PROPOSAL
Oleh :
NIA PRAMESTY
NIM : 201601100
PROPOSAL
“Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar
Ahli Madya Keperawatan (A.Md. Kep) pada
Program Studi Diploma III Keperawatan”
Oleh :
NIA PRAMESTY
NIM : 201601100
i
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nia Pramesty
NIM : 201601100
Tempat, tanggal lahir : MAGETAN, 26 FEBRUARI 1998
Institusi : Diploma III Keperawatan Ponorogo
Kampus VI Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
Menyatakan bahwa Karya Tulis yang berjudul : “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BALITA ISPA DENGAN DEFISIENSI PENGETAHUAN DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOREJO PONOROGO” adalah bukan
Proposal orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk
kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, kami bersedia mendapatkan sanksi akademis.
Yang Menyatakan,
Tanda Tangan
Nia Pramesty
NIM : 201601100
Mengetahui Pembimbing,
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Proposal pada tanggal
…………………. 2019.
Oleh :
Pembimbing
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada Ujian Proposal di Politeknik
Kesehatan Kemenkes Malang.
Mengetahui
Ketua Program Studi Diploma III Keperawatan Ponorogo
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan
judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA BALITA ISPA DENGAN
DEFISIENSI PENGETAHUAN DI PUSKESMAS SUKOREJO
KABUPATEN PONOROGO” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan
moril maupun materiil dari berbagai pihak, maka dari itu penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Esti Sugiorini, APP,M.PH selaku Ketua Prodi Diploma III Keperawatan
Ponorogo atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk
menyelesaikan Proposal ini.
2. Wiwiek Retty Andriani, M.Kep. selaku Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu, memberi motivasi, dan inspirasi hingga terselesaikan
Proposal ini.
3. Pihak puskesmas SUKOREJO Ponorogo yang telah memberi izin penulis
untuk mendapatkan data yang penulis butuhkan sehingga terselesaikan
Proposal ini.
4. Segenap dosen Prodi Diploma III Keperawatan Ponorogo yang sudah
memberikan dukungan, motivasi, semangat dan berbagai saran kepada
penulis hingga terselesaikannya Proposal ini.
5. Perpustakaan Prodi Diploma III Keperawatan Ponorogo yang sudah
menyediakan sumber-sumber yang saya butuhkan dalam penyusunan
Proposal ini.
6. Orang tua yang telah memberikan doa, dorongan dan semangat sehingga
penulis sanggup menyelesaikan Proposal ini.
7. Sahabat dan teman-teman seperjuangan serta semua pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu per satu dalam penyusunan Proposal ini.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menyadari bahwa masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk perbaikan yang sifatnya membangun.
v
Akhirnya penulis berharap, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
2.1.10 Pemeriksaan Diagnostik ................................................................... 31
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian 13 Domain Nanda ............................................................ 33
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 43
2.2.3. Rencana Aasuhan Keperawatan ........................................................ 44
2.2.4 Implementasi ...................................................................................... 54
2.2.5 Evaluasi .............................................................................................. 54
2.3 KONSEP MASALAH KEPERAWATAN
2.3.1 Definisi ............................................................................................... 54
2.3.2 Batasan Karakteristik ......................................................................... 55
2.3.3 Faktor Yang Berhubungan ................................................................. 55
2.3.4 Kondisi Terkait ................................................................................... 55
2.3.5 Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif ............................... 55
2.3.6 Intervensi untuk Mengatasi Masalah ................................................ 57
2.3.7 Indikator untuk Evaluasi .................................................................... 61
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain .................................................................................................... 62
3.2 Batasan Istilah ....................................................................................... 62
3.3 Partisipan ............................................................................................... 62
3.4 Lokasi dan Waktu .................................................................................. 63
3.5 Pengumpulan Data ................................................................................ 63
3.6 Analisa Data .......................................................................................... 66
3.7 Etik Penelitian ....................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran .................................................................................................... 75
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
DAFTAR SINGKATAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
adalah umur balita. Semakin bertambah usia anak, maka akan semakin
tahan terhadap serangan penyakit ISPA. Berdasarkan penelitian di
Kelurahan Teluk makmur terdapat 50 orang (70%) yang berpengetahuan
kurang. Dalam penelitian ini dijelaskan ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan responden dengan kejadian ISPA. Artinya pengetahuan kurang
baik memiliki resiko 1,718 kali lebih besar terkena ISPA dibandingkan
dengan yang berpengetahuan baik (Aristi & dkk, 2014). Sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Aderita dan Irdawati (2015) didapatkan
interprestasi 55% dalam kategori pengetahuan kurang. Penelitian ini sejalan
dengan yang dilakukan Aristi & dkk (2014) artinya tingkat pengetahuan
seorang ibu tentang ISPA yang rendah maka akan berdampak negatif
terhadap peningkatan kejadian ISPA begitu juga sebaliknya.
Penyebab ISPA pada balita sangat beragam, diantaranya yaitu, status
gizi, status imunisasi, sumber polutan dalam rumah, kondisi lingkungan
rumah, serta pendidikan ibu . Perilaku atau kebiasaan tidak sehat yang biasa
dilakukan ibu tanpa disadari yang memiliki resiko terjadinya ISPA pada
balita dimulai dari yang paling dominan meliputi kebiasaan ibu tidak
menutup hidung dan mulut ketika batuk, tidak menjauhkan anak dari orang
yang sedang sakit infeksi saluran pernapasan akut, tidak segera mencuci
tangan dengan sabun apabila tangan terkena cairan hidung dan mulut ketika
batuk, tidak menjauhkan balita sakit dari anggota keluarga lainnya (Dary,
Puspita, & Luhukay, 2018). Pengetahuan yang cenderung rendah pada ibu
mengenai cara pencegahan ISPA dapat menyebabkan infeksi yang lebih luas
sehingga akan timbul komplikasi yang sistemik (Wulaningsih, Hastuti, &
Pradana, 2018).
Tindakan untuk mengatasi masalah defisiensi pengetahuan dapat
dilakukan dengan pendidikan kesehatan. Peran perawat untuk mengatasi
defisiensi pengetahuan dapat menerapkan Nursing Intervention
Clasification (NIC) yaitu 1) Teaching : Disease Prosess dengan cara kaji
tingkat pengetahuan pasien dan keluarga proses penyakit, jelaskan tanda dan
gejala umum dari penyakit, jelaskan mengenai proses penyakit, diskusikan
perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
3
c. Bagi Puskesmas
Sebagai program Pencegahan Penyakit Menular untuk meningkatkan
pelayanan keperawatan tarutama yang berkaitan dengan edukasi
pada masyarakat.
d. Bagi Peneliti Berikutnya
Sebagai bahan bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian
serupa tentang proses asuhan keperawatan pada pasien ISPA dengan
defisiensi pengetahuan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Menurut (Marni, 2014) ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
dapat disebabkan oleh :
1. Bakteri : escherichia coli, streptococcus pneumoniae, chlamidya
trachomatis, clamidia pneumonia, mycoplasma pneumoniae,
dan beberapa bakteri lain.
6
7
2. Status gizi
Menurut Almatsier (2003), status gizi adalah keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Status gizi baik atau optimal terjadi bila tubuh memperoleh
cukup zat zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga
memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,
kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat
setinggi mungkin. Status gizi menggambarkan baik buruknya
konsumsi zat gizi seseorang dimana zat gizi sangat dibutuhkan
untuk pembentukan zat zat kekebalan tubuh seperti antibodi.
