Anda di halaman 1dari 11

KEKUATAN RESPON RADANG PEMULIHAN

Disusun untuk kepentingan mata kuliah Patofisiologi Program Diploma III

Disusun Oleh :

1. Ayu Khoirunnisa (202102047)


2. Firda Nur Afifah (202102054)
3. Kesyha Najwa H (202102061)
4. Lintang Faturohmah (202102063)
5. Salma Choirunisa (202102074)
6. Siti Nurdila (202102076)

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulliah senantiasa kami panajatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyelesaiakan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untukn mata kuliah Patofisiologi berjudul “Kekuatan Respon Radang Pemulihan “.

Pada kesempatan ini kami mengucapakan terima kasih yang sebesar –besarnya kepada dosen
mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah memeberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak yg telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya.
Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun
senantiasa kami harapakan semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain
yang berkepentingan pada umumnya.

Klaten, 6 Maret 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................

1.1 Pendahuluan

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Peradangan

2.2 Penyebab Peradangan

2.3 Pengaruh Sistematik Peradangan

2.4 Pengeruh Sistemik Local

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peradangan atau dikenal juga dengan istilah inflamasi (inflammation) adalah respons
alami dari sistem kekebalan tubuh terhadap suatu cedera atau penyakit. Dapat juga
diartikan sebagai mekanisme pertahan tubuh yang berperan dalam proses penyembuhan.
Ketika inflamasi terjadi pada tubuh, akan ada banyak sel sistem kekebalan tubuh yang
terlibat. Sel-sel tersebut melepaskan berbagai zat, yang dikenal sebagai mediator inflamasi,
seperti hormon bradikinin dan histamin. Hormon ini menyebabkan pembuluh darah kecil di
jaringan menjadi lebih lebar, memungkinkan lebih banyak darah untuk mencapai jaringan
yang terluka. Karena alasan ini, area yang meradang menjadi merah dan terasa hangat.
Aliran darah yang meningkat juga memungkinkan lebih banyak sel sistem kekebalan
untuk berpindah ke jaringan yang terluka, dan membantu proses penyembuhan. Namun,
pelepasan hormon tersebut bisa mengiritasi saraf dan menyebabkan sinyal berupa rasa sakit
dan dikirim ke otak.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian peradangan?
2. Apa penyebab peradangan?
3. Apa pengertian pengaruh sistemik peradangan?
4. Apa pengertian pengaruh sistemik local?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian peradangan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab peradangan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh sistemik peradangan.
4. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh sistemik local.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Peradangan

Peradangan adalah respons perlindungan normal tubuh terhadap cedera. Terjadi saat sel darah putih
melawan untuk melindungi kita dari infeksi, misalnya dari bakteri atau virus. Juga terjadi saat tubuh kita
cedera, misalnya jika Anda terkilir sewaktu berolahraga, yang sering kali menjadi menyakitkan, bengkak,
dan meradang. Peradangan terjadi saat sistem imun mencoba melindungi organ dari infeksi dan cedera.
Tujuannya adalah melokalisasikan dan menghilangkan jaringan yang rusak sehingga tubuh bisa mulai
menyembuhkan di

a. Gejala peradangan

Ada lima tanda atau gejala yang dapat menunjukkan peradangan akut: kemerahan, panas, bengkak,
nyeri dan sulit untuk menggerakkan area tubuh yang terdampak secara normal. Beberapa peradangan
bisa jadi ringan, memengaruhi hanya bagian kecil dan akan sembuh sendiri, namun juga dapat meluas,
menyakitkan, dan memerlukan penanganan.

b. Diagnosis dan penanganan


Jika nyeri Anda parah atau berlangsung lama, Anda harus berkonsultasi dengan dokter, yang dapat
melakukan pemeriksaan dan kemungkinan memerintahkan tes darah atau tes pencitraan, seperti sinar-
X, MRI atau CT scan untuk menemukan penyebab peradangan. Dokter juga dapat merekomendasikan
penanganan, seperti penggunaan obat-obatan NSAID yang digunakan untuk tujuan anti-peradangan dan
pereda nyeri.

2.2 . Penyebab Peradangan


Peradangan dikaitkan dengan banyak jenis cedera jaringan. Penyebab termasuk kontak fisik langsung
seperti luka sayat atau keseleo, bahan kimia kaustik (bahan yang mampu menyebabkan luka bakar
jaringan atau benda lain), penyumbatan atau kerusakan pembuluh darah, reaksi alergi, panas/dingin
ekstrim, benda asing seperti duri yang masuk ke tubuh.

