapisan endothelial,monosit dan neotrofil mulai berimigrasi di antara sel sel endotel keruang interstisial. Di ruang
interstisial, monosit yang matang menjadi makrofag dan bersama neutrofil tetap melepaskan sitokin, yang
mengharuskan siklus inflamasi.sitoqin proinflamatori juga merangsang ploriferasi sel otot polos yang mengakibatkan sel otot
polos tumbuh di tunika intimia. Selain itu kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunuika intima
karena permeabilitas lapisan endotel meningkat, pada tahap indikasi dini kerusakan terdapat lpisan lemak di arteri.
Apabila di cidera dan inflamasi terus berlanju, agregrasi trombosit meningkat dan memulai terbentuk bekuan darah
(tombus), sebagian dinding pembuluh diganti denganm jaringan perut sehingga mengubah struktur dinding pembuluh
darah, hasil akhir adalah penimbunan kolesterol dan lemak, pembentukan deposit jaringan perut, pembentukan
pembekuan yang berasal dari trombosit dan prolifersi sel otot polos sehingga pembuluh mengalami kekakuan dan
menyempit. Apabila kekakuan ini dialami oleh arteri-arteri koroner akibat ateros klerosis dan tidak dapaat berdilatrasi
sebagai respon terhadap peningkataan kebutuhan oksigen, dan kemudian menjadi iskemia (kekurangan suplai darah)
miokardium dan sel-sel miokardium sehingga menggunakan glikosis anerob untuk memenhi kebutuhan energinya.
Proses pembentukan energio ini sangat tidat efesien dan menyebabakan terbentuknya asm lactate sehingga
menurunkan pH miokardium dan menyebabakan nyeri yang berkaitan dengan angina fektoris. Ketika kekurangan
oksigen pada jantung dan sel-sel otot jantung berkepanjangan dan iskemia miocard yang tidak teratasi maka
terjadilah kematian otot jantung yangdi kenal sebagai miocard infark. Patofisiologi penyakitjantung koroner zat masuk
arteri proinflamatori permeabilitas reaksi inflamasi cedera sel endoten sel darah putih menempel di arteri imigrasi ke
ruanginterstisial pembuluh kakau dan sempitaliran darah pembentukan thrombus monosut magrofac lapisan lemak sel
otot polos tumbuh asam lactate terbentuk MCI kematian. (prabowo & pranata,2017,hal.192-193). Patway 5. Klasifikasi
Menurut, Putra S, dkk, (2013) klasifikasi dari penyakit jantung coroner adalah sebagai berikut: a) Angina pectoris
stabil/stable angina pectoris Penyakit iskemik disebabkan oleh plak yang sebagian besar mengandung lemak dan
menghambat aliran darah. Di tandai oleh rasa nyeri yang terjadi jika kebutuhan oksigen miokardium melebihi
suplainya. Iskemia miokard dapat bersifat asimtomasis (iskemia sunyi/slient ischemia), terutama pada pasien
diabetes. Penyakit ini sindrom klinis episodic karena iskemia miokard transien. Laki-laki merupakan 70% dari pasien
dengan angina pectoris dan bahkan sebagian besar menyerang pada laki-laki kurang lebih 50 tahun dan wanita 60
tahun. b) Angina Pektoris tidak stabil/unstable angina pectoris Sindrom klinis nyeri dada yang sebagian besar
disebabkan oleh disrupsi plak ateroskelrotik dan diikuti kaskade proses patologis yang menurunkan aliran darah
koroner, ditandai dengan peningkatan frekuensi, intensitas atau lama nyeri,angina timbul pada saat melakukan aktifitas
ringan dan berat. Terjadi saat istirahat (dengan tenaga minimal) biasanya langsung >10 menit. 1. Sudah parah dan onset
baru ( dalam 4-6 minggu sebelumnya) 2. Terjadi dengan pola
crescendo (jelas lebih berat, berkepanjangan, atau sering dari sebelumnya) c) Angina Varian Prinzmetal Arteri koroner bisa
terjadi kejang, yang menggangu aliran darah ke otot jantung (iskemia). pada orang yang mempunyai penyakit arteri koroner ,
namun dua orang dengan Angina varian mempunyai penyakit parah dalam paling sedikit satu pembuluh, dan
kekejangan terjadi di tempat penyumbatan. Tipe Angina ini tidak umum dan hampir selalu terjadi bila seseorang
istirahat sewaktu tidur. Anda mempunyai resiko meningkat penyebabnya yaitu merokok dan penggunaan obat- obat
terlarang. Jika kejang arteri

