DISUSUN OLEH :
Nama : I Wayan Cahyadi
NIM : 223221329
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan dengan Judul “Laporan Pendahuluan Dan
Asuhan Keperawatan Pada Ny.Y Diagnosa Medis Periapendular Abses Dengan,
Tindakan Laparotomi Eksplorasi Ruang Ibs” Laporan pendahuluan dan asuhan
Keperawatan ini disusun guna melengkapi Praktik Praklinik Keperawatan
BAB 1
PENDAHULUAN
. Latar Belakang
.1 Konsep Penyakit
1.1 Pengertian
Abses apendiks adalah salah satu komplikasi dari apendisitis akut. Abses
apendiks merupakan kumpulan pus yang terletak di area peri-apendikular (fossa
illiaca kanan) yang merupakan akibat lanjutan dari apendisitis dan perforasinya.
Terbentuknya massa akibat inflamasi berupa phlegmon maupun abses terjadi
pada 2% - 6% penderita apendisitis. (Mulya, R. E. 2015).
Berbagai penyebab apendisitis seperti mucus dan feses yang mengeras
akan membentuk seperti batu (fecalith) yang akan menutup akses antara
apendiks dengan caecum. Obstruksi tersebut kemudian mnyebabkan gangguan
resistensi mukosa apendiks terhadap invasi mikroorganisme. Obstruksi ini akan
meningkatkan tekanan di dalam apendiks yang menghasilkan peningkatan
tekananan perforasi kapiler, gangguan pada drainase limfa dan vena yang dapat
menyebabkan iskemia. Iskemi dinding apendiks menyebabkan hilangnya
keutuhan epitel yang mempermudah invasi bakteri ke dinding apendiks. Bakteri
intestinal yang ada di dalam apendiks akan bermutiplikasi yang menyebabkan
rekruitmen leukosit, pembentukan pus dan tekanan intraluminal yang tinggi.
Dalam 24-36 jam, kondisi ini dapat makin parah karena thrombosis dari arteri
maupun vena apendiks mnyebabkan perforasi dan gangrene apendiks. (Mulya,
R. E. 2015).
B1 B2 B3 B4 B5
B6
Peningkatan akumulasi pus
Iritasi Iritasi Respon Respon inflamasi Distensi abdomen Terputusnya
peradangan di apendiks
jalan N.vagus intergritas jaringan
jalan n.Vagus
Suplai oksigen Penurunan kecepatan dan Implus ke otak Oedema Spasmen abdomen Tempat masuknya kuman
menurun kekuatan kerja jantung Infeksi meluas ke
vesika urinaria
Nyeri difus di Peningkatan
Penurunan aliran Nyeri Reaksi antigen antibodi
Dyspanea epigastrium tekanan
darah sistemik Nyeri saat mikturisi
intra
abdomen Peningkatan suhu
Nyeri menjalar ke Monilisasi terbatas
MK :Pola napas Respon MK : Gangguan
abdomen
tidak Efektif MK : Gangguan perfusi hipotalamus eliminasi urin Mual dan muntah
Infeksi
jaringan
MK : Nyeri MK : Hipertemi MK: Gangguan
akut MK : Defisit Mobilitas fisik MK:
nutrisi Resiko
infeksi
Tindakan
Prosedur tindakan pembedahan Ransangan saraf intercostalis dan Tindakan pembedahan Luka jahitan post operatif
segmen thorakalis
Pembedahan meningkat
Koping pasien tidak MK : Nyeri akut
Hilangnya efek anestesi
efektif
Mk : Resiko Pendarahan
Stressor
meningkat MK: Nyeri Akut
Cemas
MK : Ansietas
1.6 Manifestasi Klinis
1.6.1 Nyeri
Biasa nyeri muncul di fosa iliaca kanan. Awalnya tidak begitu parah
namun akan melanjut menjadi nyeri yang lebih hebat secara bertahap. Nyeri
menjadi semakin berat saat abses terbentuk
1.6.2 Massa Fossa Illiaca Kanan
Terbentuk massa yang lembut atau empuk bila disentuh. Kulit yang
berada di atasnya biasanya normal. Suhu lokal bisa meningkat atau tidak.