Semakin baik zat gizi yang dikonsumsi berarti semakin baik
status gizinya sehingga semakin baik juga kekebalan tubuhnya.
Terdapatnya sebagian kecil responden yang mempunyai status
gizi kurang, berarti dapat meningkatkan resiko terserang
penyakit ISPA “berat” bahkan serangannya lebih lama karena
faktor daya tahan tubuh yang kurang, dan kondisi ini juga akan
mempengaruhi perkembangan intelegensi balita tersebut (Asih,
2014).
3. Status imunisasi
Hasil penelitian sebelumnya yaitu dengan adanya
pemberian imunisasi dasar yang lengkap maka risiko terserang
penyakit ISPA akan semakin kecil. Ketika seorang bayi atau
balita yang pernah terserang campak dan selamat akan
mendapatkan kekebalan alami terhadap pneumonia sebagai
komplikasi campak. Sebagian besar kematian ISPA berasal
dari jenis ISPA yang berkembang dari penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi seperti difteri, pertusis, campak.
Maka, peningkatan cakupan imunisasi dasar akan berperan
besar dalam upaya pemberantasan ISPA. Begitu juga dengan
hasil penelitian yang menyatakan bahwa dengan pemberian
imunisasi dasar dapat mencegah berbagai jenis penyakit
infeksi. Mengingat tingginya angka kematian bayi dan balita
9
7. Lobus paru-paru
Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh
fisura. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri
dua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Sebuah pipa
bronkial kecil masuk ke dalam setiap lobula dan semakin
bercabang, semakin menjadi tipis dan akhirnya berakhir mrnjadi
kentong kecil-kecil yang merupakan kantung udara paru-paru.
Jaringan paru-paru elastis, berpori, dan seperti spons.
Gambar 3 : Toraks
Sumber : (Pearce, 2011)
8. Bronkus Pulmonaris
Trake terbelah menjadi dua bronkus utama, bronkus ini
bercabang lagi sebelum masuk paru-pru. Saluran besar yang
mempertahankan struktur serupa dengan yang dari trakea
memepunyai dinding fibrosa berotot yang mengandung bahan
tulang rawan dan dilapisi epitel bersilia. Makin kecil salurannya,
makin berkurang tulang rawannya dan akhirnya tinggal dinding
fibrosa berotot dan lapisan silia, bronkus terminalis masuk ke
dalam saluran yang lain disebut vestibula, dan di sini membran
pelapisnya mulai berubah sifatnya. Lapisan epitelium bersilia
diganti dengan sel epitelium yang pipih. Dari vestibula berjalan
beberapa infundibula dan di dalam dindingnya dijumpai
kantong-kantong udara. Kantung udara atau alveoli itu terdiri
18
atas satu lapisan tunggal sel epitelium pipih, dan dan disini
darah hampir langsung bersentuhan dengan udara, suatu
jaringan pembuluh darah kapiler mengitari alveoli dan
pertukaran gas pun terjadi.
9. Pembuluh darah dalam paru-paru
Arteri pulmonalis membawa darah yang sudah tidak
mengandung oksigen dari ventrikel kanan jantung ke paru-paru,
cabang-cabangnya menyentuh saluran-saluran bronkial,
bercabang lagi sampai menjadi arteriol halus. Arteriol itu
memebelah-belah dan membentuk jaringan kapiler dan kapiler
itu menyentuh dinding alveoli atau gelembung udara. Dalam
kapiler halurs alirannya bergerak lambat dan dipisahkan dari
udara dalam alveoli hanya adadua membran yang sangat tipis,
maka pertukaran gas berlangsung dengan difusi, yang
merupakan fungsi pernafasan.
Arteri bronkialis membawa darah berisi oksigen langsung
dari aorta toraksika ke paru-paru guna memeberi makanan dan
menghantar oksigen ke dalam jaringan paru-paru. Cabang akhir
arteri membentuk pleksus kapiler yang tapak jelas dan terpisah
dari yang terbentuk oleh cabang akhir arteri pulmonaris, tetapi
beberapa dari kapiler ini akhirnya bersatu dalam vena
pulmonaris dan darahnya kemudian dibawa masuk ke dalam
vena pulmonaris.
10. Pleura
Setiap paru-paru dilapisi membran serosa rangkap dua,
yaitu pleura. Pleura viseralis erat melapisi paru-paru, masuk ke
dalam fisura dan memisahkan lobus satu dengan yang lain.
Pleura yang melapisi iga-iga ialah pleura kostalis, bagian yang
menutupi diagframa ialah pleura diagfragmatika, dan bagian
yang terletak di leher ialah pleura servikalis. Pleura ini diperkuat
oleh membran yang kuat bernama membran suprapleuralis (fasia
19
2.1.6 Patofisiologi
Proses terjadinya ISPA diawali dengan masuknya bakteri :
escherichia coli, sterptococcus pneumonia, chlamidya trachomatis,
clamidia pneumonia, mycoplasma pneumonia, dan beberapa bakteri
lain dan virus : miksovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus,
virus influenza, virus parainfluenza, rhinovirus, respiratory syncytial
virus kedalam tubuh manusia melalui partikel udara, kuman ini akan
melekat pada sel epitel hidung, dengan mengikuti proses pernafasan
maka kuman tersebut bisa masuk ke bronkus dan masuk ke saluran
pernapasan, yang mengakibatkan demam, batuk, pilek, sakit kepala
dan sebagainya (Marni, 2014).
Proses terjadinya ISPA biasanya disebabkan oleh virus atau
infeksi bakteri viral-campuran, bisa menular dan menyerang dengan
cepat. Penularan pernafasan akut bisa melalui tetesan, tetapi penularan
melalui kontak (termasuk kontaminasi tangan diikuti oleh inokulasi)
atau aerosol pernafasan infeksius pada jarak pendek dapat juga terjadi
untuk beberapa patogen dalam keadaan tertentu (Guidelines, 2014).
Saat seorang pasien ISPA batuk atau bersin, dorplet sekresi kecil dan
besar tersumbat keudara dan permukaan sekitar (WHO, 2008).
ISPA dapat menyerang semua tingkat usia, terutama pada usia
kurang dari 5 tahun karena daya tahan tubuh balita lebih rendah dari
orang dewasa sehingga mudah menderita ISPA. Umur diduga terkait
dengan sistem kekebalan tubuhnya. Bayi dan balita merupakan
kelompok yang kekebalan tubuhnya belum sempurna, sehingga masih
rentan terhadap berbagai penyakit infeksi. Hal senada dikemukakan
oleh Suwendra, bahkan semakin muda usia anak makin sering
mendapat serangan ISPA (Hermawan & Kartika Sari, 2014).