30
menjadi parah dan terjadi untuk jangka waktu panjang, serangan jantung bisa terjadi. d) Infark Miokard/ Myocardial
infarction Nekrosis Miokard akibat gangguan aliran darah arteri koronaria yang bermakna, sebagai akibat oklusi arteri
koronaria karena thrombus atau spasme hebat yang berlangsung lama. Infark miokart terbagi dua: 1) Non ST Elevasi
Miokardial infark (NSTEMI)
2) ST Elevasi Miokardial infark (STEMI). (Prabowo & Pranata, 2017, hal. 188-189)

Sources Similarity
Scribd is the world's largest social reading and publishing site.10 menit. 1. Sudah parah dan onset baru (
dalam 4-6 minggu sebelumnya) 2. Terjadi dengan pola crescendo (jelas lebih berat, berkepanjangan, atau
sering dari sebelumnya) c) Angina Varian Prinzmetal Arteri koroner bisa terjadi kejang, yang menggangu
aliran darah ke otot jantung (iskemia). pada orang yang mempunyai penyakit arteri koroner , namun dua
orang dengan Angina varian mempunyai penyakit parah dalam paling sedikit satu pembuluh, dan
kekejangan terjadi di tempat penyumbatan. Tipe Angina ini tidak umum dan hampir selalu terjadi bila
seseorang istirahat sewaktu tidur. Anda mempunyai resiko meningkat penyebabnya yaitu merokok dan
penggunaan obat- obat terlarang. Jika kejang arteri menjadi parah dan terjadi untuk jangka waktu panjang,
serangan jantung bisa terjadi. d) Infark Miokard/ Myocardial infarction Nekrosis Miokard akibat gangguan 10%
aliran darah arteri koronaria yang bermakna, sebagai akibat oklusi arteri koronaria karena thrombus atau
spasme hebat yang berlangsung lama. Infark miokart terbagi dua: 1) Non ST Elevasi Miokardial infark
(NSTEMI) 2) ST Elevasi Miokardial infark (STEMI). (Prabowo & Pranata, 2017, hal. 188-189) ">Compare text
Cedera pada sel endotel juga dapat menimbulkan reaksi inflamasi dan imun, termasuk menarik sel darah putih (terutama
neutrofil, monosit) dan trombosit ke arah cedera. Sel darah putih ini dapat melepaskan sitokin proinflamatori poten yang dapat
memperburuk situasi, yaitu...
https://www.scribd.com/doc/154293746/mekanisme-jantung-koroner

PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 449 Date September 13,2019

Characters 3185 Exclude Url

0% 100% 0 8
Plagiarized
Plagiarism Unique Sentences Unique Sentences

Content Checked For Plagiarism

2. Doagnosa Keperawatan Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) diagnose keperawatan Penyakit jantung koroner
yang muncul adalah : 1. Nyeri akut Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berinteritas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan Penyebab: 1) Agen pancedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma) 2) Agen
pancedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan) 3) Agen pancedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, produser operasi, trauma, latihan fisik berlebihan) 4) Gejala tanda mayor 5) Subjektif: mengeluh nyeri 6)
Objektif 7) Tampak meringis 8) Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghingdari nyeri) 9) Gelisah 10) Frekuensi
nadi meningkat 11) Sulit tidur 12) Gejala dan tanda minor 13) Subjektif 14) objektif 15) Pola nafas berubah 16) Nafsu
makan berubah 17) Proses berpikir terganggu 18) Menarik diri 19) Berfokus pada diri sendiri 20) Diaphoresis 21)
Kondisi klinis terkait 22) Kondisi pembedahan 23) Cedera traumatis 24) Infeksi 25) Sindrom koroner akut 26)
Glaucoma 2. Gangguan pola tidur 1) Definisi: gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat factor eksternal 2)
Penyebab 3) Hambatan lingkungan (mis.kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan,
pencahanyaan,kebisingan,bautidaksedap,jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan) 4) Kurang control tidur 5) Kurang
privasi 6) Restraint fisik 7) Ketiadaan teman tidur 8) Tidak familiar dengan peralatan tidur 9) Gejala dan tanda mayor
10) Subjektif 11) Mengeluh sulit tidur 12) Mengeluh sering terjaga 13) Mengeluh tidak ouas tidur 14) Mengeluh pola
tidur berubah 15) Mengeluh istirahat tidak cukup 16) Objektif 17) Gejala dan tanda minor 18) Subjektif: mengeluh
kemampuan beraktifitas menurun 19) Objektif 20) Kondisis klinis terkait 21) Nyeri/kolik 22) Hipertiroidisme 23) Kecemasan
24) Penyakit paru obstruksi kronis 25) Kehamilan 26) Periode pasca partum 27) Kondisi pasca operasi 3. Penurunan Curah
Jantung Definisi
31
: ketidakadekuatan pompa darah oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolism tubuh. Batasan karakteristik : a.
Gangguan frekuensi dan irama jantung b. Gangguan Preload c. Gangguan Afterload d. Gangguan Kontraktilitas e. Perilaku /
emosi Faktor yang berhubungan : a. Gangguan frekuensi atau irama jantung b. Gangguan volume sekucup c.
Gangguan Preload d. Gangguan Afterload e. Gangguan Kontraktifitas 4. Intoleran aktivitas 1) Definisi: ketidak cukupan
energi untuk melakukan aktifitas sehari-hari. 2) Penyebab 3) Ketidak semimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen 4)
Tirah baring 5) Kelemahan 6) Imobilitas 7) Gaya hidup monoton 8) Gejala dan tanda mayor 9) Subjekti : mengeluh lelah 10)
Objektif : frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat 11) Gejala dan tanda minor 12) Subjektif 13) Dispnea
saat/setelah 14) Aktivitas
15) Gambaran EKG menunjukan iskemia 16) Sianosis 17) Kondisi klonis terkait 18) Anemia 19) Gagal jantung kongesif 20)
Penyakit jantung koroner 21) Penyakit katup jantung 22) Aritmia 23) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) 24) Gangguan
metabolic 25) Gangguan muskulokeletal

