Anda di halaman 1dari 19

KONSEP DAN MENERAPKAN SYSTEM PENGORGANISASIAN DAN SYSTEM

KLASIFIKASI PASIEN

Disusun Oleh :
Kelompok 4

1. Anggi Ardika ( 14.401.18.003 )


2. Clarisa Dwi Yunita F. ( 14.401.18.010 )
3. Imelda Ayu Sinta. ( 14.401.18.026 )
4. Miftahul Hidayah ( 14.401.18.033 )

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

SEMESTER VI

2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena hanya dengan Rahmat,
Taufik dan Hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“KONSEP DAN MENERAPKAN SYSTEM PENGORGANISASIAN DAN SYSTEM
KLASIFIKASI PASIEN ” dapat kami selesaikan dengan tepat waktu.

Makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik materi
moral maupun spiritual. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna untuk itu saran dan kritik demi perbaikan sangat penulis harapkan. Dan semoga
makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca serta perkembangan ilmu
keperawatan transkultural pada umumnya.

Krikilan, 11 Februari 2021

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I.....................................................................................................................................3

PENDAHULUAN..................................................................................................................3

A. Latar Belakang..........................................................................................................3

B. Tujuan........................................................................................................................3

BAB II....................................................................................................................................5

TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................5

A. Definisi Pengorganisasian.........................................................................................5

B. Tujuan Pengorganisasian.........................................................................................6

D. Organisasi Sebagai Sistem Sosial.............................................................................6

E. Struktur Organisasi..................................................................................................7

F. Tipe Struktur Organisasi.........................................................................................7

G. STRUKTUR ORGANISASI PELAYANAN KEPERAWATAN.........................9

H. SALURAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI PELAYANAN


KESEHATAN/KEPERAWATAN................................................................................10

I. Definisi Sistem Klasifikasi Pasien..........................................................................11

J. Tujuan Sistem Klasifikasi Pasien..........................................................................12

K. Kategori Sistem Klasifikasi Pasien....................................................................12

L. Penerapan Sistem Klasifikasi Pasien Dalam Tatanan Pelayanan Kesehatan...13

BAB III.................................................................................................................................15

PENUTUP............................................................................................................................15