Pada umumnya ibu cukup mengetahui tentang ISPA, namun
kadang mereka kurang mengetahui upaya-upaya untuk mencegah
20
f. Mencuci Tangan
Menurut penilaian kekuatan hubungan yang rendah yang
didapatkan dari hasil penelitian mengenai hubungan perilaku
mencuci tangan dengan kejadian ISPA karena bakteri yang
masuk dalam tubuh menyebabkan kejadian penyakit. Cuci
tangan merupakan tindakan mendasar dalam perilaku hidup
bersih dan sehat. Perilaku cuci tangan diharapkan dapat
menurunkan kejadian ISPA (Nisarosalinah & dkk, 2017).
g. Efektifitas pemberian minuman jahe madu
Mimuman jahe madu diberikan 2 kali dalam 1 hari selama
5 hari kepada responden. Jahe yang mengandung minyak atsiri
berkisar 3% merupakan sebuah zat aktif yang dapat mengobati
batuk. Pemberian minuman jahe madu dapat menurunkan
keparahan batuk pada anak, karena kandungan minyak atsiri
dalam jahe yang merupakan zat aktif yang dapat mengobati
batuk (Nooryani, 2007), sedangkan zat antibiotik pada madu
yang dapat menyembuhkan beberapa penyakit infeksi seperti
batuk anak pada ISPA. Anak yang telah diberikan minuman
jahe madu oleh peneliti gejala keparahan batuk seperti batuk
berdahak, pilek, rewel, tidak nafsu makan dan gejala lainnya
menjadi berkurang. Dengan demikian pada penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa pemberian minuman jahe madu dapat
menurunkan tingkat keparahan batuk pada anak dengan ISPA
(Ramadhani & dkk, 2014)
2.1.9 Komplikasi
1) Bronkhitis
Bronkhitis adalah kondisi peradangan pada daerah
trakheobronkhial. Peradangan tidak meluas sampai alveoli.
Bronkhitis seringkali diklasifikasikan sebagai akut dan kronik.
Bronkhitis akut mungkin terjadi pada semua usia, namun bronkhitis
kronik umumnya hanya dijumpai pada dewasa. Pada bayi penyakit
30
1) Keluhan Utama
Batuk dan pilek merupakan salah satu bentuk ISPA
yang sering menyerang balita (An Nisa, 2015).
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Serangan ISPA yang muncul pada anak biasanya
yaitu batuk yang tidak sembuh, nyeri tenggorokan, dan
membuat balita sesak napas (Dary, Puspita, & Luhukay,
2018).
3) Riwayat Masa Lalu
Lama pemberian ASI secara eksklusif adalah
selama 1,33 bulan. Pemberian ASI secara eksklusif
maksimum adalah selama 5 bulan. Alasan utama menyusui
bayi karena adanya sifat anti infeksi di dalam ASI yang
melindungi bayi terhadap penyakit infeksi, terutama diare
dan penyakit saluran pernafasan dalam lingkungan yang
kurang sehat. Fakta membuktikan bahwa angka kematian
dan angka terkena penyakit infeksi pada bayi yang
mendapat ASI secara eksklusif jauh lebih baik
dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI
eksklusif. ASI juga dapat memberikan perlindungan secara
spesifi k, contohnya virus respiratory syncytial (RS) yang
merupakan penyebab utama penyakit pernafasan
(Prameswari, 2009).
ASI eksklusif terhadap kejadian Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) pada bayi 0-12 bulan di Ruang
Anak Bawah RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya yang
menunjukkan menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antara pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian infeksi
saluran pernapasan akut pada bayi 0-12 bulan (Hersoni,
38
faktor daya tahan tubuh yang kurang, dan kondisi ini juga akan
mempengaruhi perkembangan intelegensi balita (Asih, 2014).
k. Domain 11 : Safety/ Protection
Perilaku atau kebiasaan tidak sehat yang biasa dilakukan
ibu tanpa disadari yang memiliki resiko terjadinya ISPA pada
Balita dimulai dari yang paling dominan meliputi kebiasaan ibu
tidak menutup hidung dan mulut ketika batuk, tidak menjauhkan
anak dari orang yang sedang sakit infeksi saluran pernapasan
akut, tidak segera mencuci tangan dengan sabun apabila tangan
terkena cairan hidung dan mulut ketika batuk, tidak menjauhkan
Balita sakit dari anggota keluarga lainnya (Dary, Puspita, &
Luhukay, 2018).
l. Domain 12 : Comfort
Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik maka ia akan
mempunyai sikap yang baik dalam melakukan pencegahan,
sehingga ibu akan mencegah penyakit daripada mengobati
(Wulaningsih & dkk, 2018).
m. Domain 13 : Growth / Development
Terdapatnya sebagian kecil responden yang mempunyai
status gizi kurang, berarti dapat meningkatkan resiko terserang
penyakit ISPA “berat” bahkan serangannya lebih lama karena
faktor daya tahan tubuh yang kurang, dan kondisi ini juga akan
mempengaruhi perkembangan intelegensi balita (Asih, 2014).
Penyakit infeksi dan gangguan gizi sering terjadi secara
bersamaan dan saling mempengaruhi antara yang satu dengan
yang lainnya. Interaksi yang sinergis antara penyakit infeksi dan
gangguan pertumbuhan dapat mengakibatkan mekanisme
patoligik yang bermacam macam baik secara sendiri-sendiri
maupun bersamaan yaitu: penurunan asupan zat gizi akibat
kurangnya nafsu makan, menurunnya absorbsi dan kebiasaan
mengurangi makan saat sakit, peningkatan kehilangan cairan
tubuh dan zat gizi, meningkatnya kebutuhan tubuh, baik dari
43
inspirasi
11. Penurunan ventilasi
semenit
12. Pernapasan bibir
13. Pernapasan cuping
hidung
14. Perubahan ekskurasi
dada
15. Pola napas abnormal
(misirama,frekuensi,k
edalaman)
16. Takipena
Faktor yang
Berhubungan
1. Ansienta
2. Cedera medula
spinalis
3. Deformitas dinding
dada
4. Deformitas tulang
5. Disfungsi
neuromuskular
6. Gangguan
muskuloskeleta
7. Gangguan neurologis
(mis.,elektroensefalog
ram [EEG]
positif,trauma
47
kepala,gangguan
kejang)
8. Hiperventilasi
9. Imaturitas neurologis
10. Keletihan
11. Keletihan otot
pernapasan
12. Nyeri
13. Obesitas
14. Posisi tubuh yang
menghambat ekspansi
paru
15. Sindrom hipoventilasi
2. Ketidakefektifan bersihan NOC : Status Pernafasan Manajemen Jalan Nafas
jalan nafas berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan 1. Posisikan pasien untuk mengoptimalkan ventilasi
dengan obstruksi jalan tindakan keperawatan 2. Lakukan fisioterapi dada, sebagaimana mestinya
nafas berhubungan selama ....x.... diharapkan 3. Buang sekret dengan motivasi pasien untuk melakukan batuk
dengan obstruksi (adanya bersihan jalan nafas tidak atau menyedot lendir
penumpukan sekret) ada masalah dengan kriteria 4. Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar dan
hasil : batuk
Pengertian : 1. Frekuensi pernafasan 5. Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun
Ketidak mampuan normal atau ada tidaknya suara nafas tambahan
membersihkan sekresi 2. Irama pernafasan reguler 6. Regulasi asupan cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan
atau obstruksi dari 3. Tidak ada suara nafas cairan
saluran nafas untuk tambahan 7. Kelola pemberian bronkodilator sebagaimana mestinya
mempertahankan 4. Jalan nafas paten 8. Monitor status pernafasan dan oksigenasi
bersihan jalan nafas. 5. Tidak adanya
penggunanan otot bantu
48
Faktor Yang
Berhubungan :
1. Ages farmaseutikal
2. Aktivitas berlebih
3. Dehidrasi
4. Iskemia
5. Pakaian yang tidak
sesuai
6. Peningkatan laju
metabolisme
7. Penurunan perspirasi
8. Penyakit
9. Sepsis
10. Suhu lingkungan
tinggi
11. Trauma
4. Ketidakseimbangan NOC : Status Nutrisi NIC : Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan
1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk
kebutuhan tubuh keperawatan ..x.. diharapkan
nenenuhi kebutuhan gizi
berhubungan dengan nutrisi dapat terpenuhi
2. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang
51
adekuat
12. Sariawan rongga
mulut
5. Defisiensi pengetahuan NOC : Indikator Penilaian NIC:
berhubungan dengan Tingkat Pengetahuan dan Teaching: Disease Process
kurang informasi Sikap Ibu Dalam 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga terkait dengan
Pengertian : Pencegahan ISPA proses penyakit yang spesifik.