Sources Similarity

PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 449 Date September 13,2019

Characters 3185 Exclude Url

0% 100% 0 8
Plagiarized
Plagiarism Unique Sentences Unique Sentences

Content Checked For Plagiarism

2. Doagnosa Keperawatan Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) diagnose keperawatan Penyakit jantung koroner
yang muncul adalah : 1. Nyeri akut Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berinteritas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan Penyebab: 1) Agen pancedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma) 2) Agen
pancedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan) 3) Agen pancedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, produser operasi, trauma, latihan fisik berlebihan) 4) Gejala tanda mayor 5) Subjektif: mengeluh nyeri 6)
Objektif 7) Tampak meringis 8) Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghingdari nyeri) 9) Gelisah 10) Frekuensi
nadi meningkat 11) Sulit tidur 12) Gejala dan tanda minor 13) Subjektif 14) objektif 15) Pola nafas berubah 16) Nafsu
makan berubah 17) Proses berpikir terganggu 18) Menarik diri 19) Berfokus pada diri sendiri 20) Diaphoresis 21)
Kondisi klinis terkait 22) Kondisi pembedahan 23) Cedera traumatis 24) Infeksi 25) Sindrom koroner akut 26)
Glaucoma 2. Gangguan pola tidur 1) Definisi: gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat factor eksternal 2)
Penyebab 3) Hambatan lingkungan (mis.kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan,
pencahanyaan,kebisingan,bautidaksedap,jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan) 4) Kurang control tidur 5) Kurang
privasi 6) Restraint fisik 7) Ketiadaan teman tidur 8) Tidak familiar dengan peralatan tidur 9) Gejala dan tanda mayor
10) Subjektif 11) Mengeluh sulit tidur 12) Mengeluh sering terjaga 13) Mengeluh tidak ouas tidur 14) Mengeluh pola
tidur berubah 15) Mengeluh istirahat tidak cukup 16) Objektif 17) Gejala dan tanda minor 18) Subjektif: mengeluh
kemampuan beraktifitas menurun 19) Objektif 20) Kondisis klinis terkait 21) Nyeri/kolik 22) Hipertiroidisme 23) Kecemasan
24) Penyakit paru obstruksi kronis 25) Kehamilan 26) Periode pasca partum 27) Kondisi pasca operasi 3. Penurunan Curah
Jantung Definisi
: ketidakadekuatan pompa darah oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolism tubuh. Batasan karakteristik : a.
Gangguan frekuensi dan irama jantung b. Gangguan Preload c. Gangguan Afterload d. Gangguan Kontraktilitas e. Perilaku /
emosi Faktor yang berhubungan : a. Gangguan frekuensi atau irama jantung b. Gangguan volume sekucup c.
Gangguan Preload d. Gangguan Afterload e. Gangguan Kontraktifitas 4. Intoleran aktivitas 1) Definisi: ketidak cukupan
energi untuk melakukan aktifitas sehari-hari. 2) Penyebab 3) Ketidak semimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen 4)
Tirah baring 5) Kelemahan 6) Imobilitas 7) Gaya hidup monoton 8) Gejala dan tanda mayor 9) Subjekti : mengeluh lelah 10)
Objektif : frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat 11) Gejala dan tanda minor 12) Subjektif 13) Dispnea
saat/setelah 14) Aktivitas
15) Gambaran EKG menunjukan iskemia 16) Sianosis 17) Kondisi klonis terkait 18) Anemia 19) Gagal jantung kongesif 20)
Penyakit jantung koroner 21) Penyakit katup jantung 22) Aritmia 23) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) 24) Gangguan
metabolic 25) Gangguan muskulokeletal

Sources Similarity 32
PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 658 Date September 13,2019

Characters 4787 Exclude Url

0% 100% 0 27
Plagiarized
Plagiarism Unique Sentences Unique Sentences

Content Checked For Plagiarism

6. Komplikasi Menurut , (Wijaya & Putri, 2013, hal.14) komplikasi PJK. Adapun Komplikasi PJK adalah : a. Gagal jantung
kongestif
b. Syok kardigenik c. Disfungsi otot papilaris d. Defek septum ventrikel e. Rupture jantung f. Aneurisme
ventrikel g. Tromboembolisme h. Perikarditik i. Sindrom dressler j. Aritma (Wijaya & Putri, 2013, hal. 14). B.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas Laki-laki merupakan 70% dari pasien dengan Angina
pectoris dan bahkan sebagian besar menyerang pada laki-laki kurang lebihnya 50 tahun dan wanita 60 tahun. Namun, saat
ini ada kecenderungan penyakit ini juga diderita oleh pasien di bawah usia 40 tahun. (Prabowo & Pranata, 2017, hal.
194) b. Status kesehatan saat ini 1) Keluhan Utama Ditandai rasa nyeri yang terjadi jika kebutuhan oksigen
miokardium melebihi suplainya. Iskemia miokard dapat bersifat asimtomasis (iskemia sunyi/silent ischemia),
terutama pada pasien diabetes. (Prabowo & Pranata, 2017) 2) Alasan Masuk Rumah Sakit Ditandai oleh rasa nyeri dada
selama 3-5 hari berturut-turut sehingga dia memeriksakan dirinya di rumah sakit untuk mengetahui penyakitnya, ternyata dia
difonis menderita penyakit jantung koroner (PJK). (Manurung, 2016, hal. 22) 3) Riwayat Penyakit Sekarang Dalam mengkaji
hal ini menggunakan analisa Systom PQRST. Untuk membantu klien dalam mengutamakan masalah keluhannya secara
lengkap. Pada klien PJK merasakan nyeri dada. (Wantiyah, 2010, hal : 18) c. Riwayat kesehatan terdahulu 1) Riwayat
Penyakit Sebelumnya Riwayat penyakit yang mendahului terjadi penyakit jantung koroner adalah hipertensi, merokok,
pengguna alcohol, diabetes militus, kolesterol, pola hidup yang tidak sehat. (Prabowo & Pranata, 2017, hal. 195) 2)
Riwayat Pnyakit Keluarga Riwayat dalam keluarga biasanya pada laki-laki keturunan keluarga pertama yang berusia <
55 tahun, pada perempuan keturunan keluarga pertama berusia < 65 tahun. (Setiati,2014, hal.142) d. Pemeriksaan fisik 1)
Keadaan Umum a) Kesadaran Pasien penyakit jantung koroner dalam kondisi yang parah karena adanya penyempitan dan
penyumbatan sehingga jantung tidak dapat memompa darah secara optimal. (Prabowo & Pranata,2017, hal.190) b) Tanda-
Tanda Vital TD: dapat meningkat sekunder akibat nyeri atau menurun sekunder akibat gangguan hemodinamik dan
terapi farmakologi. Fj: dapat meningkat sekunder akibat nyeri Kardiovaskular: S4 mungkin ada Pulmoner: dispnea dan
takipnea mungkin ada (Stillwell, 2011, hal.145). 2) Body System a) System pernafasan Pada pemeriksaan mungkin
didapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crackles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum
jernih atau juga merah muda / pink tinged. (Prabowo & Pranata,2017, hal.195) b) System kardiovaskular Hipotensi
postural, frekuensi jantung meningkat, takipnea. Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau
terlambat nyacapilary refill time,disritmia. Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan
terjadinya kegagalan jantung/ ventikel kehilangan kontraktilitasnya. Murmur jika ada merupakan akibat dari insuflesi
katub atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi. Heart rate mungkin meningkat atau mengalami penurunan (tachy atau
bradi cardia). Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal. Odema anasarka, crackles bisa timbul dengan gagal
jantung. (Prabowo & pranata,2017, hal.195) c) System persyarafan Meliputi kesadaran, ukuran pupil, pergerakan
seluruh ekstremitas dan kemampuan menanggapi respon verbal maupun non verbal. (Aziza, 2010: hal 13) d) System
perkemihan Gangguan ginjal saat ini atau sebelumnya, disuria, oliguria, anuria, poliuria sampai hematuria. (Prabowo &
Pranata, 2017, hal. 195) e) System pencernaan Mual, kehilangan nafsu makan, muntah, perubahan berat badan. f)
System integument Warna kulit mungkin pucat baik bibir dan di kuku, penurunan turgor kulit. (Prabowo & Pranata,2017,
hal.195) g) System musculoskeletal Pada klien PJK adanya kelemahan otot sehingga timbul ketidakmampuan
melakukan aktifitas yang diharapkan atau aktivitas yang biasanya dilakukan. (Dewi,2014, hal.20) h) System endokrin
Pada pasien PJK biasanya terdapat peningkatan kadar gula darah . (Dewi,2014, hal.20) i) System reproduksi Pada pasien
PJK akan mengalami penurunan jumlah produksi urine dan frekuensi urine. . (Dewi,2014, hal.20) j) System pengindraan
a) Mata, pada pasien PJK mata mengalami pandangan kabur b) Telinga,hidung,dan tenggorokan pada pasien PJK tidak
mengalami gangguan c) Mulut,, pada pasien PJK ditemukan adanya mukosa pada mulut dan bibir. (Dewi,2014, hal. 20)
k) System imun Pada pasien PJK akan mengalami penurunan, karena disebabkan sering merokok, kurangnya
berolahraga, dan kurangnya menjaga kesehatan tubuh sehingga pada pasien PJK system imunnya sangat terganggu. (
Dewi,2014, hal.20).
33
Sources Similarity

PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 549 Date September 13,2019

Characters 4122 Exclude Url

0% 100% 0 21
Plagiarized
Plagiarism Unique Sentences Unique Sentences

Content Checked For Plagiarism

e. Pemeriksaan Penunjang Untuk mendiagnosa PJK secara lebih tepat maka dilakukan pemeriksaan penunjang diantaranya
: • EKG member bantuan untuk mendiagnosis dan prognosis, rekaman yang dilakukan pada saat sedang nyeri dada
sangat bermanfaat. Gambaran diagnosis dari EKG adalah : • Depresi segmen ST > 0,05 mV • Inversi gelombang T, ditandai
dengan > 0,2 mV inversi gelombang T yang simetris di sandapan prekordial. • Perubahan EKG lainnya termasuk
bundle branch block (BBB), dan aritma jantung, terutama Sustained VT. Serial EKG harus dibuat jika ditentukan
adanya perubahan segmen ST, namun EKG yang normal pun tidak menyingkirkan diagnosis APTS/NSTEMI.
Pemeriksaan EKG 12 sadapan pada pasien SKA dapat menggambarkan kelainan .untuk evaluasi lebih lanjut dengan
berbagai cirri dan kategori : 1. Angina pectoris tidak stabil, depresi segmen ST atau tanpa inversi gelombang T, kadang-
kadang elevasi segmen ST sewaktu nyeri, tidak dijumpai gelombang Q. 1. Infark miokard non-Q: depresi segmen ST,
inversi gelombang T dalam (Kulick,2014: hal.42) 2. Chest X-Ray ( foto dada) Thorax foto mungkin normal adanya
kardiomegali, CHF ( gagal jantung kongesif) atau aneurisma ventrikiler (Kulick, 2014: hal 42) 3. Latihan tes stress jantung
(treadmill) Treadmill merupakan pemeriksaan penunjang yang standart dan banyak digunakan untuk mendiagnosa PJK,
ketika melakukan treadmill detak jantung,irama jantung, dan tekanan darah terus- menerus dipantau, jika arteri
koroner mengalami penyumbatan pada saat melakukan latihan maka ditemukan segmen depresi ST pada hasil
rekaman. (Kulick, 2014: hal 42) 4. Ekokardiogram Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan
gambar jantung, selama ekokardiogram dapat di tentukan apakah semua bagian dari dinding jantung berkontribusi
normal dalam aktifitas memompa. Bagian yang bergerak lemah akan menerima terlalu sedikit oksigen, ini mungkin
menunjukkan penyakit arteri koroner. (Mayo Clinik, 2012 hal 43) 5. Kateterisasi jantung atau angiografi Adalah salah satu
tindakan invasive minimal dengan memasukkan kateter ( selang/ pipa plastik) melalui pembuluh darah koroner yang
memperdarahi jantung, prosedur ini di sebut kateterisasi jantung. penyuntikkan cairan khusus kedalam arteri atau
intravena ini dikenal sebagai angiogram, tujuan dari tindakan kateterisasi ini adalah untuk mendiagnosa dan sekaligus
sebagai tindakan terapi bila ditemukan adanya suatu kelainan. (Mayo Clinik, 2012 hal 43) 6. CT scan (Computerized
Tomography Coronary Angiogram) Computerized Tomography Coronary Angiogram/CT Angiografi koroner adalah
pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu memvisualisasikan arteri koroner dan suatu zat pewarna
kontras disuntikan melalui intravena selama CT scan, sehingga dapat menghasilkan gambar arteri jantung, ini juga disebut
sebagai ultrafast CT scan yang berguna untuk mendeteksi kalsium dalam deposito lemak yang mempersempit arteri
koroner, Jika sejumlah besar kalsium ditemukan
,maka memungkinkan terjadinya PJK. (Mayo Clinik, 2012, hal 43) 7. Magnetic Resonance Aangiography Prosedur ini, sering
dikombinasikan dengan penyuntikan zat pewarna kontras, yang berguna untuk mendiagnosa adanya penyempitan
atau penyumbatan, meskipun pemerikasaan ini tidak sejelas pemeriksaan kateterisasi jantung. (Prabowo & Pranata,2017,
p.200) f. Penatalaksanaan Penatalaksanaan menurut (Hermawati & Candra,2014) adalah : 1. Hindari makanan kandungan
kolesterol tinggi Kolesterol jahat LDL dikenal sebagai penyebab utama terjadinya proses aterosklerosis, yaitu proses
pengerasan dinding pembuluh darah, terutama di jantung, otak, ginjal, dan mata. 2. Konsumsi makanan yang berserat
tinggi 3. Menghindari mengonsumsi alcohol 4. Mengubah gaya hidup, memberhentikan kebiasaan merokok 5. Olahraga
dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki kolateral koroner sehingga PJK dapat dikurangi, olahraga
bermanfaat karena memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard 6. Menurunkan berat badan sehingga lemak-
lemak tubuh yang berlebih berkurang bersama-sama dengan menurunya LDL kolesterol 7. Menurunkan tekanan darah
8. Meningkatkan kesegaran jasmani

