Disusun Oleh:
Nama mahasiswa / NIM :
1. Lintang Faturohmah / 202102063
2. Merlin / 202102064
3. Mulia Abdillah Sunarya / 202102066
Ruang / RS :
At-tin / RS PKU Muhammadiyah Gamping
KATA PENGANTAR
ii
Gamping, 07 Maret 2023
Penulis
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Appendisitis akut merupakan penyakit yang sering dijumpai pada anak- anak,
penyakit ini membutuhkan penanganan pembedahan dan penanganan yang tepat.
(Wibowo et al., 2020).
Penyakit appendisitis jika tidak segera ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi yang parah seperti sepsis atau perforasi dan bisa menyebabkan kematian. Oleh
sebab itu, penyakit appendisitis dapat di tangani dengan melakukan tindakan pembedahan
atau sering disebut dengan appendiktomi, dan jika terjadi perforasi dapat dilakukan
laparotomi (Sumarni, 2019).
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
BAB II
TEORI
A. Pengertian
Apendisitis yaitu peradangan pada usus buntu yang merupakan penyebab paling
umum dari sakit perut akut. Penyakit ini sering terjadi pada pria antara usia 10 sampai 30
tahun, meskipun dapat menyerang semua usia, baik pada pria maupun wanita (Wedjo,
2019). Apendisitis yaitu suatu kondisi di mana usus buntu terinfeksi. Kasus ringan dapat
disembuhkan tanpa pengobatan, tetapi sering kali memerlukan pengangkatan usus buntu
yang terinfeksi dan laparotomi (Hidayat, 2020).
Apendisitis akut merupakan salah satu kegawatan bedah yang paling sering, dan
apendiktomi termasuk operasi darurat yang paling sering dilakukan di seluruh dunia
(Tampi, Sapan, & Sumangkut, 2016).
B. Etiologi
Etiologi dari appendisitis menurut (S. Bakhri, 2015) meliputi :
1. Hiperplasi jaringan limfoid.
Istilah medis hipertrofi jaringan limfoid dan hiperplasia limfatik umumnya
menyebabkan radang usus buntu pada anak-anak. Kondisi ini biasanya diidentifikasi
dengan pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium patologi. Pembesaran jaringan
limfoid akibat perubahan struktur dinding apendiks dapat menyebabkan inflamasi.
Perubahan ini umumnya terkait dengan penyakit radang usus (IBD), infeksi saluran
cerna maupun Chorn’s disease.
2. Fekalit.
Fekalit / timbunan tinja yang keras dan menjadi penyebab utama seseorang
dapat mengalami radang usus buntu. Keadaan statis / diam secara terus-menerus
menyebabkan banyak kuman berkambang biak. Ini menginduksi peradangan di
sekitar struktur dan sekum, menyebabkan gejala pada pasien. Secara umum,
apendisitis akibat penutupan tinja sering terjadi pada anak-anak dan orang tua. Hal ini
2
dipengaruhi oleh gaya hidup yang sangat sedikit mengkonsumsi makanan yang
mengandung serat atau membatasi aktivitas fisik.
3. Tumor apendiks
Tumor langka ini terbentuk dibagian bawah saluran pencernaan yang dapat
menyebabkan peradangan pada usus buntu. Tumorlebih cenderung menyebabkan
peradangan yang mengganggu struktur sekum yang sedang tumbuh.
4. Infeksi parasit.
Infeksi parasit seperti cacing gelang (Ascaris lumbricoides), amuba
(Entamoeba histolica), cacing benang (Strongiloides stercoralis), cacing kremi
(enterobiasis), dan Blastocystis hominis merupakan penyebab peradangan pada usus
buntu. Biasanya infeksi parasit ditularkan dari hewan maupun cara hidup yang tidak
sehat, seperti kurang menjaga kebersihan diri. Adanya infeksi parasit menyebabkan
perlukaan atau erosi di lapisan usus buntu, sehingga peradangan dapat terjadi dengan
mudah.