Ukuran massa bisa membesar dan terasa lebih nyeri.
1.6.3 Demam
Demam terjadi berhubungan dengan gejala lain. Ini mempunyai pola yang
khas dimana terjadi peningkatanyang progresif saat temperature memuncak
(swinging temperature). Saat pasien dengan massa apendiks mengalami
kenaikan suhu dapat dipastikan bahwa abses apendiks juga terbentuk.
1.6.4 Massa yang empuk (Tenderness)
Massa menjadi terasa empuk tidak hanya saat disentuh tapi juga saat
terjadi gerakan respirasi. Saat pemeriksaan, palpasi yang lembut pun dapat
menimbulkan nyeri yang hebat.
1.6.5 Gangguan miksi
Gangguannya berupa kesulitan untuk kencing, frekuensi kencing, retensi
urin yang akut serta hematuria. Hal ini terjadi karena terbentuknya massa dan
abses dekat dengan ureter kanan bagian bawah serta vesica urinaria.
1.7 Komplikasi
1.7.1 Peritonitis
1.7.2 Ruptur Appendik
1.7.3 Syok Hipovolemik
1.7.4 Ileus
1.7.5 Sepsis
1.8 Pemeriksaan Penunjang
1.8.1 Pemeriksaan Laboratoriun
Kenaikan sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000-18.000/mm3 .
Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks
sudah mengalami perforasi (pecah).
1.8.2 Pemeriksaan Radiologi
1) Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit.
2) Ultrasonografi (USG) untuk menemukan fekalit non-klasifikasi, apendik
non-perforasi, abses apendik.
3) Pemeriksaan CT scan untuk mendeteksi apendisitis dan adanya
kemungkinan perforasi.
4) Kasus kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG abdomen dan
apendikogram. (Nurarif&Kusuma, 2015)
1.8.3 Pemeriksaan Fisik
1) Inpeksi : adanya distensi pada abdomen
2) Auskultasi : jika terjadi peritonitis maka akan terjadi penurunan
peristaltik.
3) Perkusi : akan terasa nyeri jika sudah terjadi peritonitis
4) Palpasi : nyeri tekan pada parut kanan bagian bawah
5) Obturator : Fleksi panggul dan rotasi interna panggul
6) Uji psoad : hiperestensi sendi panggul
1.9 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada apendisitis melipui penatalaksanaan pada
unit gawat darurat, terapi farmakologis dan terapi bedah.
1.9.1 Pemberian analgetik dan antibiotik
1.9.2 Terapi farmakologis
Perioperatif antibiotik untuk menurunkan resiko infeksi pasca bedah
1.9.3 Terapi bedah
Bila diagnosa klinis sudah jelas, maka tindakan paling tepat adalah
laparatomi dan merupakan satu-satunya pilihan yang terbaik. Penundaan
tindakan bedah sambil pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses
atau perforasi. Laparatomi bisa dilakukan secara terbuka atapun dengan
cara laparaskopi. (Muttaqin, 2013)
.2 Konsep dasar Laparaotomi Eksplorasi
2.1 Pengertian
I PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.Y
Umur : 31 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Pelatuk 1 no 65
Tgl MRS : 26 Juni 2023
Diagnosa Medis : Apendik Abses
a. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN
1. Keluhan Utama /Alasan di Operasi :
Pasien mengatakan “nyeri pada bagian perut bagian kanan bawah nyeri seperti
ditusuk-tusuk, nyeri seperti menjalar ke belakang, nyeri yang dirasakan terus menerus
dengan skala nyeri 6”
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut sebelah kanan sejak 3 hari yang lalu, pada
tanggal 26 Juni 2023klien di bawa oleh ke keluarganya ke RSUD dr Sylvanus
Klungkung, pasien juga mengatakan mual dan muntah pada saat di rumah sakit,
pasien mengatakan sudah 4 hari tidak BAB setelah itu pasien mengatakan perutnya
terasa padat dan sakit, setelah dilakukan pemeriksaan pada pasien di dapatkan hasil
diagnosa Apendik dengan rencana operasi Laparatomi Eksplorasi, operasi dilakukan
pada tanggal 26 Juni 2023 di ruang Ok/IBS
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien mengatakan sebelumnya tidak ada riwayat operasi
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut keterangan dari keluarga Pasien dan dari Pasien, tidak ada dari anggota
keluarganya yang pernah di rawat di rumah sakit dan tidak ada dari keluarganya yang
menderita penyakit menular.