Sources Similarity

34
PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 974 Date September 13,2019

Characters 7170 Exclude Url

2% 98% 1 50
Plagiarized
Plagiarism Unique Sentences Unique Sentences

Content Checked For Plagiarism

Aktifitas kolaboratif a. Diskusikan dengan dokter tentang pentingnya merevisi progam obat jika obat tersebut
menimbulkan gangguan tidur b. Diskusikan dengan dokter tentang penggunaan obat tidur yang tidak menekan tidur
REM (rapid eye movement) c. Lakukan perujukan yang di perlukan untuk penanganan gejala deprivasi tidur yang
parah (isal,konfusi akut, agietasi atau ansietas) Aktivitas lain. a. Tanganin gejala gangguan pola tidur, sesuai dengan
kebutuhan (misal, mengantuk, gelisah, ketidak maampuan untuk konsentrasi) hal ini akan berbeda setiap pasien. b.
Hindari kebiasaan dan penggunaan lampu ruangan pada waktu tidur, ciptakan lingkungan yang tenang dan damai
serta minimalkan gangguan. c. Atur pasien dirawat sekamar dengan pasien lain yang cocok, jika mungkin. d. Bantu pasien
mengidentifikasi kemungkinanan penyebab yang mendasari kurang tidur, seperti takut, masalah yang tidak selesai dan
konflik. e. Yakinkan pasien bahwa iritabilitas dan perubahan alam perasaan merupakam dampak yang umun pada
gangguan tidur. f. Peningkatan tidur (NIC) Fasilitas memelihara rutinitas umum biasa dilakukan menjelang tidur,
tanda/barang barang sebelum tidur dan benda yang familiar (misal,untuk anak, selimut/mainan kesukaan, mengayun
ayun, dot atau cerita, : untuk orang dewasa , buku untuk dibaca) jika perlu bantu untuk menghilangkan situasi yang
menimbulkan stress sebelum tidur. Mulai/lakukan tindakan yang menimbulkan kenyamanan, seperti masase, pemberian
posisi, dan sentuhan afeksi, bolehkah tidursiang, jika diindaskan untuk memenuhi kebutuhan tidur. Atur stimulus lingkungan
untuk mempertahankan siklus siang malam normal. (wilkinson & ahem, 2016, hal.
405) 3. Penurunan Curah Jantung Tujuan : penurunan curah jantung tidak sensitive terhadap isu keperawatan. Oleh sebab
itu, perawat sebaiknya tidak bertindak secara mandiri untuk melakukannya, upaya kolaboratif perlu dan penting
dilakukan. Kriteria Hasil NOC : a. Tingkat keparahan kahilangan darah : tingkat keparahan kehilangan pendarahan/hemorogi
internal atau eksternal b. Efektifitas pompa jantung : keadekuatan, volume darah yang diejeksikan dari vertikel kiri
untuk mendukung tekanan perfusi sistemik. c. Status sikulasi : tingkat pengaliran darah yang tidak terhambat, satu arah, dan
pada tekanan yang sesuai melalui pembuluh darah besar aliran sitemik dan pulmonal. d. Perfusi jaringan : organ
abdomen : keadekuatan aliran darah melewati pembuluh darah kecil visera abdomen untuk mempertahankan fungsi
organ. e. Perfusi jaringan : jantung : keadekuatan aliran darah yang melewati vaskulatar koroner untuk mempertahankan
fungsi organ jantung. f. Perfusi jaringan : serebral : keadekuatan aliran darah yang melewati vaskular serebral untuk