Ketiadaan atau defisiensi Setelah dilakukan tindakan 2. Kenali pengetahuan pasien mengenai kondisinya.
informasi kognitif yang keperawatan jam 3. Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit, sesuai
berkaitan dengan topik diharapkan informasi kebutuhan.
tertentu tentang kesehatan dapat 4. Eksplorasi bersama pasien dan keluarga apakah dia telah
terpenuhi dengan kriteria melakukan manajemen gejala.
Batasan Karakteristik hasil : 5. Jelaskan mengenai proses penyakit, sesuai kebutuhan.
1. Ketidakakuratan Pasien mampu : 6. Identifikasi kemungkinan penyebab, sesuai kebutuhan.
melakukan tes 1. Mengetahui pemberian 7. Berikan informasi pada pasien dan keluarga mengenai
2. Ketidakakuratan pola makan yang baik kondisinya, sesuai kebutuhan.
mengikuti perintah 2. Mengetahui manfaat 8. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
3. Kurang pengetahuan pemebrian ASI sampai untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan/atau
4. Perilaku tidak tepat 2 tahun mengontrol proses penyakit.
(mis.,histeria,bermu 3. Mengetahui manfaat 9. Diskusikan pilihan terapi/penanganan.
suhan,agitasi,apatis) pemberian antipeuretic 10. Dorong pasien dan keluarga untuk menggali pilihan /
Faktor yang 4. Mengetahui cara mendapatkan pendapat kedua, sesuai kebutuhan atau sesuai
Berhubungan pemberian makanan yang diindikasikan.
1. Gangguan fungsi selama pasien sakit 11. Edukasi pasien dan keluarga mengenai tindakan untuk
kognitif 5. Mengetahui manfaat mengontrol/meminimalkan gejala, sesuai kebutuhan.
2. Gangguan memori imunisasi
3. Kurang informasi 6. Mengetahui cara Teaching: Procedure / Care
4. Kurang minat untuk pencegahan 1. Informasikan kepada pasien dan keluarga mengenai kapan dan
53
2.2.4 Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan. Jenis tindakan pada implementasi terdiri dari
tindakan mandiri, saling ketergantungan/kolaborasi, dan tindakan
rujukan/ketergantungan (Bararah & Jauhar, 2013).
2.2.5 Evaluasi
Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk membantu klien
menyelesaikan masalah kesehatan aktual, mencegah kekambuhan dari
masalah potensial, dan mempertahankan status sehat (Potter & Perry,
2005). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam evaluasi adalah sebagai
berikut (Bararah & Jauhar, 2013).
1) Perawat menemukan reaksi klien terhadap intervensi
keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apa yang
menjadi sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima.
2) Perencanaan merupakan dasar yang mendukung suatu evaluasi.
3) Menetapkan kembali informasi baru yang diberikan kepada
klien untuk mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan,
tujuan, atau intervensi keperawatan.
4) Menentukan target dari suatu hasil yang ingin dicapai adalah
keputusan bersama antara perawat dan klien.
5) Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien
itu sendiri. Proses evaluasi memerlukan beberapa keterampilan
dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan, termasuk
pengetahuan mengenai standar asuhan keperawatan, respons
klien yang normal terhadap tindakan keperawatan, dan
pengetahuan konsep teladan dari keperawatan.
2) Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek tidak hanya sekedar dapat
menyebutkan, bukan hanya tahu terhadap objek tersebut,
melainkan orang tersebut harus bisa mengintepretasikan secara
benar tentang objek yang diketahui. Misalnya, orang yang
memahami cara pencegahan ISPA.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek
yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan
prinsip yang diketahui pada situasi yang lain. Misalnya,
seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, ia
harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempat
ia bekerja atau dimana saja. Orang yang telah paham metodologi
penelitian, ia akan mudah membuat proposal penelitian dimana
saja, dan seterusnya.
4) Analisa (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan
dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara
komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau
objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu
sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut
telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan
objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk
Aedes Agepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram
(flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya.
5) Sintesis (xynthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada. Sintesis
menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum
atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Misalnya,
dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat
57
b. Manfaat
1. Pemateri dapat menguasai tempat
2. Mudah mengorganisaikan
3. Dapat diikuti banyak peserta
c. Tujuan
1. Untuk mendapatkan pengetahuan
2. Pemahaman konsep dan ketrampilan
3. Pembentukan sikap
d. Prosedur pelaksanaan
1) Persiapan
a. Mengidentifikasi tujuan yang akan dicapai
b. Mengidentifikasi materi yang akan disampaikan
c. Menganalisis pesertanya
d. Menggali berbagai macam sumber
e. Menyimpulkan macam-macam sumber kedalaman
topik
f. Mempersiapkan garis besar materi yang akan
disampaikan
g. Mempertimbangkan waktu penyampaian
h. Mempertimbangkan keterlibatan peserta
i. Mempertimbangkan pertanyaan yang akan muncul
dari peserta
j. Mempersiapkan visualisasi
2) Pelaksanaan
a. Menarik dan mengarahkan perhatian peserta didik
pada topik yang akan disampaikan
b. Menggunakan waktu 10-20% dari keseluruhan
waktu ceramah
c. Menggunakan bahasa yang jelas
d. Menyampaikan materi secara sistemis
e. Memperhatikan aktifitas peserta
60
Keterangan :
YA :2
TIDAK : 1
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain
Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian
satu unit penelitian secara intensif. Sangat penting untuk mengetahui variabel
yang berhubungan dengan masalah penelitian. Rancangan dari suatu studi
kasus bergantung pada keadaan kasus namun tetap mempertimbangkan faktor
penelitian waktu. Riwayat dan pola perilaku sebelumnya biasanya dikaji
secara rinci. Keuntungan yang paling besar dari rancangan ini adalah
pengkajian secara rinci meskipun jumlah respondennya sedikit, sehingga
akan didapatkan gambaran satu unit subjek secara jelas (Nursalam, 2015).
Studi kasus ini adalah studi untuk mengeplorasi masalah asuhan
keperawatan pada orang tua balita yang mengalami ISPA dengan defisiensi
pengetahuan di Puskesmas SUKOREJO Kabupaten Ponorogo.
3. 2 Batasan Istilah
Batasan istilah dalam kasus ini adalah asuhan keperawatan balita (Usia 2
tahun) ISPA dengan defisiensi pengetahuan di Puskesmas SUKOREJO
Kabupaten Ponorogo, maka penyusun studi kasus harus menjabarkan tentang
konsep ISPA dengan defisiensi pengetahuan.
