Anda di halaman 1dari 18

PROSES FISIOLOGI PADA TUBUH MANUSIA

DAN PROSES IMMUNITAS


Dosen Pengampu : Windy Astuti C., S.Kep. Ns. M. Kep

Disusun Oleh :

1. Abel Finalya Amanda (20021001) 9. Dodi Windrajaya (20021010)


2. Aldi Ansa (20021002) 10. Elsa Dwi Prawesti (20021011)
3. Ayu Niara Kaiwa (20021004) 11. Erilia (20021012)
4. Cyndy Hasendra (20021005) 12. Feby Adelia Putri (20021013)
5. Dea Amanda Putri (20021006) 13. Gevin Ariska Apiolita (20021014)
6. Dela Sintia (20021007) 14. Hadianti (20021015)
7. Dien Septyarlen D. (20021008) 15. Helmalia (20021016)
8. Difa Khansa Okavia (20021009) 16. Kemas Dzaid A.F. (20021017)
17. Luk Luil Maknun (20021018)

PRORAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
IkesT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sebab atas segala rahmat,
karunia, serta taufik hidayahnya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah
ini dengan baik guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Patofisiolofi dengan
judul Proses Fisiologi Pada Tubuh Manusia Dan Proses Immunitas
Dalam penyusunan materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan dan dorongan orang tua dan referensi-referensi sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi dapat teratasi.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas kepada pembaca khusunya para mahasiswa IKesT Muhammadiyah
Palembang. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekuranganya. Oleh sebab itu, kepada dosen pengampu kami meminta kritik dan
saran yang membangun dan kami berharap hal tersebut mampu menjadikan
cambuk untuk kami lebih mengutamakan kualitas makalah di masa yang akan
datang.

Penulis,
Palembang, 10 Maret 2022

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3 Tujuan................................................................................................... 2

BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Sistem Imunitas................................................................... 3
2.2 Komponen-Komponen Kekebalan Tubuh .......................................... 3
2.3 Fungsi Sistem Imun.............................................................................. 4
2.4 Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh.................................................. 4
2.5 Gangguan Siste Kekebalan Tubuh ....................................................... 8
2.6 Definisi Syok....................................................................................... 9
2.7 Derajat Syok.......................................................................................... 10
2.8 Klasifikasi Dan Etiologi Syok ............................................................. 11
2.9 Patofisiologi Syok................................................................................. 11
2.10Diagnosis Syok..................................................................................... 12
2.11Penanganan Segera Pasien Syok........................................................... 12
2.12 Monitoring Syok.................................................................................. 13

BAB III Penutup


3.1 Kesimpulan........................................................................................... 14
3.2 Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Imunitas merupakan mekanisme fisiologis yang membantu sistem
pertahanan tubuh manusia untuk mengenal benda asing pada dirinya,
untuk menetralkan, menyisihkan atau memetabolisme benda asing tersebut
dengan atau tanpa kerusakan pada jaringan itu sendiri (Bellanti, 1993;
Subowo, 1993). Bila sistem imun terpapar zat yang dianggap benda asing
maka ada dua respon imun yang mungkin terjadi yaitu respon imun non
spesifik dan respon imun spesifik (Baratawidjaja, 2018).
Respon imun nonspesifik umumnya merupakan imunitas bawaan
(innate immunity) dalam arti bahwa respon terhadap zat asing dapat terjadi
walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar pada zat tersebut,
sedangkan respon imun spesifik merupakan respon didapat (acquired)
yang timbul terhadap antigen tertentu, dimana tubuh pernah terpapar
sebelumnya (Kresno, 2010).
Syok merupakan gangguan sirkulasi yang diartikan sebagai kondisi
tidak adekuatnya transport oksigen ke jaringan atau perfusi yang
diakibatkan oleh gangguan hemodinamik. Gangguan hemodinamik
tersebut dapat berupa penurunan tahanan vaskuler sitemik terutama di
arteri, berkurangnya darah balik vena, penurunan pengisian ventrikel dan
sangat kecilnya curah jantung.
Berdasarkan bermacam-macam sebab dan kesamaan mekanisme
terjadinya, syok dapat dikelompokkan beberapa macam yaitu syok
hipovolemik, syok kardiogenik, syok anafilaktik dan syok neurogenik.
Keadaan syok hipovolemik sering terjadi pada pasien yang mengalami
perdarahan akibat kehilangan banyak darah.
Keadaan syok anafilaktik dan sepsis sering terjadi pada kondisi
penurunan kesadaran. Sedangkan syok kardiogenik sering terjadi pada
pasien emboli paru, tension pnemothorax dan tamponade jantung.