5. Makanan rendah serat
Seseorang yang mengkonsumsi sedikit makanan berserat akan mengalami
feses yang kering, keras dan kecil yang memerlukan kontraksi otot yang lebih besar
untuk mengeluarkannya sehingga menyebabkan konstipasi. Konstipasi menyebabkan
terjadinya obstruksi fekalit dalam usus sehingga meningkatkan produksi mukus di
saluran pencernaan. Peningkatan tekanan dinding appendiks meningkatkan tekanan
kapiler dan menyebabkan iskemia mukosa dan translokasi bakteri menembus dinding
appendiks menyebabkan terjadinya inflamasi di appendiks yaitu appendisitis.
6. Konstipasi
Pengerasan tinja (konstipasi) dalam waktu lama, sangat mungkin ada
bagiannya yang terselip masuk ke saluran appendiks yang pada akhirnya akan
menjadi tempat bakteri bersarang dan berkembang biak, sebagai infeksi . Hal ini akan
meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional appendiks
dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada kolon. Penyumbatan yang tetjadi
pada lapisan usus buntu yang menyebabkan infeksi diduga menjadi penyebab usus
buntu. Bakteri yang berkembang biak dengan cepat akhirnya menyebabkan appendiks
menjadi meradang, bengkak, dan penuh nanah. Bila tidak segera diobati usus buntu
bisa pecah (Wedjo, 2019).
C. Anatomi & Fisiologi Appendicitis
1. Anatomi Appendisitis
3
Appendiks vermiformis atau yang sering disebut sebagai apendiks adalah
organ berbentuk tabung dan sempit yang mempunyai otot dan banyak mengandung
jaringan limfoid. Panjang apendiks vermiformis bervariasi dari 3-5 inci (8-13 cm).
Dasarnya melekat pada permukaan aspek posteromedial caecum, 2,5 cm dibawah
junctura iliocaecal dengan lainnya bebas. Lumennya melebar di bagian distal dan
2. Fisiologi Appendisitis
4
Hambatan aliran lendir di muara apendiks berperan pada patogenesis apendiks.
Immunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lympoid
Tissue) yangterdapat di sepanjang saluran pencerna termasuk apendiks ialah IgA.
Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi.
Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh
karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya
disaluran cerna dan diseluruh tubuh (Arifin, 2014).
E. Patofisiologi
Apendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang disebabkan oleh
feses yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai dengan pengamatan epidemiologi bahwa
apendisitis berhubungan dengan asupan serat dalam makanan yang rendah (Burkitt, 2007).
Pada stadium awal dari apendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi mukosa.
Inflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan lapisan muskular dan serosa
(peritoneal). Cairan eksudat fibrinopurulenta terbentuk pada permukaan serosa dan berlanjut
ke beberapa permukaan peritoneal yang bersebelahan, seperti usus atau dinding abdomen,
menyebabkan peritonitis lokal (Burkitt, 2007).
Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke dalam lumen, yang
menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang menyuplai apendiks menjadi bertrombosit
dan apendiks yang kurang suplai darah menjadi nekrosis atau gangren. Perforasi akan segera
terjadi dan menyebar ke rongga peritoneal. Jika perforasi yang terjadi dibungkus oleh
omentum, abses lokal akan terjadi (Burkitt, 2007).
F. Penatalaksanaan
Adapun pengobatan/penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk radang usus buntu
yaitu :
1. Terapi Konservatif
Terapi ini diterapkan untuk pasien yang tidak dapat menerima layanan bedah
berupa antibiotik. Mengkonsumsi antibiotik dapat membantu mencegah infeksi.
5
2. Operasi
Sudah jelas telah terdeteksi apendisitis maka tindakan yang dilakukan yaitu
operasi pengangkatan apendiks. Operasi pengangkatan usus buntu disebut appendikomi
(Wedjo, 2019).
G. Pemeriksaan diagnostik
1. Laboratorium
Ini termasuk hitung kelengkapan darah dan protein penghasil (CRP). Tes darah
menunjukkan jumlah sel darah putih 10.000-18.000/mm3 leukositosis dan lebih dari 75%
neutrofil, tetapi CRP menunjukkan peningkatan jumlah serum..
2. Radiologi
Abses yaitu peradangan pada usus buntu yang mengandung nanah. Massa jaringan
lunak dapat teraba di kuadran kanan bawah atau di panggul. Benjolan ini awalnya selulit
dan berkembang menjadi rongga berisi nanah. Ini terjadi ketika apendisitis memiliki
mikrofosil yang ditutupi dengan kelenjar getah bening atau perikardium.
2. Perforasi
Usus buntu pecah berisi nanah yang memungkinkan bakteri menyebar dalam
perut. Perforasi akan jarang dalam rentang waktu 12 jam setelah timbulnya nyeri, tetapi
meningkat dengan cepat setelah 24jam.
3. Peritonitis
6
I. Pathway
1. Data subjectif
a. Biodata yang mencakup identitas pasien menurut Anggraini ( 2018)
meliputi :
1) Nama: untuk mengetahui nama jelas dan lengkap
2) Umur : Dicatat dalam tahun
3) Agama : untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing
4) Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya
5) Pekerjaan : untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya
7
6) Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bisa
diperlukan
b. Keluhan utama : untuk mengetahui masalah yang dihadapi berkaitan
dengan masa nifas
c. Riwayat kesehatan menurut Ambarwati ( 2018) riwayat kesehatan
meliputi :
1) Riwayat kesehatan yang lalu data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti jantung,
diabetes, mellitus, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada
masa post partum ini.
2) Riwayat kesehatan sekarang data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada
hubungannya dengan masa post partum dan bayinya.
3) Riwayat kesehatan keluarga data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan
kesehatan pasien dan bayinya.
4) Riwayat menstruasi
5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu untuk mengetahui
jumlah kehamilan dan kelahirannya
6) Riwayat kehamilan sekarang menurut Saifudin ( 2016) meliputi :
a) Hari pertama, haid terakhir serta kapan taksiran persalinannya.
b) Keluhan keluhan pada trimester I, II, III
c) Dimana ibu biasa memeriksakan kehamilannya.
d) Selama hamil berapa kali ibu periksa
e) Penyuluhan yang pernah didapat selama kehamilan
f) Pergerakan anak pertama kali dirasakan pada kehamilan berapa
minggu
g) Imunisasi : sudah/belum berapa kali telah dilakukan Imunisasi
selama hamil
h) Keadaan psikologis untuk mengetahui tentang perasaan ibu
sekarang, apakah ibu merasa takut atau cemas dengan keadaan
sekarang
i) Penggunaan obat obatan/rokok untuk mengetahui apakah ibu
mengkomsumsi obat terlarang atau ibu merokok.
8
b. Data Objective yaitu data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat
1) Status generalis
a) Keadaan umum untuk mengetahui untuk mengetahui apakah ibu
dalam keadaan baik, cukup atau kurang.
b) Kesadaran untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah compass
mentis,apatis,somnolen,spair
c) Tanda tanda vital
d) Tinggi badan dan berat badan
2) Pemeriksaan esktremitas
a) Inspeksi
Rambut untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok
atau tidak
Muka untuk mengetahui keadaan, muka pucat atau tidak
adakah kelainan, edema
Mata untuk mengetahui edema atau tidak, konjungtiva, anemia
atau tidak, sklera ikterik atau tidak
Abdomen untuk mengetahui ada luka bekas operasi atau tidak,
ada strie atau tidak, ada tidaknya linea alba nigra
Vulva untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda
infeksi, varices, pembesaran kelenjar bartolini dan perdarahan
b) Palpasi
Leher untuk mengetahui adakah pembesaran thyroid, ada
benjolan atau tidak
Dada untuk mengetahui keadaan payudara, benjolan, nyeri dan
kesimetrisan
Abdomen untuk mengetahui kontraksi uterus : keras, lemah,
tinggi fundus uteri
Ekstremitas untuk mengetahui ada cacat atau tidaknya, edema
dan varises
Diagnosa keperawatan
9
Diagnosa keperawatan yang sering muncul menurut standar diagnosa
keperawatan indonesia (2016) pada appendisitis akut yaitu :
Intervensi
10
TUJUAN DAN
DX KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWAT
AN
Nyeri Akut b.d HSetelah dilakukan Observasi
agen pencedera tindakan keperawtan 3x 1. Identifkasi lokasi,
fisik 24 jam di harapkan nyeri karakteristik
berkurang dengzan durasi, frekuensi
kreiteria hasil kulitas intesitas
1. Mampu nyeri
mengontrol nyeri, 2. Identifikasi skala
mampu nyeri
nenggunakan 3. Mengkaji PQRST
teknik nyeri
nomfarmakologis Terapeutik
untuk mengurangi 1. Berikan teknik
nyeri nonfarmakologis
2. TTV dalam batas untuk mengurangi
normal rasa nyeri
3. Pasien tampak Edukasi
rileks 1. Jelaskan strategi
4. Kaji tingkat nyeri meredakan nyeri
dengan standar Kolborasi
PQRST 1. Pemberian
Analgetik jika
perlu
LAPORAN KASUS
PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny.D
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 26 Tahun
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Kawin / Menikah
f. Pekerjaan : Perawat
g. Pendidikan Terakhir : S1 Keperawatan
h. Alamat : Pedusan Argosari sedayu
i. No.CM :
j. Diagnostik Medis : Gl. Abd. Ecsup. App. Akut
PENANGGUNG JAWAB
a. Nama : Tn H
b. Umur : 27 tahun
c. Pendidikan : SMK
d.Pekerjaan : Wirausaha
e. Alamat : Pedusan Argosari Sedayu
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
Riwayat Penyakit Sekarang
12
1) Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri perut kanan bawah, nyeri terasa Panas, di tusuk
tusuk , perih.
2) Kronologi Penyakit Saat Ini
Pasien mengatakan, hari sabtu habis pulang kerja Shift siang Demam naik
turun, Hari Minggu pasien diare , mual dan nyeri perut kanan bawah,
senin pasien mengatakan tidak kuat di bawa ke Rs PKU
Muhammmadiyah Gamping.
3) Pengaruh Penyakit Terhadap Pasien
4) Pasien berharap pelayanan kesehatan mampu memenuhi kebutuhan
pasiennya
Riwayat Penyakit Masa Lalu
1) Pasien mengatakan pada masa anak anak pernah mengalami asma, flek
paru paru
2) Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi
3) Pasien mengatakan tidak pernah di rawat RS
4) Pasien mengatakan pengobatan terakhir di RS PKU Muhammadiyah
Gamping
13
c. PENGKAJIAN BIOLOGIS ( Dikaji sebelum dan sesudah sakit )
RASA AMAN NYAMAN
Sebelum Sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit bisa mandiri beraktifitas tanpa
merasakan nyeri
Saat Sakit
1) Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut kanan bawah
P: pasien mengatakan nyeri pada perut kanan bawah.
Q: Nyeri seperti di tusuk tusuk panas, perih.
R: Nyeri di bagian pusar menyebar perut kanan bawah
S: skala nyeri 6
T: Nyeri hilang timbul kurang lebih 4 menit
2) Pasien mengatakan aktifitasnya terganggu karena nyeri
3) Pasien mengatakan saat nyeri muncul yang dilakukan pasien adalah di
kompres dibagian perut
4) Kompres dengan air ketika nyeri muncul
5) Pasien mengatakan sebelumnya tidak ada riwayat pembedahan
Saat sakit
1) Pasien mengatakan saat sakit aktifitas terbatasi karena nyeri
14
2) Terdapat gangguan aktifitas
ISTIRAHAT
Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit pola istirahat terpenuhi
Saat sakit
Pasien mengatakan saat sakit pola istirahat terganggu
TIDUR
Sebelum Sakit
1) Pasien mengatakan sebelum sakit pola tidur tidak terganggu
2) pola tidur terpenuhi
3) Pasien mengatakan tidurnya nyenyak
Saat Sakit
1) Pasien mengatakan saat sakit pola tidur terganggu
2) Pasien mengatakan hanya tidur 2 jam
3) Pasien mengatakan sering terbangun dan tidak nyenyak
4) Pasien mengatakan saaat sakit badan terasa mudah lelah/lemas
5) Pasien mengatakan tidak pernah menggunakan obat penenang
sebelum tidur
CAIRAN
1) Pasien mengatakan sebelum dan saat sakit cairan terpenuhi
2) Pasien minum 2 botol air mineral perhari ( 1500 ml )
3) Pasien mengatakan sering minum air mineral
4) Minum 5 gelas perhari
5) tidak ada pantangan untuk minuman
6) pasien mengatakan tidak mengkomsumsi alcohol
7) tidak terdapat pembatasan cairan
NUTRISI
Sebelum sakit
15
1) Pasien mengatakan sebelum sakit biasanya makan nasi, lauk, sayur.
2) pasien mengatakan makan 2x sehari
3) pasien mengatakan tidak ada makanan yang di pantang
4) pasien mengatakan tidak terdapat kesulitan menelan atau
mengunyah
5) pasien mengatakan tidak menggunakan alat bantu makan
6) tidak terdapat gangguan pencernaan
7) tidak ada alergi terhadap makanan
Saat sakit
1)Pasien mengatakan saat sakit tidak nafsu makan
2) pasien mengatakan saat sakit makan 1x sehari 3 -5 sendok
3)pasien mengatakan tidak ada makanan yang di pantang
4)pasien mengatakan tidak ada kesulitan menelan atau mengunyah
5)pasien tidak menggunakan alat bantu makan
6)terdapat gangguan pecernaan di bagian usus
7)pasien mengatakan tidak ada alergi makanan
Saat sakit
a.pasien mengatakan bab 2x sehari
b.pasien tidak menggunakan obat pencahar
c.pasien mengatakan bab lancar teratur
d.pasien tidak menggunakan alat bantu untuk defeksi
Eliminasi Urine :
16
Sebelum sakit
a.pasien mengatakan bak 6x sehari bak
b.pasien tidak menggunakan alat bantu dalam miksi
c.pasien mengatakan bak teratur
d.pasien mengatakan tidak ada kesulitan saat bak
Saat sakit
a.pasien mengatakan bak 6x sehari bak
b.pasien tidak menggunakan alat bantu dalam miksi
c.pasien mengatakan bak teratur
d.pasien mengatakan tidak ada kesulitan saat bak
Saat Sakit
a.pasien mengatakan saat sakit tidak ada kesulitan dalam bernafas
b.pasien mengatakan untuk mengatasi masalah berusaha tenang
c.pasien tidak menggunakan alat bantu pernafasan
d.pasien mengatakan nyaman dengan posisi semi fowler
e.pasien tidak merokok/mengkonsumsi obat obat
f.pasien tidak memiliki alergi debu / obat obat
g.pasien mengtakan tidak pernah di rawat dengan gangguan pernafasan
17
h.pasien mengtakan pernah ada riwayat gangguan pernafasan pada
masa anak anak asma
KARDIVASKULER
Sebelum sakit
a.pasien mengatakan tidak cepat lelah
b. pasien mengatakan tidak ada keluhan nyeri dada, pusing / rasa berat
di dada
c.pasien tidak menggunakan alat pacu jantung
d.pasien tidak ada gangguan kardiovaskuler
Saat sakit
a.pasien mengatakan cepat lelah
b. pasien mengatakan tidak ada keluhan nyeri dada, pusing / rasa berat
di dada
c.pasien tidak menggunakan alat pacu jantung
d.pasien tidak ada gangguan kardiovaskuler
PERSONAL HYGIENE
Sebelum sakit
a.pasien mengatakan mandi 2x sehari
b.pasien mengatakan cuci rambut seminggu 3x
c.pasien mengatakan tidak memmerlukan bantuan melakukan personal
hygiene
Saat sakit
a.pasien mengatakan mandi 1x sehari
b.pasien mengatakan saat sakit seminggu 2x cuci rambut
c.pasien mengatakan tidak memmerlukan bantuan melakukan personal
hygiene
SEX
a.pasien mengtakan tidak ada kesulitan hubungan seksual
18
b.pasien mengatakan penyakit sekarang tidak mempengaruhi fungsi
seksual
c.pasien mengatakan mempunyai anak 1
Saat sakit
1)emosi stabil
2)pasien mengatakan saat sakit perasanya sedih
3)pasien mengatakan suasana hati sedih saat sakit ingin cepat
sembuh
4)perasan pasien saat ini sedih
5)pasien selalu mendapat support dari keluarganya ,memotivasi
pasien agar cepat sembuh sakit
6)pasien memandang dirinya lemah ketika sakit
19
b. Hubungan sosial :
1)pasien tidak mempunyai teman dekat
2)pasien mengatakan percaya pada keluarganya
3)pasien mengikuti dalam kegiatan masyarakat (sebelum sakit )
4)pekerjaan pasien sekarang sebagai perawat sesuai kemampuanya.