A. Kesimpulan..............................................................................................................15
B. Saran.........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita ketahui bahwa pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan yang diselenggarakan di rumah sakit.
Pelayanan keperawatan mempunyai peran yang besar dalam pencapaian mutu citra dan
efisiensi pelayanan kesehatan di RS, karena selain merupakan tenaga profesi yang
terbanyak jumlahnya di setiap RS juga sebagai tenaga profesi yang memberi pelayanan
selama 24 jam terus menerus di  sisi pasien, sehingga pengelolaan tenaga keperawatan
mutlak perlu dilaksanakan dengan baik.
Mengingat kegiatan pelayanan keperawatan tergantung pada kualitas dan kuantitas
tenaga keperawatan yang memberikan asuhan kepada pasien/keluarga di ruang
perawatan, maka peningkatkan mutu pelayanan keperawatan  diperlukan dukungan
sumber daya manusia keperawatan yang mampu mengemban tugas untuk
mempertahankan kualitas pelayanan dan asuhan keperawatan selama 24 jam terus
menerus, serta mampu mengadakan perubahan.
Untuk dapat melaksanakan pernyataan ini, perlu adanya rekrut, seleksi,
orientasi,pengembangan, penjadwalan serta klasifikasi dan perencanaan tenaga
keperawatan yang diatur dengan baik sesuai dengan prinsip-prinsip dalam sistem
pengelolaan dan pendayagunaan tenaga keperawatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat menjelaskan pengertian pengorganisasian.
b. Dapat menjelaskan konsep pengoranisasian pada management keperawatan.
c. Dapat menjelaskan langkah-langkah pengorganisasian.
d. Dapat menyebutkan tipe-tipe pengorganisasian.
e. Dapat menjelaskan Struktur Organisasi Pelayanan Keperawatan.
f. Dapat mendeskripsikan Saluran komunikasi dalam organisasi pelayanan
kesehatan/keperawatan.
g. Untuk mengetahui tentang pengertian sistem klasifikasi pasien.
h. Untuk mengetahui tentang tujuan dari klasifikasi pasien.
i. Untuk mengetahui tentang kategori sistem klasifikasi pasien
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Pengorganisasian
Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar,
dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasikan untuk mencapai tujuan.
Akibat terjadinya interaksi dengan karakteristik masing-masing serta banyak
kepentingan yang membentuk gaya hidup, pola perilaku, dan etika kerja, yang
semuanya akan mencirikan kondisi suatu organisasi. (Marquis & Huston, 2010).
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan
mengalokasi dan mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan yang dicapai.
Peran manajer dalam fungsi pengorganisasian adalah menentukan, tugas yang akan
dikerjakan, individu yang akan mengerjakan, pengelompokkan tugas, struktur
pertanggungjawaban, dan proses pengambilan keputusan. Manajer bertanggung
jawab juga dalam merancang pekerjaan staf yang digunakan untuk mencapai
sasaran organisasi (Robins & Coulter, 2007). 
Fungsi pengorganisasian akan dapat dilaksanakan dengan baik kalau
manajer pelayanan kesehatan memahami prinsip-prinsip pengorganisasian.
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur
berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang dan
pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf untuk mencapai tujuan
organisasi.
Berdasarkan batasan tersebut maka fungsi organisasi ialah alat untuk
memadukan dan mengatur semua kegiatan yang ada kaitannya dengan personel,
finansial, material dan tata cara pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pandangan tersebut maka organisasi dipandang sebagai wadah
kerjasama antar orang-orang (organisasi bersifat statis). Organisasi juga dapat
ditinjau dari kerjaan dan pembagian tugas para staf untuk mencapai tujuan
(organisasi bersifat dinamis). Organisasi dapat juga dilihat dari strategi pimpinan
untuk mengelolah organisasi (organisasi sebagai instrument pimpinan).
B. Tujuan Pengorganisasian
Tujuan dari pengorganisasian adalah sebagai berikut:

1. Mempermudah pelaksanaan tugas.


2. Mempermudah pimpinan melakukan pengendalian.
3. Agar kegiatan-kegiatan para bawahan terarah ke satu tujuan yang telah
ditentukan.
4. Agar dapat menentukan orang-orang yang tepat untuk tugas-tugas yang ada.
C. Prinsip – Prinsip Pengorganisasian
Beberapa prinsip pokok dari pengorganisasian adalah sebagai berikut:
Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf :
1. Membagi habis pekerjaan kedalam kegiatan pokok untuk mencapai tujuan
2. Mengolompokkan kegiatan pokok ke dalam satuan kegiatan yang lebih
operasional (elemen kegiatan)
3. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan fasilitas
pendukungnya.
4. Penugasan personel yang cakap.
5. Mendelegasikan wewenang
6. Dalam pembagian tugas harus diperhatikan keseimbangan antara wewenang dan
tanggung jawab. Wewenang yang terlalu besar pada staf mendorong terjadinya
kasus korupsi akibat peluang yang besar tetapi pengawasan yang kurang.
D. Organisasi Sebagai Sistem Sosial
Organisasi sebagai wadah kerja sama manusia untuk mecapai tujuan
bersama harus dipahami sebagai sebuah sistem sosial karena sumber daya
utamanya adalah manusia. Di dalam sebuah sistem sosial terdapat subsistem lain
yang saling berinteraksi satu sama lain. Salah satu di antaranya yang terpenting
adalah subsistem hubungan antar manusia (social sub-system). Subsistem yang lain
adalh subsistem administrasi (structural sub-system), subsistem informasi (decision
making sub-system), subsistem ekonomi (technological sub-system) (Muninjaya,
2011).
E. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi (Organizational Structure) menentukan bagaimana
pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal. Struktur
organisasi sebagai penentuan bagaimana pekerjaan dibagi-ibagi, dan
dikelompokkan secara formal (Robbins,2007)
Menurut Robbins (2007) ada elemen kunci yang perlu diperhatikan oleh
para manager ketika mereka hendak mendesain struktur organisasi. Keenam elemen
tersebut adalah spesialisasi kerja, departementalisasi, rantai komando, rentang
kendali, sentralisasi, desentralisai dan formalisasi.
F. Tipe Struktur Organisasi
Menurut (Marquis & Huston, 2010) biasanya, sebuah departemen
keperawatan menggunakan satu dari beberapa tipe struktur organisasi seperti
bureaucratic, ad hoc, matrix, flat, atau gabungan dari beberapa struktur. Tipe
struktur yang digunakan dalam fasilitas pelayanan kesehatan mempengaruhi pola
komunikasi, hubungan, dan wewenang dalam sebuah organisasi. 
1. Bureaucratic
Desain organisasi birokrasi biasa disebut dengan line structures atau line
organization. Pengambilan keputusan dan kekuasaan dipegang oleh beberapa
orang dalam tingkat atas. Setiap orang yang memiliki beberapa kekuatan dan
otoritas yang bertanggung jawab untuk hanya beberapa orang. Ada banyak
lapisan departemen, dan komunikasi cenderung bergerak lambat pada jenis
sistem ini. Banyak orang yang telah mengenal struktur ini sehingga tidak sulit
untuk mengorientasikan seseorang ke dalam struktur ini. Dalam struktur ini,
wewenang dan tanggung jawab diatur dengan sangat jelas. 
Masalah terkait struktur ini adalah kepatuhan terhadap rantai komando
komunikasi, yang membatasi komunikasi ke atas. Pemimpin yang baik
mendorong komunikasi ke atas untuk mengkompensasi kerugian. Namun, ketika
garis posisinya sudah jelas terdefinisi, keluar dari rantai komando komunisasi
dengan melakukan komunikasi ke atas biasanya tidak pantas. 
Menurut Robbins (2007), birokrasi (bureaucracy) dicirikan dengan tugas-
tugas operasi yang sangat rutin yang dicapai melalui spesialisasi, aturan dan
ketentuan yang sangat formal, tugas-tugas yang dikelompokkan ke dalam
berbagai departemen fungsional, wewenang terpusat, rentang kendali yang
sempit, dan pengambilan keputusan yang mengikuti rantai komando.
2. Ad Hoc Design 
Ad Hoc Design adalah modifikasi dari struktur birokrasi dan terkadang
digunakan sementara untuk memudahkan penyelesaian sebuah proyek dengan
garis organisasi formal. Struktur ad hoc adalah sarana untuk mengatasi
ketidakfleksibelan dari garis struktur. Struktur ad hoc menggunakan proyek tim
atau pendekatan tugas dan biasanya dibubarkan saat proyek tersebut selesai.
Kerugian dari struktur ini adalah menurunnya kekuatan dalam rantai komando
formal dan menurunkan loyalitas karyawan terhadap organisasi induk.
3. Matrix Structure
Matrix organization structure dirancang untuk fokus terhadap produk dan
fungsi. Fungsi digambarkan sebagai semua tugas yang dibutuhkan untuk
menghasilkan produk, dan produk merupakan hasil akhir dari fungsi tersebut.
Sebagai contoh, kriteria hasil pasien yang baik adalah produk sedangkan staf
yang memadai adalah sebuah fungsi yang diperlukan untuk menghasilkan
produk yang baik.
Struktur organisasai matrik mempunyai rantai komando vertikal dan
horisontal. Meskipun begitu, terdapat aturan yang kurang formal dan tingkat
hirarki yang lebih sedikit. Dalam struktur ini, membuat keputusan bisa menjadi
lebih lama karena kebutuhan untuk bertukar informasi, dan hal itu dapat
menyebabkan kebingungan bagi pekerja karena desain dari dua wewenang.
Keuntungan utama dari struktur ini adalah keahlian yang terpusat seringkali
sebanding dengan kompleksitas komunikasi yang dibutuhkan dalam
perancangan. 
4. Flat design
Flat organizational design adalah sebuah usaha untuk memindahkan lapisan
hirarki dengan perataan rantai komando dan desentralisasi organisasi. Pada
waktu yang tepat, ketika finansial organisasi kaya, merupakan hal yang mudah
untuk menambahkan lapipsan dalam sebuah organisasi untuk menyelesaikan
sebuah pekerjaan. Tapi ketika organisasi mulai merasa finansialnya menurun,
mereka sering melihat hirarki mereka untuk mengetahui posisi apa yang dapat
dihilangkan.
Dalam desain ini, terdapat kelangsungan garis kebijakan, dan karena
struktur organisasi iini, pembuat kebijakan dan wewenang menjadi lebih banyak.
Banyak manajer yang kesulitan untuk melepaskan kontrolnya, dan walaupun
struktur ini menahan banyak karakteristik dari birokrasi
G. STRUKTUR ORGANISASI PELAYANAN KEPERAWATAN
1. Metode Kasus
Metode kasus merupakan metode penugasan yang paling tua karena metode
ini adalah metode pemberian asuhan keperawatan yang pertama kali digunakan.
Pada metode ini, seorang perawat bertugas dan bertanggung jawab merawat satu
pasien selama periode dinas (Sitorus, 2006). Metode ini biasa diterapkan di
ruang perawatan intensif.Metode Fungsional Metode penugasan fungsional
merupakan metode pemberian asuhan keperawatan yang menekankan pada
penyelesaian tugas dan prosedur (Sitorus, 2006). Prioritas utama metode ini
adalah pemenuhan kebutuhan fisik sehingga kurang memerhatikan kebutuhan
manusia secara holistic dan komprehensif.
Pada metode penugasan fungsional, seorang kepala ruang membawahi
secara langsung perawat-perawat pelaksana yang ada di ruang tersebut. Metode
ini menggambarkan bahwa satu-satunya pemegang kendali manajerial dan
laporan klien adalah kepala ruang, sedangkan perawat lainnya hanya sebagai
perawat pelaksana tindakan.
Peran perawat pada metode ini adalah melakukan tindakan sesuai dengan
spesifikasi/spesialisasi yang dimilikinya, setiap perawat mempunyai tugas dan
tanggung jawab untuk memberikan tindakan keperawatan sebanyak satu atau
dua jenis tindakan. Jenis tindakan lainnya diberikan oleh perawat yang lainnya.
Berdasarkan struktur di atas, trgambar dengan jelas bahwa ada pembagian tugas
perawat, yaitu ada perawat yang tugasnya hanya memberikan obat ada perawat
yang tugasnya hanya merawat luka dan lain-lain. Namun demikian, guna
mengurangi beban tanggung jawab kepala ruang yang besar, pihak rumah sakit
dapat memodifikasi struktur tersebut dengan menempatkan wakil kepala ruang
untuk membantu tugas kepala ruang. Selain mengurangi beban kerja kepala
ruang, dengan adanya wakil kepala ruang, harapannya dapat meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pekerjaan.
2. Metode Tim
Menurut Douglas metode tim adalah metode pemberian asuhan
keperawatan yang mencirikan bahwa sekelompok tenaga keperawatan yang
memberikan asuhan keperawatan dipimpin oleh seorang perawat profesional
yang sering disebut dengan “Ketua tim”. Selain itu, Sitorus (2010) juga
menyampaikan bahwa dengan metode penugasan tim, setiap anggota
kelompok/tim mempunyai kesempatan untuk berkontribusi dalam merencanakan
dan memberikan asuhan keperawatan sehingga pada perawat timbul motivasi
dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Guna menunjang tercapainya asuhan
keperawatan yang efektif dan efisien, tugas pokok dan fungsi masing-masing,
posisi harus jelas dan dipahami oleh masing-masing personel perawat.
3. Metode Keperawatan Primer
Metode Keperawatan Primer adalah suatu metode pemberian asuhan
Keperawatan yang mempunyai karakteristik kontinuitas dan komprehensif
dalam pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh seorang perawat
yang bertanggung jawab dalam merencanakan, melakukan, dan mengoordinasi
selama pasien dirawat di ruang perawatan. Perawat yang bertanggung jawab
selama 24 jam atas pasien-pasiennya tadi disebut”Perawat Primer”. Perawat
primer biasanya bertanggung jawab antara 4-6 pasien.
H. SALURAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI PELAYANAN
KESEHATAN/KEPERAWATAN
Komunikasi yang terjadi dalam organisasi pelayanan
keseahtan/keperawatan adalah komunikasi formal. Saluran-saluran komunikasi
terbentuk dalam komunikasi formal terbentuk. Saluran komunikasi formal
ditentukan oleh struktur organisasi. Saluran komunikasi formal dibagi menjadi 3,
yaitu veretikal, lateral, dan diagonal:
1. Komunikasi vertical
Komunikasi vertical terjadi dari atas kebawah atau sebaliknya sesuai garis
perintah. Komunikasi dari atas kebawah terjadi dimulai dari manajemen puncak
kemudian menuju bawah melalui tingkatan-tingkatan manjemen sampai dengan
personalpaling bawah. Tujuan utama komunikasi kebawah  adalah memeberi
pengarahan, informasi, instruksi, saran, masukan, dan penilaian. Informasi yang
disampaikan kebawah dapat berupa tujuan-tujuan organisasi dan juga kebijakan
organisasi. Sedangkan, bentuknya dapat berupa tulisan ataupun lisan.
Komunikasi ke atas berfugnsi untuk memberikan informasi ataupun umpan
balik kepada tingkatan manajemen atas tentang hal-hal yang terjadi tingkat
bawah (robbins,2013). Informasi yang disampaikan  dapat berupa laporan  hasil
kerja, gagasan/ide, penjelasan , maupun permintaan. Komunitas ke atas dapat 
dapat disebut juga sebagai umpan balik ke manajemen  ats terkait kebijakan,
pengarahan , instruksi dan pengaturan.
Komunikasi vertical yang terjadi pada tingkat ruang perawatn dapat
digambarkan sebagai berikut : komunikasi antara kepala ruang dan  ketua
tim/perawat primer  dan atau perawat pelaksana; ketua tim/perawat primer
dengan perawat pelaksana
2. Komunikasi lateral/horizontal
Komunikasi lateral terjadi pada antar-departemen pada antar-anggota dalam
kelompok kerja/selevel dan juga terjadi pada antar-departement pada tingakatan
organisasi yang sama. Komunikasi yang terjadi  adalah pimpinan dengan
pimpinan, bawahan dengan bawahan.komunikasi ini bersifat koordinatif.
Komunikasi lateral/horizontal yang terjadi pada tingkat ruang perawatn adalah
antar-kepala ruang, abtar-ketua tim/perawat primer. Dan antar –perawat
pelaksana.
3. Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal adalah komunikasi yang memotong atau menyilang
diagonal garis perintah organisasi. Komunikasi ini dilakukan antara dua orang
pada tingkat kedudukan yang berbeda, pada tugas dan fungsi yang berbeda, dan
tidak mempunyai wewenang langsung terhadap piuhak yang lain. Komunikasi
diagonal yang terjadi pada tingkat ruang perawatan adalah komunikasi antara
perawat dan tim kesehatan lain (dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain).
I. Definisi Sistem Klasifikasi Pasien
Klasifikasi pasien adalah metode pengelompokkan pasien menurut jumlah
dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Dalam banyak sistem klasifikasi,
pasien dikelompokkan sesuai dengan ketergantungan mereka pada pemberi
perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan.
Dalam menentukan kebutuhan tenaga di ruang rawat, perawat perlu
memantau klasifikasi klien. Sistem klasifikasi pasien adalah pengelompokan pasien
berdasarkan kebutuhan perawatan yang secara klinis dapat diobservasikan oleh
perawat. Pada dasarnya sistem klasifikasi pasien ini mengelompokkan pasien sesuai
dengan ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan kemampuan yang
dibutuhkan untuk memberi asuhan keperawatan yang dibutuhkan.
Ketenagaan memerlukan koordinasi antara bagian personalia dan pelayanan
keperawatan, biasanya bagian personalia mengadakan tenaga keperawatan sesuai
dengan permintaan yang diajukan oleh bagian keperawatan. Langkah pertama pada
rekrut tenaga adalah menstimulasi calon untuk mengisi posisi yang dibutuhkan. Hal
ini tidak sederhana karena tidak hanya segi teknis kualifikasi tetapi juga kwalitas
individu harus sesuai dengan pekerjaan, susunan dan tujuan organisasi. Usaha
rekrut tenaga jangan tergesa-gesa karena dapat mengakibatkan seleksi yang tidak
memuaskan.
J. Tujuan Sistem Klasifikasi Pasien
Tujuan klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan pemberian nilai
untuk mengukur jumlah usaha yang diperlukan untuk memenuhi perawatan yang
dibutuhkan pasien (Gillies, 1994). Menurut Swanburg, tujuan klasifikasi pasien
adalah untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan dan
menentukan nilai produktivitas.
Setiap kategori deskriptor empat perawatan (aktifitas sehari-hari, kesehatan
umum, dukungan pengajar serta emosional, dan perlakuan sekitar pengobatan)
dipakai untuk menunjukkan karakteristik dan tingkat perawat yang dibutuhkan
pasien di dalam klasifikasi tersebut.
Klasifikasi pasien sangat menentukan perkiraan kebutuhan tenaga. Hal ini
dilakukan untuk menetapkan jumlah tenaga keperawatan sesuai dengan kategori
yang dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien di setiap unit.
K. Kategori Sistem Klasifikasi Pasien
Kategori keperawatan klien, yaitu :
1. Self-care
Klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan tindak keperawatan dan
pengobatan. Klien melakukan aktivitas perawatan diri sendiri secara mandiri.
Biasanya dibutuhkan waktu 1-2 jam dengan waktu rata-rata efektif 1,5 jam/24
jam.
2. Minimal care
Klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindak keperawatan dan pengobatan
tertentu, misalnya pemberian obat intravena, dan mengatur posisi. Biasanya
dibutuhkan waktu 3-4 jam dengan waktu rata-rata efektif 3,5 jam/24 jam.
3. Intermediate care
Klien biasanya membutuhkan waktu 5-6 jam dengan waktu rata-rata efektif 5,5
jam/24 jam.
4. Mothfied intensive care
Klien biasanya membutuhkan waktu 7-8 jam dengan waktu rata-rata
efektif7,5jam/24jam.
5. Intensive care
Klien biasanya membutuhkan 10-14 jam dengan waktu rata-rata efektif 12
jam/24 jam.
Metode lain yang sering digunakan di Rumah Sakit adalah metode menurut
Donglas (1984), yang mengklasifikasi derajat ketergantungan pasien dalam tiga
kategori, yaitu perawatan miniaml, perawatan intermediate, dan perawatan
maksimal atau total.
a. Perawatan minamal
Perawatan ini memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam. Kriteria klien pada
klasifikasi ini adalah klien masih dapat melakukan sendiri kebersihan diri,
mandi, dan ganti pakaian, termasuk minum. Meskipun demikian klien perlu
diawasi ketika melakukan ambulasi atau gerakan. Ciri-ciri lain pada klien
dengan klasifikasi ini adalah observasi tanda vital dilakukan setiap shift,
pengobatan minimal, status psikologis stabil, dan persiapan pprosedur
memerlukan pengobatan.
b. Perawatan intermediate
Perawatan ini memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam. Kriteria klien pada
klasifikasi ini adalah klien masih perlu bantuan dalam memenuhi kebersihan
diri, makan dan minum. Ambulasi serta perlunya observasi tanda vital setiap
4 jam. Disamping itu klien dalam klasifikasi ini memerlukan pengobatan
lebih dan sekali. Kateter Foley atau asupan haluarannya dicatat. Dan klien
dengan pemasangan infus serta persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
c. Perawatan maksimal atau total
Perawat ini memerlukan waktu 5-6jam/24 jam. Kriteria klien pada klasifikasi
ini adalah klien harus dibantu tentang segala sesuatunya. Posisi yang diatur,
observasi tanda vital setiap 2 jam, makan memerlukan selang NGT (Naso
Gastrik Tube), menggunakan terapi intravena, pemakaian alat penghisap
(suction), dan kadang klien dalam kondisi gelisah/disorientasi.
L. Penerapan Sistem Klasifikasi Pasien Dalam Tatanan Pelayanan Kesehatan
Pasien diklasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi yang dibagi dalam tiga
kelompok berdasarkan tingkat ketergantungan klien :
1. Perawatan Total: klien memerlukan 7 jam perawatan langsung per 24 jam.
2. Perawatan Parsial : klien memerlukan 4 jam perawatan langsung per 24 jam.
3. Perawatan Mandiri: klien memerlukan 2 jam perawatan langsung per 24 jam.
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori di atas adalah sebagai
berikut :