GENOGRAM KELUARGA :
Keterangan :
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
: Laki-laki
: Perempuan
: pasien
b. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Kesadaraan pasien composmentis, pasien tampak meringis, pasien berbaring dengan
posisi supinasi, tampak infus NaCl, 0,9 % 20 tpm tangan sebelah kiri pasien, pasien
terpasang keteter
2. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 36,7 0C Axilla Rektal Oral
b. Nadi/HR : 98 x/mt
c. Pernapasan/RR : 22 x/tm
d. Tekanan Darah/BP : 120/80 mm Hg
a. Pre Operatif
Saat Ny.Y dari ruang perawatan Dahlia akan dilakukan serah terima ruangan operasi
OK pukul 08:00 WIB. Pada tanggal 26 Juni 2023dengan diagnosa medis Apendik
Abses dengan tindakan laparatomi eksplorasi, pada saat dilakukan TTV, TD:
120/80 mmhg, Suhu/T : 36,7 0C , Nadi/HR : 98 x/mt, Pernapasan/RR : 22 x/tm,
pasien mengatakan cemas dengan keadaannya, klien tampak meringis, klien tampak
tegang, persiapan operasi pasien puasa selama 8 jam sebelum dilakukan operasi
laparatomi ekslorasi. Pasien tampak terpasang keteter urine dan tersedia 1 kantong
darah , premediks injeksi Ceftriaxone 1 gr/IV
Masalah Keperawatan : Ansietas
b. Intra Operatif
Pasien sudah masuk ke ruang OK/IBS mulai dilakukan anastesi pukul 08:30 WIB,
kelengkapan tim operasi bedah, pasien di berikan injeksi sadakum (Bius total) 3 mg
dan akan diberikan injeksi fentanyl 50 mcg, posisi pasien dioperasi adalah supinasi
(terlentang), pembedahan dilakukan selama 1 jam, pasien tampak terpasang keteter,
pasien tidak ada riwayat penyakit asma dan sesak nafas, pasien tampak dilakukan
pembedahan Laparotomi eksplorasi, tindakan ini akan dilakukan sayatan atau insisi di
bagian abdomen hingga ke cavitas abdomen perdarahan sebanyak 100 CC dan di
sediakan 1 kantong darah , klien terpasang infus jalur pada tangan kiri dan kanan
jenis infus NaCl, 0,9 % 20 tpm terpasang di sebelah tangan kanan, klien terpasang
ventilator, pasien terpasang Drain TTV tekanan darah: 110/70 mmHg. Suhu tubuh
36,20C dan pernapasan/RR : 21 x/tm, Nadi 88 x/menit, tingkat kesadaraan pasien
Bius total (general anastesi) selesai operasi pukul 09:30 WIB perawat memastikan
infus pasien lancar kebutuhan oksigen terpenuhi dan tidak ada hambatan jalan nafas.