c. Spiritual
a. pasien menganut 1 agama islam
b.tidak ada gangguan dalam beribadah saat sakit,.
c. hubungan antara manusia dan tuhan dalam agama pasien
Tuhan adalah satu satunya .
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. KEADAAAN UMUM
1) CM Composmentis
2)
3)TD :142/93 N: 87x/mnt, S; 37,5 C, RR: 20x/mnt
4)TB: 164 BB : 48
5)Keadaan Kulit : Bersih
Warna: Coklat
Tekstur : Lembut
Tidak ada kelainan kulit
20
b. Leherdan tenggorokan : posisi trakea simetris tidak ada benjolan pada
leher, tidak ada nyeri saat menelan tidak ada pembesaran tonsil dan tidak
ada obstruksi jalan nafas
c. Dada
1) inspeksi :bentuk dan pergerakan simetri tidak ada luka tidak ada sesek
nafas teratur
2) auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan
3) perkusi :suara redup
4) palpasi :tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan taktil fremitus kana
dan kiri simetris
d. Abdomen
1) inspeksi :simetris, tidak ada benjolan asupan massa
2) auskultasi :tidak terdengar bunyi bising usus
3) perkusi :Normal , tidak ada gangguan , suara timpani
4) palpasi :nyeri tekan pada abdomen
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium
21
Rapid Test Antigen
SARS.Cov.
Antigen SARS. Cov.2 Negatif Negatif N
APTT
APPT 23.0.45.0 29.6 N
PT ( PROTHOROMBINE
TIME)
11.0.170 13.0 N
PPT
RHESUS
Positif N
RHRSUS FAKTOR
A
Gol Darah
Na.K.CI 3.5.5.1 3.40 L
KALIUM 98.0.107.0 1.06.0 N
KLORIDA 136. 146 140.0 N
NATRIUM
HBSAG TES Non Reactive N
Non Reactive
HBS AG
DARAH RUTIN (Auto) 2 N
2.4
EOSIONOFIL. 11.7.15.5 14.6 N
4.20.5.40
HEMOGLOBIN 5.15 N
35.0.49.0
ERITROSIT 44.1 N
4.5.11.5
HEMATOKRIT 6.78 N
LEUKOSIT 80.0 94.0 N
85.6
26.0.32.0
MCU 28.2 N
MCH 320.36.0 N
33.1
150.450
MCHC 188 N
TROMBOSIT
22
5. TERAPHI YANG DIBERIKAN
23
PROSES KEPERAWATAN
1. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS : Agen pecedera fisik Nyeri akut (D.0077)
P: pasien mengatakan nyeri
Pada perut kanan bawah.
Q: Nyeri seperti di tusuk
tusuk panas, perih.