a. Kategori I : Perawatan mandiri/self care


Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik,
tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan
pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan sederhana.
b. Kategori II : Perawatan sedang/partial/intermediate care
Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu makan,
memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri juga
dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi. Penampilan pasien sakit
sedang. Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital,
periksa urin reduksi, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran drainase
atau infus ]. Pasien memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk
mendukung emosi 5 – 10 menit/shift. Tindakan dan pengobatan 20 – 30
menit/shift atau 30 – 60 menit/shift dengan mengobservasi efek samping obat
atau reaksi alergi.
c. Kategori III : Perawatan total/intensive care
Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilakukan sendiri, semua dibantu oleh
perawat, penampilan sakit berat. Pasien memerlukan observasi terus menerus.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan
mengalokasi dan mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan yang dicapai.
Suatu pengorganisasia memiliki tujuan dan prinsip pokok tertentu dalam mencapai
tujuan yang diinginkan.
Sistem klasifikasi pasien adalah pengelompokan pasien berdasarkan
kebutuhan perawatan yang secara klinis dapat diobservasikan oleh perawat. Pada
dasarnya sistem klasifikasi pasien ini mengelompokkan pasien sesuai dengan
ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan kemampuan yang dibutuhkan
untuk memberi asuhan keperawatan yang dibutuhkan. Tujuan klasifikasi pasien
ialah untuk mengkaji pasien dan pemberian nilai untuk mengukur jumlah usaha
yang diperlukan untuk memenuhi perawatan yang dibutuhkan pasien.
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menjadi referensi serta menambah wawasan
dan ilmu bagi pembaca terutama dalam bidang keperawatan agar mengetahui
banyak hal mengenai sistem klasifikasi pasien dalam lingkup manajemen
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Nursalam, (2007) . Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika

Asmuji. (2012). Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Ar-Ruzz Media:


Jogjakarta.
Sumijatun. (2009). Manajemen Keperawatan Konsep Dasar dan Aplikasi Pengambilan
Keputusan Klinis. CV. Trans Info Media: Jakarta

Marquis & Huston, 2010

Robins & Coulter, 2007

Muninjaya, 2011

Anda mungkin juga menyukai