3.3 Partisipan
Partisipan pada studi kasus ini adalah klien balita ISPA dengan Defisiensi
Pengetahuan di Puskesmas SUKOREJO Kabupaten Ponorogo. Kriteria
subjek yang digunakan dalam studi kasus ini diantaranya :
a. Klien bersedia dilibatkan dalam penelitian dan kooperatif.
b. Klien tidak buta huruf.
c. Tidak ada kelainan pendengaran dan penglihatan.
d. Adanya angka kejadian berulang 2-5x pada penderita ISPA
62
63
e. Orang tua tinggal satu rumah dengan balita Usia 2 tahun yang
menderita ISPA
f. Tingkat pengetahuan tentang ISPA, dibuktikan dengan hasil test
menggunakan kuesioner (didapatkan nilai pengetahuan sedang 56-
75% dan pengetahuan rendah < 55%).
Metode pengumpulan data yang digunakan pada studi kasus ini, antara
lain :
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian
(responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang
tersebut (face to face). Jadi data tersebut diperoleh langsung dari
responden melalui suatu pertemuan atau percakapan. Wawancara
sebagai pembantu utama dari metode observasi. Gejala-gejala
sosial yang tidak dapat terlihat atau diperoleh melalui observasi
dapat digali dari wawancara.
Wawancara bukanlah sekadar memperoleh angka lisan saja,
sebab dengan wawancara peneliti akan dapat :
1) Memperoleh kesan langsung dari responden.
2) Menilai kebenaran yang dikatakan oleh responden.
3) Membaca air muka (mimik) dari responden.
4) Memberikan penjelasan bila pertanyaan tidak dimengerti
responden.
5) Memancing jawaban bila jawaban macet (Notoatmodjo,
2012).
Wawancara ini dilakukan secara bebas terpimpin, pada klien
dan keluarga klien untuk mengetahui keluhan utama yang dialami
oleh klien, tanda dan gejala penyakit, kebiasaan pola hidup, serta
riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit dahulu.
Wawancara ini juga dapat dilakukan pada tenaga kesehatan yang
ada di puskesmas tersebut untuk mendapatkan data yang lebih
akurat.
b. Observasi dan pemeriksaan fisik
Data observasi dari pasien demam asma dengan masalah
defisieni pengetahuan tentang pencegahan kekambuhan akan
lembar observasi. Untuk mengatasi defisiensi pengetahuan salah
65
c. Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk diagram garis
dan ditambahkan penjelasan berupa narasi agar mudah dalam
pemahamannya.
d. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data yang dibahas dan
dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara
teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dengan
metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data
pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi. Cara
mengambil kesimpulan adalah dengan dengan membandingkan
antara data sebelumnya dan sesudah intervensi.
DAFTAR PUSTAKA
Aderita, N. I., & Irdawati. (2015). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan
Sikap Ibu Dalam Pencegahan Ispa Dengan Kejadian Ispa Pada Anak
Balita Di Desa Pucangan Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura I.
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu (Novi Dan
Irdawati), 150-151.
An Nisa, D. N. (2015). Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Atas (Ispa) Anak Di Instalasi Rawat Jalan Rsud Y
Tahun 2015. Program Studi Strata 1 Pada Jurusan Farmasi Fakultas
Farmasi.
Aristi, R. I., & Dkk. (2014). Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap
Kepala Keluarga Tentang Rumah Sehat Terhadap Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (Ispa) Di Wilayah Kerja Puskesmas Medang Kampai
Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai
Tahun 2014. Mahasiswi Departemen Kesehatan Lingkungan Fkm Usu.
Asih, Y. (2014). Hubungan Status Gizi Dan Paparan Rokok Dengan Kejadian Ispa
Pada Balita Di Sukaraja Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan Metro Sai
Wawai Volume Vii No.1 Edisi Juni 2014, Issn: 19779-469x, 44.
Bararah, T., & Jauhar, M. (2013). Asuhan Keperawatan: Panduan Lengkap
Menjadi Perawat Profesional Jilid 1. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Bulechek, G. M., & Dkk. (2016). Nursing Interventions Classification.
Corwin, E. J. (2009). Patofisiologi . Jakarta: Egc.
Dary, Puspita, D., & Luhukay, J. F. (2018). Peran Keluarga Dalam Penanganan
Anak Dengan Penyakit Ispa Di Rsud Piru. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah 3 (1).
Dary, Sujana, T., & Pajara, J. N. (2018). Strategi Tenaga Kesehatan Dalam
Menurunkan Angka Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah Binaan
Puskesmas Getasan. Jurnal Kesmadaska.
Depkes. (2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan. Jakarta: Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan.
Depkes. (2011). Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Dinkes Ponorogo. (2016). Profil Kesehatan Ponorogo. Ponorogo.
Elvandari, M., & Dkk. (2016). Hubungan Asupan Zat Gizi Dan Serum Retinol
Dengan Morbiditas Pada Anak 1-3 Tahun Dijawa Tengah. Jurnal Mkmi,
Vol. 12 No. 4.
Erlinda, V. (2012). Peningkatan Kemandirian Keluarga Dalam Pencegahan Ispa
Pada Balita Melalui Program Edukasi Berbasis Komunitas. Jurnal Ilmu
Keperawatan Issn: 2338-6371.
72
Fibrila, F. (2015). Hubungan Usia Anak, Jenis Kelamin Dan Berat Badan Lahir
Anak Dengan Kejadian Ispa. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume
Viii No.2.
Guidelines, W. (2014). Infection Prevention And Control Of Epidemic-And
Pandemic-Prone Acute Respiratory Infections In Health Care.
Switzerland: Organisasi Kesehatan Dunia.
Hayati, S. (2014). Gambaran Faktor Penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(Ispa) Pada Balita Di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung. J U R N A L I
LMUKEPERAWATAN.VOL.II.NO.1.
Herdeman , T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi Dan
Klasifikasi. Jakarta: Egc.
Hermawan, & Kartika Sari, K. A. (2014). Pola Pemberian Antibiotik Pada Pasien
Ispa Bagian Atas Di Puskesmas Sukasada Ii Pada Bulan Mei – Juni 2014.
Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,
7.
Hersoni, S. (2018). Pengaruh Pemberian Air Susu Ibu (Asi) Ekslusif Terhadap
Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Bayi Usia 6-12
Bulan Di Rab Rsu Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan
Bakti Tunas Husada Volume 18 Nomor 1.
I. M., Machfoedz, I., & Mahfud. (2015). Cakupan Imunisasi Dasar Dengan
Kejadian Ispa Pada Balita Usia 2 Tahun Di Wilayah Puskesmas Wonosari
1 Kabupaten Gunungkidul. Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia
Issn2354-7642, 55.
Khulaila, A., & Dkk. (2011). Analisis Kesehatan Di Kota Mataram Tahun 2011:
Suatu Penerapan Bryant. Kedokteran Komunitas Dan Ilmu Kedokteran
Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Kusuma, P. S., & Khusnal, E. (2014). Gambaran Perilaku Pencegahan Ispa Pada
Keluarga Yang Mempunyai Anak Balita Di Puskesmas Piyungan Bantul.
Lectur School Of Nursing, Aisyiyah Health Sciences Collage Of
Yogyakarta.
Kusuma, P. S., & Khusnal, E. (2014). Gambaran Perilaku Pencegahan Ispa Pada
Keluarga Yang Mempunyai Ank Balita Di Puskesmas Piyungan Bantul.
Mahasiswa Ponorogo Pendidikan Ners-Psik Stikes 'Aisyiyah Yogyakarta.
Lingkungan, K. K. (2011). Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan
Akut . Jakarta: Kementrian Kesehatan Ri.
Maramis, P. A., & Dkk. (2013). Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan
Ibu Tentang Ispa Dengan Kemampuan Ibu Merawat Balita Ispa Pada
Balita Di Puskesmas Bahu Kota Manado. Ejournal Keperawatan (E-Kp)
Volume 1. Nomor 1.
Marni. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit Dengan Gangguan
Pernapasan. Yogyakarta: Pustaka Baru.
73
Lampiran 1
MATRIKS WAKTU PENYUSUNAN
WAKTU / BULAN
Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
No. Kegiatan
2018 2018 2018 2019 2019 2019 2019 2019 2019
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan dan
Pengesahan
Judul
2. Penyusunan
Proposal BAB I,
II, DAN III
3. Presentasi
Seminar
Proposal
Penelitian
4. Revisi Proposal
Penelitian
5. Pengambilan
Data
6. Pengolahan
Data dan
Penyusunan
Laporan
7. Bimbingan BAB
IV-V
8. Ujian Sidang
KTI
9. Revisi KTI
10. Pengumpulan
Hasil KTI
76
Lampiran 2
SURAT PENGANTAR
Kepada Yth.
…………………….
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nia Pramesty
NIM : 201601100
Alamat : Ds, Sampung Rt 04 Rw 02, Kec.Kawedanan Kab.Magetan
Telp : 083129228194
Saya adalah mahasiswa Prodi Diploma III Keperawatan Ponorogo Kampus
VI Poltekkes Kemenkes Malang yang sedang melaksanakan studi kasus dengan
judul: “ASUHAN KEPERAWATAN PADA BALITA ISPA DENGAN
DEFISIENSI PENGETAHUAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SUKOREJO KABUPATEN PONOROGO”.
Tujuan studi kasus ini untuk mengetahui pelaksanaan asuhan keperawatan
yang sudah dilakukan dan upaya meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
Kerahasiaan identitas dan informasi yang diberikan akan dijaga. Jika terjadi hal-
hal yang memberatkan maka anda diperbolehkan mengundurkan diri dari kegiatan
studi kasus ini dengan menghubungi penulis pada nomor yang tercantum diatas.
Apabila anda menyetujui maka saya mohon kesediaannya menandatangani
lembar persetujuan. Atas kesediaan dan kerjasamanya dalam karya tulis (studi
kasus) ini, saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Nia Pramesty
77
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN
(Informed Consent)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia bekerja sama
dalam karya tulis (studi kasus) yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BALITA ISPA DENGAN DEFISIENSI PENGETAHUAN DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOREJO KABUPATEN
PONOROGO”.
Setelah membaca dan memahami surat pengantar persetujuan maka saya
menyatakan bersedia bekerja sama dalam kegiatan ini. Saya menyadari bahwa
data yang dihasilkan merupakan rahasia dan hanya digunakan untuk keperluan
karya tulis dan pengembangan ilmu keperawatan. Saya juga memahami bahwa
kegiatan ini tidak merugikan dan tidak berdampak pada diri saya, namun saya
yakin bahwa kegiatan ini akan memberikan manfaat pada peningkatan mutu
pelayanan keperawatan.
(…………………………………….)
78
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
A. Identitas Responden
1. Nomor Responden : ……….……….……. (diisi oleh peneliti)
2. Nama : ……….……….…….
3. Kelas : ……….……….…….
4. Jenis Kelamin : ……….……….…….
5. Umur : ……….……….tahun
No Pertanyaan YA TIDAK
Lampiran 7
LEMBAR EVALUASI
HASIL KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PENCEGAHAN ISPA
Nilai
Pernyataan Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5
17. Saya membuka jendela rumah pada siang hari agar sirkulasi
udara baik
18. Saya masak menggunakan kayu bakar
23. Saya membiarkan anak saya tidur di lantai saat malam hari
Keterangan Nilai :
Nilai 2 : untuk jawaban benar
Nilai 1 : untuk jawaban salah
Keterangan Skor :
a. Pengetahuan penyakit ISPA pada anak : skor 10 (pengetahuan baik)
skor 5 (pengetahuan cukup baik)
b. Pengaturan pola makan anak : skor 14 (pengaturan pola makan baik)
skor 7 (pengaturan pola makan cukup baik)
86
Lampiran 8
LEMBAR OBSERVASI
No Pernyataan YA TIDAK
1. Membawa anak ke puskesmas ketika terjadi
masalah pernafasan
2. Memberikan ASI sebagai pencegahan ISPA
3. Membrikan ASI sejak lahir sampai sekarang
4. Memberikan makan 3 kali sehari
5. Memberikan sayuran setiap anak makan
6. Memberikan cukup protein seperti telur,
tempe/tahu, daging
7. Memberikan gizi tambahan berupa buah-
buahan
8. Memberikan makanan selingan berupa kajang
hijau dan kue
9. Memberikan makanan bergizi seimbang pada
anak
10. Melarang anggota keluarga merokok di dalam
rumah
11 Masih ada keluarga yang merokok di dalam
rumah
12. Membiarkan cahaya matahari masuk dalam
rumah
13. Membersihkan lingkungan rumah setiap hari
14. Membuka jendela rumah pada siang hari
15. Memasak menggunakan kayu bakar
16. Tidak menggunakan obat nyamuk dalam
rumah
17. Membiarkan anak bermain di tempat berdebu
18. Melarang anak bermain di wilayah berdebu
19 Memakaikan masker saat anak keluar rumah
20. Membiarkan anak tidur di lantai saat malam
hari
21. Membersihkan sampah dengan cara
membakarnya
22. Menjauhkan anak dari orang yang menderita
penyakit ISPA (batuk pilek)
23. Menjauhkan balita dari keluarga yang sakit
24. Menjauhkan anak dari asap rokok
25. Menjauhkan anak dari polusi udara (asap
kendaraan)
88
Keterangan :
Ya : 2
Tidak : 1
Skor : 54 (Perilaku Baik)
Skor : 27 (Perilaku Cukup Baik)
Skor : 18 (Perilaku Kurang Baik)
89
Lampiran 9
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) - I
ISPA PADA BALITA
KEGIATAN PENYULUHAN
Tahap
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran
Pengkajian
1. Pembukaan 18.45 1. Membuka acara dengan 1. Menjawab salam
- mengucapkan salam dan dan mendengarkan
18.50 perkenalan perkenalan.
2. Menyampaikan topik dan 2. Mendengarkan
(5 tujuan penyuluhan kepada penyampaian topik
Menit) sasaran dan tujuan
3. Kontrak waktu untuk 3. Menyetujui
kesepakatan penyuluhan kesepakatan
dengan sasaran pelaksanaan
Penkes
EVALUASI
a. Evaluasi Proses
1) Prosedur : Post-test
2) Jenis Test : Kuesioner
3) Butir Soal : 5 Pernyataan
b. Evaluasi Hasil
Penkes dianggap berhasil jika peserta/sasaran mampu menjawab dari
beberapa pertanyaan yang diberikan dan mendapatkan nilai 79-100%.
91
MATERI
a. Pengertian ISPA
Infeksi pernapasan akut merupakan proses inflamasi yang disebabkan oleh
viru, bakteri, atipikal yang melibatkan satu atau semua bagian saluran
pernafasan (Wong, 2009).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernafasan atas atau bawah, yang biasanya menular dan dapat menimbulkan
spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi
ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan. Namun dalam kondisi ini
tergantung dari patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu.
Timbul gejalanya biasanya cepat, dalam beberapa jam sampai beberapa hari.
Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering nyeri tenggorokan, pilek, sesak
nafas, mengi atau kesulitan bernafas (WHO, 2007).
b. Penyebab ISPA
Terjadinya ISPA tertentu bervariasi menurut beberapa faktor. Penyebaran
dan dampak penyakit berkaitan dengan:
a. Kondisi lingkungan (misalnya, polutan udara, kepadatan anggota keluarga),
kelembaban, kebersihan, musim, temperatur);
b. Ketersediaan dan efektivitas pelayanan kesehatan dan langkah pencegahan
infeksi untuk mencegah penyebaran (misalnya, vaksin, akses terhadap
fasilitas pelayanan kesehatan, kapasitas ruang isolasi);
c. Faktor pejamu, seperti usia, kebiasaan merokok, kemampuan pejamu
menularkan infeksi, status kekebalan, status gizi, infeksi sebelumnya atau
infeksi serentak yang disebabkan oleh patogen lain, kondisi kesehatan
umum; dan
d. Karakteristik patogen, seperti cara penularan, daya tular, faktor virulensi
(misalnya, gen penyandi toksin), dan jumlah atau dosis mikroba (ukuran
inokulum) (WHO, 2008).
c. Tanda Dan Gejala ISPA
Penyakit saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius,
meskipun spektrum gejala pernafasan akut (ISPA) dapat bervariasi.
92
Timbulnya gejala biasanya cepat, mulai dari jam ke hari setelah terinfeksi.
Gejalanya meliputi :
a. demam,
b. batuk,
c. sering sakit tenggorokan,
d. pilek
e. sesak nafas,
f. mengi atau kedulitan bernafas (Guidelines, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 10
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) - II
ISPA PADA BALITA
KEGIATAN PENYULUHAN
Tahap
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran
Pengkajian
1. Pembukaan 18.45 1. Membuka acara dengan 1. Menjawab salam
- mengucapkan salam dan mendengarkan
18.50 dan perkenalan perkenalan.
2. Menyampaikan topik 2. Mendengarkan
(5 dan tujuan Penyuluhan penyampaian topik
Menit) kepada sasaran dan tujuan
3. Kontrak waktu untuk 3. Menyetujui
kesepakatan penyuluhan kesepakatan
dengan sasaran pelaksanaan
Penkes
EVALUASI
a. Evaluasi Proses
1) Prosedur : Post-test
2) Jenis Test : Kuesioner
3) Butir Soal : 7 Pernyataan
b. Evaluasi Hasil
Penkes dianggap berhasil jika peserta/sasaran mampu menjawab dari
beberapa pertanyaan yang diberikan dan mendapatkan nilai 79-100%.
96
MATERI
Pola Makan Sehat
I. Definisi
Makanan sehat merupakan makanan yang memiliki kandungan gizi
yang seimbang, memiliki kandungan serat serta beberapa zat yang
dibutuhkan badan untuk proses tumbuh kembang. Menu makanan sehat
harusnya kaya unsur zat gizi seperti karbohidrat, protein, mineral, vitamin,
serta sedikit lemak tidak jenuh, atau lebih tepatnya disingkat dengan nama
menu 4 sehat 5 prima.Sedangkanpola makan sehat adalahpengaturan
makanan dengan mempertimbangkan asupan kandungan zat gizi di
dalamnya.
Gizi adalah sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan, dan
zat gizi terdapat dalam makanan yang berasal dari hewan (hewani) dan
tumbuh-tumbuhan (nabati). Tiga zat gizi yang utama dan diperlukan tubuh
adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Ketiganya kerap disebut sebagai zat
gizi makro. Sementara itu, zat gizi lainnya yang tak kalah penting adalah
vitamin dan mineral, yang disebut juga dengan zat gizi mikro. Selain kedua
kelompok zat gizi tersebut, tubuh kita juga memerlukan air dan serat untuk
memperlancar proses metabolisme. Karena itulah, pola makan sehat
mensyaratkan untuk mengonsumsi aneka ragam makanan untuk
mendapatkan semua zat gizi yang diperlukan tubuh.
II. Fungsi Zat Gizi
1. Memberi energi (zat pembakar)
Karbohidrat, lemak dan protein, merupakan ikatan organik yang
mengandung karbon yang dapat dibakar dan dibutuhkan tubuh untuk
melakukan kegiatan atau aktivitas.
2. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh (zat pembangun)
Protein, mineral, air diperlukan untuk membentuk sel-sel baru,
memelihara, dan mengganti sel yang rusak.
3. Mengatur proses tubuh (zat pengatur)
Protein, mineral, air dan vitamin. Protein bertujuan mengatur
keseimbangan air di dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya
97
DAFTAR PUSTAKA
Anwar HM. Peranan gizi dan pola asuh dalam meningkatkan kualitas tumbuh
kembang anak. www.beritabaru.com.22 januari 2007
Khomsan, A. 2006. Studi Tentang Pengetahuai Gizi Ibu dan Kebiasaan Makan
pada Rumah Tangga di Daerah Dataran Tinggi dan Pantai. Jurnal Gizi
dan Pangan.
Lampiran 11
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) - III
ISPA PADA ANAK
KEGIATAN PENYULUHAN
Tahap
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran
Pengkajian
1. Pembukaan 18.55 1. Membuka acara dengan 1. Menjawab salam
- mengucapkan salam dan dan mendengarkan
19.00 perkenalan perkenalan.
2. Menyampaikan topik dan 2. Mendengarkan
(5 Menit) tujuan penyuluhan penyampaian topik
kepada sasaran dan tujuan
3. Kontrak waktu untuk 3. Menyetujui
kesepakatan penyuluhan kesepakatan
dengan sasaran pelaksanaan Penkes
EVALUASI
c. Evaluasi Proses
4) Prosedur : Post-test
5) Jenis Test : Kuesioner
6) Butir Soal : 11 Pernyataan
102
d. Evaluasi Hasil
Penkes dianggap berhasil jika peserta/sasaran mampu menjawab dari
beberapa pertanyaan yang diberikan dan mendapatkan nilai 79-100%.
Materi
Penciptaan Kenyamanan Lingkungan Rumah
A. PENGERTIAN
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita, baik berupa
benda hidup, benda mati, benda nyata ataupun abstrak termasuk manusia
lainnya. Serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara
elemen elemen di alam tersebut. Lingkungan sehat adalah jika sampah, air
limbah dan tinja dibuang secara benar.
B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup lingkungan sehat antara lain :
1. Perumahan
2. Air bersih dan sehat
3. Pembuangan kotoran manusia
4. Pembuangan air limbah
5. Pembuangan sampah
C. PERUMAHAN
1. Pengertian rumah sehat
Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan keadaan
hygiene dan sanitasi lingkungan. Rumah sehat adalah suatu tempat untuk
berlindung terhadap gangguan dari luar antara lain untuk melindungi dari
panas, hujan, angin dan gangguan lainnya sehingga dapat tinggal dari rasa
aman dan tentram serta rumah tersebut memenuhi syarat-syarat kesehatan.