R: Nyeri di bagian pusar
menyebar perut kanan
bawah
S: skala nyeri 6
T: Nyeri hilang timbul
kurang lebih 4 menit
DO :
- Pasien tampak
gelisah
- Pasien tampak
meringis kesakitan
- Pasien tampak pucat
TTV :TD: 142/92
N : 87x/mnt
S : 37,5 C
RR : 22x/mnt
DO :
- wajah pasien
24
tampak kemerahan
- bibir pasien tampak
kering mukosa bibir
kering
- Akral teraba hangat
Efek Agen Farmakologis
Nausea ( D.0076
DS :
)
- Pasien mengeluh
mual nafsu makan
menurun, mulut
terasa asam.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Nyeri akut b,d Agen pecedra Fisik
b) Hipetermia b,d proses penyakit
c) Nauesea b.d Efek agen Farmakologi
3. INTERVENSI
TUJUAN DAN
DX KRITERIA HASIL INTERVENSI
25
KEPERAWAT
AN
Nyeri Akut b.d HSetelah dilakukan Observasi
agen pencedera tindakan keperawtan 3x 1. Identifkasi lokasi, karakteristik
fisik 24 jam di harapkan nyeri durasi, frekuensi kulitas intesitas
berkurang dengzan nyeri
kreiteria hasil 2. Identifikasi skala nyeri
1. Mampu 3. Mengkaji PQRST nyeri
mengontrol nyeri, Terapeutik
mampu 1. Berikan teknik nonfarmakologis
nenggunakan untuk mengurangi rasa nyeri
teknik Edukasi
nomfarmakologis 1. Jelaskan strategi meredakan
untuk mengurangi nyeri
nyeri Kolborasi
2. TTV dalam batas 1. Pemberian Analgetik jika perlu
normal
3. Pasien tampak
rileks
4. Kaji tingkat nyeri
dengan standar
PQRST
Hipertermia b.d Setelah dilakukan Observasi
proses penyakit tindakan keperawatan 1. Identifikasi penyebab
3x24 jam di harpkan hipertermia ( mis.Dehidrasi,
hipertermia berkurang . terpapar panas, penggunaan
1. Tidakan inkubator.
menggigil 2. Monitor suhu tubuh tekanan
2. Warna kulit darah, freukuensi pernafasan dan
normal nadi
3. Tidak kejang 3. Monitor warna dan suhu tubuh
4. Suhu tubuh Terapeutik
( 36,5C-37,5C) 1. Berikan cairan oral
26
2. Ganti pakaian linen basah
Kolaborasi
4. IMPLEMENTASI
1. Nyeri akut b.d Agen pecedra fisik
27
2023 frekuensi kulitas dan perut kanan bawah
intesitas Q : pasien mengatakan nyeri seperti
nyeri.mengidentifikasi di tusuk tusuk
skala nyeri R: pasien mengatakan nyeri titik
2. memberikan teknik bagian pusar lalu menyebar
nonfarmakologis untuk Perut kanan bawah
mengurangi rasa nyeri S: pasien mengatakan skala nyeri
( meberikan kompres dari 1-10 = 6
hangat/ dingin pada T : pasien mengatakan nyeri hilang
pasien ) timbul.
3. menjekaskan
strategi untuk 2. Setelah di berikan kompres
meredakan hangat/dingin rasa nyeri
nyeri ( mengajarkan berkurang.
pasien teknik imajinasi
tebimbing 3. Setelah diberikan imjinasi
membayangkan hal yang terbimbing rasa nyeri pasien
menyenangkan dan berkurang
mendengrakan music.
4. Setelah pemberian analgetik
4. Memberikan analgetik
injeksi antarain 2ml nyeri
antrain injeksi 2ml.
pasien berkurang menjadi
skala 3
DO:
-pasien tampak gelisah
-Pasien tampak meringis
-pasien tampak pucat.
TD: 142/92
N: 87x/mnt
S: 37,5x/mnt
Terpasang Rl. 500 cc
28
lanjtkan….
29
Kamis 1. Mengkaji keluhan DS. 1. Pasien mengatakan nyeri
16-2- pasien sudah berkurang banyak.
2023 2. Mengkaji skala nyeri 2. Pasien mengatakan skala
pasien nyeri dari 1-10 :3
3. Memberikan analgetik 3. Setelah diberikan injeksi
antrain 2ml antrain 2ml nyeri berkurang
4. Monitor ttv 4. DO
5. Menganjurkan pasien TD: 124/82
istirahat N; 96x/mnt
S:36,2C
RR: 20x/mnt
-pasien sudah tidak
gelisah,cemas,pucat.
-intervensi di berhentikan.
30
Selasa 1.mengidentifikikasi Ds : 1.
14-2- penyebab hipetermia pasien mengatakan dan mengeluh
2023 2.mengkaji keluhan pasien demam naik turun.
3. Memonitor TTV, Suhu
tubuh, tekanan darah Do:
frekuensi pernafasan dan TTV :
nadi. TD: 142/92 Mmhg
4. memonitor warna dan suhu N: 87x/mnt
tubuh S: 37, 5C
5. memberikan cairan oral RR: 20x/mnt
( paracetamol 500 mg) dan
(paracetamol infus 100ml) 4. Pasien tampak pucat dan wajah
kemerahan
-mukosa bibir tempat kering
-akral teraba hangat pasien
31
elektrolit dan pasien demam mereda
intravena (pemberian - Masalah teratasi sebagian
paracetamol inf 100
ml
32
4. Mengidentifikasi berdampak nafsu makan
dampak mual menurun makan 3 sendok Pasien
terhadap nafsu mengatakan tidur terganggu
makan, aktivitas 3. Setelah diberikan nutrisi yang
kinerja, tanggung cukup pasien merasakan mual
jawab peran dan berkurang
tidur 4. Setelah mengaanjurkan pasien
5. Memonitor asupan istirahat yg cukup pasien
nutrisi dan kalori merasakan lebih nyaman.
Memberikan nutrisi
pasien yang cukup DO:
dan terpenuhi agar 5. Setelah pemberian injeksi
mencegah mual ondansetron4mg/2mg
6. Menganjurkan mengatakan mual berkurang.
istirahat yang Terpasang infus Rl. 500cc
cukup TD: 142/92
Menganjurkan pasien N: 87x/mnt
istirahat yang cukup S: 37,5C
7. Kolaborasi RR: 22x/mn
pemberian -pasien tampak lemah makan 3
antimetik jika perlu sendok.
: pemberian injeksi - masalah belum teratasi
ondansetron 4mg/2mg intervensi di lanjutkan…
6.memonitor TTV
33
3. Memonitor asupan cukup tidak merasakan mual
dan nutrisi kalori 4. DO: TD: 131/82
4. Memonitor TTV N: 88x/mnt
5. Kolaborasi pemberian S: 36,2
antimetik jika RR: 20x/mnt
perlu( injeksi 5. Setelah di berikan antimetik
ondansetron 4mg/2ml injeksi ondansetron 4mg/2mg
pasien merasakan tidak mual
dan nyaman
- Pasien sudah tidak lemah
- Pasien makan lebih dari 3
sendok
- Terpasang infus Rl 500cc
- Maslah teratasi sebagian …
DO:
34
5.EVALUASI
Hari/
Tgl DIAGNOSA EVALUASI
Selasa
14-2- Nyeri akut b.d
2023 Agen pecedra fisik
Rabu
15 -2- Hipetermia
2023 b.d Proses
Penyakit
Kamis Nausea bd.
16 -2- Efek Agen
2023 Farmakologi
35
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
36
Daftar Pustaka
Eylin. (2009a). Karakteristik Klien dan Diagnosis Histologi Pada Kasus Appendisitis
Berdasarkan Data Registasi di Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran UI RSUP
Cipto Mangunkusumo.
Sibuea, S. H. (2014). Perbedaan Antara Jumlah Leukosit darah Pada Klien Appendisitis Akut
dengan Appendisitis Perforasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang
Sibuea, Siti Hardiyanti. (2014). Perbedaan Antara Jumlah Leukosit darah Pada Klien
Appendisitis Akut dengan Appendisitis Perforasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Sumarni, T. A. (2019). Viva Medika. Jurnal Kesehatan, 12, 50-63.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Wibowo, W. J., Wahid, T. O. R., & Masdar, H. (2020). Hubungan Onset Keluhan Nyeri
Perut Dan Jumlah Leukosit Dengan Tingkat Keparahan Apendisitis Akut Pada Anak Health
& Medical Journal. 2(2), 26-36.
37