2.3 Pengaruh Sistematik Peradangan

a) Melawan infeksi

Peradangan paling terlihat (dan paling menguntungkan) saat berfungsi untuk menyembuhkan luka atau
melawan penyakit: "Anda tahu bahwa telah terjadi peradangan di dalam tubuh Anda saat Anda
mengalami demam atau sakit tenggorokan karena kelenjar tenggorokan membengkak," kata Timothy
Denning, PhD, profesor dan peneliti imunologi di Georgia State University Atau saat luka menjadi
memerah dan hangat saat disentuh. Pembengkakan, kemerahan, dan kehangatan adalah tanda-tanda
bahwa sistem kekebalan tubuh Anda mengirimkan sel-sel darah putih ke daerah yang sakit untuk
melawan kuman.Dalam hal ini, peradangan adalah gambaran reaksi sehat tubuh Anda. Ketika infeksi
atau penyakit hilang, peradangan juga hilang.

b) . Dapat membahayakan usus

Banyak dari sel-sel kekebalan tubuh, ada dan berkelompok di sekitar usus, kata Denning. Di
sebagian besar waktu, sel-sel kekebalan itu mengabaikan triliunan bakteri sehat yang hidup di
usus.
c) Dapat membahayakan sendi

Ketika peradangan terjadi pada sendi, hal itu dapat menyebabkan kerusakan serius. Salah satu
kondisi kerusakan sendi adalah rheumatoid arthritis (RA). RA juga merupakan gangguan
autoimun yang dsiebabkan oleh faktor genetik. Selain genetik, RA juga terkait dengan kebiasaan
merokok, kurang vitamin D, dan faktor risiko lainnya. Sebuah studi di Yale University pada 2013
menemukan, bahwa pola makan tinggi garam dapat berkontribusi terhadap meningkatnya risiko
RA.

d) Meningkatkan risiko penyakit jantung


Setiap bagian tubuh Anda yang terluka atau rusak dapat memicu peradangan, termasuk bagian
dalam pembuluh darah. Pembentukan plak lemak di dalam arteri dapat memicu peradangan
kronis. Plak lemak menarik sel darah putih, kemudian tumbuh lebih besar, dan dapat
membentuk bekuan darah, yang dapat menyebabkan serangan jantung. Salah satu protein
spesifik, yang disebut interleukin-6 (IL-6), diduga memainkan peran kunci dalam hal ini,
demikian menurut sebuah studi ilimiah tahun 2012 yang diterbitkan oleh jurnal Lancet.
e) Meningkatkan risiko kanker

Peradangan kronis telah lama dikaitkan dengan kanker paru-paru, kerongkongan, leher rahim,
dan saluran pencernaan. Sebuah studi yang dilakukan olehHarvard University pada 2014
menemukan bahwa remaja obesitas dengan tingkat peradangan yang tinggi mengalami risiko
kanker sebesar 63 persen lebih tinggi selama masa dewasa, jika dibandingkan dengan rekan-
rekan mereka dengan tingkat peradangan yang lebih rendah.

2.4 Pengeruh Sistemik Local

Masuk / Daftar
CME
Penyakit A-Z
Obat A-Z
Tindakan Medis A-Z
Diskusi Dokter
SKP Online
Privasi
Syarat & Ketentuan
Kontak
Tentang Alomedika
Luka Bakar
- Pendahuluan
- Patofisiologi
- Etiologi
- Epidemiologi
- Diagnosis
- Penatalaksanaan
- Prognosis
- Edukasi dan Promosi Kesehatan
Patofisiologi Luka Bakar
Oleh :
Maria Rossyani
Share to Social Media
Pemahaman mengenai patofisiologi dari luka bakar penting untuk penatalaksanaan yang
tepat. Secara umum, respon tubuh terhadap cedera termis dapat dibagi menjadi respon lokal dan
sistemik:

Respon Lokal

Berdasarkan penelitian oleh Jackson pada tahun 1947, terdapat 3 zona pada luka bakar:

Zona Koagulasi

Pada zona ini, kerusakan jaringan sudah tidak dapat diperbaiki karena protein penyusun jaringan
tersebut sudah mengalami koagulasi. Zona ini melambangkan kerusakan maksimal akibat cedera termis.
Zona Stasis

Jaringan pada zona ini masih dapat diselamatkan, namun sudah terdapat penurunan perfusi di
jaringan yang mengelilinginya. Perfusi di jaringan inilah yang berusaha ditingkatkan saat resusitasi luka
bakar, sekaligus mencegah kerusakan menjadi ireversibel. Perlu diwaspadai bahwa adanya komorbiditas
seperti hipotensi berkepanjangan, infeksi, maupun edema, memiliki potensi menjadikan jaringan di zona
stasis rusak secara permanen.