1
Sedangkan keadaan kardiogenik sering terjadi pada kondisi gagal jantung
kongestif dan infark miokardium.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Sistem Imunitas ?
2. Apa Komponen-Komponen Sistem Kekebalan Tubuh ?
3. Apa Fungsi Sistem Immunitas ?
4. Bagaimana Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh ?
5. Apa Gangguan Sistem Kekebalan Tubuh ?
6. Apa Definisi Syok
7. Bagaimana Derajat Syok?
8. Apa Klasifikasi dan Etiologi Syok ?
9. Bagaimana Patofisiologi Syok ?
10. Bagaimana Diagnosis Syok ?
11. Bagaimana Penanganan Segera Pasien Syok ?
12. Bagaimana Monitoring ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Sistem Imunitas
2. Mengetahui Komponen-Komponen Sistem Kekebalan Tubuh
3. Mengetahui Fungsi Imun
4. Mengetahui Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh
5. Mengetahui Gangguan Sistem Kekebalan Tubuh
6. Mengetahui Definisi Syok
7. Mengetahui Derajat Syok
8. Mengetahui Klasifikasi dan Etiologi Syok
9. Mengetahui Patofisiologi Syok
10. Mengetahui Diagnosis Syok
11. Mengetahui Penanganan Segera Pasien Syok
12. Mengetahui Monitoring Syok

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Imunitas


Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sel atau organ
khusus suatu organisme yang membantu dalam pertahanan tubuh agar
tidak mudah terkena penyakit. Ketika system bekerja dengan baik maka
akan melindung tubuh dari bakteri dan virus sehingga tidah mudah terkena
penyakit, dan juga dapat menghancurkan sel kanker dan zat asing lainnya,
tetapi jika system tersebut tidak bekerja dengan baik maka tubuh akan
sangat mudah terkena penyakit virus dan bakteri akan sangat mudah
masuk kedalam tubuh (Rizkia, 2019).

2.2 Komponen-Komponen Sistem Kekebalan Tubuh


Kemampuan sistem imun dalam memberikan respon pada penyakit
tergantung pada interaksi yang komplek antara komponen sistem imun dan
antigen yang merupakan agen-agen patogen atau agen penyebab
penyakit.Antigen merupakan bahan-bahan asing yang masuk ke dalam
tubuh. Jaringan dan organ yang berperan dalam sistem imun berada di
bagian seluruh tubuh. Pada manusia dan mamalia lain, organ-organ pusat
sistem imun adalah sumsum tulang (Agustina, 2015). Komponen-
komponen sistem kekebalan tubuh terdiri atas:
a. Makrofag
b. Limfosit
c. Reseptor Antigen
d. Sel-Sel Pengangkut Antigen
e. Antibodi

3
2.3 Fungsi Sistem Imun
1. Melawan kuman (patogen) yang membawa penyakit seperti bakteri,
virus, parasit atau jamur, dan mengeluarkannya dari tubuh kita.
2. Mengenali dan menetralisir zat-zat berbahaya di lingkungan sekitar
kita.
3. Melawan penyakit yang dapat merubah tubuh kita secara keseluruhan
seperti sel kanker.
4. Memperbaiki jaringan tubuh yang rusak.

2.4 Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh


1. Pertahanan Tubuh Nonspesifik
Respon imun nonspesifik adalah imunitas bawaan meskipun tubuh
belum terinfeksi zat asing tetapi tubuh masih dapat merespon za tasing
tersebu. Pertahanan fisik, kimiawi, humoral dan seluler merupakan
komponen utama dari respon imun nonspesifik. Pertahanan ini
meliputi epitel dan juga zat-zat antimikroba yang dihasilkan pada
permukaannya, termasuk sistemkomplemen, mediator, sel-sel
polimorfonuklear, dan sel natural killer (NK) (Nurhayati et al., 2014).
a. Pertahanan Tubuh Nonspesifik Eksternal
Kulit dapat dikatakan sebagai jalan utama yang harus dihadapi
patogen sebelum masuk kedalam tubuh, pelindungan utama pada
kulit dilihat dari sel mati yang merupakan bagian terluar kulit.
b. Pertahanan Tubuh Nonspesifik Internal
Pertahanan tubuh yang dapat ditembus oleh mikroba maka
akan menghadapi fase garis kedua, fagositosis mampu melakukan
penyingkiran terhadap mikroorganisme yang menyerang tubuh,
Natural Killer (NK) juga membantu dalam pertahanan tubuh
nonspesifik internal (Campbell et al., 2010).
1) Fagositosis
Setelah adanya sinyal kimiawi sel yang akan diserang
oleh mikroba lalu akan didekati oleh neotrofil, Jaringan

4
yang terinfeksi akan segera di tolong oleh neutrofil dan
membunuh mikroba yang menyebabkan infeksi. Peristiwa-
peristiwa didalam penelanan dan penghancuran mikroba
oleh selsel fagositik (Campbell et al., 2010) yaitu:
a) Pseudopodia dari sel fagositik mengelilingi
mikroba-mikroba,
b) Mikroba-mikroba kemudian ditelan didalam sel,
c) Akibatnya terbentuk vakuola-vakuola yang berisi
mikroba,
d) Vakuola dan lisosom berdifusi,
e) Senyawa-senyawa raun dan enzim lisosom
menghancurkan mikrobamikroba,
f) Sisa-sisa mikroba kemudian dilepaskan melalui
eksositosis.
2) Sel Natural Killer (NK)
Mikroorganisme tidak diserang langsung oleh sel NK
atau disebut sel, mereka akan merusak sel tubuh yang
diserang oleh virus dan sel-sel abnormal yang dapat
menyebabkan tumor. Mekanisme kerja sel NK adalah
sebagai berikut:
a) Sel NK bekerja berkeliling mengikuti saluran
limfosit menuju seluruh bagian tubuh,
b) Sel NK akan membaca dan mengidentifikasi sinyal
mengenai sel-sel asing yang dijumpainya,
c) Sel NK akan mendekati sel asing dan membaca
nukleus dari sel asing tersebut,
d) Jika DNA sel asing berbeda dengan DNA dari sel
tubuh manusia maka sel NK akan membentuk
koloni untuk menyerang membran dari sel asing
tersebut,

5
e) Serangan dikhususkan pada nukleus sel asing
hingga selnya meledak dan hancur.
3) Respon Peradangan Inflamasi
Respon peradangan inflamasi merupakan respon tubuh
terhadap kerusakan jaringan, misalnya akibat tergores atau
benturan keras. Pada proses ini dipengaruhi oleh Histamin
dan prostaglandin. Histamin yang dihasilkan oleh sel tubuh
berperan untuk meningkatkan konsentrasi otot dan
permeabilitas dinding pembuluh darah kapiler di sekitar
area yang terinfeksi (Campbell et al., 2010).
4) Protein Antimikroba
Didalam pertahan tubuh protein sangat berperan
penting yang mampu membunuh mikroorganisme secara
langsung, ada kurang lebih 20 jenis protein yang
dikategorikan kedalam system pertahanan ini. Pembentukan
protein komplemen dapat menyebabkan sel patogen mati,
ada beberapa protein yang menyebabkan pertahanan tubuh
nonspesifik atau disebut juga system peradangan, lalu
menraik sel fagosit menuju jaringan yang rusak (Campbell
et al., 2010).
Mekanisme kerja sistem limfatik dalam membentuk
pertahanan tubuh pada manusia (Campbell et al., 2010)
adalah:
a) Cairan interestisial yang merendam jaringan,
bersama dengan sel-sel darah putih yang
dikandungnya, terus menerus memasuki pembuluh
limfatik,
b) Cairan didalam sistem limfatik (disebut limfe)
mengalir melalui pembuluh limfatik ke seluruh
tubuh,

6
c) Didalam nodus limfe, mikroba dan partikel-partikel
asing yang ada didalam limfe yang bersirkulasi
bertemu dengan makrofag dan sel-sel lain
yangmelakukan aksi pertahanan,
d) Pembuluh-pembuluh limfatik mengembalikan limfe
ke darah melalui dua saluran besar yang mengalir ke
dalam vena didekat bahu.
2. Pertahanan Tubuh Spesifik
Sistem pertahanan tubuh spesifik ialah pertahanan tubuh terhadap
patogen tertentu yang akan masuk ke dalam tubuh. Adanya antigen
dan antibody akan membentuk system kekebalan tubuh (Agustina,
2015).
a. Kekebalan Humoral Aktivitas
Sel Byang beredar dalam cairan darah dan limfe terlibat didalam
kekebelan humoral. Respon humoral pada antibody yang berfungsi
untuk melwan bakteri bebas racun, serta mikroorganisme yang lain
yang berada pada cairan tubuh.
b. Kekebalan Seluler
Sel T terlibat dalam kekebalan, suatu jaringan tuubuh yang telah
terinfeksi maka sel T akan melakukan tugasnya untuk menyerang
sel asing tanpa penghambat (Agustina, 2015).
c. Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh
itu sendiri, Tubuh membentuk antibodi sendiri karena infeksi
antigen. Kekebalan ini dapat diperoleh secara alami dan buatan.
(Campbell et al., 2010).
d. Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif adalah setelah antibodi dari luar diterima
kekebalan akan diperoleh. Cara alami yang dapat dilakukan oleh
kekebalan ini yaitu pemberian ASI, sedangkan cara buatannya
yaitu bisa dengan menyuntikan antiserum yang didalamnya

7
mengandung immunoglobin lainnya tetapi cara buatan ini hanya
mampu bertahan tidak lama bisa terhitung hanya bertahan beberapa
minggu karena penguraian yang terjadi membuat kekebalan
tersebut tidak dapat bertahan lama dalam tubuh(Campbell et al.,
2010

2.5 Gangguan Sistem Kekebalan Tubuh


Terdapat berbagai gangguan pada system kekebalan tubuh seperti
alergi sampai yang serius seperti penolakan pencangkokan organ,
difisiensi kekebalan, serta penyakit autoimun.
1. Alergi
Penyebab terjadinya alergi oleh respon kebal terhadap
beberapa. Antigenantigen yang dapat menimbulkan suatu
tanggapan alergi disebut sebagai alergen (penyebab terjadinya
alergi). Alergi yang paling umum melibatkan antibodi darikelas
IgE yang spesifik terhadap antigen dipermukaan serbuk polen
2. Penolakan Transplantasi
Penolakan transplantasi terjadi ketika jaringan yang
ditransplantasi ditolak oleh sistem imun penerimanya, sehingga
jaringan yang ditransplantasi menjadi rusak.
Sistem kekebalan mengenali dan menyerang apapun yang
secara normal berbeda dengan unsur yang ada di dalam tubuh
seseorang, bahkan unsur yang hanya sedikit berbeda, seperti organ
dan jaringan yang dicangkokkan. Penolakan transplantasi dapat
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu penolakan hiperakut, akut, dan
kronis.
3. AIDS (Acquired Immunodeficiencyn Syndrome)
HIV (Human Immunodefiency Virus) bisa disebut sebagai
suatu penyebab infeksi yang menurunkan kekebalan secara. Sel-sel
T penolong akan mudah rusak dengan cara menginfeksi
menyebabkan AIDS.

8
Menurunnya sindrom pada kekebalan tubuh dapat diartikan
sebagai AID AIDS, penyakit AIDS sangat berbahaya karena
penyakit tersebut merupakan penyakit yang menular.
4. Defisiensi Imun
Defisiensi imun dapat dilihat dari keturunan atau dapat juga
diperoleh dari faktor eksternal seperti pada usia lanjut dan
kekurangna nutrisi. Defisiensi imun yang dilihat dari keturunan
tersebut umumnya mencerminkan kegagalan penurunan suatu gen
kepada generasi selanjutnya sehingga dihasilkan makrofag yang
tidak dapat mencerna dan menghancurkan organisme penyerbu.
5. Penyakit Autoimun
Ketika suatu penyakit autoimun menyerang, sistem
kekebalan akan menyerang organ atau jaringannya sendiri seolah-
olah mereka adalah unsur asing. Penyakit autoimun sering terjadi
pada kasus kencing manis dan demam rematik Penyakit autoimun
disebabkan oleh berbagai faktor, seperti etnis, gender, lingkungan,
dan riwayat keluarga. Salah satu contoh penyakit autoimun adalah
lupus.
Penyakit ini menyebabkan terbentuknya antibodi yang
menyerang histon dan DNA yang dilepaskan melalui pemecahan
normal sel-sel tubuh. Antibodiantibodi yang reaktif terhadap diri
sendiri ini menyebabkan ruam-ruam kulit, demam, artritis, dan
gangguan ginjal.

2.6 Definisi Syok


Syok didefinisikan sebagai sindrom gangguan patofisiologi berat
yang ketika berlanjut menyebabkan perfusi jaringan yang buruk, hal ini
dapat dikaitkan dengan metabolisme sel yang tidak normal. Selain itu,
syok merupakan kegagalan sirkulasi perifer yang menyeluruh sehingga
perfusi jaringan menjadi tidak kuat.

9
Sindrom gangguan pathofisiologi berat yang berhubungan dengan
metabolisme selluler yang abnormal, kegagalan sirkulasi Syok atau
renjatan dapat diartikan sebagai keadaan terdapatya pengurangan yang
sangat besar dan tersebar luas pada kemampuan pengangkutan oksigen
serta unsur- unsur gizi lainnya secara efektif ke berbagai jaringan sehingga
timbul cidera seluler yang mula- mula reversible dan kemudian bila
keadaan syok berlangsung lama menjadi irreversible.(Isselbacher, dkk,)

2.7 Derajat Syok


Berat dan ringannya syok menurut Tambunan Karmel, dkk:
a. Syok Ringan
Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan prgan non-vital seperti
kulit, lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relative dapat
hidup lebih lama dengan perfusi rendah, tanpa adanya perubahan
jaringan yang menetap (irreversible). Kesadaran tidak terganggu,
produksi urin normal atau anya sedikit menurun, asidosis
metabolic tidak ada atau ringan.
b. Syok Sedang
Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus,
ginjal, dan lainnya). Organ- organ ini tidak dapat mentoleransi
hipoperfusi lebih lama seperti lemak, kulit, dan otot. Oligouria bisa
terjadi dan asidosis metabolic. Akan tetapi kesadaran relative
masih baik.
c. Syok Berat
Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi
syok beraksi untuk menyediakan aliran darah ke dua organ vital.
Pada syok lanjut terjadi vasokonstriksi di semua pembuluh darah
lain. Terjadi oligouria dan asidosis berat, ganguan kesadaran dan
tanda- tanda hipoksia jantung (EKG Abnormal, curah jantung
menurun)

10
2.8 Klasifikasi dan Etiologi Syok
Berdasarkan bermacam-macam sebab dan kesamaan mekanisme
terjadinya, syok dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu:
a. Syok Hipovolemik, diinduksi oleh penurunan volume darah, yang
terjadi secara langsung karena perdarahan hebat atau tidak langsung
karena hilangnya cairan yang berasal dari plasma (misalnya diare
berat, pengeluaran urin berlebihan atau keringat berlebihan).
b. Syok Kardiogenik, disebabkan oleh kegagalan jantung yang melemah
untuk memompa darah secara kuat.
c. Syok Distributif, disebabkan oleh vasodilatasi luas yang dicetuskan
oleh adanya zat-zat vasodilator. Terdapat tiga jenis syok vasogenik:
Syok septik dan Syok Anafilaktik yang dapat menyertai infeksi luas,
ditimbulkan oleh zat-zat vasodilator yang dikeluarkan oleh penyebab
infeksi. Demikian juga pengeluaran histhistamineg berlebihan pada
reaksi alergi hebat dapat menyebabkan vasodilatasi luas (syok
anafilaktik) dan syok neurogenik, vasodilatasi terjadi sebagai akibat
kehilangan tonus simpatis.
d. Syok Obstruktif, syok yang diakibatkan adanya gangguan
padadistribusi volume sirkulasi baik pada perubahan resistensi
pembuluh darah ataupun akibat permeabilitasnya.

2.9 Patofisiologi Syok


Peristiwa patofisiologi dan respons kompensatoriknya sesuai
dengan gagal jantung, tetapi telah berkembang ke bentuk yang lebih berat.
Penurunan kontraktilitas jantung mengurangi curah jantung dan
meningkatkan volume dan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri sehingga
menyebabkan kongesti paru dan edema. Dengan menurunnya tekanan
arteri sistemik, maka perangsangan baroreseptor pada aorta dan sinus
karotikus.
Perangsangan simpatoadrenal menimbulkan reflex vasokonstriksi,
takikardi dan peningkatan kontraktilitas untuk menambah curah jantung

11
dan menstabilkan tekanan darah. Kontraktilitas akan terus meningkat
sesuai dengan hukum starling melalui retensi natrium dan air.
Dengan bertambah buruknya kinerja ventrikel kiri, syok menjadi
makin berkembang hingga akhirnya terjadi gangguan sirkulasi hebat yang
mengenai setiap organ penting. Pengaruh sistemik dari syok akhirnya akan
membuat syok menjadi ireversibel.
Beberapa organ terserang lebih nyata dan cepat daripada yang lain.
Seperti miokardium akan menderita kerusakan yang paling dini pada
keadaan syok. selain bertambahnya kerja miokardium dan kebutuhan
terhadap oksigen, terjadi beberapa perubahan lain.

2.10 Diagnosis Syok


Pada penderita syok umumnya pernapasan cepat. Karena
penurunan curah jantung dan vasokonstriksi, ditandai kulit pucat dan
dingin. Pada syok berat perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat.
Mekanisme kompensasi syok beraksi untuk menyediakan aliran darah
ke dua organ vital.
Pada syok berat terjadi vasokonstriksi di semua pembuluh darah
lain. Terjadi oligouria dan asidosis berat, tekanan darah 40% dan
gangguan kesadaran dan tanda- tanda hipoksia jantung (EKG abnormal,
curah jantung menurun).
Rangsangan simpatis berlebihan menyebabkan pengeluaran
keringat yang basah. Tekanan nadi (sistolik-diastolik) mencerminkan
perubahan isi sekuncup dan biasanya turun jauh sebelum sistolik
menurun. Pengeluaran urin biasanya menurun atau tak ada dan
penurunan kesadaran.

2.11 Penanganan Segera Pasien Syok


Tahap- tahap penanganan segera pasien syok :
1. Melakukan survey primer ABCDE yang terdiri dari Airway
(menilai jalan nafas), Breathing( menilai pernafasan cukup atau

12
adanya obstruksi jalan nafas), circulation (menilai sirkulasi
peredaran darah), disability (menilai kesadran dengan cepat),
exposure (menilai adanya cedera leher atau tulang belakang).
2. Fase resusitasi, kelanjutan upaya intervensi dan pemantauan yang di
mulai dari survei primer. (memasang pulse oxymetri)
3. Pemantauan Lanjutan dari pemantauan tekanan vena sentral,
pemantauan kateter pulmonal, pemantauan kateter intra-arteria,
pemantauan non-invasif, penempatan kateter urin dan nasogastrik
4. Fase perawatan definitif
5. Persiapan untuk pemindahan pasien, pemindahan pada kamar
operasi atau unit perawatan intensif khusus Penanganan syok harus
bertujuan untuk memperbaikipenyebab dan membantu mekanisme
kompensasi fisiologis untuk memulihkan perfusi jaringan yang
adekuat.