Masalah Keperawatan : Resiko Pendarahan
c. Post Operatif
Klien mengatakan nyeri pada bagian abdomend, muncul saat pasien berpindah posisi
saat berbaring maupun bergerak, seperti di tusus tusuk dan tertekan di bagian perut
pasien skala nyeri 7, nyeri yang dirasakan sewaktu-waktu atau kadang-kadang durasi
5-10 menit. Klien tampak meringis, terdapat drain dibagian kiri dan kanan pasien
tampak terpasang infus Kalnex 30 gm, dan tampak luka post operasi pada bagian
perut pasien TTV tekanan darah: 110/70 mmHg. Suhu tubuh 36,20C dan
pernapasan/RR : 21 x/tm, Nadi 88 x/menit, Dissabillty GCS : E2 V2 M3 total 7
(Samnolen) pasien keluar ruangan operasi 09:30 WIB
Observasi
Airway
Jalan nafas paten tidak obstruksi jalan nafas
Breathing
Gerakan dinding dada simetris, irama nafas teratur, pola nafas teratur, suara
nafas vesikuler, saturasi O2 98%, RR : 21 x/menit
Circulation
tekanan darah: 110/70 mmHg. Suhu tubuh 36,20C dan pernapasan/RR : 21
x/tm, Nadi 88 x/menit, terpasang infus NaCl 500 cc 20 tpm
Dissability
GCS : E2 V2 M3 total 7 (Samnolen)
Exposure
Suhu : 36,20C
No Kriteria Score Score
.
1. Warna Kulit
1) Kemerahan/normal 2 2
2) Pucat 1
3) Sianosis 0
2. Aktifitas Mototrik
1) Gerak 4 anggota tubuh 2
2) Gerak 2 anggota tubuh 1 1
3) Tidak ada Gerakan 0
3. Pernafasan
1) Mampu untuk nafas dalam dan 2 2
batuk
2) Nafas dangkal dan adekuat 1
3) Apnea atau nafas tidak
adekuat 0
4. Tekanan Darah
1) ± 20 mmHg dari pre anestesi 2 2
2) 20-50 mmHg dari pre anestesi
3) ± 50 mmHg dari pre anestesi 1
0
5. Tingkat Kesadaran
1) Sadar penuh mudah dipanggil 2
2) Bangun jika dipanggil
3) Tidak ada respon 1 1
0
Jumlah 8
Klungkung, 26 Juni
2023Mahasiswa
ANALISIS DATA
Pre Operatif
1. Ansietas berhubungan dengan krisis situsional ditandai dengan, Klien mengatakan
khawatir karena akan di operasi, Pasien tampak gelisah, Pasien tampak tegang,
Persiapan operasi pasien puasa selama 8 jam sebelum dilakukan operasi laparatomi
ekslorasi. Tersedia 1 kantong darah, TTV: TD: 120/80 mmhg, Suhu/T : 36,7 0C,
Nadi/HR : 98 x/mt, Pernapasan/RR : 22 x/tm
Intra Operatif
2. Resiko pendarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan di tandai dengan.
Pasien dilakukan pembedahan laparatomi eksplorasi, pasien di berikan injeksi
sadakum (Bius total) 3 mg, Pasien diberikan injeksi fentanyl 50 mcg, Bius total
(general anastesi), Terjadi pendarahan 100 CCPembedahan dilakukan selama 1 jam,
Sedia 1 kantong darah , Ditangan kiri dan kanan terpasang infus 0.9% 20 cc/ tpm.
Pasien terpasang kateter.