Zona Hiperemia

Perfusi jaringan ditemukan tertinggi pada zona hiperemia, yang merupakan zona terluar dalam
luka bakar. Jaringan pada zona ini biasanya akan mengalami perbaikan. Namun, adanya perburukan
kondisi sistemik seperti sepsis atau hipoperfusi jangka panjang dapat mengganggu proses perbaikan
jaringan pada zona hiperemia. [3]

Respon Sistemik

Efek sistemik muncul dipengaruhi oleh pelepasan sitokin dan mediator inflamasi terutama
setelah area luka bakar mencapai 30% dari total luas permukaan tubuh/ total body surface area (TBSA).
[5]
Perubahan Kardiovaskular

Perubahan kardiovaskular yang terjadi adalah peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini
berakibat pada perpindahan protein dan cairan intravaskuler ke jaringan interstisial. Sebagai respon
peningkatan permeabilitas, akan terjadi pula vasokonstriksi perifer dan splangnikus, sementara
kontraktilitas miokard menurun. Kaskade kejadian ini dipengaruhi oleh dilepaskannya mediator
inflamasi tumour necrosis factor α (TNF α). Semua perubahan yang telah disebutkan di atas, ditambah
dengan hilangnya cairan dari zona luka, dapat berakibat hipotensi sistemik dan hipoperfusi end organ.
[5}Secara khusus, gangguan sirkulasi yang telah disebutkan di atas dimediasi oleh 4 mekanisme, yaitu (1)
perubahan integritas membran mikrovaskular, (2) perubahan hukum Starling, (3) gangguan perfusi/syok
selular, dan (4) evaporative heat loss. [3]
Perubahan integritas membran mikrovaskular diawali dengan cedera termis yang mengaktivasi
pelepasan mediator pro inflamasi seperti histamin. Hal ini kemudian mengaktivasi faktor komplemen
yang mempromosikan perlekatan Polymorphonuclear (PMN) ke endotel. Endotel yang mengalami
inflamasi kemudian melepaskan radikal bebas yang kemudian diikuti peroksidasi lipid. Rangkaian
kejadian ini kemudian mengaktivasi kaskade koagulasi dan pelepasan sitokin (IL1, TNF α). Secara
keseluruhan endotel yang mengalami inflamasi kemudian mengalami perubahan bentuk menjadi
membulat. Hal ini menyebabkan jarak interstitial melebar dan permeabilitas kapiler meningkat.

Perpindahan cairan yang diakibatkan peningkatan permeabilitas kapiler juga diatur oleh Hukum
Starling. Berdasarkan hukum tersebut, perpindahan cairan bergantung dari gradien tekanan hidrostatik
yang berlawanan dengan tekanan osmotik dari jaringan koloid.Keluarnya cairan dari intravaskuler
menyebabkan hipovolemia intravaskular yang berujung gangguan perfusi (hipoksia) pada organ yang
kemudian dapat berakibat cedera reperfusi dan syok.Kehilangan kulit sebagai barrier akibat cedera
termis juga menyebabkan evaporative heat loss yang memperparah keseluruhan gangguan perfusi.

Perubahan Respiratori

Perubahan respiratori mediator inflamasi menyebabkan bronkokonstriksi, dan pada kasus luka
bakar yang berat dapat menyebabkan sindroma gagal napas (respiratory distress) .

Perubahan Metabolik

Perubahan metabolik laju metabolik basal (basal metabolic rate BMR) meningkat hingga tiga kali
dari BMR normal. Hal ini, terutama jika dibarengi oleh hipoperfusi splanchnic, mengakibatkan proses
katabolisme yang hebat. [5]

Perubahan Imunologi

Perubahan imunologi terdapat penurunan respon sistem imun yang non-spesifik, baik melalui jalur cell-
mediated maupun humoral. [Jika luka bakar disebabkan oleh cedera elektrik, aliran listrik akan mengalir
dalam tubuh dan menyebabkan kerusakan di antara titik masuk (entry) dan titik keluar (exit) listrik. Di
dalam tubuh, aliran listrik akan menghasilkan panas, sebesar 0,24 x (voltase) squared x resistensi. [5]
Selanjutnya, panas yang ditimbulkan akan merusak jaringan dan menyebabkan perubahan fisiologi
tubuh seperti yang sudah dijelaskan di atas. Cedera yang disebabkan di dalam tubuh akan bergantung
dari voltase aliran listrik.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Radang ialah reaksi jaringan hidup terhadap semua bentuk jejas. Dalam reaksi ini ikut berperan
pembuluh darah, saraf, cairan dan sel sel tubuh di tempat jejas, Proses radang memusnahkan,
melarutkan atau membatasi agen penyebab jejas dan merintis jalan untuk pemulihan jaringan yang
rusak pada tempat itu. Untuk mencapai tujuan tersebut, reaksi radang seringkali menimbulkan gejala-
gejala klinik seperti rasa nyeri, sebagaimana setiap penderita apendisitis akut akan menderita nyeri
hebat (catatan: penyertaan radang sesuatu alat tubuh atau jaringan, dinyatakan dengan imbuhan "itis".

3.2 SARAN

Tanpa proses pertahanan seperti radang dan pemu lihan, manusia tidak dapat bertahan hidup
dalam ling kungan yang kadang-kadang membahayakan jiwanya. Infeksi akan bertambah parah dan luka
akan tetap ter buka tanpa penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA

https://hellosehat.com/infeksi/infeksi-bakteri/perbedaan-sirs-dan-sepsis-adalah/

https://www.alomedika.com/penyakit/bedah-plastik/luka-bakar/patofisiologi

Anda mungkin juga menyukai