mempertahankan fungsi otak. g. Perfusi jaringan : perifer : keadekuatan aliran darah yang melalui pembuluh darah kecil
ekstremitas untuk mempertahankan fungsi jaringan. h. Perfusi jaringan : pulmonal : keadekuatan aliran darah yang
melewati vaskulatar pulmonal untuk memerfusi unti alveoli/kapiler. i. Status tanda vital : tingkat suhu, nadi, pernapasan,
dan tekanan darah dalam rentang normal. Intervensi NIC :
a. Reduksi pendarahan b. Perawatan jantung c. Perawatan jantung, akut d. Promosi perfusi serebral e. Perawatan
sirkulasi : insufisiensi arteri f. Perawatan sirkulasi : alat bantu mekanis g. Perawatan sirkulasi : insufisiensi vena h.
Perawatan embolus : perifer i. Perawatan embolus : paru j. Regulasi hemodinamik k. Pengendalian hemorogi l. Terapi
intravena (IV) m. Pemantauan neurologis n. Manajemen syok : jantung o. Manajemen syok : volume p. Pemantauan tanda
vital Aktivitas keperawatan: Pada umumnya, tindakan keperawatan untuk diagnosis ini berfokus pada pemantauan
tanda-tanda vital dan gejala penurunan curah jantung, pengkajian penyebab yang mendasari (mis, hipovolemia, disritmia),
pelaksanaan protocol atau program dokter untuk mengatasi penurunan curah jantung, dan pelaksanaan tindakan
dukungan, seperti perubahan posisi dan hidrasi. 1. Pengkajian a. Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya
sianosis, status pernafasan, dan status mental b. Pantau tanda kelebihan cairan (misalnya, edema, dependen, kenaikan
berat badan) c. Kaji toleransi aktivitas pasien dengan memperhatikan adanya awitan napas pendek, nyeri, palpitas, atau
limbung d. Evaluasi respons pasien terhadap terapi oksigen e. Kaji kerusakan kognitif f. Regulasi hemodinamik (NIC) g.
Pantau fungsi pacemaker , jika perlu h. Pantau denyut perifer, pengisian ulang kapiler, dan suhu serta warna ekstemitas i.
Pantau asupan dan haluaran, haluaran urine, dan berat badan pasien , jika perlu j. Pantau resistensi vascular
sistemik dan paru, jika perlu k. Auskultasi suara paru terhadap bunyi crakle atau suara nafas tambahan lainnya l.
Pantau dan dokumentasikan frekuensi jantung, irama, dan nadi 2. Penyuluhan untuk pasien / keluarga a. Jelaskan
tujuan pemberian oksigen parkanula nasal atau sungkup b. Intruksikan mengenai pemeliharaan
keakuratan asupan dan haluaran c. Ajarkan penggunaan, dosis, frekuensi, dan efek samping obat d. Ajarkan untuk
melaporkan dan menggambarkan awitan palpatasi dan nyeri, durasi, factor pencetus, daerah kualitas, dan intensitas
35
e. Intruksikan pasien dan keluarga dalam perencanaan untuk perawtan dirumah, meliputi pembatasan aktivitas, pembatasan
diet, dan penggunaan alat terapeutik f. Berikan informasi tentang teknik penurunan stress, seperti biofeedback, relaksasi otot
progesif, meditasi dan latihan fisik. g. Ajarkan kebutuhan untuk menimbang barat badan setiap hari 3. Aktifitas
kolaboratif a.