2.11 Monitoring
Pemantauan tekanan darah, denyut jantung, irama jantung, serta
frekuensi dan kedalaman pernapasan. Perubahan tekanan arteri
mencerminkan perubahan isi sekuncup jantung sehingga merupakan
indikator aliran darah yang lebih baik dari pada tekanan sistolik.
Bila kulit penderita dingin dan basah, umumnya dapat dianggap
bahwa curah jantungnya rendah dan tahanan vaskular perifernya tinggi.
Penurunan kesadaran merupakan bukti dari perfusi jaringan jelek. Dasar
pemantauan ini adalah adanya lembar catatan dengan petunjuk yang
tepat bagi semua tanda-tanda vital dan terap.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sel atau organ
khusus suatu organisme yang membantu dalam pertahanan tubuh agar
tidak mudah terkena penyakit. Komponen-komponen sistem kekebalan
tubuh terdiri atas, makrofag, limfosit, reseptor antigen, sel-sel pengangkut,
antigen, dan antibodi.
Fungsi sistem imun yaitu sebagai elawan kuman (patogen) yang
membawa penyakit seperti bakteri, virus, parasit atau jamur, dan
mengeluarkannya dari tubuh kita, mengenali dan menetralisir zat-zat
berbahaya di lingkungan sekitar kitam, melawan penyakit yang dapat
merubah tubuh kita secara keseluruhan seperti sel kanker, memperbaiki

jaringan tubuh yang rusak.


Syok didefinisikan sebagai sindrom gangguan patofisiologi berat
yang ketika berlanjut menyebabkan perfusi jaringan yang buruk, hal ini
dapat dikaitkan dengan metabolisme sel yang tidak normal. Berdasarkan
bermacam-macam sebab dan kesamaan mekanisme terjadinya, syok dapat
dikelompokkan menjadi empat macam yaitu, syok hipovolemik, syok
kardiogenik, syok distributif, syok obstruktif. Derajat syok yaitu, syok
ringan, syok sedang, dan syok berat.

3.2 Saran

14
DAFTAR PUSTAKA

Hardisman, H. (2019). Memahami patofisiologi dan aspek klinis syok


hipovolemik: Update dan penyegar. Jurnal Kesehatan Andalas, 2(3).
Iskandar, R. N. (2020). Penerapan E-Learning Sebagai Komponen Tpack Dalam
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Materi
Sistem Imun (Doctoral dissertation, FKIP UNPAS).
Jainurakhma, J., Hariyanto, S., Mataputun, D. R., Silalahi, L. E., Koerniawan, D.,
Rahayu, C. E., ... & Djuwadi, G. (2021). Asuhan Keperawatan Gawat
Darurat. Yayasan Kita Menulis.
Rahmat, W., Akune, K., & Sabir, M. (2019). Demam Tifoid dengan Komplikasi
Sepsis: Pengertian, Epidemiologi, Patogenesis, dan Sebuah Laporan
Kasus. Jurnal Medical Profession (Medpro), 1(3)
RIZIKIA, S. (2020). Peranan Multimedia Dalam Pembelajaran E-Learning
Sebagai Komponen Tpack Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Pada Materi Sistem Imun (Doctoral dissertation, FKIP UNPAS).
Saputra, D. N., Rahman, A., & Sutanto, B. (2021). Tatalaksana Syok
Hipovolemik Pada Perdarahan Intraabdominal. Proceeding Book National
Symposium and Workshop Continuing Medical Education XIV.
Togatorop, L. B., Mawarti, H., Saputra, B. A., Elon, Y., Malinti, E., Manalu, N.
V., ... & Faridah, U. (2021). Keperawatan Sistem Imun dan Hematologi.
Yayasan Kita Menulis.

15

Anda mungkin juga menyukai