Anda di halaman 1dari 15

Nama : Clarisa Dwi Yunita Febrianti

NIM : 14.401.18.010

Judul : Gambaran Pengetahuan Pada Masyarakat Tentang Penyakit


Hipertensi di Desa Kajarharjo

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sering kali penderita hipertensi bertahun-tahun tanpa merasakan gangguan
atau gejal, Hipertensi sering disebut sebagai “silent killer” (pembunuh siluman).
Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti
jantung, otak maupun ginjal. (Carlson Wade, 2016)
Menurut Worl Health Organization (WHO), tekanan darah dianggap normal bila
kurang dari 135/85 mmHg, dan dinyatakan hipertensi bila lebih dari 140/90
mmHg dan diantara nilai tersebut dinyatakan normal. Joint Natuional Committee
(JNC) on Detection and Treatment of High Blood Pressure 2014 mendefinisikan
hipertensi sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg pada usia <60
tahun dan 150/90 mmHg pada usia >60 tahun. Selain itu, menurut Joesoef (dalam
Yusmawati, 2017), Direktur pelayanan medis pusat jantung nasional harapan kita,
tekanan darah 110-120/80-90 mmHg dikategorikan sebagai prehipertensi dan
perbaikan dalam gaya hidup dibutuhkan untuk menurunkan tekanan darah,
sedangkan tekanan darah 140-159/90-99 mmHg merupakan hipertensi stadium I
dan >160/>100 mmHg merupakan stadium II (Dayoko, 2018).
WHO mencatat pada tahun 2013 sedikitnya sejumlah 972 juta kasus
hipertensi,diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus pada tahun 2025 atau sekitar
29% dari total penduduk dunia menderita hipertensi, dimana 333 juta berada

1
dinegara maju dan 639 sisanya berada dinegara berkembang, termasuk Indonesia,
hipertensi juga menempati peringkat ke 2 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien
rawat jalan dirumah sakit di Indonesia. Penderitanya lebih banyak wanita (30%)
dan pria (29%) sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama dinegara
berkembang (Yusmawati, 2017).
Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan Riskesdas 2018 sebesar 34,1%,
tertinggi di Kalimantan Selatan (44,1%), sedangkan yang terendah di Papua
(22,2%). Di Indonesia, hipertensi menempati peringkat ke 2 dari 10 penyakit
terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit. Penderita hipertensi lebih
banyak wanita (30%) dan pria (29%), sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi
terjadi terutama di negara berkembang (Triyanto, 2014). Menurut National Basic
Health survei pravalensi hipertensi di Indonesia pada kelompok usia 15-24 tahun
adalah 8,7%, pada kelompok usia 25-34 tahun adalah 14,7%, kelompok umur 35-
44 tahun 24,8%, kelompok usia 45-54 tahun adalah 35,6%, kelompok umur 55-64
tahun 45,9%, kelompok usia 65-74 tahun adalah 57,6%, sedangkan lebih dari 75
tahun 63,8%, dengan prevalensi yang tinggi tersebut hipertensi yang tidak
disadari jumlahnya bisa lebih tinggi lagi. Hal ini terjadi karena hipertensi dan
komplikasinya jumlahnya jauh lebih sedikit dari pada hipertensi yang tidak ada
gejalanya (Riskesdas, 2018).
Di Sumatera Utara, jumlah penderita hipertensi pada tahun 2016
(JanuariOktober) berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Sumatera Utara, tercatat
50.162 orang menderita hipertensi. Bahkan, jumlah itu belum seluruhnya karena
10 kabupaten/kota yakni Medan, Deliserdang, Labuhan Batu Selatan, Tanjung
Balai, Tapanuli Utara, Samosir, Tapanuli Selatan dan Nias Utara yang belum
menyerahkan data ke Dinkes Sumut. Pada data tersebut, tercatat paling banyak
menderita hipertensi adalah wanita dengan jumlah 27.021 penderita. Sedangkan
pada tahun 2015, tercatat pada data itu penderita hipertensi di Sumut,
JanuariOktober 2015, mencapai 51.939 penderita. (Aidha, 2018)
Menurut Depkes Tahun 2016, hipertensi menduduki peringkat kedua setelah
ISPA dalam Sepuluh Penyakit Terbanyak Pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas

2
Kota Medan Tahun 2012 – 2016, kecuali tahun 2013, dengan jumlah pasien yang
meningkat tiap tahunnya. Yaitu 9,8% di tahun 2012, 12% di tahun 2014, 14,51%
di Tahun 2015, dan 16,63% di tahun 2016 (Depkes, 2016).
Sampai saat ini hipertensi masih merupakan tantangan terbesar di Indonesia.
Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada
pelayanan kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi
yang tinggi, yaitu sekitar 25,8%, sesuai dengan data Riskedas 2013. Disamping
itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif
banyak tersedia (Kemenkes RI, 2015).
Berdasarkan uraian diatas bahwa tingginya jumlah masyarakat yang
menderita hipertensi dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit
hipertensi yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian tentang
“Gambaran pengetahuan masyarakat tentang penyakit hipertensi”.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pengetahuan masyarakat tentang penyakit hipertensi ?

1.3 Tujuan Penelitian


Mengetahui Gambaran pada masyarakat tentang penyakit hipertensi

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Institusi
Secara akademik penelitian ini bermanfaat untuk menmbah
pengetahuan mahasiswa keperawatan dan masyarakat mengenai
pengetahuan tentang penyakit hipertensi.
1.4.2 Pelayanan kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi bagi
petugas kesehatan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat
tentang penyakit hipertensi sehingga dapat menjadi masukan dalam
memberikan pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan mengenai

3
perilaku hidup sehat terhadap terjadinya hipertensi supaya tidak terjadi
komplikasi yang lebih lanjut.
1.4.3 Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dimasukkan sebagai bahan untuk
mengembangkan ilmu keperawatan sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif berhubungan dengan pengetahuan
penyakit hipertensi.
1.4.4 Bagi Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan data awal dalam mengadakan
penelitian yang terkait dengan tingkat pengetahuan terhadap penyakit
hipertensi.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan


2.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas
penggabungan atau kerjsama antara suatu subyek yang mengetahui
dan objek yang diketahui. Menurut Notoadmodjo dalam Yuliana
(2017), pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil
pengetahuan seeorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki
(mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Jadi pengetahuan adalah
berbagai macam hal yang diperoleh oleh sesorang melalui panca
indera (Notoadmodjo, 2017).
2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor internal:
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal
yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup.
2. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang
memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung
maupun tidak langsung.
3. Umur
Tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan

5
masyarakat seseorang yang lebih dewasa lebih dipercaya dari
orang yang belum tinggi kedewasaanya, ini bisa ditentukan dari
pengalaman dan kematangan jiwa.
Faktor eksternal :
1. Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
2. Social budaya
System social budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam dalam menerima informasi.
2.1.3 Tingkat Pengetahuan
Menurut Daryanto dalam Yuliana (2017), pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas yang berbeda-beda, dan
menjelaskan bahwa ada enam tingka pengetahuan yaitu :
1. Pengetahuan (knowledge)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang
telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Seseorang
dituntut untuk mengetahui fakta tanpa dapat menggunakannya.
2. Pemahaman (comprehension)
Memahami suatau oobjek bukan sekedar tahu, tidak sekedar dapat
menyebutkan, tetapi dapat mwnginterprestasikan secara benar
tentang objek yang diketahui.
3. Penerapan (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)

6
Kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan,
kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu objek.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum
atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-
komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang telah ada.
6. Penilaian (evaluation)
Yaitu suatau kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian
terhadap suatu objek tertentu didasarlan pada suatu kriteria atau
norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
2.1.4 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menayakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2014) Menurut
Nurhasim (2013) Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang yang ingin diketahui atau diukur dapat
disesuaikan dengan tingkat pengetahuan responden yang meliputi
tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Adapun
pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan
secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan
subjektif, misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif,
misalnya pertanyaan pilihan ganda, (multiple choice), betul-salah dan
pertanyaan menjodohkan. Cara mengukur pengetahuan dengan
memberikan pertanyaan – pertanyaan, kemudian dilakukan penilaian 1
untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban salah. Penilaian
dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor yang diharapkan
(tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya prosentase

7
kemudian digolongkan menjadi 3 kategori yaitu 13 Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta kategori baik (76 -100%), sedang atau cukup
(56 – 75%) dan kurang (<55%) (Arikunto, 2015).
2.2 Konsep Dasar Hipertensi
2.2.1 Definisi
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat
abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda.
Seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya
lebih tinggi dari 140/90 mmHg (Elizabeth dalam Ardiansyah M.,
2012).
Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016),
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung,
tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar
resikonya.
Sedangkan menurut Hananta I.P.Y., & Freitag H. (2011),
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode.
Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat
endogen seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan, maupun
yang bersifat eksogen seperti obesitas, konsumsi garam, rokok dan
kopi. Menurut American Heart Association atau AHA dalam
Kemenkes (2018), hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya
sangat bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama
dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau
rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah,
penglihatan kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan.
2.2.2 Etiologi

8
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan
(Ardiansyah M., 2012) :
1. Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang
90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga
berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :
a. Genetic
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih
tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.
b. Jenis kelamin dan usia
Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause
berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi.
c. Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan
kandungan lemak yang tinggi secara langsung berkaitan
dengan berkembangnya penyakit hipertensi.
d. Berat badan obesitas
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering
dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
e. Gaya hidup merokok dan konsumsi alcohol
Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang
terkandung dalam keduanya.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa
penyakit, yaitu :
a. Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang
mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta
abdominal. Penyembitan pada aorta tersebut dapat

9
menghambat aliran darah sehingga terjadi peningkatan
tekanan darah diatas area kontriksi.
b. b) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini
merupakan penyakit utama penyebab hipertensi sekunder.
Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan penyempitan.
c. satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa
darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien
dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous
dyplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit
parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta
perubahan struktur serta fungsi ginjal.
d. Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen). Kontrasepsi
secara oral yang memiliki kandungan esterogen dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi melalui mekanisme renin-
aldosteron-mediate volume expantion. Pada hipertensi ini,
tekanan darah akan kembali normal setelah beberapa bulan
penghentian oral kontrasepsi.
e. Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks
adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder.
Adrenalmediate hypertension disebabkan kelebihan primer
aldosteron, kortisol, dan katekolamin.
f. Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.
g. Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan
darah untuk sementara waktu.
h. Kehamilan
i. luka bakar
j. Peningkatan tekanan vaskuler
k. Merokok
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.
Peningkatan katekolamin mengakibatkan iritabilitas

10
miokardial, peningkatan denyut jantung serta menyebabkan
vasokortison yang kemudian menyebabkan kenaikan tekanan
darah.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas Nurarif A.H., & Kusuma.
(2016) :
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan distolik lebih besar
dari 160 mmHg da tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada Nurarif A.H., & Kusuma. (2016) :
1. Elastisitas dinding aorta menurun.
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku .
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
2.2.3 Klasfikasi
1. Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. 2016),
klasifikasi hipertensi klinis berdasarkan tekanan darah sistolik dan
diastolik yaitu :
a. Optimal : <120/80 mmHg
b. Normal : 120-129/80-84 mmHg
c. High normal : 130-139/8589 mmHg
d. Hipertensi
e. Grade 1 (ringan) : 140-159/90-99 mmHg
f. Grade 2 (sedang) : 160-179/100-109 mmHg
g. Grade 3 (berat) : 180-209/100119 mmHg

11
h. Grade 4 (sangat berat) : >210/>210 mmHg
2. Menurut World Health Organization dalam Noorhidayah, S.A.
(2016) klasifikasi hipertensi adalah :
a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama
dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90
mmHg.
b. Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-
149 mmHg da n diastolik 91-94 mmHg.
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih
besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar
atau sama dengan 95 mmHg.
2.2.4 Manifestasi Klinis
Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016),
tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
2. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
3. 2) Gejala yang lazim
4. Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan medis. Beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual

12
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
2.2.5 Faktor-Faktor Resiko Hipertensi
Menurut Aulia, R. (2017), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu :
1. Faktor yang tidak dapat diubah
Faktor yang tidak dapat berubaha adalah :
a. Riwayat Keluarga
Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah, ibu, kakak
kandung/saudara kandung, kakek dan nenek dengan
hipertensi lebih berisiko untuk terkena hipertensi.
b. Usia
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya
usia. Pada laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun
sedangkan pada wanita meningkat pada usia lebih dari 55
tahun.
c. Jenis Kelamin
Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria daripada
wanita.
d. Ras/etnik
Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar
negeri hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika Amerika
daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.
2. Factor yang dapat diubah
Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi
antara lain yaitu :
a. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi
karena dalam rokok terdapat kandungan nikotin. Nikotin

13
terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan
diedarkan ke otak. Di dalam otak, nikotin memberikan sinyal
pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin
yang akan menyemptkan pembuluh darah dan memaksa
jantung bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih
tinggi (Murni dalam Andrea, G.Y., 2013).
b. Kurang aktifitas fisik
Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh
otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya
aktifitas fisik merupakan faktor risiko independen untuk
penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan dapat
menyebabkan kematian secara global (Iswahyuni, S., 2017).
c. Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon
monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman darah.
d. Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung garam
Garam merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan untuk
memasak. Konsumsi garam secara berlebih dapat
meningkatkan tekanan darah. Menurut Sarlina, Palimbong, S.,
Kurniasari, M.D., Kiha, R.R. (2018), natrium merupakan kation
utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang berfungsi menjaga
keseimbangan cairan.
e. Kebiasaan konsumsi makanan lemak Menurut Jauhari (dalam
Manawan A.A., Rattu A.J.M., Punuh M.I, 2016), lemak
didalam makanan atau hidangan memberikan kecenderungan
meningkatkan kholesterol darah, terutama lemak hewani yang
mengandung lemak jenuh. Kolesterol yang tinggi bertalian
dengan peningkatan prevalensi penyakit hipertensi.
2.2.6 Komplikasi Hipertensi
Menurut Ardiansyah, M. (2015) komplikasi dari hipertensi adalah :

14
1. Stoke Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam
otak atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak.
Stroke bisa terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan pembuluh
darah sehingga aliran darah pada area tersebut berkurang. Arteri
yang mengalami aterosklerosis dapat melemah dan meningkatkan
terbentuknya aneurisma.
2. Infark Miokardium Infark miokardium terjadi saat arteri koroner
mengalami arterosklerotik tidak pada menyuplai cukup oksigen ke
miokardium apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat
aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi
kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan okigen
miokardioum tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia
jantung yang menyebabkan infark.
3. Gagal Ginjal Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya
tekanan pada kapiler-kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus
membuat darah mengalir ke unti fungsionla ginjal, neuron
terganggu, dan berlanjut menjadi hipoksik dan kematian.
Rusaknya glomerulus menyebabkan protein keluar melalui urine
dan terjadilah tekanan osmotic koloid plasma berkurang sehingga
terjadi edema pada penderita hipertensi kronik.
4. Ensefalopati Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi
maligna (hipertensi yang mengalami kenaikan darah dengan
cepat). Tekanan yang tinggi disebabkan oleh kelainan yang
membuat peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke
dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya
neuro-neuro disekitarnya terjadi koma dan kematian.

15

Anda mungkin juga menyukai