36
Konsultasikan dengan dokter menyangkut parameter pemberian atau penghentian obat tekanan
darah b. Berikan dan titraskan obat antiaritmia, inotropik, nitrogliserin, dan vasodilator untuk
mempertahankan kontraktilitas, preload, dan afterload sesuai dengan program medis atau protokol
c. Berikan antikoagulan untuk mencegah pembentukan thrombus perifer, sesuai dengan program
atau protocol d. Tingkatkan penurunan afterload (misalnya, dengan pompa balon inta- aorta) sesuai
dengan program medis atau protokol e. Lakukan perujukan ke perawat praktisi lanjutan untuk
tindak-lanjut, jika diperlukan f. Pertimbangkan perujukan ke petugas sosial, manajer kasus atau
layanan kesehatan komunitas dan layanan kesehatan di rumah g. Lakukan perujukan ke petugas
sosial untuk mengevaluasi kemampuan membayar obat yang diresepkan h. Lakukan perujukan ke
pusat rehabilitasi jantung jika diperlukan 4. Aktifitas lain a. Ubah posisi pasien ke posisi datar atau
Trendelenburg ketika tekanan darah pasien berada pada rentang lebih rendah dibandingkan
dengan yang biasanya b. Untuk hipotensi yang tiba-tiba, berat atau lama, pasang akses intravena
untuk pemberian cairan intravena atau obat untuk meningkatkan tekanan darah c. Hubungkan efek
nilai laboratorium, oksigen, obat, aktivitas, ansietas, dan nyeri pada disritmia d. Jangan mengukur
suhu dari rectum e. Ubah posisi pasien setiap dua jam atau pertahankan aktivitas lain yang sesuai atau
pertahankan aktifitas lain yang sesuai atau dibutuhkan untuk menurunkan stasis sirkulasi perifer f.
Regulasi Hemodinamik (NIC) g. Minimalkan atau hilangkan stressor lingkungan h. Pasang
kateter urine, jika diperlukan

Sources Similarity
Konsep asuhan keperawatan penyakit jantung koronerCompare text
...tanda-tanda vital dan gejala penurunan curah jantung, pengkajian penyebab yang mendasari (mis, hipovolemia, disritmia),
pelaksanaan protokol atau program dokter untuk mengatasi penurunan curah jantung, dan pelaksanaan tindakan dukungan, 4%
seperti perubahan posisi dan hidrasi. a...
https://samoke2012.wordpress.com/2015/10/23/konsep-asuhan-keperawatan-penyakit-jantung-koroner/

PLAGIARISM
SCAN REPORT

Words 278 Date September 13,2019

Characters 2152 Exclude Url

0% 100% 0 15
Plagiarized
Plagiarism Unique Sentences Unique Sentences

Content Checked For Plagiarism

1
A. Intoleransi aktivitas Tujuan: Contoh menggunakan bahasa NOC 1. Menoleransi aktivitas yang
biasa di lakukan, yang dibutuhkan oleh : toleransi aktivitas, ketahanan dan penghematan energy. 2.
Mendomenstrasikan penghematan energy, yang di butuhkan oleh indicator sebagai berikut (yaitu: tidak
pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atauselalu di tunjukan). 3. Menyadari keterbatasan energy.
4. Menyeimbangkan aktifitas dan istirahat. 5. Melaporkan tingkat ketahanan yang kuat
untukbaktifitas Pasien akan : 1. Mengidentifikasi aktivitas atau situasi yang menimbulkan kecemasan
yang dapat mengakibatkan intoleran aktivitas. 2. Berpartisispasi dalam aktivitas fisik yang di
butuhkan dengan peningkatan normal denyutr jantung, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah serta
memantau pola tersebut dalam batas normal. 3. Melaporkan bebas dan dispnea, kesulitan bernafas,
dan keletihan melakukan aktivitas sehari-hari 4. Melakukan perubahan yang hidup yang diperlukan
untuk penghematan energy Ativitas keperawatan Pengkajian 1. Tentukan pengetahuan dan pemahaman
terhadap keterbatasan energy oleh klien dan orang terdekat 2. Pantau tingkat energy dan toleransi pasien
terhadap aktivitas
3. Identifikasi kendala untuk beraktivitas 4. Rujuk pada diagnosis itoleran aktivitas, untuk pengkajian yang
lain. Penyuluhan untuk pasien 1. Susun rencana yang relistis untuk proses adaptasi terhadap
keterbatasan pasien 2. Gali bersama pasien dampak spesifik ketidak aktifann 3. Intruksikan pasien
dan keluarga untuk memberitahu penyedia layanan primer jika keletihan terys menerus terjadi 4.
Manajemen anergi (NIC) Ajarkan pasien dan orang terdekat pasien tentang teknik keperawatan diri
lain yang terdapat minimalkan konsumsi oksigen (misal, pemantauan mandiri, dan teknik langkah
untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari hari). Ajarkan pengaturan aktivitas dan teknik
manajemen waktu untuk mencegah keletihan 1. Aktivitas lain 2. Dapatkan batuan dari keluarga
dalam usaha mendukung dan mendorong pasien untuk menyelesaikan aktivitas. Berikut dukungan
dalam pengambilan keputusan ( dan lainnya) selama periode penyakit atau stress yang tinggi. (wilkinson,
2016:hal20)

Sources Similarity

Anda mungkin juga menyukai