Post Operatif
3. Nyeri aku berhubungan dengan agen pencidera fisik ditandai dengan Pasien
mengatakan nyeri pada bagian operasi Saat berpindah posisi, nyeri seperti ditusuk-
tusuk, muncul saat pasien berpindah posisi, 5-10 menit, Skala nyeri 7, GCS E2 V2
M3 total 7 (Samnolen), Pasien tampak meringis, luka post operasi pada bagian perut
pasien, TTV: TD: 110/70 mmhg, Suhu/T : 36,7 0
C Nadi/HR : 88 x/mt
Pernapasan/RR : 21 x/tm
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny.Y
Ruang Rawat :
Perioperatif
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Pre Operatif Tujuan : 1. Identifikasi saat tingkat ansietas 1. Mengidentifikasi masalah yang di
Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan berubah (misalnya kondisi, alami pasien
krisis situsional ditandai dengan, keperawatan 1 x 30 menit waktu stressor) 2. Bina hubungan saling percaya
Klien mengatakan khawatir karena diharapkan tingkat ansietas 2. Ciptakan suasana terapeutik antara perawat dan pasien
akan di operasi, Pasien tampak menurun untuk menumbuhan 3. Memberikan rasa nyaman pada
gelisah, Pasien tampak tegang, Kriteria hasil : kepercayaan pasien
Persiapan operasi pasien puasa 1. Perilaku gelisah menurun 3. Dengarkan dengan penuh 4. Memberikan rasa empati pada
selama 8 jam sebelum dilakukan (5) perhatian pasien
operasi laparatomi ekslorasi. 2. khawatir akibat kondisi 4. Gunakan pendekatan yang 5. Memberikan motivasi kepada
Tersedia 1 kantong darah, TTV: yang dihadapi menurun (5) tenang dan meyakinkan pasien
TD: 120/80 mmhg, Suhu/T : 36,7 3. Konsentrasi membaik (5) 5. Motivasi mengidentifikasi 6. Mengedukasi pasien untuk
0
C, Nadi/HR : 98 x/mt, situasi yang memicu kecemasan mengurangi kecemasan
Pernapasan/RR : 22 x/tm 6. Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
Intra operatif Tujuan : 1. Monitor tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui gejala
Resiko pendarahan berhubungan Setelah dilakukan tindakan perdarahan perdarahan
dengan tindakan pembedahan di keperawatan 1 x 1 jam 2. Monitor nilai 2. Untuk memhetahui nilai
tandai dengan. Pasien dilakukan diharapkan tingkat perdarahan hematokrit/hemoglobin hematokrit/hemoglobin sebelum
pembedahan laparatomi menurun menurun sebelum dan setelah kehilangan dan setelah kehilangan darah
eksplorasi, pasien di berikan Kriteria hasil : darah 3. Supaya perdarahan dapat diatasi
injeksi sadakum (Bius total) 3 mg, 1. Tidak ada perdarahan 3. Batasi tindakan invasif, jika 4. Berkerja sama dengan dokter
Pasien diberikan injeksi fentanyl 2. Mampu mencegah perlu dalam pemberian obat
50 mcg, Bius total (general pendarahan 4. Kolaborasi pemberian obat 5. Berkerja sama dengan dokter
anastesi), Terjadi pendarahan 100 3. Perdarahan pasca operasi pengontrol perdarahan, jika dalam pemberian darah
CCPembedahan dilakukan selama menurun perlu
1 jam, Sedia 1 kantong darah , 4. Hemoglobin membaik 5. Kolaborasi pemberian produk
Ditangan kiri dan kanan terpasang darah, jika perlu
infus 0.9% 20 cc/ tpm. Pasien
terpasang kateter.
Post Operatif Tujuan : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Selalu memantau perkembangan
Nyeri aku berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi 1 durasi, frekuensi, kualitas, nyeri
agen pencidera fisik ditandai x 1 jam maka nyeri klien intensitas nyeri 2. Mencari tahu faktor memperberat
2. Identifikasi faktor yang dan memperingan nyeri agar
dengan Pasien mengatakan nyeri menurun, dengan
memperberat dan memperingan mempercepat proses kesembuhan.