2. Kriteria rumah sehat
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, suhu ruangan tidak banyak berubah
antara18 - 20º C.
103
D. PEMBUANGAN SAMPAH
1. Cara pembuangan sampah:
a. Sampah dibuang ke tanah
105
b. Dibakar
c. Dibuat kompos
d. Makanan ternak
2. Keuntungan membuang sampah dengan benar
a. Terhindar dari timbulnya penyakit
b. Dapat menghasilkan pupuk
c. Keadaan bersih dapat menimbulkan
d. Kepuasan tersendiri
e. Menciptakan keindahan
f. Menimbulkan suasana nyaman
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 12
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) - IV
ISPA PADA BALITA
KEGIATAN PENYULUHAN
Tahap
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran
Pengkajian
1. Pembukaan 18.55 1. Membuka acara dengan 1. Menjawab salam
- mengucapkan salam dan dan mendengarkan
19.00 perkenalan perkenalan.
2. Menyampaikan topik dan 2. Mendengarkan
(5 Menit) tujuan penyuluhan penyampaian topik
kepada sasaran dan tujuan
3. Kontrak waktu untuk 3. Menyetujui
kesepakatan penyuluhan kesepakatan
dengan sasaran pelaksanaan Penkes
EVALUASI
e. Evaluasi Proses
7) Prosedur : Post-test
8) Jenis Test : Kuesioner
9) Butir Soal : 8 Pernyataan
f. Evaluasi Hasil
Penkes dianggap berhasil jika peserta/sasaran mampu menjawab dari
beberapa pertanyaan yang diberikan dan mendapatkan nilai 79-100%.
108
Materi
Menghindari Faktor Pencetus
yang tidak mempunyai jendela atau mempunyai jendela tetapi tidak pernah
dibuka menyebabkan udara yang tercemar tidak dapat keluar. Pencemaran
udara yang diduga banyak timbul adalah karbon monoksida, apabila dalam
jumlah besar dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernafasan
(Yuslinda, Yasnani, & Ardiansyah, 2017).
d. Kepadatan Hunian
Kondisi ruangan yang padat terasa cukup panas dan lembab, oleh karena
uap air yang dihasilkan dari penguapan metabolisme tubuh. Dalam
hubungannya dengan kejadian penyakit, kepadatan hunian dapat
menyebabkan cross infektion, dimana bila ada penderita ISPA berada dalam
ruangan yang padat akan cepat menukarkannya ke oranglain melalui udara
ataupun droplet, dimana saat batuk, agent penyebab penyakit keluar dalam
bentuk droplet dan akan terdispersi ke udara, kemudian masuk ke host baru
melalui saluran pernafasan (Aristi & dkk, 2014)
110
Lampiran 13
1. DATA UMUM
Identitas Klien
1. Nama inisial :
2. Umur :
3. Agama :
4. Alamat :
5. Pendidikan :
6. Pekerjaan :
7. Status :
8. Tanggal pengkajian/jam :
9. Nomor Rekam Medis :
10. Diagnosa :
11. Tanggal MRS :
Identitas Keluarga
1. Nama inisial :
2. Umur :
3. Alamat :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
6. Status :
2. NUTRITION
a. A (Antropometri) :
BB :
TB :
IMT :
b. B (Biochemical) :
c. C (Clinical) :
d. D (Diet) :
e. E (Energy) :
f. Pola asupan cairan :
g. Cairan masuk :
h. Cairan keluar :
i. Penilaian Status Cairan (balance cairan) :
j. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi :
Auskultasi :
Palpasi :
Perkusi :
Masalah keperawatan : ..............................................
4. ACTIVITY / REST
a. Istirahat / tidur
1) Jam tidur :
2) Insomnia :
3) Pertolongan untuk merangsang tidur :
b. Aktivitas
1) Pekerjaan :
2) Kebiasaan olahraga :
112
3) ADL
a) Toileting :
b) Kebersihan :
c) Berpakaian :
4) Bantuan ADL :
5) Kekuatan otot :
6) ROM :
7) Pemeriksaan ekstremitas (atas dan bawah) :
8) Resiko untuk cidera :
c. Cardio respons
1) Capilary refill :
2) Clubbing finger :
3) Akral :
4) Edema :
5) Irama jantung :
6) Nyeri dada :
7) Bunyi jantung :
8) Palpitasi :
9) Perdarahan :
10) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi :
b) Palpasi :
c) Perkusi :
d) Auskultasi :
d. Pulmonary respon
1) Penyakit sistem nafas :
2) Kemampuan bernafas :
3) Pemeriksaan paru-paru
1. Inspeksi
Bentuk dada :
Tipe pernafasan :
Irama / pola nafas :
Pernafasan cuping hidung :
Nyeri saat bernafas :
Ekspansi dada :
Retraksi dada :
Sesak nafas :
Batuk :
Sputum :
konsistensi :
Warna :
Penggunaan alat bantu nafas :
Saturasi oksigen (SpO2) :
2. Palpasi :
3. Perkusi :
4. Auskultasi :
113
5. PERCEPTION / COGNITION
a. Orientasi/ kognisi
1) Tingkat pendidikan :
2) Tingkat pengetahuan :
3) Orientasi :
b. Sensasi / persepsi
1) Riwayat penyakit jantung :
2) Sakit kepala :
3) Pengindraan :
c. Communication
1) Bahasa yang digunakan :
2) Kesulitan berkomunikasi :
Masalah keperawatan : ..............................................
6. SELF PERCEPTION
a. Self-concept / self-esteem
1) Perasaan cemas / taku :
2) Perasaan putus asa/ kehilangan :
3) Keinginan untuk menciderai :
4) Adanya luka / cacat :
5) Harga diri :
6) Gambaran diri :
Masalah keperawatan : ..............................................
7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan :
2) Orang terdekat :
3) Perubahan konflik / peran :
4) Interaksi dengan orang lain :
Masalah keperawatan : ..............................................
8. SEXUALITY
a. Identitas seksual
1) Masalah / disfungsi seksual :
Masalah keperawatan : ..............................................
12. COMFORT
a. Kenyamanan / nyeri
1) Onset (kapan mulai dirasakan) :
2) Provokes (yang menimbulkan nyeri) :
3) Quality (bagaimana kualitasnya) :
4) Regio (dimana letaknya) :
5) Scala (berapa skalanya) :
6) Treatment (usaha meredakan nyeri) :
7) Understanding (persepsi nyeri) :
8) Values (tujuan dan harapan untuk nyeri yang diderita) :
b. Rasa tidak nyaman lainnya :
c. Gejala yang menyertai :
Masalah keperawatan : ..............................................
DATA LABORATORIUM
Tanggal :
Hasil
Jenis Pemeriksaan Harga normal Satuan
pemeriksaan
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Nama :
Hari/Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil pemeriksaan
Nama :
Cara
Tanggal Nama obat Dosis
pemberian
116
ANALISA DATA
Nama :
No. Data Fokus Etiologi Masalah
1.
2.
3.
4.
Nama : No.RM :
Tanggal
Diagnosa Keperawatan Tanggal teratasi Paraf
ditemukan
117
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama :
Hari/ Diagnosa
NOC NIC
tanggal keperawatan
Nama :
No. Hari/
Jam Implementasi Jam Evaluasi
dx tanggal
118