pada bagian operasi Saat Kriteria Hasil : nyeri 3. Memberikan kondisi lingkungan
berpindah posisi, nyeri seperti 1. Melaporkan nyeri 3. Kontrol lingkungan yang yang nyaman untuk membantu
ditusuk-tusuk, muncul saat pasien terkontrol cukup baik memperberat rasa nyeri. meredakan nyeri
berpindah posisi, 5-10 menit, 2. Kemampuan mengenali 4. Berikan teknik nonfarmakologis 4. Salah satu cara mengurangi nyeri
Skala nyeri 7, GCS E2 V2 M3 onset nyeri cukup baik 5. Ajarkan teknik 5. Agar klien atau keluarga dapat
total 7 (Samnolen), Pasien tampak 3. Kemampuan mengenali nonfarmakologis untuk melakukan secara mandiri ketika
mengurangi rasa nyeri nyeri kambuh
meringis, luka post operasi pada penyebab Nyeri baik
6. Kaloborasi dengan pemberian 6. Bekerja sama dengan dokter dalam
bagian perut pasien, TTV: TD: 4. Kemampuan analgetik, pemberian dosis obat
110/70 mmhg, Suhu/T : 36,7 0C menggunakan teknik non-
Nadi/HR : 88 x/mt Pernapasan/RR farmakologi baik
: 21 x/tm
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
.1 Kesimpulan
Abses apendiks adalah salah satu komplikasi dari apendisitis akut. Abses
apendiks merupakan kumpulan pus yang terletak di area peri-apendikular (fossa
illiaca kanan) yang merupakan akibat lanjutan dari apendisitis dan perforasinya.
Terbentuknya massa akibat inflamasi berupa phlegmon maupun abses terjadi
pada 2% - 6% penderita apendisitis. (Mulya, R. E. 2015).
Berbagai penyebab apendisitis seperti mucus dan feses yang mengeras
akan membentuk seperti batu (fecalith) yang akan menutup akses antara
apendiks dengan caecum. Obstruksi tersebut kemudian mnyebabkan gangguan
resistensi mukosa apendiks terhadap invasi mikroorganisme. Obstruksi ini akan
meningkatkan tekanan di dalam apendiks yang menghasilkan peningkatan
tekananan perforasi kapiler, gangguan pada drainase limfa dan vena yang dapat
menyebabkan iskemia. Iskemi dinding apendiks menyebabkan hilangnya
keutuhan epitel yang mempermudah invasi bakteri ke dinding apendiks. Bakteri
intestinal yang ada di dalam apendiks akan bermutiplikasi yang menyebabkan
rekruitmen leukosit, pembentukan pus dan tekanan intraluminal yang tinggi.
Dalam 24-36 jam, kondisi ini dapat makin parah karena thrombosis dari arteri
maupun vena apendiks mnyebabkan perforasi dan gangrene apendiks. (Mulya,
R. E. 2015).
.2 Saran
Dalam melakukan perawatan Periapendicular abses hendaknya dengan
hati-hati, cermat dan teliti serta selalu menjaga kesterilan alat, maka akan
mempercepat proses penyembuhan. Perawat perlu mengetahui tanda gejala,
perawat harus mampu mengetahui kondisi pasien secara keseluruhan sehingga
intervensi yang diberikan bermanfaat untuk kemampuan fungsional pasien,
perawat harus mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan keluarga
untuk mendukung adanya proses keperawatan serta dalam pemberian asuhan
keperawatan diperlukan pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
penyakit, penyebab, pencegahan, dan penanganan.
DAFTAR PUSTAKA
DISUSUN OLEH :
Nama : I Wayan Cahyadi
NIM : 223221329
I. Tujuan Instruksional
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 1 x 30 menit, pasien dan
keluarga memahami dan mampu menjelaskan tentang Manajemen Nyeri
b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta mampu :
1. Menyebutkan pengertian Nyeri
2. Menyebutkan tujuan Manajemen Nyeri
3. Menyebutkan cara-cara sederhana mengatasi nyeri
4. Mendemontrasikan cara – cara mengatasi nyeri
II. Metode dan Media
a. Ceramah dan Tanya jawab
b. Leaflet
III. Kegiatan
Teknik relaksasi: